Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN FIELD TRIP

UTILITAS

OLEH :
SUPARIYANTO
17734011

TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Sistem penyediaan sarana dan prasarana air bersih di Kota Bandar Lampung dikelola
sejak zaman Pemerintahan Belanda, yaitu tahun 1917 dengan
mengusahakan/memanfaatkan Sumber Mata Air “Way Rilau” yang berkapasitas
produski 18 liter/detik, yang bertujuan untuk melayani kenbutuhan air bersih bagi
masyarakat Tanjung Karang dan sekitarnya.

Pada tanggal 11 Maret 1976 dikeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor:


02 tahun 1976 yang megatur Tentang Pendirian Perusahaan Air Minum,
dengan nama PDAM “WAY RILAU” Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjung
Karang – Teluk Betung dan merupakan salah satu Badan Usaha Milik
Daerah Kotamadya Tingkat II Tanjung Karang – Teluk Betung.

Dengan adanya perubahan nama Kotamadya Daerah tingkat II Tanjung Karang


– Teluk Betung menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung,
sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor: 24 Tahun 1983, maka nama
Perusahaan Daerah Air Minum “Way RIlau” berubah menjadi Perusahan
Daerah Air Minum “WAY RILAU” Kota Bandar Lampung. PDAM “WAY RILAU”
Kota Bandar Lampung yang menjadi salah satu Perusahaan Milik Daerah
yang mempunyai tugas melaksanakan, mengelola prasarana dan sarana di
bidang penyediaan air bersih dengan tujuan memberikan pelayanan air
bersih secara adil dan terus menerus, disamping mempunyai fungsi ganda
yaitu fungsi social dan profit dengan penerapan prinsip-prinsip
ekonomi perusahaan.
Di PDAM Way Rilau Bandar Lampung menggunakan dua lokasi treatment air bersih yaitu

Instalasi Pengolahan Air (IPA) I dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) II. IPA I dan IPA II mempunyai

output air bersih yang berbeda, tetapi sumber air baku yang digunakan sama yakni Sungai

Way Kuripan. Air bersih yang di hasilkan pada IPA I dan IPA II disalurkan melalui pipa ke

penampungan air bersih (reservoir) sebelum disalurkann ke konsumen air bersih melalui pipa

distribusi.

Air bersih yang diproduksi setiap harinya tidak 100 % dapat didistribusikan ke masyarakat.

Berdasarkan data produksi pada bulan Januari 2012 di PDAM Way Rilau Bandar Lampung

jumlah konsumen terlayani sebesar 34.187 jiwa dengan jumlah produksi air bersih sebesar

1.409.126 m3 dan produksi terlayani sebesar 1.382.850 m3, sehingga terdapat 26.276 m3 air

bersih yang tidak didistribusikan tetapi tercatat adanya kehilangan air pada sistem produksi

sebesar 1,86%. Dilihat dari data jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan denga jumlah

produksi terlayani seharusnya tidak muncul adanya nilai kehilangan air pada sistem produksi

sebesar 1,86 %.

Dilihat dari latar belakang diatas perlu dilakukan pengkajian penggunaan air bersih pada

sistem produksi untuk mengetahui penyebab munculnya nilai kehilangan air sebesar 1,86 %

guna mengurangi besarnya angka jumlah air yang tidak dapat dipertanggung jawabkan di

PDAM Way Rilau Bandar Lampung.


BAB II

METODELOGI

2.1 Waktu dan tempat

Tgl : Rabu , 6 November 2019

Waktu : Pukul 08.00 s.d Selesai.

Tempat : Peusahaan PDAM Way Rilau terletak dijalan pangeran M. Noer No. II A

Kelurahan Pengajaran, Kecamatan Teluk Betung, Kota Bandar Lampung.

