Pendahuluan
Setiap orang memerlukan pekerjaan untuk menyambung hidup tetapi tanpa disadari
bekerja tanpa istirahat atau diforsir dapat mengakibatkan kerugian. Kerugian yang dialami
salah satunya adalah terganggunya kesehatan pekerja. Banyak sekali penyakit akibat kerja
yang terutama dialami para pekerja tetapi banyak yang tidak menyadari, sehingga seringkali
masalah tersebut akan terus muncul atau eksaserbasi. Mencari tahu penyebab atau etiologi
dari suatu penyakit sangatlah penting sehingga dapat ditegakan diagnosis yang benar
dengan usaha kuratif dan preventif yang bermanfaat bagi pasien. Oleh sebab itu diperlukan
perhatian khusus untuk hal ini, seperti pada kasus pada makalah ini seorang ibu yang
merasakan nyeri pada tangan kanannya yang diduga dikarenakan faktor pekerjaannya
sebagai tukang uleg.
1. Diagnosa klinis
a. Anamnesis penyakit
tersedia data kualitatif dan kuantitatif faktor-faktor dalam pekerjaan dan lingkungan kerja
yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja.1
c. Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan umum dan khusus
Pemeriksaan fisik dimaksudkan untuk menemukan gejala dan tanda yang sesuai
untuk suatu sindrom, yang sering-sering khas untuk suatu penyakit akibat kerja.
Kesadaran
Kepala dan muka : rambut, mata (strabismus, refleks pupil, kornea dan
konjungtiva), hidung (mukosa, penciuman, epistaksis, tenggorokan, tonsil,
suara), rongga mulut (mukosa, lidah, gigi), leher (kelenjar gondok), toraks
(bentuk, pergerakan, paru, jantung), abdomen (hati, limpa), genetalia,
tulang punggung, ekstremitas(refleks:fisiologis/patologis, koordinasi otot :
tremor, tonus, paresis, paralisis dan lain-lain).
d. Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantumelihat
apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto palos leher berguna
untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scandan MRI
dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi.
7. Diagnosis okupasi
Diagnosis okupasi dilakukan dengan meneliti dari langkah 1-6, referensi atau bukti
ilmiah yang menujukkan hubungan kausal pajanan & penyakit.
Berdasarkan skenario, maka didapatkan :
1. Diagnosis Klinis
Anamnesis
o Nama : Ny nn.
o Umur : 30 tahun.
o Pekerjaan : Tukang rujak ulek
o Keluhan Utama : nyeri pada tangan kanan.
o Keluhan tambahan : kesemutan pada jari jari
o Riwayat Penyakit Sekarang : Seorang perempuan 30 tahun datang ke
poliklinik dengan keluhan nyeri pada tangan kanan, keluhan sudah dirasakan
sejak 1 minggu terakhir, dirasakan terutama saat bekerja dan selesai bekerja,
kesemutan pada jari tangan, pada pemeriksaan tanda-tanda vital hasil yang
didapatkan normal. Status look fell move kemerahan nyeri pada manus dextra.
Pasien bekerja sebagau tukang rujak ulek.
o Riwayat Penyakit Dahulu : o Riwayat Penyakit Keluarga : o Riwayat Sosial :
Pemeriksaan Fisik
o TTV : Normal
o Status gizi : o Tingkat kesadaran dan keadaan umum :
Dari hasil anamnesis tidak ditemukan penyebab faktor lain diluar pekerjaan yang
berhubungan dengan keluhan pesien.
7. Diagnosis Okupasi
Dari hasil kaji dapat yang didapat dengan anamnesis pasien dan melihat evidence based yang
ada dapat dipastikan bahwa pasien ini menderita Gangguan Trauma Kumulatif.
Diagnosis Okupasi
Dari data-data khasus terlihat dari gejala-gejalanya maka diagnosis okupasi yang
diambil adalah Ganguan Trauma Kumulatif / Cumulatif Trauma Disorder (CTDs). Gejala
CTDs biasanya muncul pada pekerjaan yang monoton, sikap kerja yang tidak alamiah,
pengguanaan atau pergerakan otot yang berlebihan. CTDs biasanya terjadi akibat kombinasi
dari beberapa faktor resiko. Trauma kumulatif tidak terjadi pada satu waktu atau kejadian
seperti LBP yang dirasakan tiba-tiba ketika mengangkat beban yang berat atau mengetik satu
surat dan terjadi carpal tunnel syndrome, tetapi merupakan akumulasi trauma pada bagian
tubuh setelah melalui beberapa periode waktu, trauma yang dirasakan tidaklah kuat tetapi
ringan atau minor stressors dan jika diterima secara berulang-ulang akan berakumulasi dan
menyebabkan gejala. Efek akumulasi dapat mengenai semua bagian tubuh yang bergerak.
