Anda di halaman 1dari 61

TUJUH LANGKAH

DIAGNOSIS OKUPASI
DALAM PENENTUAN
PENYAKIT AKIBAT KERJA
Kesehatan Kerja
Kerja Kesehatan
(penyakit akibat kerja /gangguan kesehatan
sehubungan dengan kerja)

Kesehatan Kerja
(fitness untuk kerja)
PEKERJAAN

TENAGA KERJA

Penyakit umum Penyakit Terkait Penyakit akibat


Kerja kerja / kecelakaan
kerja
(Work-related Disease) (Occupational Disease)
Mis. Diabetes Mis. Penyakit jantung koroner Mis. Asbestosis

Malaria Sakit pinggang Keracunan timah


Asma Silikosis
Definisi
PAK / Peny yg timbul karena hubungan kerja adalah
penyakit yg disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan
kerja
Kepres No. 22 th 1993 ttg Penyakit yg timbul karena hubungan kerja

Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Work-


related diseases) 1998 : adalah penyakit yang mempunyai
beberapa agen penyebab, di mana faktor pada pekerjaan
memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya
dalam berkembangnya penyakit yg mempunyai etiologi yg
kompleks.
PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN
PENYAKIT TERKAIT KERJA
Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dapat
berupa :
1. Penyakit akibat kerja (Occupational disease)
yaitu penyakit yang timbul akibat pemajanan
faktor-faktor risiko dari pekerjaan

2. Penyakit terkait kerja (work-related disease)


yaitu penyakit yang dicetuskan, dipermudah
atau diperberat oleh pekerjaan.
Definisi
Penyakit yang mengenai populasi pekerja (diseases
affecting working populations) adalah penyakit yang
terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen
penyebab di tempat kerja, namun dapat diperberat
oleh kondisi pekerjaan yg buruk bagi kesehatan.

Penyakit tersebut juga dikenal dengan penyakit yang


diperberat oleh pekerjaan.
Istilah Nama Penyakit Akibat Kerja

Di Indonesia, istilah nama PAK (Occupational


disease) ada 2 :

1. Penyakit Akibat Kerja


2. Penyakit yang timbul karena hubungan kerja

Prinsip : kedua penyakit adalah sama.


Pada dasarnya PAK adalah sama dengan
Penyakit Yg Timbul Karena Hubungan Kerja.
Perbedaannya adalah :
Penyakit Akibat Kerja Penyakit Hubungan Kerja
Diatur oleh Kepmen No. Diatur dalam Kepres
01/Men/1981 No.22/Kepres/ 1993
Meliputi 30 jenis penyakit Meliputi 31 jenis penyakit
Dasar : Keselamatan Kerja Dasar : dapat kompensasi
ganti rugi

31 Jenis Penyakit 30 jenis penyakit + 1 klausul


= penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia
lainnya termasuk obat
PENYAKIT AKIBAT KERJA / PENYAKIT YANG
TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA
Penyakit Akibat Kerja = setiap penyakit yg disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja (ps 1 Permenaker No.
01/Men/1981) 30 jenis PAK
Penyakit yg timbul karena hubungan kerja = penyakit yg
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (ps 1 Kepres
No. 22/1993) 31 Jenis PAK
Klasifikasi PAK berdasar Penyebab :
PAK disebabkan faktor fisik
PAK disebabkan oleh faktor kimia
PAK disebabkan oleh faktor biologi
PAK disebabkan oleh faktor fisiologis
PAK disebabkan oleh faktor psikologis
PENYAKIT AKIBAT KERJA

