Anda di halaman 1dari 86

HASIL ANALISIS MAKALAH

“HUTAN”

OLEH:

NAMA : FAISAL SALIM

NIM : 1747042034

KELAS : PM02

“DARI KELOMPOK UDARA”

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020

1
HASIL:

Keterangan:

1. Pemberian warna “merah” pada tulisan adalah penandaan bawha pada kata
atau kalimat tersebuat terdapat kesalahan penulisan
2. Pemberian warna “biru” pada tulisan adalah pemberian keterang dari
kesalahan pada kata atau kalimat yang telah ditandai dengan pemberian warna
merah.

Catatan yang didapatkan:

1. Penulisan menggunakan ukuran font 12, yang seharusnya adalah 11


2. Untuk keseluruhan masih banyak ditemukan kesalahan penulisan (typo) pada
makalah ini, sehingga penulis harus memperhatikan atau memeriksa kembali
sebelum makalah dikumpulkan
3. Pada penulisan daftar pustaka masih terdapat kesalah, yakni aturan
penyusunan daftar pustakan tidak berdasarkan urutan abjad
4. Penulisan daftar pustaka belum memenuhi aturan penulisannya
5. Tidak terdapat rangkuman materi
6. Kurangnya gambar-gambar untuk memperjelas materi, sehingga materi materi
tidak terlalu menarik untuk dibaca
7. Susunan materi yang kurang rapi atau tidak rata dari satuan yang paling besar
ke satuan yang terkecil, misalnya dari simbol A, 1, a, 1), a).
8. Spasi yang digunakan untuk dastar ini menggunakan spasi 1,15. Yang
seharusnya adalah spasi 1,5

2
MAKALAH

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

“HUTAN”

OLEH

KELOMPOK :

NUR INAYAH EKAPUTRI (1747042055)

NOVITA CHAIRUN NISA (1747042057)

MUHAMMAD TAUFIQ (1747042032 )

PROGRAM STUDI PENDIDKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur dinaikkan hanya bagi Tuhan yang maha Esa yang telah
memberikan  kekuatan dan segala pengertian sehingga penulis dapat
menyelesaikan  Makalah Pendidikan Lingkungan Hidup dengan
judul “HUTAN”.
Dalam penulisan Makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, cinta
kasih dan kerja sama serta doa dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang yang ada di
sekitar penulis yang telah membantu dalam doa.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
Makalah ini. Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
sebagai pedoman di masa mendatang. Maka penulis dengan penuh rasa syukur
mempersembahkan Makalah ini semoga bermanfaat untuk kita semua.

Rabu, 04 Maret 2020

Pemateri Kelompok

4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI ..........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................5
C. Tujuan ........................................................................................................5
D. Manfaat.......................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hutan..........................................................................................7
B. Jenis-jenis hutan di Indonesia....................................................................11
C. Defosertasi dan Degredasi Hutan...............................................................21
D. Kerusakan Hutan Akibat Alam.................................................................28
E. Pencegahan Terjadinya Defosertasi dan Degredasi Hutan........................36
F. Konsep Hutan Kota....................................................................................40
G. Bentuk dan Struktur Hutan Kota................................................................47
H. Jenis-jenis Hutan Kota...............................................................................51
I. Permasalahan Hutan...................................................................................59
J. Penanggulangan Masalah Hutan................................................................61
K. Penyebab Hutan Indonesia Menjadi Gundul.............................................64
L. Akibat Kerusakan Hutan............................................................................76

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................81
B. Saran..........................................................................................................82

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................83

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan
dan tumbuhan lainnya. Hutan merupakan sistem penggunaan lahan yang tertutup dan
tidak ada campur tangan manusia, masuknya kepentingan manusia secara terbatas
seperti pengambilan hasil hutan untuk subsistem tidak mengganggu hutan dan fungsi
hutan. Tekanan penduduk dan tekanan ekonomi yang semakin besar, mengakibatkan
pengambilan hasil hutan semakin intensif (penebangan kayu). Penebangan hutan juga
dilakukan untuk kepentingan yang lain, misalnya untuk mengubah menjadi ladang
pertanian atau perkebunan. Akibat dari gangguan-gangguan hutan tersebut akan
menyebabkan terjadinya perubahan fungsi hutan. Perubahan-perubahan tersebut lebih
menekankan kearah (harusnya memakai “spasi”) fungsi ekonomi dengan
mengabaikan fungsi sosial atau fungsi ekologis.

Konsep pengelolaan hutan secara bijaksana, harus mengembalikan fungsi


hutan secara menyeluruh (fungsi ekologis, fungsi sosial dan fungsi ekonomi) dengan
lebih menekankan kepada peran pemerintah, peran masyarakat dan peran swasta.
Langkah- langkah yang sinergi dari ke tiga (harusnya tidak memakai “spasi”)
komponen (pemerintah, masyarakat dan swasta) akan mewujudkan fungsi hutan
secara menyeluruh yang menciptakan pengamanan dan pelestarian hutan.

Perkembangan pembangunan kehutanan pada masa lalu, telah mengubah


banyak wajah hutan Indonesia. Kebakaran hutan, penebangan liar, perladangan
berpindah, dan penurunan keragaman hayati adalah cerita yang melekat pada hutan
Indonesia. Fenomena-fenomena tersebut telah mempengaruhi cerita bangsa dalam
kehidupan masyarakat Internasional. Kerusakan yang terjadi terhadap salah satu
ekosistem dapat  menimbulkan dampak lanjutan bagi aliran antar ekosistem maupun

6
ekosistem lain di sekitarnya. Khusus bagi komunitas bakau/mangrove dan lamun,
gangguan yang parah akibat kegiatan manusia berarti kerusakan dan musnahnya
ekosistem. Kerusakan hutan dipicu oleh kebutuhan manusia yang semakin banyak
dan berkembang, sehingga terjadi hal-hal yang dapat merusak hutan Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari hutan ?


2. Apa sajakah jenis-jenis hutan di Indonesia ?
3. Bagaimana Defosertasi dan Degredasi Hutan ?
4. Bagaimana kerusakan hutan akibat alam ?
5. Bagaimana cara pencegahan terjadinya defosertasi dan degradasi hutan?
6. Bagaimana konsep hutan ?
7. Bagaimana bentuk dan struktur hutan kota ?
8. Apa saja jenis-jenis hutan kota ?
9. Apa saja permasalahan hutan ?
10. Bagaimana penanggulangan masalah hutan ?
11. Apa yang menyebabkan hutan di Indonesia menjadi gundul?
12. Apa yang mengakibatkan kerusakan hutan ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari hutan.


2. Untuk mengetaahui jenis-jenis hutan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui bagaimana defosertasi dan degredasi hutan.
4. Untuk mengetahui bagaimana kerusakan hutan akibat alam.
5. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan defosertasi dan degredasi
hutan.

7
6. Untuk mengetahui konsep hutan.
7. Untuk mengetahui bentuk dan struktur hutan kota.
8. Untuk mengetahui jenis-jenis hutan kota.
9. Untuk megetahui permasalahan hutan.
10. Untuk mengetahui penanggulangan masalah hutan.
11. Untuk mengetahui penyebab hutan di Indonesia menjadi gundul.
12. Untuk mengetahui akibat kerusakan hutan.

D. Manfaat Penulisan

Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat untuk pengetahuan


referensi pembaca serte (typo) meningkatkan pengetahuan tentang hutan, macam-
macam hutan, penyebab terjadinya hutan gundul,akibat (harusnya menggunakan
“spasi”) kerusakan hutan dan cara menanggulangi hutan.

BAB II

8
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hutan

Hutan secara konseptional (typo “konsepsional”) yudiris dirumuskan di dalam


Pasa 1 Ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut
undang-undang tersebut, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan
lahar berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Dari definisi
hutan yang disebutkan, terdapat unsur-unsur yang meliputi :

a. Suatu kesatuan ekosistem


b. Berupa hamparan lahan
c. Berisi sumber daya alam hayati beserta alam lingkunganya yang dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya.
d. Mampu memberi manfaat secara lestari.

Keempat ciri pokok dimiliki suatu wilayah yang dinamakan hutan, meruoakan
(typo “merupakan”) rangkaian kesatuan komponen yang utuh dan saling
ketergantungan terhadap fungsi ekosistem di bumi. Eksistensi hutan sebagai sub
ekosistem global menempti (typo “menempati”) posisi penting sebagai paru-paru
dunia (Zain, 1996).

Sementara itu, ada pasal 1 ayat (2) UU Nomor 41 Tahun 1999 UU Nomor 19
Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah penggantin UU Nomor 1 tahun
2004 tentang Perubahan Atas UU Nomor 41 Tahun 1999 tentag Kehutanan menjadi
UU, dinyatakan bahwa suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berupa
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya dapat dipisahkan.

9
Dari definisi hutan yang telah disebutkan maka terdapat beberapa unsur di
dalamnya antara lain :

a. Unsur lapangan yang cukup luas (minimal ¼ hektar) yang disebut


tanah hutan..
b. Unsur pohon (kayu, bambu, palem), flora dan fauna.
c. Unsur lingkungan.

Keseluruhan unsur tersebut merupakan satu unsur satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan satu dnegan (typo “dengan”) yang lainnya. Sementara kehutanan
merupakan sistem pengurusan yang berikatan dengan hutan, kawasan hutan dan hasil
hutan yang diselenggarakan secara terpadu.

Kawasan hutan lebih lanjut dijabarkan dalam keputusan Menteri Kehutanan No.
70/Kpts-II/2001 tentang Penetapan Kawasan Hutan, perubahan status dan fungsi
kawasan hutan, yaitu wilayah tertent (typo “tertentu”) yang ditunjukkan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Dari definisi dan penjelaan tentang kawasa hutan, terdapat unsur-unsur meliputi suatu
wilayah tertentu, terdapat hutan atau tidak terdapat hutan, ditetapkan pemerintah
(menteri) sebagai kawasan hutan dan didasarkan pada kebutuhan serta kepentingan
masyarakat.

Unsur pokok yang terkandung di dalam definisi kawasan hutan, dijadikan dasar
pertimbangan ditetapkannya wilah-wilayah tertentu sebagai kawasan hutan.
Kemudian, untuk menjamin diperolehnya manfaat yang sebesar-besarnya dari hutan
dan berdasarkan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat serta sebagai faktor
pertimbangan fisik, hidrologi dan ekosistem, maka luas wilayah yang inimal (“typo
“minimal”) harus dipertahankan sebagai kawasan hutan adalah 30% dari lua (typo
“luas”) daratan.

10
Berdasarkan kriteria pertibangan pentingnya kawasan hutann (typo “hutan”),
maka sesuai dengan eruntukannya (typo) menteri menetapkan kawasan harus menjadi
:

a. Wilayah yang berhutan yang perlu dipertahankan sebagai hutan tetap.


b. Wilayah tidak berhutan yang perlu dihutankan kembali da (typo “dan”)
dipertahankan sebagai hutan tetap.

