Anda di halaman 1dari 63

TUJUH LANGKAH

DIAGNOSIS OKUPASI
DALAM PENENTUAN
PENYAKIT AKIBAT KERJA
Kesehatan Kerja
Kerja Kesehatan
(penyakit akibat kerja /gangguan kesehatan
sehubungan dengan kerja)

Kesehatan Kerja
(fitness untuk kerja)
PEKERJAAN

TENAGA KERJA

Penyakit umum Penyakit Terkait Penyakit akibat


Kerja kerja / kecelakaan
kerja
(Work-related Disease) (Occupational Disease)

Mis. Diabetes Mis. Penyakit jantung koroner Mis. Asbestosis


Malaria Sakit pinggang Keracunan timah
Asma Silikosis
PENYAKIT AKIBAT KERJA / PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN
KERJA

Penyakit akibat kerja = setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja (ps1 Permenakertrans No. Per. 01/Men/1981)

Penyakit yang timbul karena hubungan kerja = penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja (ps 1 Keppres No. 22 th 1993)

KLASIFIKASI PAK BERDASAR PENYEBAB :


1. PAK disebabkan oleh faktor FISIK
2. PAK disebabkan oleh faktor KIMIA
3. PAK disebabkan oleh faktor BIOLOGI
4. PAK disebabkan oleh faktor ERGONOMI / FISIOLOGIS
5. PAK disebabkan oleh faktor PSIKOSOSIAL

Menurut Permenakertrans No. Per. 01/MEN/1981 ada 30 jenis penyakit.


Menurut Keppres No. 22 th 1993 ada 31 jenis penyakit , yang 30 jenis = PER No.
01/Men/1981 ditambah 1 lagi.
Definisi PERDOKI (ILO, WHO, ACOEM)

PENYAKIT AKIBAT KERJA (Occupational Diseases) penyakit


yg mempunyai penyebab spesifik atau asosiasi kuat dgn
pekerjaan yg sebab utama terdiri dari satu agen penyebab yg
sudah diakui (ada evidence based)

Penyakit yg berhubungan dengan pekerjaan (Work-related


disease) Penyakit yang mempunyai bbrp agen penyebab,
dimana faktor pekerjaan memegang peranan penting
bersama dengan faktor risiko lainnya dalam berkembangnya
penyakit.

Note : dalam diagnosis Okupasi, keduanya dianggap PAK


Definisi PERDOKI (ILO, WHO, ACOEM)

Penyakit yg diperberat oleh pekerjaan atau Penyakit yang


mengenai Populasi Pekerja (disease affecting working
population)
penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya
agen penyebab di tempat kerja, namun dapat diperberat
oleh kondisi lingkungan pekerjaan yang buruk bagi
kesehatan.

Penyakit BUKAN Penyakit akibat kerja


Umumnya termasuk penyakit umum (yg ada pada masyarakat umum)
Pajanan tidak menyebabkan penyakit akibat kerja
Istilah Nama Penyakit Akibat Kerja

Di Indonesia, istilah nama PAK (Occupational


disease) ada 2 :

1. Penyakit Akibat Kerja


2. Penyakit yang timbul karena hubungan
kerja

Prinsip : kedua penyakit adalah sama.


Pada dasarnya PAK adalah sama dengan
Penyakit Yg Timbul Karena Hubungan Kerja.
Perbedaannya adalah :
Penyakit Akibat Kerja Penyakit Hubungan Kerja
Diatur oleh Kepmen No. Diatur dalam Kepres
01/Men/1981 No.22/Kepres/ 1993
Meliputi 30 jenis penyakit Meliputi 31 jenis penyakit
Dasar : Keselamatan Kerja Dasar : dapat kompensasi
ganti rugi

31 Jenis Penyakit 30 jenis penyakit + 1 klausul


= penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia
lainnya termasuk obat
PENYAKIT AKIBAT KERJA / PENYAKIT YANG
TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA
Penyakit Akibat Kerja = setiap penyakit yg disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja (ps 1 Permenaker No.
01/Men/1981) 30 jenis PAK
Penyakit yg timbul karena hubungan kerja = penyakit yg
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (ps 1 Kepres
No. 22/1993) 31 Jenis PAK
Klasifikasi PAK berdasar Penyebab :
PAK disebabkan faktor fisik
PAK disebabkan oleh faktor kimia
PAK disebabkan oleh faktor biologi
PAK disebabkan oleh faktor fisiologis
PAK disebabkan oleh faktor psikologis
PENYAKIT AKIBAT KERJA