2.2 Proses Pengolahan Air Bersih

Proses pengoolahan air bersih tergantung pada kualitas air baku, PDAM Way Rilau melakukan

pengolahan secara terbatas dan pengolahan secara lengkap. Untuk air baku yang diperoleh

dari mata air pengolahan yang dilakukakan hanya pemeberian gas khlor sebagai desinfektan

yang disuntikkan langsung pada pipa pendistrbusian , karena air dianggap mempunyai

kualitas yang baik tanpa dlakukan treatment secara lengkap.

Sedangkan sumber air baku yang berasal dari air pemukaan (air sungai) kualitas airnya kurang

baik sehingga diperlukan pengolahan lengkap. PDAM way Rilau melakukan pengolahan air

secara lengkap di Instalasi pengolahan Air (IPA) I dan Instalasi Penngolahan air (IPA) II dengan

tahap=tahap pengolahan air seperti berikut:


2.2.1 Bangunan Penyadap Air Sungai (Intake)

Bangunan penyadap air sungai di Indonesia sering dikenal dengan sebutan “intake” (dari

water intake). Secara umum kelengkapan sarana bangunan penyadap air sungai terdiri atas:

a. Bendung untuk meninggikan muka air

Bendung ini khususnya digunakan untuk sungai yang airnya dangkal.

b. Pintu air

Pintu air ini digunakan untuk sistem yang menggunakan saluran dimana pintu air ini

digunakan sebagai alat untuk mengatur debit air yang masuk/ keluar saluran. Pintu ini juga

biasanya dilengkapi dengan pembacaan elevasi air.

c. Pompa

Pompa digunakan untuk menaikkan dan mengalirkan air. Pompa yang digunakan adalah

jenis pompa benam (pompa submersible) yang dipasang didalam air, atau pompa yang

dipasang didaratan (pompa centrifugal).

d. Saringan Kasar ( Bar Screen)

Saringan kasar ini digunakan untuk mencegah kotoran/ sampah terbawa aliran air dan

akan mengganggu bekerjanya pompa.

e. Penjebak Pasir (Grit chamber)

Penjebak pasir ini berfungsi untuk mengendapkan sedimen berupa fraksi pasir.

f. Saluran/ Bak pengumpul

Bak pengumpul ini berfungsi untuk menampung air sebelum dipompakan ke IPA.

2.2.2 Pre Khlorinisasi

Pre Khlorinisasi adalah tahap pertama desinfeksi yang bertujuan untuk

mempertahankan kandungan sisa khlor sebesar 0,2-0,5 mg/lt pada seluruh unit pengolahan
dalam suatu sistem (bersama dengan oksidasi). Kebutuhan Khlor dengan waktu ontak yang

pasti (tertentu) untuk mendapatkan sisa khlor yang tersedia cukup efektif untuk desinfeksi.

BPC (titik retak khlorinisasi) terutama digunakan dalam kasus dimana air mempunyai kualitas

yng baik tidak ( mengoksidasi Fe2+ dan Mn2+), menghilangkan rasa, mencegah pertumbuhan

bakteri dalam filter, memperpanjang waktu penyarinngan dan mencegah tumbuhnya algae.

BPC ( titik retak khlorinasi ) secara tidak langsung menyatakan oksidasi zat organik secara

lengkap. Kadar khlor tersedia bebas, naik secara seimbang dengan banyaknya khlor yang

dibbutuhkan.

Kadar khlor tersedia bebas, naik secara seimbang dengan banyaknaya khlor yang

sudah dibubuhkan sesudah titik retak (break point) tergantung dari:

Mutu bakteriologis air bersih yang diinginkan (sesudah khlorinasi), jarak yang harus ditempuh

air bersih sampai ke konsumen (karena khlor aktif sedikit demi sedikit direduksi)

pH dan sebagainya.

Air baku yang telahterkumpul dibangunan pengumpul air kemudian dipompakan ke

instalasipengolahan air dan masuk kedalam bak penampung untuk didesinfeksi sebelum

menjalani proses pengolahan atau sering disebut Pre Khlorinisasi. Pre Khlorinisai dilakukan

pada air baku dengan tujuan untuk membunuh bakteri, meningkatkan efektifitas proses

koagulasi, membantu menghilangkan bau, rasa, dan warna. Mengurangi proses penguraian

bahan organic ditangki sedimentasi. Serta menghambat pertumbuhan alga dan mikro

organisme (Pandia, 1996).