Pembagian kawasan hutan berdasarkan fungsi-fungsinya dengan kriteria dan


pertimbangan tertentu, ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2002
tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan
dan Penggunaan Kawasan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaa Kawasan
Hutan Pasal 55 ayat (2), sebagai berikut :

a. Kawasan Hutan Konservasi yang terdiri dari kawasan suaka ala (typo
“alam”) (cagar alam dan Suaka Margasatwa), Kawasan Pelestarian
Alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata
Alam), dan Taman Buru.
b. Hutan Produksi

Hutan sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan dan sumber
kemakmuran rakyat, cendreung (typo “cenderung”) menurun kondisinya. Oleh
karena itu keberadaannya harus dipertahankan secara optimal, djaga (typo “dijaga”)
daya dukungnya secara lestari dan diurus dengan akhlak muliam (typo “mulia”) adil,
arif dan bijaksana, terbuka, profesional, serta bertanggung jawab.

Hutan tidak hanya bermanfaat bagi spesies hewan, spesies tumbuhan, atau
kelompok etnik tertentu yang meninggalinya saja. Setidaknya ada tiga manfaat hutan
yang berpengaruh global terhadap bumi sebagai habitat yang lebih luas. Tiga manfaat
tersebut adalah: hutan sebagai tempat resapan air; hutan sebagai payung raksasa;
hutan sebagai paru-paru dunia; dan hutan sebagai-wadah-kebutuhan-primer.

11
Hutan tidak hanya bermanfaat bagi spesies hewan, spesies tumbuha n, (harusnya
tidak menggunakan “spasi”) atau kelompok etnik tertentu yang meninggalinya saja.
Setidaknya ada tiga manfaat hutan yang berpengaruh global terhadap bumi sebagai
habitat yang lebih luas. Tiga manfaat tersebut adalah: hutan sebagai tempat resapan
air; hutan sebagai payung raksasa; hutan sebagai paru-paru dunia; dan hutan
sebagai-wadah-kebutuhan-primer.
Sebagai tempat resapan air, hutan merupakan daerah penahan dan area
resapan air yang efektif. Banyaknya lapisan humus yang berporipori dan banyaknya
akar yang berfungsi menahan tanah, mengotimalkan fungsi hutan sebagai area
penahan dan resapan air tersebut. Kerusakan hutan bisa menyebabkan terganggunya
fungsi hutan sebagai penahan air. Daerah dan habitat sekitar hutan yang rusak itupun
sewaktu-waktu bisa ditenggelamkan banjir. Selain itu, kerusakan hutanpun akan
membuat fungsi hutan sebagai area resapan terganggu. Ketiadaan area resapan ini
bisa menimbulkan kelangkaan air yang bersih dan higienis, atau air siappakai. Selain
fungsinya sebagai tempat resapan air, hutan berfungsi pula sebagai ‘payung raksasa’.
Rapatnya jarak antara tetumbuhan satu dengan tumbuhan lainnya, juga rata-rata
tinggi pohon di segenap lokasinya, berguna untuk melindungi permukaan tanah dari
derasnya air hujan.

Tanpa ‘payung raksasa’ ini, lahan gembur yang menerima curah hujan tinggi
lambat laun akan terkikis dan mengalami erosi. Maka, dengan begitu, daerah-daerah
sekitarnyapun akan rentan terhadap bahaya longsor. Jika manfaat hutan sebagai
daerah resapan terkait dengan keseimbangan kondisi air, bila fungsinya sebagai
‘payung raksasa’ terkait dengan kondisi tanah permukaan, maka sebagai ‘paru-paru
dunia’ hutanpun ‘bertanggung-jawab’ atas keseimbangan suhu dan iklim.

Melihat lokasinya, hutan bumi terbagi dalam tiga kelompok besar: hutan
tropis, hutan subtropis (temperate), dan hutan boreal. Brazil dan Indonesia adalah
negara dengan hektaran hutan tropis terluas di dunia. Luas lahan hutan Indonesia
sendiri adalah 140,3 juta Ha, dengan rincian: 30,8 juta Ha hutan lindung; 18,8 juta Ha

12
cagar alam dan taman nasional; 64,3 juta Ha hutan produksi; 26,6 juta Ha hutan yang
dialokasikan untuk dikonversi menjadi lahan pertanian, perumahan, transmigrasi dan
lain sebagainya. Dari data dan rincian tersebut, berarti sekitar 54% dari total luas
daratan negara kita adalah hutan.

B. Jenis-jenis Hutan di Indonesia

1.  Berdasarkan jenis pohon 

- Hutan Heterogen

  Hutan heterogen adalah hutan yang terdiri atas berbagai jenis tumbuhan
seperti hutan hujan tropis yang terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan. Sulawesi dan
Papua. 
-  Hutan Homogen

Hutan homogen adalah hutan yang terdiri atas satu jenis pohon seperti hutan
jati, hutan bambu, hutan karet, dan hutan pinus.

2.    Berdasarkan tujuan pemanfaatan

·  Hutan Produksi
Hutan produksi adalah hutan yang diusahakan melalui sistem Hak
Pengusahaan Hutan (HPH) baik BUMN maupun pengusaha swasta, yang
memanfaatkan hasil hutan seperti kayu untuk kegiatan produksi. Adapun hasil dari
kegiatan industri pengolahan kayu antara lain berupa triplek, kusen pintu dan mebel
serta perabot rumah tangga lainnya.

·  Hutan Lindung

13
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga  kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

- Hutan Wisata

Hutan wisata adalah hutan yang berfungsi untuk objek wisata sebagai tempat
rekreasi atau hiburan para wisatawan karena keindahan alamnya. Kebun Raya Bogor
merupakan salah satu hutan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan.
- Hutan Suaka Alam

Hutan suaka alam adalah hutan yang memiliki keadaan alam khas,
diperuntukkan bagi perlindungan dan pelestarian flora dan fauna yang hampir punah,
agar dapat berkembang biak sesuai dengan kondisi ekosistemnya. Hutan suaka alam
Ujung Kulon merupakan tempat perlindungan badak bercula satu dan beberapa fauna
lainnya.

3.    Berdasarkan iklim yang mempengaruhi

· Hutan Hujan Tropis

Hutan hujan tropis tumbuh di sekitar garis khatulistiwa atau equator yang
memiliki suhu udara dan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Sebagian besar
hutan ini tumbuh di lembah sungai Amazon, lembah sungai Kongo, dan di wilayah
Asia Tenggara. Hutan hujan tropis dikenal sebagai hutan heterogen karena terdiri dari
berbagai jenis tumbuhan. Di Indonesia hutan hujan tropis terdapat di Pulau Sumatera,
kalimantan dan Irian Jaya (Papua). 

·  Hutan Musim

14
Hutan musim terdapat di daerah di wilayah yang mengalami perubahan
musim hujan dan musim kemarau secara jelas. Tumbuhan pada hutan musim
umumnya bersifat homogen (satu jenis tumbuhan), seperti hutan jati, hutan karet dan
hutan bambu. Di Indonesia hutan musim banyak terdapat di wilayah Jawa Tengah
dan Jawa Timur.

· Sabana dan Stepa

  Sabana merupakan padang rumput yang diselingi oleh pepohonan atau semak
belukar, sedangkan steppa merupakan padang rumput yang sangat luas yang tidak
diselingi pepohonan. Sabana dan Steppa banyak dijumpai di daerah bercurah hujan
rendah atau relatif sedikit. Di Indonesia, sabana dan steppa terdapat di Nusa Tenggara
Barat dan Timur.

4.   Berdasarkan letak geografis

Sumber : Kompasiana.com

-HutanTropis
  Secara astronomi, hutan tropis terbentang pada wilayah 23,5o LU – 23,5o LS.
Ciri-ciri utama kawasan ini adalah curah hujan yang cukup tinggi dan matahari

15
bersinar sepanjang tahun. Curah hujan yang tinggi menyebabkan hutan tropis sangat
lebat yang terdiri dari berbagai jenis pohon serta daunnya menghijau sepanjang tahun.
Hutan ini berfungsi sebagai paru-paru dunia karena kemampuannya dalam menyerap
karbondioksida serta menjaga keseimbangan suhu dan iklim dunia.

- Hutan Temperature / Hutan Gugur

Sumber : Kompasiana.com

Hutan temperate atau hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang yang
memiliki empat musim, secara astronomis di antara 23,5o – 66,5o lintang utara
maupun lintang selatan. Hutan ini berisi tumbuhan yang daunnya gugur (meranggas)
pada musim dingin. Keadaan ini akan berlangsung hingga menjelang musim semi.
Pada musim semi, temperatur akan meningkat, salju mulai mencair, tumbuhan mulai
berdaun kembali (bersemi). Daerah persebaran hutan gugur terutama meliputi
wilayah sub-tropis sampai sedang seperti Amerika Serikat, Eropa Barat, Asia Tengah
dan Timur serta Chili.

- Hutan Boreal / Taiga

16
Sumber : Kompasiana.com

Hutan boreal atau hutan taiga berkembang di daerah lintang tinggi dekat dengan
kawasan lingkar kutub dan merupakan jenis hutan terluas kedua setelah hutan tropika.
Hutan ini ditumbuhi oleh jenis pohon berdaun jarum, dimana di kawasan ini memiliki
musim panas yang pendek dan musim dingin yang panjang. Daerah yang termasuk
kawasan ini meliputi Alaska - Amerika Utara, Skandinavia - Eropa Utara, dan
Siberia-Rusia. Vegetasi yang berkembang di daerah ini hanya satu jenis species saja
yaitu pohon spruce, alder, birch dan juniper. Permukaan tanah hutan ini umumnya
tertutup lumut kerak yang tebal.