Artifisial = timbulnya karena adanya pekerjaan


Terdapat faktor penyebab di tempat kerja
Man-made Diseases = penyakit buatan
manusia
Dapat dicegah
Mendapatkan kompensasi (compensable)
Perbedaan Penyakit Akibat Kerja dan
Penyakit Terkait Kerja
PAK Peny. Terkait Kerja
(Occupational Disease) (Work Related Disease)
Penyebab spesifik Penyebab multifaktor
Ada kausa di tempat kerja Ada triger di tempat kerja

Pajanan tempat kerja Pajanan tempat kerja mungkin


esensial sebagai faktor pencetus, yg
mempermudah, memperberat
Mendapat kompensasi Tidak mendapat kompensasi
Jamsostek (Compensabel) Jamsostek (Non Compensabel)
Contoh : Contoh :
Tuli akibat bising Ambeien
Asbestosis, silikosis Hernia
Leukemia akibat benzen Asma dg riwayat keluarga/keturunan
DASAR HUKUM

UU No. 1 Tahun 1970


UU No. 3 Tahun 1992
PP No. 14 Tahun 1993, Disempurnakan PP No. 64
Tahun 2005
Keppres No. 22 Tahun 1993
Permennakertrans No. Per. 01/Men/1981
Permennakertrans No. Per. 02/Men/1980
Permennakertrans No. Per. 03/Men/1982
Kepmennaker No. Kep. 79/Men/2003
Tujuan Diagnosis Okupasi

Hak Pekerja
Dasar Penatalaksanaan
Membatasi kecacatan
Melindungi pekerja lain
Karena sulit membedakan PAK
dari Penyakit Umum, Bagaimana
Memastikan bahwa Suatu
Penyakit Terkait atau tidak
terkait dengan lingkungan atau
aktivitas kerja ?
7 Langkah Diagnosis Okupasi
Agar diagnosis PAK dapat ditegakkan, diperlukan
perhatian khusus dan ketrampilan investigasi dari
seorang dokter.
Tanpa adanya kewaspadaan dan kecurigaan dari
seorang dokter, bahwa penyebab suatu penyakit
ada di tempat kerja, maka diagnosis PAK sering
terlewatkan.
Langkah sistematis dan terarah dalam menegakan
diagnosis tsb dinamakan 7 langkah diagnosis
okupasi.
7 Langkah Mendiagnosis PAK
TENTUKAN :
1. DIAGNOSIS KLINIS
2. PAJANAN DI TEMPAT KERJA
3. ADAKAH HUBUNGAN ANTARA PAJANAN DI TEMPAT
KERJA DAN DIAGNOSIS KLINIS
4. APAKAH PAJANAN YANG DIALAMI CUKUP BESAR
5. ADAKAH FAKTOR INDIVIDU YANG BERPERAN
6. ADAKAH PAJANAN LAIN DI LUAR TEMPAT KERJA
7. MENETAPKAN DIAGNOSIS PAK, PTK, PENY UMUM
ATAU PERLU TAMBAHAN DATA
PASIEN

ANAMNESIS & PEMERIKSAAN

Ragu -Konsul Spesialis Klinik Terkait


DIAGNOSIS KLINIS -Rujuk Ke RS

Ragu
DIAGNOSIS OKUPASI -Konsul Spesialis Ked.
Okupasi/BKKM/RS
-Pemeriksaan Lingkungan,
Biomarker dll
PENATALAKSANAAN KASUS

Penatalaksanaan Penatalaksanaan
klinis / medis okupasi
1. Menentukan Diagnosis Klinis