CTDs dapat terjadi pada ibu jari, siku, bahu atau persendian tubuh lainnya.
Biasanya CTDs mempengaruhi bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan. Tubuh bagian atas terutama punggung dan lengan adalah bagian yang paling
rentan terhadap risiko terkena CTDs. Jenis pekerjaan seperti perakitan, pengolahan data
menggunakan keyboard komputer, pengepakan makanan dan penyolderan adalah pekerjaanpekerjaan yang mempunyai siklus pengulangan pendek dan cepat sehingga menyebabkan
timbulnya CTDs.
Pekerjaan-pekerjaan dan sikap kerja yang statis sangat berpotensi mempercepat
timbulnya kelelahan dan nyeri pada otot-otot yang terlibat. Jika kondisi seperti ini
berlangsung tiap hari dan dalam waktu yang lama bisa menimbulkan sakit permanen dan
kerusakan pada otot, sendi, tendon, ligamen dan jaringan-jaringan lain. Semua gangguan akut
dan kronis tersebut merupakan bentuk dari gangguan muskuloskeletal yang biasanya muncul
sebagai :
a. Arthritis pada sendi akibat tekanan mekanis.
b.
c.
nyata. CTDs terjadi di bawah permukaan kulit dan menyerang jaringan-jaringan lunak seperti
otot, tendon, syaraf dan lain-lain. Oleh karenanya CTDs sering disebut juga musculoskeletal
disorders (MSDs). Sikap tubuh yang dipaksakan adalah salah satu penyebab umum CTDs.
Kemunculannya sering tidak disadari sampai terjadinya inflamasi, syaraf nyeri dan mengerut,
atau aliran darah tersumbat. CTDs biasanya muncul dalam bentuk sindrom terowongan
carpal (carpal tunnel syndrome), tendinitis, tenosinovitis dan bursitis.
Selain musculoskeletal disorders (MSDs), beberapa istilah lain yang sering digunakan
untuk menyebut CTDs adalah Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs),Repetitive
Strain Injuries (RSI) atau Overuse Syndrome.
Faktor Penyebab CTDs
Secara pasti hubungan sebab dan akibat faktor penyebab timbulnya CTDs sulit untuk
dijelaskan. Namun ada beberapa faktor resiko tertentu yang selalu ada dan berhubungan atau
memberikan kontribusi terhadap timbulnya CTDs. Faktor-faktor resiko tersebut bisa
diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu pekerjaan, lingkungan dan manusia/pekerja.
A. Faktor pekerjaan
Beberapa faktor yang berhubungan dengan pekerjaan penyebab timbulnya CTDs adalah :
1. Gerakan berulang
Gerakan lengan dan tangan yang dilakukan secara berulang-ulang terutama pada saat
bekerja mempunyai risiko bahaya yang tinggi terhadap timbulnya CTDs. Tingkat
risiko akan bertambah jika pekerjaan dilakukan dengan tenaga besar, dalam waktu
yang sangat cepat dan waktu pemulihan kurang.
2. Sikap paksa tubuh
Sikap tubuh yang buruk dalam bekerja baik dalam posisi duduk maupun berdiri akan
meningkatkan risiko terjadinya CTDs. Posisi-posisi tubuh yang ekstrim akan
meningkatkan tekanan pada otot, tendon dan syaraf.
3. Manual handling
Salah satu penyebab terjadinya cedera muskuloskeletal adalah pekerjaan manual
handling. Manual handling adalah pekerjaan yang memerlukan penggunaan tenaga
yang besar oleh manusia untuk mengangkat, mendorong, menarik, menyeret,
melempar, dan membawa.
4. Peralatan kerja tidak sesuai
Penggunaan alat-alat yang menekan tajam ke telapak tangan dan menimbulkan iritasi
pada tendon bisa menyebabkan terjadinya CTDs. Cara memegang alat atau benda
dengan menekankan jari-jari ke ibu jari atau membawa benda dengan posisi pegangan
pada titik yang jauh dari pusat gravitasinya juga bisa menimbulkan CTDs.
B. Faktor lingkungan
1. Getaran mekanis
Getaran atau vibrasi adalah suatu gerakan osilatoris dalam area frekuensi infrasonik
dan sebagian dalam rentang frekuensi suara yang bisa didengar manusia. Respon
tubuh manusia terhadap getaran sangat bergantung pada bagian atau anggota-anggota
tubuh yang terpapar. Semakin kecil bentuk anggota tubuh maka semakin cepat
gerakan atau getaran yang ditimbulkan dan semakin tinggi frekuensi resonansinya.
2. Mikroklimat
Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan,
kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit
bergerak dan kekuatan otot menurun.