Artifisial = timbulnya karena adanya


pekerjaan
Terdapat faktor penyebab di tempat kerja
Man made Diseases = penyakit buatan
manusia
Dapat dicegah
Mendapatkan kompensasi (compensable)
Perbedaan Penyakit Akibat Kerja dan
Penyakit Terkait Kerja
PAK Peny. Terkait Kerja
(Occupational Disease) (Work Related Disease)
Penyebab spesifik Penyebab multifaktor
Ada kausa di tempat kerja Ada triger di tempat kerja
Pajanan tempat kerja Pajanan tempat kerja mungkin
esensial sebagai faktor pencetus, yg
mempermudah, memperberat
Mendapat kompensasi Tidak mendapat kompensasi
Jamsostek (Compensabel) Jamsostek (Non Compensabel)
Contoh : Contoh :
Tuli akibat bising Ambeien
Asbestosis, silikosis Hernia
Leukemia akibat benzen Asma dg riwayat keluarga/keturunan
DASAR HUKUM

UU No. 1 Tahun 1970


UU No. 3 Tahun 1992
PP No. 14 Tahun 1993, Disempurnakan PP No. 64
Tahun 2005
Keppres No. 22 Tahun 1993
Permennakertrans No. Per. 01/Men/1981
Permennakertrans No. Per. 02/Men/1980
Permennakertrans No. Per. 03/Men/1982
Kepmennaker No. Kep. 79/Men/2003
Tujuan Diagnosis Okupasi

Hak Pekerja
Dasar Penatalaksanaan
Membatasi kecacatan
Melindungi pekerja lain
Karena sulit membedakan PAK
dari Penyakit Umum, Bagaimana
Memastikan bahwa Suatu
Penyakit Terkait atau tidak
terkait dengan lingkungan atau
aktivitas kerja ?
7 Langkah Diagnosis Okupasi
Agar diagnosis PAK dapat ditegakkan, diperlukan
perhatian khusus dan ketrampilan investigasi dari
seorang dokter.
Tanpa adanya kewaspadaan dan kecurigaan dari
seorang dokter, bahwa penyebab suatu penyakit ada
di tempat kerja, maka diagnosis PAK sering
terlewatkan.
Langkah sistematis dan terarah dalam menegakan
diagnosis tsb dinamakan 7 langkah diagnosis
okupasi.
7 Langkah Mendiagnosis PAK
TENTUKAN :
1. DIAGNOSIS KLINIS
2. PAJANAN DI TEMPAT KERJA
3. ADAKAH HUBUNGAN ANTARA PAJANAN DI
TEMPAT KERJA DAN DIAGNOSIS KLINIS
4. APAKAH PAJANAN YANG DIALAMI CUKUP BESAR
5. ADAKAH FAKTOR INDIVIDU YANG BERPERAN
6. ADAKAH PAJANAN LAIN DI LUAR TEMPAT KERJA
7. MENETAPKAN DIAGNOSIS PAK, PTK, PENY UMUM
ATAU PERLU TAMBAHAN DATA
1. Menentukan Diagnosis Klinis

Langkah pertama menegakan diagnosis PAK adalah


menegakan diagnosis klinis penyakit.
Diagnosis PAK tidak dapat ditegakan hanya berdasarkan
gejala yang dikeluhkan pasien, karena dasar dari
penegakan diagnosis PAK adalah Evidence Based, di
mana penelitian yang ada menunjukkan bahwa antara
suatu pajanan dengan suatu penyakit ada Hubungan
Spesifik
Artinya suatu pajanan menyebabkan satu atau
beberapa penyakit tertentu, sesuai hasil penelitian yang
ada.
1. Menentukan Diagnosis Klinis