Langkah pertama menegakan diagnosis PAK


adalah menegakan diagnosis klinis penyakit.
Diagnosis PAK tidak dapat ditegakan hanya
berdasarkan gejala yang dikeluhkan pasien,
karena dasar dari penegakan diagnosis PAK
adalah Evidence Based, di mana penelitian yang
ada menunjukkan bahwa antara suatu pajanan
dengan suatu penyakit ada Hubungan Spesifik
Artinya suatu pajanan menyebabkan satu atau
beberapa penyakit tertentu, sesuai hasil
penelitian yang ada.
1. Menentukan Diagnosis Klinis

Upaya diagnosis klinis mungkin memerlukan


pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lainnya dan sering perlu
melibatkan dokter spesialis yang terkait
dengan penyakit pasien.
Prinsipnya apabila belum dapat ditegakan
diagnosis klinis maka diagnosis okupasi belum
dapat ditentukan.
2. Menentukan Pajanan Yang Dialami Individu
Tersebut Dalam Pekerjaan
Suatu PAK, sering tidak hanya disebabkan oleh pajanan
yang dialami di pekerjaan yang saat ini dilakukan, tetapi
dapat disebabkan oleh pajanan-pajanan pada pekerjaan
terdahulu.
Selain itu beberapa pajanan bisa saja menyebabkan satu
penyakit, sehingga seorang dokter harus mendapatkan
informasi mengenai semua pajanan yang dialami &
pernah dialami oleh pekerja.
Untuk dapat mengidentifikasi pajanan atau pekerjaan
mana yang penting & mungkin berpengaruh maka perlu
dilakukan anamnesis pekerjaan dan pajanannya dengan
teliti.
2. Menentukan Pajanan Yang Dialami Individu
Tersebut Dalam Pekerjaan
Anamnesis pekerjaan & pajanannya mencakup :
Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis
Periode waktu melakukan masing-masing pekerjaan
Apa yang diproduksi
Bahan yang digunakan
Cara bekerja
Alur kegiatan dalam bekerja setiap hari
Informasi tsb akan semakin bernilai jika ditunjang
dengan data obyektif seperti MSDS (material safety
data sheet) dari bahan yg digunakan, catatan
perusahaan mengenai penempatan pekerja dsb.
3. Menentukan apakah ada hubungan antara
pajanan dengan penyakit yang dialami
Hubungan ini harus berdasarkan hasil penelitian
epidemiologis yang pernah dilakukan (evidence based)
Identifikasi ada tidaknya hubungan antara pajanan &
penyakit dapat dilakukan dengan mengkaji referensi yang
ada
Bila belum ada bukti bahwa suatu pajanan ada hubungan
dengan suatu penyakit, maka diagnosis PAK tidak dapat
ditegakan.
Jika belum ada hasil penelitian, tetapi dari pengalaman
sangat dicurigai adanya suatu hubungan, maka itu baru
dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian awal.
3. Menentukan apakah ada hubungan antara
pajanan dengan penyakit yang dialami
Hubungan antara pajanan dengan penyakit juga perlu dilihat
dari waktu timbulnya gejala atau terjadinya penyakit, misalnya
orang tersebut terpajan oleh bahan tertentu terlebih dahulu,
sebelum mulai timbul gejala atau penyakit.
Misal bila serangan asma lebih banyak terjadi pada waktu hari
kerja dan berkurang pada hari libur, masa cuti atau pada
waktu tidak terpajan, hal ini akan sangat mendukung ke
diagnosis Asma Akibat kerja.
Adanya hasil pemeriksaan pra-kerja mengenai penyakit akan
mempermudah menentukan, bahwa penyakit terjadi sesudah
terpajan, namun tidak adanya hasil pemeriksaan pra-kerja
dan/atau hasil pemeriksaan berkala bukan berarti tidak dapat
dilakukan diagnosis PAK.
HUBUNGAN KAUSAL
1. Time relationship
2. Strength of the association
3. Dose-respon relationship
4. Consistency of the association
5. Specificity of the association
6. Biological plausibility
7. Coherence of the evidence
PENENTUAN PENYEBAB PAK :
Apakah pajanan mendahului timbulnya penyakit setelah
KETERKAITAN interval waktu yang sesuai dengan mekanisme biologi yg
DENGAN WAKTU diajukan ?