Adapaun jenis hutan berdasarkan jenis yang lain, yaitu :

1. Berdasarkan Biogeorafi
Kepulauan Nusantara adalah relief alam yang terbentuk dari proses
pertemuan antara tiga lempeng bumi. Hingga hari ini un, ketiga lempeng bumi
itu masih terus saling mendekat. Akibatnya antara lain, gempa bumi sering
terjadi di negeri kepulauan ini. Sejarah pembentukan Kepulauan Nusantara di
sabuk Katulistiwa itu menghsilkan tiga kawasan biogeorafi utama, yaitu :
Paparan Sunda, Walllacea, dan Paparan Sahul. Masing-masing kawasan
biogeorafi adalah cerminan dari sebaran bentuk kehidupan berdasarkan
perbedaan permukaan fisik buminya.
a. Kawasan Paparan Sunda (di bagian barat). Paparan Sunda adalah
lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Oriental (Benua Asia) dan
berada di sisi barat Gais Wallace. Garis Wallace merupakan suatu
garis khayal pembatas antara dunia flora fauna di Paparan Sunda di

17
bagian lebih timur Indonesia. Garis ini bergerak dari utara ke selaan
(typo “selatan”), antara Kalimantan dan Sulawesi, serta antara Bali dan
Lombok. Garis ini mengikuti nama biolog Alfred Russel Wallace yang
pada 1858 memperlihatkan bahwa ersebaran (typo “persebaran”) flora
dan fauna di Sumaera (typo “Sumatera”), Kalimantan, Jawa dan Bali
lebih mirip dengan yang ada di daratan Benua Asia.
b. Kawasan Paparan Sahul (di bagian timur). Paparan Sahul adalah
lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Australesia (Benua
Australia) dan berada di sisi timur Garis Weber. Garis Weber adalah
sebuah garis khayal pembatasantaa (typo) dunia flora dauna (typo) di
Paparan Sahul dan di bagian lebih barat Indonesia. Garis ini membujur
dari utara ke selatan antara keulauan Maluku dan Papua serta antara
Nua Tenggara Timur dan Australia. Garis ini mengikuti nama biolog
Max Weber yang sekitar 1902 memperlihatkan bahwa persebaran flora
fauna di kawasa ini serupa dengan yang ada di Benua Australia.
c. Kawasan Wallace / Laut Dalam (di bagian tengah). Lempeng bumi
pinggiran Asia Timur ini bergerak di sela Garis Wallace dan Garis
Weber. Kawasanini (harusnya menggunakan spasi) mecakup
Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil (Nusa Tenggara), dan Kepulauan
Maluku. Flora fauna di kawasan ini banyak merupakan jenis-jenis
endemik (hanya ditmukan (typo) ditempat bersangkutan, tidak
ditemukan di bagian lain manapun di dunia). Namun, kawasan ini juga
memiliki unsur-unsur baik dari kawasan Oriental maupun dari
kawasan Australesia (typo). Wallace berpendapat bahwa laut tertutup
es pada Zaman Es sehingga tumbuha dan satwa di Asia dan Austarlia
dapat menyebrang dan berkumpul di Nusantara. Walaupun jenis flora
fauna Asia tetap lebih banyak terdapat di bagian barat dan jenis flora
fauna Australia di bagian timur, hal ini dikarenakan kawasan Wallace

18
dulu erupakan (typo) palung laut yang sangat dalam sehingga fauna
sukar utnuk melintasinya dan flora berhenti menyebar.
2. Berdasarkan Iklim
Dari letak garis lintangnya, Indonesia memang termasuk daerah
beriklim tropis. Namn (typo), posisinya di antara dua benua dan di antara dua
samudra membuat iklim kepulauan ini lebih beragam. Berdasarkan
perbandingan jumlah bulan kering terhadap jumlah bulan basah per tahun,
Indonesia mencakup tiga daerah iklim, yaitu :
a. Daerah tipe iklim A (sangat basah) yang puncak musim hujamnya
jatuh ntara (typo) Oktober dan Januari, kadang hingga Februari.
Daerah ini mencakup Pulau Sumatera, Kalimantan bagian darat dan
tengah, dan Pulau Jawa sisi barat Pulau Sulawesi.
b. Daerah tipe iklim B (Basah) yang puncak musim hujannya jatuh
antara Mei dan Juli, serta Agustus atau September sebagai bulan
terkering. Daerah ini mencakup bagian timur Pulau Sulawesi, Maluku
dan sebagian besar Papua.
c. Daerah tipe iklim C (agak kering) yang lebih sedikit jumalh (typo)
curah hujannya, sedangkan bulan terkeringnya lebih panjang. Dengan
ini mencakup Jawa Timur sebagian Pulau Madura, Pulau Bali, Nusa
Tenggara bagian palingujung (harusnya menggunakan spasi) selatan
Papua.

Berdasarkan perbedaan iklim ini, Indonesia memiliki hutan gambut, hutan


tropis, dan hutan muson.

a. Hutan gambut ada di daerah tipe iklim A atau B, ayitu di pantai


timur Sumatera,sepanjang antai (typo) dan sungai besar
Kalimantan dan sebagian besar pantai selatan Papua.
b. Hutan hujan tropi menempati daerah tipe iklim A dan B. jenis
iklim ini menutupi sebagian besar Pulau Sumatera, Kalimantan,

19
Sulawesi, Maluku Utara dan Papua. Di bagian barat Indonesia,
lapisan tajuk tertinggi hutan dipenuhi famili Dipterocarpaceae
(terutama genius Shorea, Diptecorarpus, Drybalanops, dan
Hopea). Lapisan tajuk di bawahnya ditempati oleh famili
Lauraceae, Myristicaceae, Myrteceae, dan Guttiferaceae. Di
bagian timur, genus utamanya adalah Pometia, Instia¸Palaquium,
Parinari, Agathis, dan Kalappia.
c. Hutan muso tumbuh di daerah tipe iklim C atau D, yaitu di Jawa
Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Balli, NTB, sebagaian NTT,
bagian tenggara Maluku, dan sebagian pantai selatan Irian Jaya.
Spesies pohon di hutan ini seperti jati (Tectona grandis) ,
walikukun (Actionophora fragrans), ekaliptus (Eucalyptus albal),
cendana (Santulu album) dan kayu putih (Melaleuca
leucadendron).
3. Berdasarkan Sifat Tanahnya
Berdasarkan sifat tanah, jenis hutan di Indonesia mencaku hutan
pantai, hutan mangrove, dan hutan rawa.
a. Hutan pantai terdapat sepanjang pantai yang kering, berpasir,
dan tidak landai, seperti di pantai Selatan Jawa. Spesias
pohonnya seperti ketapang (Terminalia catappa), waru
(Hibiscus tiliaceus), cemara laut (Casuariana equisetifolia),
dan pandan (Pandanus tectorius).
b. Hutan mangrove Indonesia mencapai 776.000 ha dan tersebut
di sepanjang pantai Utara Jawa, pantai Timur Jawa, pantai
Timur Sumatera, sepanjang pantai Kalimantan dan pantai
Selatan Papua. Jenis-jenis pohon utamanya bersal dari genus
Avicennia, Sonneratia, dan Rhizopheria.
c. Hutan rawa terdapat di hampir semua pulau, terutama
Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Spesiaes pohon rawa

20
misalnya adalah nyatoh (Palaquium lelocarpum), kempas
(Koompassia spp) dan ramin (Gonystylus spp).
4. Berdasarkan Pemanfaatan Lahan

Luas hutan Indonesia terus menciut, sebagaimana diperlihatkan


sebagai berikut : Luas Penetapan Kawasan Hutan oleh Departemrn (typo)
Kehutanan Tahun Luasb (typo) (Hektar) 1950 162,0 jut (typo), 1992 118,7
juta, 2003 110,0 juta, dan 2005 93,92 juta.

Berdasarkan hasil penafsiran citra satelit, kawaasan hutan Indonesia


yang mencapai 93,92 juta hektar pada 2005 itu dapat dirinci pemanfaatannya
sebagai berikut:

a. Hutan tetap : 88,27 juta ha


b. Hutan konservasi : 15,37 juta ha
c. Hutan lindung : 22,10 juta ha
d. Hutan produksi terbatas : 18,18 juta ha
e. Hutan produksi tetap : 20,62 juta ha
f. Hutan produksi yang dapat dikonversi : 10,69 juta ha
g. Areal Penggunaan Lain (non-kawasan hutan) : 7,96 juta ha.

Lahan hutan terluas ada di Papua (32,36 juta ha) : 7,96 juta ha.
Berturut-turut oleh Kalimantan (28,23 juta ha). Sumatera (14,65 juta ha),
Sulawesi (8,87 juta ha), Maluku dan MalukuUtara (4,02 juta ha), Jawa
(3,09 juta ha), serta Bali dan Nusa Tenggara (2,7 juta ha).

5. Berdasarkan Terbentuknya
Hutan dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan masa
terbentuknya, yaitu :
a. Hutan alam, yaitu suatu lapangan yang bertumbuhan pohon-pohon
alami yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam

21
hayati beserta alam lingkunganya. Hutan alam juga disebut hutan
primer, yaitu hutan yang terbentuk tanpa campur tangan manusia.
b. Hutan buatan disebut hutan tanaman, yaitu hutan yang terbentuk
karena campur tangan manusia.
6. Berdasarkan Statusnya

Hutan dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan statusnya,


yaitu :

a. Hutan negara, yaitu hutan yang berada pada tanah yang tidak terbebani
hak atas tanah.
b. Hutan hak, yaitu hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas
tanah. Hak atas tanah, misalnya hak milik (HM), Hak Guna Usaha
(HGU), dan Hak Guna Bangunan (HGB).
c. Hutan adat, yaitu hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat
hukum adat.
7. Berdasarkan Jenis Tanamannya
Hutan dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan statusnya,
yaitu :
a. Hutan homogen (sejenis), yaitu hutan yang arealnya lebih dari 75%
ditutupi oleh satu jenis tumbuh-tumbuhan. Misalnya : hutan jati, hutan
bambu, dan hutan pinus.
b. Hutan heterogen (campuran), yaitu hutan yang terdiri atas bermacam-
macam jenis tumbuhan.
8. Berdasarkan Fungsinya
Jika ditinjau dari fungsinya, maka hutan dapat dikelompokkan menjadi :
1) Hutan Lindung
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan.
2) Hutan Konservasi

22
Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan cirikhas (harusnya
menggunakan spasi) tertentu, yang mempunyai fungsi pokok
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

Hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang
mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman
tumbuhan, satwa dan ekosistemnya serta berfungsi sebagai wilayah
penyangga kehidupan. Kawasan hutan suaka alam terdiri atas cagar alam,
suaka margasatwa dan Taman Buru.

Kawasan hutan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas


tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa, serta pemanfatan secara lestari sumber alam hayati dan
ekosistemnya. Kawasan pelestarian alam terdiri atas Taman Nasional, Taman
Hutan Raya (HATURA) dan Taman Wisata Alam.

Hutan produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukkan guna


produksi hasil hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya
serta pembangunan, industri dan eskpor pada khususnya. Hutan produksi
dibagi menjadi tiga, yaitu hutan produksi terbatas (HPT), hutan produksi tetap
(HP), dan hutan produksi yang dapat dikonversikan (HPK).

C. Deforsertasi dan Degradasi Hutan

Umumnya deforsertasi dan degradasi tidak dapat dipisahkan. Peristiwa yang


berkaitan dengan defosertasi dan degradasi hutan yaitu kebakaran hutan.