Upaya diagnosis klinis mungkin memerlukan


pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lainnya dan sering perlu
melibatkan dokter spesialis yang terkait
dengan penyakit pasien.
Prinsipnya apabila belum dapat ditegakan
diagnosis klinis maka diagnosis okupasi belum
dapat ditentukan.
2. Menentukan Pajanan Yang Dialami Individu
Tersebut Dalam Pekerjaan
Suatu PAK, sering tidak hanya disebabkan oleh pajanan yang
dialami di pekerjaan yang saat ini dilakukan, tetapi dapat
disebabkan oleh pajanan-pajanan pada pekerjaan
terdahulu.
Selain itu beberapa pajanan bisa saja menyebabkan satu
penyakit, sehingga seorang dokter harus mendapatkan
informasi mengenai semua pajanan yang dialami & pernah
dialami oleh pekerja.
Untuk dapat mengidentifikasi pajanan atau pekerjaan mana
yang penting & mungkin berpengaruh maka perlu dilakukan
anamnesis pekerjaan dan pajanannya dengan teliti.
2. Menentukan Pajanan Yang Dialami Individu
Tersebut Dalam Pekerjaan
Anamnesis pekerjaan & pajanannya mencakup :
Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis
Periode waktu melakukan masing-masing pekerjaan
Apa yang diproduksi
Bahan yang digunakan
Cara bekerja
Alur kegiatan dalam bekerja setiap hari
Informasi tsb akan semakin bernilai jika ditunjang dengan
data obyektif seperti MSDS (material safety data sheet)
dari bahan yg digunakan, catatan perusahaan mengenai
penempatan pekerja dsb.
3. Menentukan apakah ada hubungan antara
pajanan dengan penyakit yang dialami
Hubungan ini harus berdasarkan hasil penelitian
epidemiologis yang pernah dilakukan (evidence based)
Identifikasi ada tidaknya hubungan antara pajanan &
penyakit dapat dilakukan dengan mengkaji referensi yang
ada
Bila belum ada bukti bahwa suatu pajanan ada hubungan
dengan suatu penyakit, maka diagnosis PAK tidak dapat
ditegakan.
Jika belum ada hasil penelitian, tetapi dari pengalaman
sangat dicurigai adanya suatu hubungan, maka itu baru
dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian awal.
3. Menentukan apakah ada hubungan antara
pajanan dengan penyakit yang dialami
Hubungan antara pajanan dengan penyakit juga perlu dilihat dari
waktu timbulnya gejala atau terjadinya penyakit, misalnya orang
tersebut terpajan oleh bahan tertentu terlebih dahulu, sebelum
mulai timbul gejala atau penyakit.
Misal bila serangan asma lebih banyak terjadi pada waktu hari kerja
dan berkurang pada hari libur, masa cuti atau pada waktu tidak
terpajan, hal ini akan sangat mendukung ke diagnosis Asma Akibat
kerja.
Adanya hasil pemeriksaan pra-kerja mengenai penyakit akan
mempermudah menentukan, bahwa penyakit terjadi sesudah
terpajan, namun tidak adanya hasil pemeriksaan pra-kerja dan/atau
hasil pemeriksaan berkala bukan berarti tidak dapat dilakukan
diagnosis PAK.
4. Menentukan apakah pajanan yang dialami
cukup untuk menimbulkan penyakit tersebut.
Untuk dapat menilai apakah suatu pajanan cukup besar untuk
dapat menyebabkan penyakit tertentu, perlu dimengerti
patofisiologi dari penyakit tsb dan bukti epidemiologis.
Cukup besarnya suatu pajanan dapat dinilai secara
kualitatif, yaitu dengan menanyakan kepada pasien mengenai
cara kerja, proses kerja dan bagaimana lingkungan kerja.
Penting juga melakukan pengamatan dan memperhitungkan
masa kerja, yaitu berapa lama pekerja tsb sudah terpajan.
kuantitatif dapat menggunakan data pengukuran lingkungan
kerja terhadap pajanan tersebut, yang telah dilakukan secara
periodik oleh perusahaan atau data monitoring biologis yang
ada.
4. Menentukan apakah pajanan yang dialami
cukup untuk menimbulkan penyakit tersebut.
Bila tidak ada, dapat dilakukan pengukuran pada saat akan
dilakukan diagnosis PAK dan bila tidak ada perubahan
dalam proses dan cara kerja secara berarti pada masa
kerja pekerja tsb, dapat diasumsikan bahwa selama masa