C. Faktor manusia/pekerja
1, Umur
Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada umur 30 tahun dan
semakin meningkat pada umur 40 tahun ke atas. Hal ini disebabkan secara alamiah
pada usia paruh baya kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko
terjadinya keluhan pada otot meningkat.
2. Jenis kelamin
Otot-otot wanita mempunyai ukuran yang lebih kecil dan kekuatannya hanya dua
pertiga (60%) daripada otot-otot pria terutama otot lengan, punggung dan kaki.
Dengan kondisi alamiah yang demikian maka wanita mempunyai tingkat risiko
terkena CTDs lebih tinggi. Perbandingan keluhan otot antara wanita dan pria adalah 3
dibanding 1.
3. Ukuran tubuh / antropometri
Meskipun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan massa tubuh
mempengaruhi terjadinya keluhan otot. Misalnya wanita yang gemuk mempunyai
risiko keluhan otot dua kali lipat dibandingkan wanita kurus. Ukuran tubuh yang
tinggi pada umumnya juga sering menderita sakit punggung. Kemudian orang-orang
yang mempunyai ukuran lingkar pergelangan tangan kecil juga lebih rentan terhadap
timbulnya CTDs.
4. Kesehatan / kesegaran jasmani
Pada umumnya keluhan otot lebih jarang ditemukan pada orang yang mempunyai
cukup waktu istirahat dalam aktivitas sehari-harinya. Laporan dari NIOSH
Reumatik Arthritis
Reumatik arthritis (RA) adalah penyakit infalmasi sistemik kronik pada jaringan ikat
difus yang diperantarai oleh imunitas yang tidak diketahui penyebabnya dengan manifestasi
pada sendi perifer dan sering melibatkan organ ekstra-artikular seperti kulit, jantung, paruparu, dan mata. Reumatik arthritis dibagi dalam beberapa tipe yaitu
1. Tipe I: mampu melakukan aktivitas hidup sehari-harisecara komplet.
2. Tipe II: mampu melakukan aktivitas perawatan diri dan kegiatan pekerjaan tapi terbatas pada
kegiatan hobi
3. Tipe III: mampu melakukan aktivitas perawatan diri sendiri tetapi terbatas pada kegiatan
pekerjaan dan .hobi.
4. Tipe IV: kemampuan terbatas untuk melakukan aktivitas perawatan diri, pekerjaan dan hobi
- Manifestasi Klinis
a. gejala konstitusional, : lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam.
b. poliartritis simetris, : melibatkan sendi perifer (sendi ditangan)semua sendi diartrodial dan
tidak melibatkan sendi interfalangs.
c. kekakuan dipagi hari, : bersifat generalisata terutama pada sendi dan menyerang selama lebih
dari satu jam.
d. arthritis erosive, :peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi ditepi tulang dan dapat
dilihat diradiogram.
e. deformitas, : kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.lokasi yang
sering dari deformitas ini adalah sendi siku
de Quervain diseases
Penyakit de Quervain adalah peradangan menyakitkan tendon di ibu jari yang meluas ke
pergelangan tangan (tenosinovitis). Tendon bengkak dan penutup mereka bergesekan terowongan
sempit yang mereka lalui. Hasilnya adalah rasa sakit di pangkal ibu jari dan memperluas ke
lengan bawah. Gejala berupa Nyeri di sepanjang bagian belakang ibu jari, langsung di atas dua
jempol tendon, adalah umum di de Quervain. Kondisi ini dapat terjadi secara bertahap atau tiba
tiba; dalam kedua kasus, rasa sakit dapat melakukan perjalanan ke ibu jari atau sampai lengan
bawah. Gerak Thumb mungkin sulit dan menyakitkan, terutama ketika mencubit atau
menggenggam benda. Beberapa orang juga mengalami pembengkakan dan rasa sakit di sisi
pergelangan tangan di pangkal jempol. Rasa sakit dapat meningkat dengan ibu jari dan gerakan
pergelangan tangan.Beberapa orang merasa sakit jika tekanan langsung diterapkan ke daerah.
Penatalaksanaan
a. Terapi Rehabilitasi
-
Terapi fisik
Terapi fisik dapat membantu dengan membuat latihan khusus untuk membeuat
pergalangan tangan dan tangan lebih kuat, terapi yang dilakukan antara lain pijat, yoga,
akupuntur dan ultrasound. Penggunaan modalitas (dalam terapi ultrasound tertentu) dapat
memberikan bantuan jangka pendek pada beberapa pasien. Selain itu yoga dan teknik
mobilisasi tulang karpal memiliki beberapa bukti yang lemah untuk mengurangi gejala
dalam jangka pendek.
-
Terapi Okopasi