1. Kebakaran Hutan

23
Kebakaran hutan merupakan salah satu faktor lingkungan dari api
yang memberikan pengaruh terhadap hutan, menimbulkan dampak negatif
maupun positif. Kebakaan (typo) hutan yang terjadi adalah akibat ulah
manusia ataupun faktor alam. Penyebab kebakaran hutan yang terbanyak
karena tindakan dan kelalaian manusia. ada yang menyebutkan hamir 90%
kebakaran hutan disebabkan oleh manusia sedangkan hanya 10% yang
disebabkan oleh alam. Pengertian dan definisi lain yang diberikan untuk
kebakaran hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sedangkan
timbulnya kerugian ekosistem dan terancamnya kelestarian lingkungan.
Kebakaran terjadi karena faktor-faktor antara lain ; alam (misalnya
musim kemarau yang terlalu lama) dan manusia (karena kelainan manusia
membuat api ditengah-tengah hutan-hutan (merupakan pemborosan kata) di
saat musim kemarau atau hutan-hutan yang mudah terbakar).
2. Bentuk Kerusakan Hutan
a. Tingkat Kerusakan Hutan di Indonesia
Menurut Bank Dunia dalam kurun waktu 1985-1997 degrasi hutan di
Indonesia rata-rata 1,5 juta hektar setiap tahun dan diperkiran sekitar
20 juta hektar hutan produksi yang tersisa. Berdasarkan analisi FWI
dan GFW dalam kurun waktu 50 tahun, luas total tutupan hutan di
seluruh Indonesia. Lebih lanut Departemen Kehutnan menegaskan
bahwa sampai tahun 2006, luas hutan yang rusak dan tidak dapat
berfungsi optimal telah mencapai 59,6 juta hektar dari 120,35 juta
hektar kawasan hutan di Indonesia, dengan laju deforestasi dalam lima
tahun terakhir mencapai 2,83 juta hektar per tahun. Sebagian besar
kerusakan hutar tersebut disebabkan oleh aktivitas ilegal logging atau
pembabakan hutan liat termasuk di dalamnya enebangan (typo) secara
berlebhan (typo) dan penebangan pohon di luar blok tebangan yang
dilakukan oleh pemegang izin. Selebihnya dikarenakan kebakran
(typo) hutan, alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian atau

24
pemukiman, konversi tegakan hutan alam, penebangan liat,
pendudukan kawasan dan perambahan hutan.
b. Penyebab Terjadinya Kerusakan Hutan
Berdasarkan pelaku penyebab kerusakan hutan di Indonesiia
(typo) dapat disebabkan oleh karena perbuatan manusia tamak, hama,
dan penyakit, kebakaran serta sumber daya alam.
1) Disebabkan oleh manusia
Penyebab utama kerusakan hutan di Indonesia sebagian besar
merupakan kegiatan aktivitas manusia dalam pemanfaatan hutan dan
hasil hutan baik yang dilakukan secara legal maupun ilegal. Kerusakan
hutan yang sangat dominan dan telah menjadi ancaman terhadap
kelestarian adalah pembabakan liar. Pembabakan liat di Indonesia
sudah semakin menghawatirkan dan sulit untuk diberantas. Adapun
faktor-faktor yang menjadi sumber penyebab terjadinya pembabakan
liat adalah sebagai berikut :
a) Kesenjangan suplai dan tersedianya bahan baku industri,
tingginya permintaan terhadap kayu di dalam dan luar negeri
tidak sebanding dengan kemampuan penyediaan industri
perkayuan. Akibat dari ketimpangan antara persediaan dan
permintaan, ikut hutan konservasi. Kondisi ini diperparah lagi
dengan tumbuhnya industri kayu tanpa izin dekat lokasi
penebangan dan penimbunan kayu dimana transaksi jual beli
tanpa kayu tanpa dokumen berlangsung.
b) Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat pesat disisi lain
berkurangnya tanah pertanian diserta keadaan sosial ekonomi
masyarakat disekitar hutan yang rendah dan terbatasnya
lapangan pekerjaan, telah mendorong masyarakat untuk
merambah kawasan hutan, membuka hutan dan memanfaatkan
hasil hutan secara liar.

25
c) Lemahnya kesadaran masyarakat terhadap fungsi hutan dan
kelestarian lingkungan hidup, menyebabkan masyarkat mudah
melakukan perusakan hutan.
d) Lemahnya penegakan hukum karena kurangnya ketegasan
hukum dan keberanian aparat terkait untuk menidak korporat,
penjahat dan oknum aparat itu sendiri yang melakukan dan
mendudukung pembabakan liar dan terjadinya korupsi, kolusi
dan nepotisme pada proses pengelolaan hutan, sehingga
instansi dan aparat yang bertanggungjawab terhadap
perlindungan hutan terkesan tambah dalam mengatasi
penyimpangan dalam pengelolaan hutan atau cendreung (typo)
membenarkan hal yang tidak benar.
e) Meningkatnya krisis moral, sehingga terjadi praktik
pembabakan liat yang melibatkan masyarakt (typo), korparat,
aparat dan pejabat.
f) Belum efektifnya manajemen pengelolaan hutan di Indonesia,
yang antara lain disebabkan terbatsnya (typo) Sumber Daya
Manusia, belum proporsonalnya antara jumlah dan kwalitas
serta penyebaran tenaga perlindungan dan pengaman hutan
dengan luas kawasan hutan yang dikelola, tebatasnya Sumber
Daya Dinansial, rendahnya satuan biaya pengelolaan hutan
untuk mewujudkan pengelolaan hutan produksi yang lestari.
Sebagai contoh Kawasan Hutan Nasional di Indonesia yang
dikelola secara intensif melebihi kwasa hutan lainnya hanya
memiliki biaya pengelolaan Rp. 6000,- s/d Rp. 10.000,-
perhektar/bulan dan prasarana serta peralatan pengelolaan
hutan yang tersedia sangat terbatas seta konvensional.
g) Terjadinya tumpang tindih regulasi karena kebutuhan dan
disparitas interprestasi terhadap peraturan dan perundangan

26
bidang kehutanan telah ikut mendorong terjadinya
pemanfaatan hutan yang tidak lestari.
h) Tumpang tindih kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan
dibidang kehutanan yang kurang jelas, menyebabkan peluang
pengelolaan hutan yang menyebabkan terjadinya kerusakan
hutan menjadi lebih besar.
2) Disebabkan Oleh Ternak
Kerusakan akiba (typo) penggembalaan ternak dalam hutan
dapat menyebabkan seluruh pohon mati, bahkan dapat menimbulkan
erosi tanah. Derajat kerusakan yang diderita hutan tergantung pada
jenis serta jumlah ternak, intensistas penggembalaan dan jenis pohon
penyusun hutan. Jenis berdaun lebar akan lebih disukai ternak
daripada yang berdaun jarum. Intinya, spesies yang berbeda dapat
memberikan reaksi yang berbeda terhada penggembalaan.
Faktor-faktor yang menjebabkan terjadinya penggembalaan di
hutan antara lain :
a) Populasi ternak di sekitar kawasan hutan. Semakin besar
populais ternak yang hidup di sekitar hutan maka akan semakin
banyak pakan ternak yang dibutuhkan sehingga semakin besar
kemungkinan tenak digembalakan di hutan untuk memenuhi
kebutuhan pakannya.
b) Jumlah hijauan ternak yang mampu dihasilkan di desa sekitar
hutan. Tidak adanya lahan di pedesaan sekitar hutan yang
dapat digunakan untuk penyediaan lahan guna memenuhi
kebutuhan ternak akan menyebabkan masuknya pemilik ternak,
baik sendiri maupun besama tenaknya (typo), ke hutan untuk
mencari pakan ternah.

27
c) Teknik memelihara ternah (typo) yang dilakukan oleh
masyarakat. Peternakan sistem lepas menyebabkan
pengembalaan ternak di hutan.
d) Intensitas pengawasan oleh pengelola kawasan hutan.
Kurangnya pengawasan memungkinkan masuknya ternak di
hutan, akibat yang terjadi antara lain :

 Kerusakan Terhadap Tanah Hutan


Ternak yang digembalakan di dalam hutan,
misalnya lembu dan kambing, apabila populasinya
berlebihan aka (typo) menyebabkan banyak tanah
menjadi terbuka karena rumput dan tanaman yang
melindungi tanah dimakan ternak. Tanah akan menjadi
padat, pori-pori tanah tertutup oleh partikel-partikel
tanah dan air hujan akan meggenang di permukaan
tanah. Akiba dari semua itu akan dapat menimbulkan
suatu erosi tanah, terutama tanah-tanah yang miring
akan lebih cepat tererosi. Tanah-tanah yang miring dan
hutan-hutan yang berfungsi untuk melindungi tata air
atau sumber air merupakan daerah yang harus bebas
dari penggembalaan ternak.
 Kerusakan Tanah Tanaman Muda
Tanaman muda yang dimaksud adalah tanaman
yang tajuknya masih dapat dicapai oleh ternak. Tanama
(typo) muda sangat peka terhadap penggembalaan,
karena tajukya asih (typo) rendah dan batangnya masih
lemah, bila dimasuki ternak maka akan dapat berakibat
daun/tajuk tanaman dimakan sampai gundul, batang

28
tanaman dapat melengkung atau patah, seluruh tanaman
dapat dicabut, kulut batang kering dimakan dan
terkupas.
Menularkan penyakit pada satwa liar. Ternak
yang digembaakan di dalam hutan dapat menularkan
penyakit kepada satwa liat yang hidup di dalam hutan.
Kasus yang populer terjadi di Taman Nasional Ujung
Kulon yaitu kematian Badak Jawa, karena penyakit
antrak yang ditularkan dari kerbau yang digembalakan
masyarakat di gunung Honje padda (typo) tahun 1981.
3. Disebabkan oleh Hama dan Penyakit
a) Hama
Hutan alam hidup sebagai jenis hewan dan serangga, selama
hewan dan serangga tidak menimbulkan kerusakan terhadap tananman
(typo) yang secara ekonomis berarti serangga dan hewat tersebut
belum disebut sebagai hama. Akan tetapi jika serangga dan hewan
tersebut sudah menimbulkan kerusakan terhadap jenis tanaman hutan
yang secara ekonomis berati maka serangga atau hewan penyebab
kerusakan terhadap jenis tanaman hutan dapat sebagai hama.
Hutan alam yang hidup sebagai jenis tumbuhan dan satwa
sangat jarang sekali terjadi kerusakan tanaman hutan akibat adanya
serangga atau hewan. Keadaan ini dikarenakan adanya hubungan
antara makhluk hidup dan lingkungannya di hutan alam sangat
kompleks sehingga memperkuat kestabilan ekosistem. Berbeda dengan
hubungan antara makhluk hidup dan lingkungannya di areal hutan
tanaman industri yang cenderung monokultur atau memiliki
keanekaragaman hayati rendah telah membuat kondisi ekosistem yang
stabil.
4. Disebabkan Oleh Daya-daya Alam

29
Gangguan kawasan hutan yang disebabkan oleh daya-daya alam
secara prinsip tidak bisa dihindari karena diluar kekuatan manusia. Daya-daya
alam yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kawasan htan,
misalnya adanya halilintra (typo) dan petir, gesekan oleh bahan-bahan atau
marerial yang dapat menyebabkan timbulnya api, potensi batubara (harusnya
menggunakan spasi) yang tinggi yang dapat menghasilkan panas bumi, dll.
Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka perlindungan hutan dari daya-daya
alam terdiri dari.
a. Letusan gunung, kegiatan yang dapat dilakukan yaitu pemantauan
proses alam dan normalisasi saluran lahan.
b. Tanah longsor, kegiatan yang dapat dilakukan yaitu pembuatan sering
dan penanaman jenis tanaman perakaran dalam.
c. Banjir, kegiatan yang dapat dilakukan yaitu (reboisasi dan
penghijauan).
d. Badai, kegiatan yang dapat dilakukan yaitu menanam pohon pemecah
angin.
e. Kekeringan, kegiatan yang dapat dilakuka yaitu melindungi sumber
air, cekdam dan waduk.
f. Gempa, kegiatan yang dapat dilakukan yaitu membuat peta rawan
gempa.