kerja tsb pekerja memperoleh pajanan dalam jumlah yang
sama.
Hasil pengukuran dinilai apakah melebihi NAB atau
termasuk pajanan tinggi atau tidak.
Pemakaian APD juga perlu dinilai apakah dapat
mengurangi pajanan secara berarti atau tidak, yaitu jika
jenis APD sesuai, dipakai secara benar dan konsisten.
5. Menentukan apakah ada faktor-faktor
individu yang berperan
Setiap penyakit selain disebabkan oleh faktor lingkungan
dan/atau faktor pekerjaan, pasti juga ada faktor individu
yang berperan.
Perlu dinilai seberapa besar faktor individu berperan, shg
dpt dimengerti mengapa yg terkena adalah individu
pekerja tsb dan bukan seluruh pekerja di tempat yg sama.
Faktor individu yg mungkin berperan adalah riwayat atopi
atau alergi, riwayat dalam keluarga, higiene perorangan
dll.
Adanya faktor individu tidak berarti diagnosis PAK menjadi
batal namun diperlukan utk menilai seberapa besar faktor
individu ikut berperan.
6. Menentukan apakah ada faktor lain di luar
pekerjaan
Faktor lain di luar pekerja adalah pajanan lain yg juga
dpt menyebabkan penyakit yg sama, namun bukan
merupakan faktor pekerjaan, misal rokok, pajanan di
rumah, hobi dll.
Bila ternyata faktor pekerja tidak ada yg berhbgnan
dgn penyakit, ada kemungkinan faktor penyebab di
luar pekerjaan yg lbh berperan.
Namun adanya kebiasaan tertentu dari pekerja misal
merokok, tidak bisa meniadakan faktor penyebab di
pekerjaan.
7. Menentukan Diagnosis Okupasi / Diagnosis
PAK
Kaji seluruh informasi telah dikumpulkan dari
langkah-langkah terdahulu, dan berdasarkan bukti &
referensi, buat keputusan apakah PAK atau tidak.
Diagnosis PAK dapat dibuat bila dari langkah-langkah
di atas dapat disimpulkan bahwa memang ada
hubungan sebab-akibat antara pajanan yg dialami
dgn penyakit & faktor pekerjaan merupakan faktor yg
bermakna terhadap terjadinya penyakit & tidak
dapat diabaikan, meski ada faktor individu atau
faktor lain yg ikut berperan thdp timbulnya penyakit.
7. Menentukan Diagnosis Okupasi / Diagnosis
PAK
Kesimpulan akhir adalah menentukan salah satu di bawah ini :
1. PAK, bila langkah 1 konfirm diagnosis klinis, langkah 2 ada pajanan di
tempat kerja, langkah 3 ada evidence based pajanan menimbulkan
penyakit tsb, dan langkah 4 pajanan cukup dpt menimbulkan penyakit
tsb.
2. Penyakit diperberat oleh pekerjaan: langkah satu, dua, tiga, empat,
idem dengan nomor 1, langkah 5 ada faktor individu yg berperan,
langkah 6 ada pajanan yg sama dgn pajanan di tempat kerja yg dpt
menimbulkan penyakit tsb.
3. Bukan PAK : bila langkah 1 konfirm diagnosis klinis, langkah 2 terdapat
pajanan di tempat kerja, langkah 5 & 6 idem nomor 2.
4. Butuh data tambahan : bila ada data yang masih harus dikumpulkan
utk konfirmasi hasil dari langkah 1 sampai 6.
7 Langkah Diagnosis Okupasi Utk Setiap
Diagnosis Klinis Yg Ditemukan
Langkah Diagnosis Diagnosis Diagnosis
Kesatu Kedua Ketiga
1. Diagnosis Klinis
Dasar diagnosis (anamnesis, PF,
pem penunjang, body map, brief
survey)
2. Pajanan di tempat kerja
Fisik
Kimia
Biologi
Ergonomi
Psikososial
3. Evidence Based
(sebutkan secara teoritis)
Apa dasar teori Pajanan di TK yg
menyebabkan diagnosis klinis di
langkah 1 ?
7 Langkah Diagnosis Okupasi Utk Setiap
Diagnosis Klinis Yg Ditemukan
Langkah Diagnosis Diagnosis Diagnosis
Kesatu Kedua Ketiga
4. Apa pajanan cukup menimbulkan
diagnosis klinis ?
Masa kerja
Jumlah jam terpajan /hr
Pemakaian APD
Konsentrasi / dosis pajanan
Lainnya
Kesimpulan jumlah pajanan dan dasar
perhitungannya
5. Apa ada faktor individu yg
berpengaruh thdp tblnya diagnosis
kliis ? Bila ada, sebutkan
6. Apakah terpajan oleh bahaya
potensial yg sama seperti di
langkah 3 di luar TK? Bila ada,
sebutkan
7 Langkah Diagnosis Okupasi Utk Setiap
Diagnosis Klinis Yg Ditemukan
Langkah Diagnosis Diagnosis Diagnosis
Kesatu Kedua Ketiga
7. Diagnosis Okupasi