KEKUATAN Semakin besar dampak suatu pajanan pada kejadian atau


timbulnya P.A.K.,semakin kuat kemungkinan hubungan
HUBUNGAN sebab tergantung pada data epidemiologi dan/atau data
toksikologi
HUBUNGAN DOSIS-
Semakin berat dan lama pajanan, semakin parah atau
RESPON
semakin tinggi insidens PAK
KONSISTENSI
HUBUNGAN Beberapa penelitian menyebutkan hasil dan kesimpulan
yang sama
KEKHUSUSAN
Bahan kimia tertentu menyebabkan kerusakan pada organ
HUBUNGAN biologis tertentu (ada target organ)
KECOCOKAN
BIOLOGIK
Berdasarkan sifat toksikologi, kimia, fisika atau sifat
lainnya dari faktor resiko, menunjukkan pemajanan
menyebabkan PAK.
BUKTI YANG
KOHEREN Sintesis umum dari semua penemuan menyimpulkan bahwa
ada hubungan sebab akibat secara umum & masuk akal.
4. Menentukan apakah pajanan yang dialami cukup
besar untuk menimbulkan penyakit tersebut.
Untuk dapat menilai apakah suatu pajanan cukup besar
untuk dapat menyebabkan penyakit tertentu, perlu
dimengerti patofisiologi dari penyakit tsb dan bukti
epidemiologis.
Cukup besarnya suatu pajanan dapat dinilai secara
kualitatif, yaitu dengan menanyakan kepada pasien
mengenai cara kerja, proses kerja dan bagaimana
lingkungan kerja. Penting juga melakukan pengamatan
dan memperhitungkan masa kerja, yaitu berapa lama
pekerja tsb sudah terpajan.
kuantitatif dapat menggunakan data pengukuran
lingkungan kerja terhadap pajanan tersebut, yang
telah dilakukan secara periodik oleh perusahaan atau
data monitoring biologis yang ada.
4. Menentukan apakah pajanan yang dialami
cukup untuk menimbulkan penyakit tersebut.
Bila tidak ada, dapat dilakukan pengukuran pada saat
akan dilakukan diagnosis PAK dan bila tidak ada
perubahan dalam proses dan cara kerja secara berarti
pada masa kerja pekerja tsb, dapat diasumsikan bahwa
selama masa kerja tsb pekerja memperoleh pajanan
dalam jumlah yang sama.
Hasil pengukuran dinilai apakah melebihi NAB atau
termasuk pajanan tinggi atau tidak.
Pemakaian APD juga perlu dinilai apakah dapat
mengurangi pajanan secara berarti atau tidak, yaitu jika
jenis APD sesuai, dipakai secara benar dan konsisten.
5. Menentukan apakah ada faktor-faktor
individu yang berperan
Setiap penyakit selain disebabkan oleh faktor
lingkungan dan/atau faktor pekerjaan, pasti juga
ada faktor individu yang berperan.
Perlu dinilai seberapa besar faktor individu
berperan, shg dpt dimengerti mengapa yg
terkena adalah individu pekerja tsb dan bukan
seluruh pekerja di tempat yg sama.
Faktor individu yg mungkin berperan adalah
riwayat atopi atau alergi, riwayat dalam keluarga,
higiene perorangan dll.
Adanya faktor individu tidak berarti diagnosis PAK
menjadi batal namun diperlukan utk menilai
seberapa besar faktor individu ikut berperan.
6. Menentukan apakah ada faktor lain di luar
pekerjaan
Faktor lain di luar pekerjaan adalah pajanan lain