Proses Pre khlorinasi dilakukan dengan cara melarutkan gas khlor kemudian dipompa

kedalam bak penampung. Sehingga kontak antara khlor dan air baku terjadi. Alat yang

digunakan untuk menentukan konsentrasi gas khlor disebut khlorinator.


2.2.3 Koagulasi

Air yang telah melalui tahap Pre khlorinisasi kemudian dialirkan kemudian diakirkan

lagi ke bak koagulasi yaitu pembentukan flok dari partikel-partikel koloid. Koagulasi dilakukan

dengan metode ‘rafid mixing’, dengan cara menyuntikan koagulan kedalam pipa air baku

pada saat pengaliran air dari baku dari water intake ke receiving well.

Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk mengikat partikel kecil

zat pencemar yang tidak dapat mengendap secara gravitasi. Penampungan koagulasi

berfungsi untuk mengumpulkan kotoran atau lumpur. Koagulan yang dipakai adalah PAC (Poly

alumunium Chloride), dimana ion-ion alumunium merupakan penetral muatan partikel

koloid.

Banyaknya PAC yang ditambahkan tergantung pada kualitas air baku dan debit air

yang masuk untuk dapat menentukan jumlah PAC (Poly Alumunium Chloride) yang ditentukan

dalam air baku maka dilakukan jartes di laboratrium.

2.2.4 Flokulasi

Flokulasi merupakn tahap lanjutan dari proses koagulasi. Proses flokulasi adaah

proses pengumpulan pertikel yang sudah terkoagulasi menjadi gumpalan-gumpalan yang

lebih besar (flok). Flok sendiri merupakan partikel yang lebih besar yang dapat mengendap

secara gravitasi.

Pada bak Flokulasi dilakukan pengadukan lambat, dimamna air yang telah tercampur

dengan PAV dimasukkan kedalam bak flokulator, yang berfungsi untuk membentuk partikel

pertikel yang lebih besar sehingga dapat mengendap dengan daya berat sendiri. Setiap unit

flokulator terbagi atas tigaa kompertment dengan kecepatan aliran air menurun secara
bertahap agar dihasilkan flok berukuran besar dan tidak mudah pecah. Gambar bak flokulasi

dapat dilihat pada lampiran gambar.

2.2.5 Sedimentasi

Sedimentasi adalah air yang telah melewati bak flokulasi. Sedimentsi berfungsi untuk

mengendapkan flok yang terbentuk pada flokulator dengan mengalirkan air yang berasal dari

bak flokulator secara lambat kedalam bak sedimentasi sehingga dihasilkan air jernih di bagian

atas dan air keruh dibagian bawah.

Bak sedimentasi ini dilengkapi dengan sekat-sekat yang terbentuk dari asbes

berbentuk segi enam ( bentuknya menyerupai sarang lebah) yang memiliki ukuran 1,0 m x 0,1

dengan jarak antar sekat 2,5 cm dengan sudut kemiringan 60ºC. Zat-zat padat atau flok yang

terbetuk dari proses flokulasi akan mengendap di dasar bak dan dikumpulkan pada

konsetrator beupa saluran berbentuk V yang dilengka[I dengan pipa berlubang. Lumpu yag

terkumpul aka dialirkan ke saluran pembuanngan, selanjutnya air yang jernih dialirkan

menuju ke bak filtrasi.

2.2.6 Filtrasi

Filtrasi merupakan air yang melewati bak sedimentasi yang masih mengandung flok-

flok haus. Untuk menghilangkan flok halus ini air kemudian dimasukkan kedalam unit filtrasi.