-Apa diagnosis klinis ini termasuk


PAK ?
-Penyakit diperberat oleh pekerjaan
atau bukan sama sekali PAK
-Butuh pemeriksaan lebih lanjut

Diagnosis Okupasi / Diagnosis Pak tidak dapat ditegakkan,


bila dari referensi tidak ditemukan adanya hubungan antara
pajanan dengan penyakit, pajanan yg dialami tidak cukup
besar untuk dapat menyebabkan penyakit tsb (secara
kuantitatif maupun kualitatif, secara kumulatif dari masa
kerja)
Langkah Diagnosis PAK
1. Diagnosis Klinis berdasarkan
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Laboratorium
4. ECG, Audiometri, Spirometri
5. Body map
6. Brief Survey
2. Pajanan di tempat kerja
1. Agen Fisika
2. Agen Kimia
3. Agen Biologi
4. Agen Ergonomi (berdasarkan brief survey)
5. Agen Psikososial
Langkah Diagnosis PAK
3. Hubungan antara pajanan di tempat kerja dengan diagnosis
klinis (Evidence Based)
-Evidence based dari jurnal, textbook, penelitian :
Apakah pajanan di tempat kerja dapat menyebabkan penyakit klinis ?
Apa patofisiologinya ?

4. Pajanan di tempat kerja cukup membuat diagnosis pada langkah


1
- Lama kerja
- Lama pajanan (jam per hari)
- Penggunaan APD
- Konsentrasi pajanan
- Lain-lain
Kesimpulan : Total pajanan & berdasarkan pengukuran pajanan
Langkah Diagnosis PAK
5. Faktor individual dapat menyebabkan penyakit pada langkah 1
-Apakah ada faktor individual yg dapat menyebabkan penyakit
pada lengkah 1 ?
-Tuliskan

6. Adakah pajanan lain yg mirip pajanan di tempat kerja ?


-Apakah ada pajanan di luar tempat kerja yang mirip dengan pajanan di
tempat kerja ?
-Jelaskan jika ada
Langkah Diagnosis PAK
7. Kesimpulan Diagnosis PAK
Diagnosis Okupasi
Klasifikasi diagnosis okupasi :
-Penyakit akibat kerja
-Penyakit yang diperberat oleh pekerjaan
-Tidak ada penyakit akibat kerja
-Perlu lebih banyak data

Bukan penyakit akibat kerja (diperberat oleh pekerjaan atau bukan


sama sekali PAK)
Butuh pemeriksaan lebih lanjut.
Contoh Kasus 1
Seorang pria, Tn A datang ke klinik dengan keluhan
sesak nafas sejak 5 hari yg lalu
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang Spirometri, ia diberitahu menderita asma.
Apa diagnosis okupasi nya ?
1. Diagnosis Klinis ?
-Anamnesis
-Pemeriksaan fisik
-Diagnosis : Asma bronkial
2. Pajanan di tempat kerja
buat tabel dari hazard yg berpotensi
-Riwayat kerja ? Pekerjaan sekarang (pabrik tepung-
pengepakan)
-Apa hazard yg dijumpai ?
(F : tepung; K:. B:.. E:P:)