yg juga dpt menyebabkan penyakit yg sama,
namun bukan merupakan faktor pekerjaan, misal
rokok, pajanan di rumah, hobbi dll.
Bila ternyata faktor pekerjaan tidak ada yg
berhbgnan dgn penyakit, ada kemungkinan faktor
penyebab di luar pekerjaan yg lbh berperan.
Namun adanya kebiasaan tertentu dari pekerja
misal merokok, tidak bisa meniadakan faktor
penyebab di pekerjaan.
7. Menentukan Diagnosis Okupasi / Diagnosis
PAK
Kaji seluruh informasi yg telah dikumpulkan dari
langkah-langkah terdahulu, dan berdasarkan bukti &
referensi, buat keputusan apakah PAK atau tidak.
Diagnosis PAK dapat dibuat bila dari langkah-langkah
di atas dapat disimpulkan bahwa memang ada
hubungan sebab-akibat antara pajanan yg dialami
dgn penyakit & faktor pekerjaan merupakan faktor yg
bermakna terhadap terjadinya penyakit & tidak
dapat diabaikan, meski ada faktor individu atau
faktor lain yg ikut berperan thdp timbulnya penyakit.
7. Menentukan Diagnosis Okupasi /
Diagnosis PAK
Kesimpulan akhir adalah menentukan salah satu di bawah ini :
1. PAK, bila langkah 1 konfirm diagnosis klinis, langkah 2 ada
pajanan di tempat kerja, langkah 3 ada evidence based
pajanan menimbulkan penyakit tsb, dan langkah 4 pajanan
cukup dpt menimbulkan penyakit tsb.
2. Penyakit diperberat oleh pekerjaan: langkah satu, dua, tiga,
empat, idem dengan nomor 1, langkah 5 ada faktor individu
yg berperan, langkah 6 ada pajanan yg sama dgn pajanan di
tempat kerja yg dpt menimbulkan penyakit tsb.
3. Bukan PAK : bila langkah 1 konfirm diagnosis klinis, langkah 2
terdapat pajanan di tempat kerja, langkah 5 & 6 idem nomor
2.
4. Butuh data tambahan : bila ada data yang masih harus
dikumpulkan utk konfirmasi hasil dari langkah 1 sampai 6.
7 Langkah Diagnosis Okupasi Utk Setiap
Diagnosis Klinis Yg Ditemukan
Langkah Diagnosis Diagnosis Diagnosis
Kesatu Kedua Ketiga
1. Diagnosis Klinis
Dasar diagnosis (anamnesis, PF,
pem penunjang, body map, brief
survey)
2. Pajanan di tempat kerja
Fisik
Kimia
Biologi
Ergonomi
Psikososial
3. Evidence Based
(sebutkan secara teoritis)
Apa dasar teori Pajanan di TK yg
menyebabkan diagnosis klinis di
langkah 1 ?
7 Langkah Diagnosis Okupasi Utk Setiap
Diagnosis Klinis Yg Ditemukan
Langkah Diagnosis Diagnosis Diagnosis
Kesatu Kedua Ketiga
4. Apa pajanan cukup
menimbulkan diagnosis klinis ?
Masa kerja
Jumlah jam terpajan /hr
Pemakaian APD
Konsentrasi / dosis pajanan
Lainnya
Kesimpulan jumlah pajanan dan dasar
perhitungannya
5. Apa ada faktor individu yg
berpengaruh thdp tblnya diagnosis
kliis ? Bila ada, sebutkan
6. Apakah terpajan oleh bahaya
potensial yg sama seperti di
langkah 3 di luar TK? Bila ada,
sebutkan
7 Langkah Diagnosis Okupasi Utk Setiap
Diagnosis Klinis Yg Ditemukan
Langkah Diagnosis Diagnosis Diagnosis
Kesatu Kedua Ketiga
7. Diagnosis Okupasi