D. Keruskan Hutan Akibat Alam ( Natural Disasters)

1. Kebakaran hutan
Kebakaran hutan merupakan penyebab kerusakan hutan yang setiap
tahun terjadi di indonesia, bila musim kemarau berkepanjangan pada suatu
daerah. Indonesia dituding sebagai Negara pengekspor asap kebakaran hutan
ke Negara-negara tetngga. Selain dapat memusnahkan tubuh-tumbuhan hutan

30
menghasilkan asap yang berdampak negative terhadap kesehatan manusia dan
keselamatan penerbangaan.
2. Letusan gunung berapi
Bencana alam gunung meletus merupakan suatu daya lam (typo) yang
dapat merusak hutan dan habitat satua (typo) liar bahkan memusnahkan
kehidupan yang ada diwilayah tersebut. Gunung meletus adalah gejala
fulkanis yaitu peristiwa yang berhubungan dengan naiknya amgma dari dalam
perut bumi. Magma adalah campuran batu-batuan dalam keadaan cair, liat
serta dangat panas yang berada dalam perut bumi. Aktifitas magma
disebabkan oleh tingginya suhu magma dan banyaknya gas yang terkandung
di dalamnya sehingga dapat terjadi retakan –retakan dan pergeseran lempeng
kulit bumi.
3. Naiknya air permukaan laut dan tsunami
Permukaan air laut yang naik termasuk didalamnya bencana tsunami
dapat mengakibatkan kerusakan hutan. Hutan-hutan di bagian pesisir menjadi
rusak karena aktivitas alam ini. Walaupun hutan-hutan dipesisir dianggap
suatu cara untuk mengurangi dampak kerusakan dari tsunami tetapi hutan
tersebut juga ikut terkena dampaknya.
4. Dampak kebakaran hutan
Adapun darmpak (typo) dari kebakaran htan (typo) antara lain:
a. Kebakaran hutan membawa dampak yang besar pada keanekaragamn
(typo) hayati. Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena
struktur tanahnya mengalami keruskan. Hilangnya tumbuh-tumbuhan
menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat
lagi enahan (typo) banjir. Karena itu setelah hutan terbakar, sering
muncul bencana banjir pada musim hujan di berbagai daerah yang
hutannya terbakar. Kerugian akibat banjir tersebut juga sulit
diperhitungkan.

31
b. Hutan alam mungkin memerlukan ratusan tahun untuk berkembang
menjadi system yang rumit yang mengandung banyak spesies yang
saling tergantung satu sama lain. Pada tegakan dengan pohon-pohon
yang di tanam murni, lapisan permukaan tanah dantumbuhan
bahwanyadiupayakan relative (typo) bersih. Pohon-pohon mudah akan
mendukung sebagian kecil spesies asli yang telah ada sebelumnya.
Pohon-pohon hutan hujan tropis perlu waktu bertahun-tahun untuk
dapat dopanen (typo) dan tidak dapat digantikan dengan cepat.
Demikian juga komunitasnya yang kompleks juga tidak mudah
digantikan bila rusak.
c. Luas hutan hujan tropika didunia hanya meliputi 7 % dari luas
permukaan bumi, tetapi mengandung lebih dari 50% total jenis yang
ada diseluruh dunia. Kenyataan ini menunjukkan bahwaa hutan hujan
tropika merupakan salah satu pusat keanekaragamn (typo) hayati
terpenting di dunia. Laju kerusakan hutan hujan tropika yang relative
cepat telah menyebabkan tipe hutan ini menjadi pusat perhatian
duniainternasioanl (typo). Meskipun luas indoensia hanya 1,3 % luas
bumi, tetapi memiliki keanekaragamn hayati yang tinggi, meliputi : 10
% dari total jenis tumbuhan berbunga, 12 % dari total jenis mamalia,
16 % jenis reptilian, 17 % dari total jenis burung dan 25 % dari total
jenis ikan yang ada diseluruh dunia. Hal ini menyebabkan Indonesia
menjadi pusat perhatian dunia internasioanl dalam hal keanekeragamn
hayatinya.
d. Berdasarkan hasil penafsiran citra satelit landasat 7 ETM + tahun
2002/2003, total daratan yang ditafsir adalah sebeasr 187,91 juta ha
kondisi penutupan lahan, baik dalam maupun di luar kawasan, adalah:
hutan 93,92 juta ha (50%), non hutan 83,26 juta ha (44%), dan tidak
ada data 10,73 juta ha (6%). Khusu di dalam kawasan hutan yaitu
seluas 133,57 juta ha, kondisi penutupan lahannya adalah sebagai

32
berikut : hutan 85,96 juta ha (64%), non hutan 39,09 juta ha (29%),
dan tidak ada data 8,53 juta ha (7%). (BAPLAN,2005).
e. Kebakaran hutan Indonesia pada tahun 1997/98 saja telah
menghanguskan seluas 11,7 juta ha. Kebakaran terluas terjadi di
Kalimantan dengan total lahan terbakar 8,13 jt hektar, disusul
Sumatra, papua barat, silawesi dan jawa masing-masing 2,07 juta
hektar, 1 juta hektar, 400 rbu hektar dan 100 ribu hektar (tacconi .
2013)
f. Setiap spesies mempunyai kecepatan tumbuh yang berbeda0beda,
(typo) ada yang tergolong fast growing spesies terutama untuk jenis-
jenis pioneer, tetapi ada yang termasuk dalam slow growing spesies.
Untuk keberlanjutan pemanennanjangka (harusnya menggunakan
spasi) panjang jenis pohon yang lambat pertumbuhannya seperti
shorea ovalis, S. seminis,S. leavis dll, maka diperlukan kegiatan
konservasi keanekaragamn (typo) hayati. Hal ini perlu dilakukan agar
tidak terjadi kepunahan dalam jenis tertentu akibat kebakaran ataupun
pembakaran hutan.
g. Jenis-jenis pohon dari suku Dipterocarpacae merupakan bagian akhir
dari suksesi hutan, karena hanya tumbuh di hutan-hutan yang suah ada
memiliki knopi yang rapat. Jenis-jenis tersebar luas sekali, tumbuh di
hutan-hutan dari dataran rendah sampai kaki pegunungan di seluruh
Asia Tenggara dan sub-Benua india. Suku Dipterocarpacae merupakn
bagiandari kayu yang paling berharga di dunia.
h. Selema beberapa decade, hutan-hutan dipreocarpacae di Indonesia
sering mengalami kebakaran baik yang sengaja maupun yang tidak
sengaja yang berdampak langsung dengan hilangnya sejumlah spesies
flora dan fauna tertentu.
i. Kehilangan keanekaragaman hayati secar umum juga berarti bahwa
spesies yang memiliki potensi ekonomi dan sosial mungkin hilang

33
sebelum mereka di temukan. Sumber daya obat-obatan dan bahan
kimia yang bermanfaat yang dikandung oleh spesies liar mungkin
hilang untuk selamanya.

Kerusakan hutan adalah kegiatan pembalakan hutan, merupakan kegiatan


yang merusak terhadap kondisi hutan setelah penebangan, karena di luar dari
perencanaan yang telah ada. Kerusakan hutan Indonesia dipicu oleh tingginya
permintaan pasar dunia terhadap kayu, meluasnya konversi hutan menjadi
perkebunan sawit, korupsi dan tidak ada pengakuan terhadap hak rakyat dalam
pengelolaan hutan. Kerusakan hutan berdampak negatif dan dan positif.

Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan hutan antara lain :

a. Kerusakan hutan karena perbuatan manusia secara sengaja.


b. Kerusakan hutan karena hewan dan lingkungan.
c. Kerusakan hutan karena serangan hama dan penyakit.

Kerusakan hutan dipicu oleh kebutuhan manusia yang semakin banyak dan
berkembang, sehingga terjadi hal-hal yang dapat merusak hutan Indonesia antara lain:

1. Penebangan hutan tanpa perhitungan dapat mengurangi fungsi hutan sebagai


penahan air.
Penebangan hutan akan berakibat pada kelangsungan daur hidrologi dan
menyebabkan humus cepat hilang. Dengan demikian kemampuan tanah untuk
menyimpan air berkurang. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan langsung
mengalir, hanya sebagian kecil yang meresap ke dalam tanah. Tanah hutan yang
miring akan tererosi, khususnya pada bagian yang subur, sehingga menjadi tanah
yang tandus. Bila musim penghujan tiba akan menimbulkan banjir, dan pada musim
kemarau mata air menjadi kering karena tidak ada air tanah. Penggundulan hutan
dapat menyebabkan terjadi banjir dan erosi. Akibat lainnya adalah harimau, babi
hutan, ular dan binatang buas lainnya menuju ke permukiman manusia.

34
Salah satu sebab utama perusakan hutan adalah penebangan hutan. Banyak tipe kayu
yang digunakan untuk perabotan, lantai, dan konstruksi diambil dari hutan tropis di
Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Dengan membeli produk kayu tertentu, orang-
orang di daerah seperti Amerika Serikat secara langsung membantu perusakan hutan
hujan. Kerusakan hutan yang paling besar dan sangat merugikan adalah kebakaran
hutan. Diperlukan waktu yang lama untuk mengembalikannya menjadi hutan
kembali.

2. Kebakaran hutan
1. Hal-hal yang sering menjadi penyebab kebakaran hutan antara lain sebagai
berikut:
2. Musim kemarau yang sangat panjang.
3. Meninggalkan bekas api unggun yang membara di hutan.
4. Pembuatan arang di hutan.
5. Membuang puntung rokok sembarangan di hutan.

Penyebab kebakaran hutan, antara lain:

o Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang
panjang.
o Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara
sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan.
o Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan
gunung berapi.
o Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau
membuka lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.
o Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang
dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.
Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran liar antara lain:

1. Menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer.

35
2. Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak
asap atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies
endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.
3. Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan
kekeringan di saat musim kemarau.
4. Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur
pengangkutan lewat sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah
terpencil.
5. Musnahnya bahan baku industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih jauh lagi hal
ini dapat mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena
kurangnya bahan baku dan puluhan ribu pekerja menjadi penganggur/kehilangan
pekerjaan.
6. Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
dan kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia
lanjut dan anakanak. Polusi asap ini juga bisa menambah parah penyakit para
penderita TBC/asma.

3. Penambangan liar
Aktivitas seperti penambangan di hutan dapat menyebabkan kerusakan permanen.
Aktivitas penambangan dapat menimbulkan dampak yang besar, tidak hanya pada
kawasan penambangan tapi juga wilayah disekitarnya, termasuk wilayah hilir dan
pesisir dimana limbah penambangan dialirkan. Tidak hanya itu, sisa-sisa hasil
penambangan dapat merusak ekosistem di dalam hutan dan merusak keseimbangan
alam.