3. Hubungan antara pajanan tempat kerja dengan


Diagnosis Klinis (evidence based / referensi /
pengalaman)
-Tepung Asma ??
4. Pajanan di tempat kerja cukup ?
-Di bagian pengepakan : debu tepung melebihi
NAB
-Tidak menggunakan APD

5. Faktor individual dapat menyebabkan


Diagnosis Klinis pada langkah 1 ?
-Apakah dia menderita alergi ? Atopi lain ?
-Apakah dia satu2nya menderita asma di tempat kerja
?
-Apakah ada orang lain menderita asma juga ?
6. Apakah ada pajanan lain yg mirip di tempat
kerja ?
-Apakah ada pajanan mirip tepung di luar
tempat kerja ?
Tidak ada

7. Kesimpulan Diagnosis Okupasi


Asma disebabkan debu tepung selama kerja di
bagian pengepakan.
Contoh Kasus 2
Nona T datang ke klinik dengan keluhan : sakit kepala, hipestesia
pada kedua tangan sejak 3 bulan yang lalu
Setelah pemeriksaan fisik dan tes neurologi, dia diberitahu
menderita polineuropati.
Apa diagnosis okupasi nya ?

1. Diagnosis Klinis ?
-Anamnesis dan self-assessment questionnaire SQ16
-Pemeriksaan fisik
-Diagnosis kerja : suspek polineuropati perifer ec ?
-DD/ : neurotoksik, defisiensi vit B12
2. Pajanan di tempat kerja
-Buat tabel hazard yg berpotensi
-Riwayat pekerjaan ? Pekerjaan sekarang? (pabrik
sepatu-bagian alas kaki)
-Apa hazardnya ?
(F:.. K: metil etil keton (solvent) B:. E:.. P:..)

3. Hubungan antara pajanan di tempat kerja


dengan Diagnosis Klinis ? (evidence based /
referensi / pengalaman)
-MEK neurologi kronik ??
4. Pajanan di tempat kerja cukup ?
-Departemen alas kaki sepatu
-Pajanan 8 jam/hr, konsentrasi MEK (personal)
lebih dari 200 ppm

5. Apakah faktor individual dapat menyebabkan


Diagnosis Klinis pada langkah 1 ?
-Apakah ada faktor genetik yg dapat menyebabkan
Diagnosis Klinis pada langkah 1? (tidak ada)
-Apakah hanya nona T yg menderita penyakit ?
Tidak, ada 3 temannya pula yg menderita
6. Apakah ada pajanan lain yg mirip pajanan di
tempat kerja ?
-Apakah ada pajanan lain mirip MEK di luar
tempat kerja ?
(Tidak ada)

7. Kesimpulan Diagnosis Okupasi ?


Neurotoksik kronik yg disebabkan oleh
pajanan MEK di tempat kerja (Penyakit Akibat
Kerja)
Contoh Kasus 3 Sakit bahu leher
Seorang desainer kreatif wanita 28 tahun mengalami nyeri
bahu dan leher kanan selama 2,5 tahun setelah bekerja di
sebuah perusahaan perangkat lunak. Dia mengalami
ketegangan otot leher sewaktu menggerakkan kepala.
Keluhan ini diperberat oleh kerja dengan komputer tanpa
istirahat. Dia merasa membaik selama hari libur.
Pekerjaan sehari-harinya sering menggunakan mouse.
Dalam 4 bulan terakhir, dia juga mengambil alih pekerjaan
temannya yang cuti hamil dan sering harus bekerja 12 jam
sehari. Sebuah survai gejala memperlihatkan prevalensi tinggi
gejala KMS di antara staf perusahaan perangkat lunak.
2. Apa pajanan di tempat kerja ? Ya, dia bekerja dengan monitor serta
sering menggunakan mouse, kerja
lembur dan skedul yang ketat
3. Adakah bukti ilimiah keterkaitan Ya, terdapat bukti kuat hubungan
pajanan di tempat kerja dengan antara nyeri otot leher-bahu dengan
KMS ? postur atau beban statik yg lama