-Apa diagnosis klinis ini termasuk


PAK ?
-Penyakit diperberat oleh pekerjaan
atau bukan sama sekali PAK
-Butuh pemeriksaan lebih lanjut

Diagnosis Okupasi / Diagnosis Pak tidak dapat ditegakkan,


bila dari referensi tidak ditemukan adanya hubungan antara
pajanan dengan penyakit, pajanan yg dialami tidak cukup
besar untuk dapat menyebabkan penyakit tsb (secara
kuantitatif maupun kualitatif, secara kumulatif dari masa
kerja)
Langkah Diagnosis PAK
1. Diagnosis Klinis berdasarkan
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Laboratorium
4. ECG, Audiometri, Spirometri
5. Body map
6. Brief Survey
2. Pajanan di tempat kerja
1. Agen Fisika
2. Agen Kimia
3. Agen Biologi
4. Agen Ergonomi (berdasarkan brief survey)
5. Agen Psikososial
Langkah Diagnosis PAK
3. Hubungan antara pajanan di tempat kerja dengan diagnosis klinis
(Evidence Based)
-Evidence based dari jurnal, textbook, penelitian :
Apakah pajanan di tempat kerja dapat menyebabkan penyakit klinis ?
Apa patofisiologinya ?

4. Pajanan di tempat kerja cukup membuat diagnosis pada langkah 1


- Lama kerja
- Lama pajanan (jam per hari)
- Penggunaan APD
- Konsentrasi pajanan
- Lain-lain
Kesimpulan : Total pajanan & berdasarkan pengukuran pajanan
Langkah Diagnosis PAK
5. Faktor individual dapat menyebabkan penyakit pada langkah 1
-Apakah ada faktor individual yg dapat menyebabkan penyakit
pada lengkah 1 ?
-Tuliskan

6. Adakah pajanan lain yg mirip pajanan di tempat kerja ?


-Apakah ada pajanan di luar tempat kerja yang mirip dengan pajanan di
tempat kerja ?
-Jelaskan jika ada
Langkah Diagnosis PAK
7. Kesimpulan Diagnosis PAK
Diagnosis Okupasi
Klasifikasi diagnosis okupasi :
-Penyakit akibat kerja
-Penyakit yang diperberat oleh pekerjaan
-Tidak ada penyakit akibat kerja
-Perlu lebih banyak data

Bukan penyakit akibat kerja (diperberat oleh pekerjaan atau


bukan sama sekali PAK)
Butuh pemeriksaan lebih lanjut.
PASIEN

ANAMNESIS & PEMERIKSAAN

Ragu -Konsul Spesialis Klinik Terkait


DIAGNOSIS KLINIS -Rujuk Ke RS

Ragu
DIAGNOSIS OKUPASI -Konsul Spesialis Ked.
Okupasi/BKKM/RS
-Pemeriksaan Lingkungan,
Biomarker dll
PENATALAKSANAAN KASUS

Penatalaksanaan Penatalaksanaan
klinis / medis okupasi
Contoh Kasus 1
Seorang pria, Tn A datang ke klinik dengan
keluhan sesak nafas sejak 5 hari yg lalu
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang Spirometri, ia diberitahu
menderita asma.
Apa diagnosis okupasi nya ?
1. Diagnosis Klinis ?
-Anamnesis
-Pemeriksaan fisik
-Diagnosis : Asma bronkial
2. Pajanan di tempat kerja
buat tabel dari hazard yg berpotensi
-Riwayat kerja ? Pekerjaan sekarang (pabrik
tepung-pengepakan)
-Apa hazard yg dijumpai ?
(Fisika : tepung; Kimia : . B: .. E: P: )

3. Hubungan antara pajanan tempat kerja dengan


Diagnosis Klinis (evidence based / referensi /
pengalaman)
-Tepung Asma ??
4. Pajanan di tempat kerja cukup ?
-Di bagian pengepakan : debu tepung
melebihi NAB
-Tidak menggunakan APD

5. Faktor individual dapat menyebabkan


Diagnosis Klinis pada langkah 1 ?
-Apakah dia menderita alergi ? Atopi lain ?
-Apakah dia satu2nya menderita asma di tempat
kerja ?
-Apakah ada orang lain menderita asma juga ?
6. Apakah ada pajanan lain yg mirip di tempat
kerja ?
-Apakah ada pajanan mirip tepung di luar
tempat kerja ?
Tidak ada

7. Kesimpulan Diagnosis Okupasi


Asma disebabkan debu tepung selama kerja di
bagian pengepakan.
Contoh Kasus 2
Nona T datang ke klinik dengan keluhan : sakit kepala,
hipestesia pada kedua tangan sejak 3 bulan yang lalu
Setelah pemeriksaan fisik dan tes neurologi, dia diberitahu
menderita polineuropati.
Apa diagnosis okupasi nya ?

1. Diagnosis Klinis ?
-Anamnesis dan self-assessment questionnaire SQ16
-Pemeriksaan fisik
-Diagnosis kerja : suspek polineuropati perifer ec ?
-DD/ : neurotoksik, defisiensi vit B12
2. Pajanan di tempat kerja
-Buat tabel hazard yg berpotensi
-Riwayat pekerjaan ? Pekerjaan sekarang?
(pabrik sepatu-bagian alas kaki)
-Apa hazardnya ?
(F:.. K: metil etil keton (solvent) B:. E:.. P:..)

