LAPORAN PBL
OLEH:
KELOMPOK 15
Alifa Saphira 11020150018
Nur Fadillah Ariesa 11020150064
Afrilia Chaerunnisa 11020150065
Dzulfachri Kurniawan 11020150066
Tecsya Nengvilda Parto 11020150103
Nur Azizah Fitriani 11020150108
Dyiah Ayu 11020150124
Anggreyni Arafah 11020150137
Sharifah Mutiara 11020150139
Muh. Reza 11020150155
TUTOR:
dr. Sitti Fahira Arsal
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
BAB II
SKENARIO
Keluhan utama Nyeri ulu hati. Keluhan lain / tambahan tidak ada. Sejak
kurang lebih 2 bulan yang lalu, pasien merasa nyeri pada bagian perut tengah atas.
Nyeri dirasakan pertama kali saat pasien melakukan pekerjaanya yaitu sebagai
kasir di salah satu swalayan. Nyeri pada perut semakin berat bila pasien
melakukan aktivitas – aktivitas tanpa henti seperti ketika sedang ramai pelanggan
dan lain sebagainya. Pasien pernah minum obat pengurang rasa sakit. BAB dan
BAK tidak ada kelihan, riwayat trauma disangkal, mual serta muntah disangkal.
ada anggota keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama yaitu
sodarinya. Pasien pernah mengalami keluhan ini sebelumnya. Pasien menyangkal
kebiasaan minum alkohol, merokok dan mengkonsumsi obat terlarang.
A. KATA SULIT
-
B. KATA KUNCI
C. PERTANYAAN
1. Apa hubungan nyeri ulu hati dengan pekerjaan yang dirasakan pasien ?
D. JAWAB
1. Apa hubungan nyeri ulu hati dengan pekerjaan yang dirasakan pasien ?
Pada beberapa pasien yang menderita stres fisiologis berat erosi akut pada
mukosa lambung sering terjadi dalam beberapajam, tetapi biasanya beberapa hari
setelah kejadian akut. Meskipun etiologi dari ulkus stres bersifat multifaktor,
pengurangan aliran darah mukosa lambung tampaknya merupakan faktor utama
yang mendasarinya. Mekanisme yang sebenarnya dari iskemia yang dapat
menyebabkan mukosa lambung mengalami ulkus belum diketahui dengan jelas.
Metabolit oksigen toksik (radikal bebas) yang mengatur perfusi tampaknya
berperan penting. Beberapa prostaglandin kemungkinan bersifat protektif dan
menyebabkan nyeri
Bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi
menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja.
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), bahaya diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya kecelakaan
yang dapat menyebabkan luka (injury) hingga kematian, serta kerusakan
property perusahaan. Dampaknya bersifat akut. Jenis bahaya keselamatan
antara lain:
a. Bahaya Mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik seperti
tersayat, terjatuh, tertindih dan terpeleset.
b. Bahaya elektrik, disebabkan oleh peralatan yang mengandung arus listrik
c. Bahaya kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat
flammable (mudah terbakar).
d. Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang sifatnya explosiv
2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan, menyebabkan
gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Dampaknya bersifat kronis.
Jenis bahaya kesehatan antara lain:
a. Golongan fisik : bising, radiasi, suhu ekstrem, tekanan udara,
vibrasi, penerangan
b. Golongan kimiawi : semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap,
gas, larutan, kabut.
c. Golongan biologic : bakteri, jamur, virus, dll
d. Golongan fisiologik/ergonomik : design tempat kerja, beban kerja
e. Golongan psikososial : stress psikis, monotoni kerja, tuntutan
pekerjaan dll.
Berdasarkan skenario, pasien mengalami gastritis sejak bekerja sebagai
kasir 2 bulan lalu. Pasien memiliki riwayat penggunaan obat penghilang rasa sakit
yang diduga golongan NSAID/OAINS. Penggunaan NSAID sebagai faktor
munculnya kembali gastritis pada pasien. Adapun factor hazard yang mungkin
terjadi pada pasien adalah factor psikososial, karena di skenario disebutkan bahwa
keluhan makin berat apabila melakukan aktivitas tanpa henti seperti ketika sedang
ramai pelanggan dan lainnya. Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang
sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap
tubuh itu berlebihan, maka hal ini dinamakan stress. Stress yang dialami pasien ini
adalah faktor hazard pasien.
Referensi :
Menentukan Pajanan
Merupakan faktor risiko atau bahaya yang ada di tempat kerja. Bahaya
potensial yang dapat menyebabkan PAK dibagi menjadi :
Faktor Fisik
Kebisingan (>85db)
Suhu panas
Suhu dingin
Radiasi bukan pengion yang termasuk didalamnya adalah gelombang
mikro, infrared, medan listrik ,dll
Getaran lokal
Ketinggian
Faktor Kimia
Asap
Faktor Biologi
Faktor Ergonomi
Faktor Psikososial
Beban kerja yang tidak sesuai dengan waktu dan jumlah pekerjaan
Ketidakjelasan tugas
Faktor lain yang dimaksud adakah pajanan selain di tempat kerja, faktor gaya
hidup yang dapat menunjang terjadinya penyakit dll.
Melalui beberapa tahapan diatas dapat dibuktikan bahwa minimal ada satu
faktor pekerjaan yang berperan sebagai penyebab penyakit yang termasuk
kategori PAK.
Referensi :
Gejala penyakit gastritis bisa reda jika ditangani dengan benar. Ada beberapa obat
yang biasanya diresepkan oleh dokter, di antaranya:
Referensi : . Davis, C., & Anand, B., MedicineNet (2017). Gastritis (Symptoms,
Pain, Home Remedies, and Cure).
a. Pengendalian teknik
Prinsip utama dalam pencegahan penyakit akibat kerja adalah dengan
melakukan pengendalian lingkungan kerja. Pengendalian ini dapat
dilakukan dengan mengontrol semua pajanan yang ada di lingkungan
kerja. Dengan lingkungan kerja yang terkendali, maka diharapkan pekerja
tidak akan mendapatkan pajanan yang akan menganggu kesehatannya.
b. Pengendalian administrasi
Pada pengendalian administrasi dimaksudkan agar pekerja sesedikit
mungkin terpajan suatu zat, dengan cara menentukan lama kerja dan cara
kerja sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang ada , serta
membuat aturan-aturan internal tempat kerja agar pekerja berkurang
pajanannya selama bekerja di lingkungan kerja.
Referensi:
TENTANG
KETENAGAKERJAAN
Pasal 76
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) diatur
dengan Keputusan Menteri
Paragraf 4
Waktu Kerja
Pasal 77
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk
6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu
untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
(3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku
bagi sektor usaha atau peker-jaan tertentu.
(4) Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri.
Pasal 78
b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam
1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
(3) Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
b tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu.
(4) Ketentuan mengenai waktu kerja lembur dan upah kerja lembur
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Keputusan
Menteri