4. Apakah pajanan kerja Ya, berdasarkan sifat pekerjaan, jam


berlebihan atau cukup yang panjang dengan istirahat minimal
bermakna ?
5. Apakah ia akan menderita sakit Tidak ada faktor khusus kecuali
yg serupa jika tidak bekerja di riwayat migraine sebelumnya
sini ?
6. Apakah ada faktor non- Tidak. Kondisinya membaik jika
pekerjaan yang cukup bermakna ? istirahat di rumah
7. Kesimpulan Diagnosis Okupasi Nyeri leher-bahu berhubungan kerja
karena beban statik yang berlebihan
akibat penggunaan monitor
HUBUNGAN KAUSAL
1. Time relationship
2. Strength of the association
3. Dose-respon relationship
4. Consistency of the association
5. Specificity of the association
6. Biological plausibility
7. Coherence of the evidence
PENENTUAN PENYEBAB PAK :
Apakah pajanan mendahului timbulnya penyakit setelah
KETERKAITAN interval waktu yang sesuai dengan mekanisme biologi yg
DENGAN WAKTU diajukan ?

KEKUATAN Semakin besar dampak suatu pajanan pada kejadian atau


HUBUNGAN timbulnya P.A.K.,semakin kuat kemungkinan hubungan
sebab tergantung pada data epidemiologi dan/atau data
toksikologi
HUBUNGAN DOSIS-
RESPON Semakin berat dan lama pajanan, semakin parah atau
semakin tinggi insidens PAK
KONSISTENSI
HUBUNGAN Beberapa penelitian menyebutkan hasil dan kesimpulan
yang sama
KEKHUSUSAN
HUBUNGAN Bahan kimia tertentu menyebabkan kerusakan pada organ
biologis tertentu (ada target organ)
KECOCOKAN
BIOLOGIK Berdasarkan sifat toksikologi, kimia, fisika atau sifat
lainnya dari faktor resiko, menunjukkan pemajanan
menyebabkan PAK.
BUKTI YANG
KOHEREN Sintesis umum dari semua penemuan menyimpulkan bahwa
ada hubungan sebab akibat secara umum & masuk akal.
Komponen Anamnesis PAK yang komprehensif

1. Deskripsi dan sifat pekerjaan saat ini


2. Jam kerja dan sistem shif
3. Pajanan
a. Jenis hazard tempat kerja
-Kimia (mis. Formaldehid, solven organik, pestisida)
-Logam (mis. Timbal, arsen, cadmium)
-Debu (mis. Asbestos, silika, batubara)
-Biologi (mis. HIV, hepatitis B, Tbc)
-Fisik (mis. Suara bising, gerak repetitif, radiasi)
-Psikologi (mis. Stress)
b. Derajat pajanan (dapat berupa perkiraan)
-Lama pajanan
-Konsentrasi pajanan
-Jalur pajanan
-Adanya dan manfaat pengendalian pajanan (mis. Ventilasi umum & lokal)
-Data pajanan kuantitatif dari inspeksi & pemantauan lingkungan
Komponen Anamnesis PAK yang komprehensif

4. Riwayat Pekerjaan sebelumnya


-Riwayat sepanjang hidup, dengan tanggal dipekerjakan & tugasnya
-Riwayat tugas di militer

5. Riwayat Pekerjaan lain atau sambilan

6. Hubungan waktu antara pekerjaan dan gejala


-Gejala terjadi atau dieksaserbasi di tempat kerja dan membaik setelah tidak di
tempat kerja
-Gejala bersamaan dengan introduksi pajanan baru di tempat kerja, aktivasi
suatu proses, perubahan material atau perubahan lain pada kondisi kerja