4. Perburuan liar
Perburuan, meskipun hanya mengancam sebagian kecil dari spesies yang ada, sangat
berpengaruh kepada keberadaan spesiesspesies yang langka dan mempunyai nilai
ekonomi tinggi. Gajah, kijang kuning (Muntiacus muntjak) dan rusa (Cervus
unicolor) merupakan contoh satwa yang sering diburu orang.

36
Upaya yang Dilakukan Pemerintah

Pemerintah Indonesia melalui keputusan bersama Departemen Kehutanan dan


Departemen Perindustrian dan Perdagangan sejak tahun 2001 telah mengeluarkan
larangan ekspor kayu bulat (log) dan bahan baku serpih. Selain itu, Pemerintah juga
telah berkomitmen untuk melakukan pemberantasan illegal logging dan juga
melakukan rehabilitasi hutan melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(GNRHL) yang diharapkan di tahun 2008 akan dihutankan kembali areal seluas tiga
juta hektar.
Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya
memiliki tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan
terbentuknya pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara
lain:

1. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata
Guna Tanah.
2. Menerbitkan UU No. 23 Tahun 1997, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL
(Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
4. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan,
dengan tujuan pokoknya:
a. Menanggulangi kasus pencemaran.
b. Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
c. Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL).

Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.

Berangkat dari kompleksnya faktor penyebab kerusakan hutan di Indonesia


dibutuhkan solusi yang cepat dan tepat, untuk menyatukan visi dan misi

37
seluruh stakeholders dalam menjaga eksistensi hutan di negara ini. Jeda penebangan
hutan atau Moratorium Logging adalah suatu metode pembekuan atau penghentian
sementara seluruh aktifitas penebangan kayu skala besar (skala industri) untuk
sementara waktu tertentu sampai sebuah kondisi yang diinginkan tercapai. Lama atau
masa diberlakukannya moratorium biasanya ditentukan oleh berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai kondisi tersebut (Hardiman dalam Hutan Hancur,
Moratorium Manjur).
Sebagai langkah awal dalam pencegahan kerusakan hutan nasional, metode
ini dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak. Bentuknya dapat berupa reformasi hutan
yang dilaksanakan oleh semua pihak sebgai bentuk partisipasi pemerintah, privat, dan
masyarakat dalam melindungi hutan dari kerusakan. Moratorium Logging dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak, berikut adalah gambaran manfaat yang dapat
diterima oleh stakeholders bila jeda penebangan hutan dilaksanakan saat ini:
• Pemerintah mendapatkan manfaat berupa jangka waktu dalam melakukan
restrukturisasi dan renasionalisasi industri olahan kayu nasional, mengkoreksi over
kapasitas yang dihasilkan oleh indsutri kayu, serta mengatur hak-hak pemberdayaan
sumber daya hutan, dan melakukan pengawasan illegal logging bersama sector
private dan masyarakat.
• Private/investor mendapatkan keuntungan dengan meningkatnya harga kayu di
pasaran, sumber daya (kayu) kembali terjamin keberadaannya, serta meningkatkan
efisiensi pemakaian bahan kayu dan membangun hutan-hutan tanamannya sendiri.

• Masyarakat mendapatkan keuntungan dengan kembali hijaunya hutan disekeliling


lingkungan tinggal mereka, serta dapat terhindar dari potensi bencana akibat
kerusakan hutan.

E. Pencegahan Terjadinya Devosertasi dan Degradasi Hutan

38
Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dilakukan
antara lain (Soemarsono, 1997)

1. Menetapkan kelembagaan dengan membentuk sub Direktorat kebakaran hutan


dan lembaga non structural.
2. Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan petunjuk teknisi
pencegahan danpenanggulangan kebakaran hutan.
3. Melengkapi perangkat keras berupa peralatan pencegahan dan pemdaman
kebakaran hutan;
4. Melakukan pelatihan pengendalian kebakaran hutan bagi aparat pemerintah,
tenaga BUMN dan perusahaan kehutanan serta masyarakat sekitar hutan;
5. Kampanye dan penyuluhan melalui berbagai apel siaga pengendalian
kebakaran hutan;
6. Pemberian pembekalan kepada pengusaha (HPH, HTI, perkebunan dan
transmigrasi), karwil dephut, dan jajaran pemda oleh mentri kehutanan dan
mentri Negara lingkungan hidup.
7. Dalam setiap persetujuan pelepasan kawasan hutan bagi pembangunan non
kehutanan, selalu disyaratkan pembukaan hutan tanpa bakar.

Selain melakukan pencegahan pemerintah juga melakukan penanggulangan


melalui berbagai kegiatan anatara lain (Soemarson.1997) :

1. Memberdayakan posko-posko kebakaran hutan di semua tingkat, serta


melakukan pembinaan mengenai hal-hal yang harus dilakukan siaga I dan II.
2. Mobilitas semua sumber daya ( manusia, peralatan da dana) di semua tingkat,
baik di jajaran departemen kehutanan maupun instansi lainnya, maupun
perusahaan-perusahaan.
3. Meningkatkan kordinasi dengan nstansi terkait di tingkat pusat melalui
PUSDALKARHUTNAS dan ditingkat daerah melali PUSDALKARHUTDA
tk I dan SATLAK kebakaran htan dan lahan.

39
4. Meminta bantuan luar negeri untuk memadamkan kebakaran antara lain:
pasukan BOMBA dari Malaysia untuk kebakaran di riau, jambi, sumsel dan
kalbar, bantuan pesawat AT 130 dari Auastralia dan herkules dari USA untuk
kebakaran di lampung : bantuan masker, obat-obatan dan sebagainya dari
Negara-negara asean, korea selatan, bna dan lain-lain.

Upaya pencegahan dan penangggulangan yang telah dilkukan selama ini ternyata
belum memberikan hasil yang optimal dan kebakaran hutan masih terus terjadi pada
setiap musim kemarau. Konsis ini di sebabkan oleh berbagai faktor antara lian :

1. Kemiskinan dan ketidak adailan bagi masyarakat pingggiran atua masyarakat


kawasan hutan.
2. Kesadaran semua lapisan masyarakat terhadap bahaya kebakaran masih
rendah.
3. Kemampuan aparatur pemerintah khusunya untu koordinasi, memberikan
penyuluhan untuk kesadaran masyarakat, dan melakukan upaya pemadaman
kebakaran semak belukar dan hutan masih rendah.
4. Upaya pendidikan baik formal maupun informal untuk penanggulangan
kebakaran hutan belum memadai.

Hasil identifikasi dari serentetan kebakaran hutan menunjukkan bahwa


penyebab utama kebakaran hutan adalah faktor manusia dan faktor yang memicu
meluasnya areal kebakaran adalah kegiatan perladangan, pembukaan HTI dan
dalam pemeliharaan perkebunan serta konflik hokum adat dengan hokum Negara,
maka untuk meningkatkan efktifitas dan optimasi kegiatan pencegahaan dan
penanggulangan kebakaran hutan perlu upaya penyelesaian masalah yang terkait
dengan faktor-faktor tersebut.

Untuk mengoptimalkan upaya pencegahaan dan penanggulangan kebakaran hutan di


masa depan anatara lain :

40
a. Melakukan pembinaan dan peyuluhan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan, sekaligus berupaya untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya kebakaran hutan dan
semak belukar.
b. Memberikan penghagrgaan terhadap hokum adat sama seperti hokum Negara,
atua merevisi hokum negaradengan mengadopsi hokum adat.
c. Peningkatan kemampuan sumber daya aparat perintah melalui pelatihan
maupun pendidikan formal. Pembukaan program studi penangggulangan
kebakaran hutan merupakan alternative yang bisa ditawarkan.
d. Melengkapi fasilitas untuk menanggulangi kebakaran hutan, baik perangkat
lunak maupun perangkat kerasnya.
e. Penerapan khususny yang memicu atau penyebab langsung terjadinya
kebakaran.

Khusus di indoensia, pada hakekatnya penanggulangan hutan telah di atur dengan


jelas di dalam peraturan mentri kehutanan Nomor. P. 12/Menhut-li/2009 Tentang
Pengendalian Kebakaran Hutan. Adapun upaya penanggulangan yang dilkukan yang
dimaksud tersebut antara lain :

1. Memberdayakan sejumlah posko yang bertugas menanggulangi kebakaran


hutan di semua tingkatan. Pemberdayaan ini juga harus disertai dengan
langkah pembinaan terkait tindakan apa saja yang harus dilakukan jika
kawasan hutan telah memasuki status siaga I dan juga siaga II.
2. Memindahkan segala macam sumber daya baik itu manusia, perlengkapan
serta dana pada semua tingkatan mulai dari jajaran kementrian kehutanan
hingga instansi lain bahkan juga pihak swasta.
3. Memantapkan koordinasi antara sesame instansi yang saling terkait melalui
PUSDALKARHUTNAS dan juga di level daerah dengan
PUSDALJARHUTDA tingakt I dan SATLAK kebakaran lahan dan juga
kutan.

41
4. Bekerjasama dengan pihak luar seperti Negara lainnya dalam hal
menanggulangi kebakaran hutan. Negara yang potensialnya adalah Negara
yang berbatasan dengan kita misalnya dengan Malaysia bersama pasukan
BOMBA-nya atau juga dengan Australia bahkan Amerika Serikat.

Selai itu dapat dilakukan pidana bagi pelaku. Untuk mengantisipasi meraknya
pembakaran lahan, kepala kepolisisan daerah Kalimantan barat mengeluarkan
maklimat atau pengumuman mengenai sanksi pidana terhadap pembakaran hutan,
lahan atau ilalalng/semak belukar menyusul semakin tebalnya kabut asap
menyelimuti wilayah kota Pontianak dan sekitarnya “Maklumat bernomor :
MAK/01/II/2014 itu menjelaskan mengenai sanksi hokum bagi pelaku pembakaran
hutan dan lahan.

Maklumat tersebut ditandatangani kapolda kalbar brigjen Munandar Pol Arie


Sulistio. ‘ kata kabid polda kalbar, AKBP Mukson Munandar. “ ancaman hokum
terkait aktivitas pembakaran hutan dan lahan dalam UU dan Perda, mulai dari
hukuman kurungan minimal enam bulan hingga maksimal 15 tahun dan denda Rp. 50
ribu hingga Rp 10 miliar.

F. Konsep Hutan Kota

1. Pengertian Hutan Kota

Hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh
pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Pengertian alami
disini bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hutan besar atau rimba melainkan
tidak terlalu diatur seperti taman. Lokasi hutan kota umumnya di daerah pingiran.
Ini dimungkinkan karena kebutuhan lokasi pemukiman atau perkantoran daerah
tersebut tidak terlalu besar. Hutan kta dibuat sebagai daerah penyangga kebutuhan
air, lingkungan alami, serta pelindung flora dan fauna di perkotaan (Nazaruddin,
1996).