3. Hubungan antara pajanan di tempat kerja


dengan Diagnosis Klinis ? (evidence based /
referensi / pengalaman)
-MEK neurologi kronik ??
4. Pajanan di tempat kerja cukup ?
-Departemen alas kaki sepatu
-Pajanan 8 jam/hr, konsentrasi MEK (personal)
lebih dari 200 ppm

5. Apakah faktor individual dapat menyebabkan


Diagnosis Klinis pada langkah 1 ?
-Apakah ada faktor genetik yg dapat
menyebabkan Diagnosis Klinis pada langkah 1?
(tidak ada)
-Apakah hanya nona T yg menderita penyakit ?
Tidak, ada 3 temannya pula yg menderita
6. Apakah ada pajanan lain yg mirip pajanan di
tempat kerja ?
-Apakah ada pajanan lain mirip MEK di luar
tempat kerja ?
(Tidak ada)

7. Kesimpulan Diagnosis Okupasi ?


Neurotoksik kronik yg disebabkan oleh
pajanan MEK di tempat kerja (Penyakit Akibat
Kerja)
Contoh Kasus 3 Sakit bahu leher
Seorang desainer kreatif wanita 28 tahun mengalami nyeri
bahu dan leher kanan selama 2,5 tahun setelah bekerja di
sebuah perusahaan perangkat lunak. Dia mengalami
ketegangan otot leher sewaktu menggerakkan kepala.
Keluhan ini diperberat oleh kerja dengan komputer tanpa
istirahat. Dia merasa membaik selama hari libur.
Pekerjaan sehari-harinya sering menggunakan mouse.
Dalam 4 bulan terakhir, dia juga mengambil alih pekerjaan
temannya yang cuti hamil dan sering harus bekerja 12 jam
sehari. Sebuah survai gejala memperlihatkan prevalensi tinggi
gejala KMS di antara staf perusahaan perangkat lunak.
Adakah pajanan di tempat kerja ? Ya, dia bekerja dengan monitor serta
sering menggunakan mouse, kerja
lembur dan skedul yang ketat
Adakah bukti ilimiah & pajanan Ya, terdapat bukti kuat hubungan
kerja secara khusus berhubungan antara nyeri otot leher-bahu dengan
dengan KMS ? postur atau beban statik yg lama

Apakah pajanan kerja berlebihan Ya, berdasarkan sifat pekerjaan, jam


atau cukup bermakna ? kerja yang panjang dengan istirahat
minimal
Apakah ada faktor non-pekerjaan Tidak ada faktor khusus kecuali
yang cukup bermakna ? riwayat migraine sebelumnya
Apakah ia akan menderita sakit yg Tidak. Kondisinya membaik jika
serupa jika tidak bekerja di sini ? istirahat di rumah

Kesimpulan Nyeri leher-bahu berhubungan kerja


karena beban statik yang berlebihan
akibat penggunaan monitor
Komponen Anamnesis PAK yang komprehensif

1. Deskripsi dan sifat pekerjaan saat ini


2. Jam kerja dan sistem shift
3. Pajanan
a. Jenis hazard tempat kerja
-Kimia (mis. Formaldehid, solven organik, pestisida)
-Logam (mis. Timbal, arsen, cadmium)
-Debu (mis. Asbestos, silika, batubara)
-Biologi (mis. HIV, hepatitis B, Tbc)
-Fisik (mis. Suara bising, gerak repetitif, radiasi)
-Psikologi (mis. Stress)
b. Derajat pajanan (dapat berupa perkiraan)
-Lama pajanan
-Konsentrasi pajanan
-Jalur pajanan
-Adanya dan manfaat pengendalian pajanan (mis. Ventilasi umum & lokal)
-Data pajanan kuantitatif dari inspeksi & pemantauan lingkungan
Komponen Anamnesis PAK yang komprehensif

4. Riwayat Pekerjaan sebelumnya


-Riwayat sepanjang hidup, dengan tanggal dipekerjakan & tugasnya
-Riwayat tugas di militer