Filtrasi ini menggunakan sistim saringan pasir cepat. Proses penyaringan dengan saringan

pasir cepat diarahkan untuk menghilangkan zat-zat melayang. Setelah air melalui proses

pengolahan lengkap, filter dengan saringan pasir cepat ini terdiri dari beberapa lapisan

dengan susunan yang disajikan.


Untuk membersihkan lapisan filter yang telah kotor, dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu sisitim suefece wash dan sistim back wash. Pada sistim suefece wash pencucian

dilakukan dengan cara menyemprotkan air dengan menggunakan selang kepermukaan bak

filter, sedangkan pada sistim back wash pencucian dilakukan dengan cara mengalirkan air

bersih dengan kecepatan tinggi melalui lapisan filter.

2.2.7 Post Khlorinasi

Langkah terakhir didalam pengolahan air bersih adalah desinfeksi. Air yang sudah siap

di distribusikan ke konsumen perlu di desinfeksi sedemikian rupa sehingga masih tetap

mengandung desinfektan yag cukup. Air minum yang sampaipada konsumen diharapkan

masih mengandung deinfektan sebanya 0,2-0,5 ppm. Persyaratan tersebut dimaksudkan agar

air benar-benar bebas dari bakteri.

Persyaratan sisa desinfektan pada air minum lebih rendah dari pada desinfektan pada

kolam renang, karena apabila terlalu tinggi akan memberikaan dampak negatif bagi

kesehatan manusia. Sisa desinfektan lebih kurang 0,2-0,5 ppm diharapkan dapat merupakan

jaminan bebasnya air dan bakteri.

2.2.8 Reservoir

Reservoir dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan atara produksi air yang

dihasilkan oleh Instalasi Pengolahan Air (IPA) /WTP dan kebutuhan harian yang

bervariasi,reservoir untuk menyediaan air bersih Way Rilau sangat besar dengan kapasitass

4000m3 yaitu reservoir sumur putri.

Air yang sudah melalui filter sudah dapat dipakai untuk air bersih.Air tersebut telah

bersihdan bebas dari bakteri,sehingga dapat ditampung pada bak reservoir untuk
didistribusikan kekonsumen.Air reservoir ini juga mengalami proses desinfikasi dengan

menggunakan gas khlor.Penyaluran gas khlor dilakukan dengan cara melalui pipa yang

dihubungkan dengan tangki baja. Penyimpanan gas khlor diatur pada dosis tertentu yang

berkisar antara 4-5 ppm menggunakan alat chlorinator. Pemberian desinfektan dalam air

sangat penting yang bertujuan untuk membunuh bakteri pathogen dalam bakteri.

BAB III

PEMBAHASAN

Tujuan Akhir penyediaan air oleh Perusahaan

Sumber air yang digunakan & estimasi jumlah air yang diolah perhari
maupun air yang didistribusikan perhari(tugas di rumah : hitung neraca
masanya)

Kriteria atau standar air (fisika-kimia)yang akan distribusikan ke


masyarakat
Identifikasi masing-masing Pengolahan eksternal & internal secara rinci
meliputi :

1. Tahapan Proses dari bahan baku hingga produk siap distribusi ke


konsumen (Buat bagan alir proses)

Tujuan masing-masing tahap proses/perlakuan


Kriteria atau Standar parameter kimia/fisik dari outlet disetiap tahapan
(jika ada)

Alat yang digunakan di setiap tahap proses & mekanisme kerja alat

Bahan kimia/pendukung yang terlibat di setiap proses serta kadar


penggunaannya (dosing)

Mekanisme pengendalian proses dalam peralatan tersebut (jika ada)

Susun rangkaian peralatan berikut piping dari awal hingga akhir proses

Identifikasi jenis dan tipe pompa, kerangan, Tee, elbow, flow meter bila
diizinkan perusahaan foto peralatan terkait

Frekuensi /indikator dilakukan perawatan peralatan (termasuk


backwash filtrasi, pencucian & penggantian resin (jika ada))
Upaya tanggap darurat jika terjadi kerusakan peralatan

Anda mungkin juga menyukai