42
Peraturan pemerintah RI Nomor 63 Tahun 2002 menyebutkan bahwa
hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertunbuhan pepohonan yang
kompak dan dapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah Negara maupun
tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Luas
hutan kota dalam satu hamparan kompak paling sedikit 0,25 hektar. Presentase
luas hutan kota paling sedikit 10 % (sepuluh perseratus) dari wilayah perkotaan
dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat. Pertimbangan yaitu luas wilayah,
jumlah penduduk, tingkat pencemaran, dan konsis fisik kota.

2. Fungsi dan Pemanfaatan Hutan Kota

Fungsi dan manfaat hutan (hutan kota) antara lain untuk memberikan
hasil, pencagaran flora dan fauna, pengendalian air tanah dan erosi, ameliorasi
iklim. Jika hutan tersebut berada di dalam kota maka fungsi dan manfaat hutan
antara lain menciptakan iklim mikro, engineering, arsitektural, estetika,
modifikasi suhu, peresapan air hujan, perlindungan angin dan udara, pengendalian
polusi udara, pengelolaan limbah dan memperkecil pantulan sinar matahari,
pengendalian erosi tanah, mengurangi aliran permukaan, mengikat tanah.
Konstruksi vegetasi dapat mengatur keseimbangan air dengan cara intersepsi,
infiltrasi, evaporasi dan transpirasi.

Menurut PP RI No 63/2002, fungsi hutan kota   adalah :

1. Memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika


2. Meresapkan air
3. Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota
4. Mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.

Menurut PP RI No 63/2002 , manfaat  hutan kota   diarahkan untuk (selama tidak


menggangu funginya):

43
1. Pariwisata alam, rekreasi kota, dan atau olah raga
2. Penelitian dan pengembangan
3. Pendidikan
4. Pelestarian plasma nutfah
5. Budidaya hasil hutan bukan kayu

Tipe dan Bentuk Hutan Kota Menurut PP RI No 63/2002 , tipe hutan kota   terdiri
dari :

1. Kawasan permukiman (hutan kota pemukiman);


2. Kawasan industri (hutan kota industri)
3. Rekreasi (hutan kota wisata);
4. Pelestarian plasma nutfah (hutan kota khusus yaitu untuk  sangtuari satwa
Burung, Sarana pendidikan dan penelitian, koleksi plasma nutfah, hankam,
tanaman obat dll
5. Perlindungan (hutan kota khusus)
6. Pengamanan (hutan kota konsevasi)

Menurut PP RI No 63/2002 , bentuk hutan kota   terdiri dari Bentuk hutan kota
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas :

1. Jalur;
2. Mengelompok
3. Menyebar

3. Pengelolaan Hutan Kota

Guna mendapatkan keberhasilan dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan


hidup di perkotaan, jenis yang ditanam dalam program pembangunan dan
pengembangan hutan kota hendaknya dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan

44
dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh baik dan tanaman tersebut dapat
menanggulangi masalah lingkungan yang muncul di tempat itu
dengan baik.Untuk mendapat hasil pertumbuhan tanaman serta manfaat hutan kota
yang maksimal, beberapa informasi yang perlu diperhatikan dan dikumpulkan antara
lain:

1. Persyaratan edaphis: pH, jenis tanah, tekstur, altitude,salinitas dan lain-lain.


2. Persyaratan meteorologis: suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, radiasi
matahari.
3. Persyaratan silvikultur: kemudahan dalam hal penyediaan benih dan bibit dan
kemudahan dalam tingkat pemeliharaan.
4. Persyaratan umum tanaman:
1. Tahan terhadap hama dan penyakit
2. Cepat tumbuh
3. Kelengkapan jenis dan penyebaran jenis,
4. Mempunyai umur yang panjang,
5. Mempunyai bentuk yang indah,
6. Ketika dewasa sesuai dengan ruang yang ada
7. Kompatibel dengan tanaman lain
8. Serbuk sarinya tidak bersifat alergis,

Pengelolaan hutan kota  pada dasarnya disesuaikan/diselaraskan dengan fungsi dan


manfaatnya. Pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Hutan Kota beserta kegiatan
pendukungnya diharapkan untuk dapat :

1. Kawasan Pemukiman, yang berfungsi sebagai penghasil  oksigen, penyerap


karbondioksida, peresap air, penahan angin, dan peredam kebisingan. Komposisi
tanaman berupa jenis pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan tanaman perdu
dan rerumputan. Hutan kota yang dibangun pada areal pemukiman bertujuan utama

45
untuk pengelolaan lingkungan pemukiman, maka yang harus dibangun adalah hutan
kota dengan tipe pemukiman. Hutan kota tipe ini lebih dititik-beratkan kepada
keindahan, penyejukan, penyediaan habitat satwa khususnya burung, dan tempat
bermain dan bersantai.

2. Kawasan industri , yang berfungsi untuk mengurangi polusi udara dan


kebisingan, yang ditimbulkan dari kegiatan industri. Kawasan industri yang memiliki
kebisingan yang tinggi dan udaranya tercemar, maka harus dibangun hutan kota
dengan tipe kawasan industri yang mempunyai fungsi sebagai penyerap pencemar,
tempat istirahat bagi pekerja, tempat parkir kendaraan dan keindahan. Beberapa jenis
tanaman telah diketahui kemampuannya dalam menyerap dan menjerap polutan.
Dewasa ini juga tengah diteliti ketahanan dari beberapa jenis tanaman terhadap
polutan yang dihasilkan oleh suatu pabrik. Dengan demikian informasi ini dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih jenis-jenis tanaman yang akan
dikembangkan di kawasan industri.

3. Kawasan rekreasi, yaitu penghijauan kota berfungsi sebagai pemenuhan


kebutuhan rekreasi dan keindahan, dengan jenis pepohonan yang indah dan unik.
Manusia dalam kehidupannya tidak hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan
jasmaniah seperti makanan dan minuman, tetapi juga berusaha memenuhi kebutuhan
rohaniahnya, antara lain rekreasi dan keindahan. Rekreasi dapat didefinisikan sebagai
setiap kegiatan manusia untuk memanfaatkan waktu luangnya (Douglass, 1982).
Pigram dalam Mercer (1980) mengemukakan bahwa rekreasi dapat dibagi menjadi
dua golongan yakni : (1) Rekreasi di dalam bangunan (indoor recreation) dan (2)
Rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation). Brockman (1979) mengemukakan,
rekreasi dalam bangunan yaitu mendatangkan pengalaman baru, lebih menyehatkan
baik jasmani maupun rohani, serta meningkatkan ketrampilan. Dewasa ini terdapat
kecenderungan terjadinya peningkatan minat penduduk perkotaan untuk rekreasi. Hal
ini sangat erat kaitannya dengan peningkatan pendapatan, peningkatan sarana

46
transportasi, peningkatan sistem informasi baik cetak maupun elektronika, semakin
sibuk dan semakin besar kemungkinan untuk mendapat stress. Rekreasi pada kawasan
hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali kondisi badan yang sudah penat
dan jenuh dengan kegiatan rutin, supaya siap menghadapi tugas yang baru. Untuk
mendapatkan kesegaran diperlukan suatu masa istirahat yang terbebas dari proses
berpikir yang rutin sambil menikmati sajian alam yang indah, segar dan penuh
ketenangan.

4.  Kawasan pelestariaan plasma nutfah, yang berfungsi sebagai pelestari plasma


nutfah, meliputi :

a)  Penghijauan kota sebagai konservasi plasma nutfah khususnya vegetasi in-situ dan
ex-situ;

b)  Penghijauan kota sebagai habitat satwa yang dilindungi  atau yang dikembangkan.

Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di


masa depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri.
Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di masa
depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan dikembangkan
bersama untuk mempertahankan keanekaragaman hayati. Hutan kota dapat dijadikan
sebagai tempat koleksi keanekaragaman hayati yang tersebar di seluruh wilayah tanah
air kita. Kawasan hutan kota dapat dipandang sebagai areal pelestarian di luar
kawasan konservasi, karena pada areal ini dapat dilestarikan flora dan fauna secara
exsitu.

Manusia modern menginginkan back to nature. Hutan kota dapat diarahkan


kepada penyediaan habitat burung dan satwa lainnya. Suatu kota sering kali
mempunyai kekhasan dalam satwa tertentu, khususnys burung yang perlu
diperhatikan kelestariannya. Untuk melestarikan burung tertentu, maka jenis tanaman

47
yang perlu ditanam adalah yang sesuai dengan keperluan hidup satwa yang akan
dilindungi atau ingin dikembangkan, misalnya untuk keperluan bersarang, bermain,
mencari makan ataupun untuk bertelur.

Hutan yang terdapat di pesisir pantai menghasilkan bahan organik. Dedaunan


yang jatuh ke air laut kemudia dapat berubah menjadi detritus. Pada permukaan
detritus dapat menjumpai mikroorganisme air. Sebagian hewan merupakan pemakan
detritus (detritus feeder). Nampaknya organisme yang memakan detritus ini,
sesungguhnya memangsa mikroorganismenya, karena mikroorganisme mengandung
protein, karbohidrat dan lain-lain. Apabila hutan ini hilang, maka detritus tidak
tersedia lagi dan akibatnya hewan pemakan detritus pun akan musnah.

5.  Kawasan perlindungan, yaitu penghijauan kota yang berfungsi untuk :

a)   Mencegah/mengurangi bahaya erosi dan longsor pada lahan dengan kemiringan
cukup tinggi dan sesuai karakter tanah;

b)  Melindungi  daerah pantai dari gempuran ombak (abrasi);

c)   Resapan air untuk mengatasi masalah menipisnya volume air tanah atau masalah
intrusi air laut.

Selain dari tipe yang telah disebutkan di atas, areal kota dengan mintakat ke
lima yaitu daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi yang ditandai dengan tebing-
tebing yang curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan membangun
hutan kota agar terhindar dari bahaya erosi dan longsoran.

Hutan kota yang berada di daerah pesisir dapat berguna untuk mengamankan
daerah pantai dari gempuran ombak laut yang dapat menghancurkan pantai. Untuk
beberapa kota masalah abrasi pantai ini merupakan masalah yang sangat penting.

48
Kota yang memiliki kerawanan air tawar akibat menipisnya jumlah air tanah dangkal
dan atau terancam masalah intrusi air laut, maka hutan lindung sebagai penyerap,
penyimpan dan pemasok air harus dibangun di daerah resapan airnya. Dengan
demikian ancaman bahaya intrusi air laut dapat dikurangi.

6.  Kawasan pengamanan, berfungsi untuk meningkatan keamanan pengguna  jalan


pada jalur. Kendaraan dengan membuat jalur hijau dengan kombinasi pepohonan dan
tanaman perdu. Yang dimaksudkan hutan kota dengan tipe pengamanan adalah jalur
hijau di sepanjang tepi jalan bebas hambatan. Dengan menanam perdu yang liat dan
dilengkapi dengan jalur pohon pisang dan tanaman yang merambat dari legum secara
berlapis-lapis, akan dapat menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan. Sehingga
bahaya kecelakaan karena pecah ban, patah setir ataupun karena pengendara
mengantuk dapat dikurangi. Pada kawasan ini tanaman harus betul-betul cermat
dipilih yaitu yang tidak mengundang masyarakat untuk memanfaatkannya. Tanaman
yang tidak enak rasanya seperti pisang hutan dapat dianjurkan untuk ditanam di sini

G. Manfaat Hutan Kota

Hutan memiliki banyak manfaat untuk kita semua. Hutan merupakan paru-
paru dunia (planet bumi) sehingga perlu kita jaga karena jika tidak maka hanya akan
membawa dampak yang buruk bagi kita di masa kini dan masa yang akan datang.