5. Riwayat Pekerjaan lain atau sambilan

6. Hubungan waktu antara pekerjaan dan gejala


-Gejala terjadi atau dieksaserbasi di tempat kerja dan membaik setelah tidak di
tempat kerja
-Gejala bersamaan dengan introduksi pajanan baru di tempat kerja, aktivasi
suatu proses, perubahan material atau perubahan lain pada kondisi kerja

7. Riwayat penyakit sebelumnya


mis. Otitis media sebelumnya dapat merupakan penyebab ketulian
dibandingkan akibat dari suara bising di tempat kerja
Komponen Anamnesis PAK yang komprehensif

8. Penggunaan APD , keefektifan tergantung pada


-ketepatan alat untuk mengendalikan pajanan, pemakaian yang benar, konsistensi
penggunaan & pemeliharaan APD
9. Ada tidaknya program kesehatan kerja di tempat kerja

10. Metode penanganan material & teknik tindakan perlindungan


11. Keluhan lain di antara pekerja lain
-kemungkinan pekerjaan memberi kontribusi pada suatu penyakit bertambah jika
teman kerja mengalami gejala yang sama

12. Pajanan lingkungan lain (termasuk domestik)


-Lingkungan rumah (mis. Kontaminasi Air, udara, tanah)
-Hobbi atau aktivitas rekreasi (mis. Earphone)
13. Gaya hidup sosial terutama kebiasaan merokok
-Merokok dapat berinteraksi dengan pajanan kerja sehingga secara eksponensial
meningkatkan risiko penyakit (asbestosis & kanker paru)
-Merokok juga dapat meningkatkan absorpsi bahan kimia (mis. Absorpsi timbal
lebih tinggi di antara perokok)
Evaluasi Klinis P A K
2. Pemeriksaan Fisik Perhatikan tanda penyakit & nilai
derajat kecacatan
3. Pemeriksaan Penunjang Perhatikan hasilnya
4. Pengobatan Pengobatan penyakit
5. Penatalaksanaan Aspek Pekerjaan
a. Penatalaksanaan Pekerja
Pelaporan P A K
Tentukan dampak penyakit pada
kelayakan kembali bekerja
b. Inspeksi Tempat Kerja
Survailans lingkungan kerja
Periksa teman kerja terhadap
pajanan & PAK
c. Implementasi Tindakan
Pencegahan
Pencegahan PAK di tempat kerja
Digunakan u/ menetapkan diagnosis dan penilaian
cacat karena kecelakaan dan PAK guna
memperhitungkan kompensasi yang menjadi hak
tenaga kerja.
UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

UPAYA PREVENTIF
Px. Kes Awal, Berkala, Khusus
Penempatan/pemindahan TK sesesuai kondisi kesehatan Tenaga
Kerja, rotasi kerja, pengurangan waktu kerja
Penerapan higiene dan sanitasi
Penerapan prinsip ergonomi kerja
Prosedur kerja aman (SOP)
APD/PPE
Pelaporan PAK
Pemantauan & pengendalian Ling kerja & alat2 produksi
Pemberian makanan sesuai kebutuhan gizi
Vaksinasi
Pajanan

Pemulihan
Kelainan Manifestasi
Sehat Pra-klinis Penyakit

Impairment

Pencegahan Pencegahan Terapi/


Primer Sekunder Pencegahan Tersier
Rehabilitasi

Meninggal
Kesukaran / Problema
Mendiagnosis PAK
1. PAK relatif lebih sulit didiagnosis karena
banyak PAK yang gambarannya mirip
penyakit umum.
2. Berbagai PAK mempunyai waktu inkubasi
yang lama
3. Kurangnya sarana bantu utk mendiagnosis
PAK
4. Kurang training / kemampuan dokter untuk
mendiagnosis PAK
P A K sering
tidak
dikenali
karena

Masa laten
yang
panjang
antara
pajanan &
penyakit
Pajanan Asbestos di pabrik pesawat
Sering tidak diklaim karena buruknya
kesadaran dan pengenalan keterkaitan
dengan pekerjaan

Perhatikan
kurangnya
proteksi
pendengaran
yang cukup !
Sering tidak
diklaim
karena
kesulitan
memisahkan
antara
kontribusi
kerja dan
non-
pekerjaan

Kanker kulit pada seorang arc welder


Welding menimbulkan spektrum penuh
radiasi UV

Anda mungkin juga menyukai