7. Riwayat penyakit sebelumnya


mis. Otitis media sebelumnya dapat merupakan penyebab ketulian
dibandingkan akibat dari suara bising di tempat kerja
Komponen Anamnesis PAK yang komprehensif

8. Penggunaan APD , keefektifan tergantung pada


-ketepatan alat untuk mengendalikan pajanan, pemakaian yang benar, konsistensi
penggunaan & pemeliharaan APD
9. Ada tidaknya program kesehatan kerja di tempat kerja

10. Metode penanganan material & teknik tindakan perlindungan


11. Keluhan lain di antara pekerja lain
-kemungkinan pekerjaan memberi kontribusi pada suatu penyakit bertambah jika
teman kerja mengalami gejala yang sama

12. Pajanan lingkungan lain (termasuk domestik)


-Lingkungan rumah (mis. Kontaminasi Air, udara, tanah)
-Hobbi atau aktivitas rekreasi (mis. Earphone)
13. Gaya hidup sosial terutama kebiasaan merokok
-Merokok dapat berinteraksi dengan pajanan kerja sehingga secara eksponensial
meningkatkan risiko penyakit (asbestosis & kanker paru)
-Merokok juga dapat meningkatkan absorpsi bahan kimia (mis. Absorpsi timbal
lebih tinggi di antara perokok)
Evaluasi Klinis P A K
2. Pemeriksaan Fisik Perhatikan tanda penyakit & nilai
derajat kecacatan
3. Pemeriksaan Penunjang Perhatikan hasilnya
4. Pengobatan Pengobatan penyakit
5. Penatalaksanaan Aspek Pekerjaan
a. Penatalaksanaan Pekerja
Pelaporan P A K
Tentukan dampak penyakit pada
kelayakan kembali bekerja
b. Inspeksi Tempat Kerja
Survailans lingkungan kerja
Periksa teman kerja terhadap
pajanan & PAK
c. Implementasi Tindakan
Pencegahan
Pencegahan PAK di tempat kerja
UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

UPAYA PREVENTIF
Px. Kes Awal, Berkala, Khusus
Penempatan/pemindahan TK sesesuai kondisi kesehatan Tenaga
Kerja, rotasi kerja, pengurangan waktu kerja
Penerapan higiene dan sanitasi
Penerapan prinsip ergonomi kerja
Prosedur kerja aman (SOP)
APD/PPE
Pelaporan PAK
Pemantauan & pengendalian Ling kerja & alat2 produksi
Pemberian makanan sesuai kebutuhan gizi
Vaksinasi
Pajanan

Pemulihan
Kelainan Manifestasi
Sehat Pra-klinis Penyakit

Impairment

Pencegahan Pencegahan Terapi/


Primer Sekunder Pencegahan Tersier
Rehabilitasi

Meninggal
Kesukaran / Problema
Mendiagnosis PAK
1. PAK relatif lebih sulit didiagnosis karena
banyak PAK yang gambarannya mirip penyakit
umum.
2. Berbagai PAK mempunyai waktu inkubasi yang
lama
3. Kurangnya sarana bantu utk mendiagnosis PAK
4. Kurang training / kemampuan dokter untuk
mendiagnosis PAK
P A K sering
tidak
dikenali
karena

Masa laten
yang
panjang
antara
pajanan &
penyakit
Pajanan Asbestos di pabrik pesawat
Sering tidak diklaim karena buruknya
kesadaran dan pengenalan keterkaitan
dengan pekerjaan

Perhatikan
kurangnya
proteksi
pendengaran
yang cukup !
Sering tidak
diklaim
karena
kesulitan
memisahkan
antara
kontribusi
kerja dan
non-
pekerjaan

Kanker kulit pada seorang arc welder


Welding menimbulkan spektrum penuh
radiasi UV

Anda mungkin juga menyukai