1. Manfaat/Fungsi Ekonomi

 Hasil hutan dapat dijual langsung atau diolah menjadi berbagai barang yang
mahal.
 Membuka lapangan pekerjaan bagi pembalak hutan legal.
 Menyumbang devisa negara dari hasil penjualan produk hasil hutan ke luar
negeri.

49
2. Manfaat/Fungsi Klimatologis

 Hutan dapat mengatur iklim


 Hutan berfungsi sebagai paru-paru dunia yang menghasilkan oksigen

3. Manfaat/Fungsi Hidrologis

 Dapat menampung air hujan di dalam tanah


 Menjadi pengatur tata air tanah

4. Manfaat/Fungsi Ekologis

 Mencegah erosi dan banjir


 Menjaga dan mempertahankan kesuburan tanah
 sebagai wilayah untuk melestarikan kenaekaragaman hayati

Nazaruddi (1996) menyatakan bahwa hutan kota mempunyai manfaat-manfaat


yang bisa dirasakan dalam kehidupan masyarakat perkotaan, yaitu antara lain :

1. Manfaat estetis
Manfaat estetis atau keindahan dapat diperoleh dari tanaman-tanaman
yang sengaja ditata sehingga tanpak menonjol keindahannya. Misalnya warna
hijau dan aneka bentuk dedaunan serta bentuk susunan tajuk berpadu menjadi
suatu pandnagan yang menyejukkan.
2. Manfaat orologis
Manfaat orologis ini penting untuk mengurangi tingkat kerusakan
tanah terutama longsor dan menyangga kestabilan tanah. Misalnya pepohonan
yang tumbuh diatas tanah akan mengurangi erosi.
3. Manfaat hidrologis
Struktur akar tanaman mampu menyerap kelebihan air apabila hujan
turun sehingga tidak mengalir dengan sia-sia melainkan dapat terserap oleh

50
tanah. Hal ini sangat mendukung daur alami air tanah sehingga dapat
menguntungkan kehidupan manusia.
4. Manfaat klimatologis
Faktor-faktor iklim seperti kelembaban, curah hujan, ketinggian
tempat dan sinar matahari akan membentuk suhu harian maupun bulanan yang
sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia.
5. Manfaat edaphis
Manfat edaphis berhubungan erat dengan lingkungan hidup satwa
diperkotaan yang semakin terdesak lingkungannya dan semakin berkurang
tempat huniannya.
6. Manfaat ekologis
Keserasian lingkungan bukan hanya baik untuk satwa, tanaman atau
manusia saja. Kehidupan makhluk hidup di alam ini saling ketergantungan.
Apabila salah satunya musnah maka makhluk hidup lainnya akan terganggu
hidupnya.
7. Manfaat protektif
Pohon dapat menjadi pelindung dari teriknya sinar matahari di siang
hari. Manfaat ini sangat penting bagi kehidupan manusia sehari-hari.
8. Manfaat haygienis
Dengan adanya tanaman bahaya polusi ini mampu dikurangi karena
dedaunan tanaman mampu menyaring debu dan menghisap kotoran di udara,
bahkan tanaman mampu menghasilkan gas oksigen yang sangat dibutuhkan
manusia.
9. Manfaat edukatif
Semakin langkahnya pepohonan yang hiudp di perkotaan membuat
sebagian warganya tidak menganl lagi, sehingga penanaman kembali
pepohonan di perkotaan dapat bermanfaat sebagai laboratorium alam. Dahlan
(1992) menyebutkan ada beberapa peranan hutan kota dalam kehidupan
perkotaan, yaitu diantaranya:

51
1. Identitas kota
2. Pelestarian plasma nutfah
3. Penahan dan penyaring partikel padat pada udara
4. Penyerap dan penjerap partikel timbal
5. Penyerap dan penjerap debu semen
6. Peredam kebisingan
7. Mengurangi bahaya hujan asam
8. Penyerap karbon-monoksida mikroorganisme serta tanah pada lantai
hutanmempunyai (harusnya menggunakan spasi) peranan yang baik dalam
menyerap gas ini.
9. Penyerapan karbon-dioksida dan penghasil oksigen
10. Penahan angina dalam mendesain hutan kota untuk menahan angina faktor
yang harus di perhatikan adalah :
a. Jenis tanmana yang ditanam adalah tanaman yang memiliki dahan
yang kuat
b. Daunnya tidak mudah gugur oleh terapan angina dengan kecepatan
sedang. Akarnya menghujam masuk kedalamtanaha, jenis ini lebih
tahan terhadap hembusan angina yang besar daripada tanamana yang
akarnya bertebarannya di permukaan tanah.
c. Memiliki kerepatan yang cukup (50-60) %.
d. Tinggi dan lebar jalur kota cukup besar, sehingga dapat melindungi
wilayah yang diinginkan dengan baik.
11. Penyerapan dan penepis bau tanaman dapat digunakan untuk mengurangi bau.
12. Mengatasi penggunaan daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami
dengan jenis tanaman dengan jenis tanaman mempunyai kemampuan
evapotranspirasi yang tinggi
13. Mengatasi intrusi air laut
14. Produksi terbatas
15. Ameliorasi iklim

52
16. Pengelola sampah
17. Pelestarian air tanah
18. Penepisan cahaya silau
19. Meningkatkan keindahan
20. Sebagai habitat burung
21. Mengurangi stress
22. Meningkatkan industry pariwisata
23. Sebagai hobi pengisi waktu luang

H. Bentuk dan Struktur Hutan Kota

Anderson (1975) dalam grey dan deneke ( 1978), mengemukakan bahwa


kawasan hutan kota minimum 0,4 ha, jika berbentuk jalur minimum 30 m lebarnya.
Hutan kota meliputi teman, tepi jalan, tol, jalan kereta api, bangunan, lahan terbuka,
kawasan padang rumput, kawasan luar kota, kawasan pemukiman, kawasan
perdagangan, dan kasan industry.

Direktorat jendral RLPS (2002) menyebutkan hutan kota terdiri tiga bentuk
jalur, yaitu :

1. Hutan kota berbentuk jalur

Hutan kota yang dibangun memanjang antara lain berupa penduh jalan, hijau
ditepi rel kereta api, sepadan sungai, sepadan pantai dengan memperhatikan
zona pengaman fasilitas instalasi yang sudah ada seperti ruang bebas SUTT
(saluran udara tegangan tinggi) dan SUTET (saluran udara tegangan tingggi).

2. Hutan kota berbentuk mengkelompok


Hutan kota yang dibangun dalam satu kesatuan lahan yang kompak.
3. Hutan kota berbentuk menyebar

53
Hutan kota yang dibangun dalam kelompok-kelompok yang dapat berbentuk
jalur dan atau kelompok yang terpisah dan merupakan satu kesatuan
pengelolaan dengan luas tapi kelompoknya minimal 0,25 ha.

Struktur hutan kota ditentukan oleh keanekaragaman vegetasi yang ditanam


sehingga terbangun hutan kota yang berlapis-lapis dan berstrata baik vertikal maupun
horizontal yang meniru hutan alam. Struktur hutan kota, yaitu komunitas tumbuh-
tumbuhan yang menyusun hutan kota. Struktur hutan kota diklasifikasikan menjadi:
1. Berstrata dua, yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan hutan kota hanya
terdiri dari pepohonan dan rumput atau penutup tanah lainnya;
2. Bersrata banyak, yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan hutan kota selain
terdiri dari pepohonan dan rumput juga terdapat semak, terna, liana,
epifit, ditumbuhi banyak anakan dan penutup tanah, jarak tanam rapat
tidak beraturan dengan strata, serta komposisi mengarah meniru
komunitas tumbuh-tumbuhan hutan alam.
Struktur hutan kota berstrata banyak dapat dilihat dalam penelitian
penanggulangan masalah lingkungan kota yang berhubungan dengan suhu udara,
kebisingan, debu, dan kelembaban udara. Hasil analisis secara multidimensi dari lima
jenis hutan kota, ternyata hutan kota yang berbentuk menyebar strata banyak paling
efektif untuk menanggulangi masalah lingkungan kota di sekitarnya.
Hutan alam tropis menampilkan tiga lapisan pohon. Menurut Samingan, 1975;
Ewusie, 1980; Longman dan Jenik, 1974, dan Goley, 1983 dalam Djamal, 2005,
lapisan pohon dan lapisan lainnya yang berdiri sendiri seperti belukar, perdu, dan
terna adalah sebagai berikut :
1. Paling atas (stratum A). Terdiri dari pepohonan setinggi 30-45m.
Pohon tersebut muncul keluar mencuat tinggi di atas, bertajuk lebar,
dan umumnya tersebar sedemikian rupa sehingga tidak saling
bersentuhan membentuk lapisan yang berkesinambungan. Bentuk khas
tajuknya sering dipakai untuk mengenali spesies dalam suatu wilayah.

54
2. Lapisan pepohonan yang kedua (stratum B) terletak di bawah pohon
yang mencuat. Lapisan ini sering disebut sebagai lapisan tingkat atas
yang terdiri dari pepohonan dengan ketinggian 18-27 m. Pepohonan
ini tumbuh berdekatan dan cenderung membentuk sodor yang
bersinambung. Tajuk sering membulat atau memanjang dan tidak
selebar pohon yang mencuat (stratum A).
3. Lapisan pepohonan yang ketiga (stratum C), disebut lapisan tingkat
bawah. Terdiri dari pepohonan yang tumbuh sekitar 8-14 m,
cenderung rapat dan tegak.
4. Lapisan belukar (stratum D), terdiri dari spesies berkayu dengan
ketinggian sekitar 10 m. Ada dua bentuk belukar, yaitu yang
mempunyai percabangan dekat ke tanah, tidak mempunyai sumbu
utama dan yang menyerupai pohon kecil, mempunyai sumbu yang
jelas berupa pohon muda dari spesies pohon yang lebih besar.
5. Lapisan terna (stratum E), terdiri dari tumbuhan kecil, merupakan
kecambah (anakan) dari berbagai vegetasi. Biasanya terna tidak
banyak dan tergantung kepada banyaknya sinar matahari yang tembus.
Pelapisan vertikal komunitas hutan mempengaruhi penyebaran
populasi hewan yang hidup dalam hutan. Beberapa jenis burung dalam
kehidupan dan pencarian makanannya terdapat pada pepohonan yang
mencuat tinggi sedangkan pada lapisan yang lebih rendah terdapat
herbivor mamalia seperti bajing dan lemur. Sedangkan pada lapisan
bawah (dasar) terdapat hewan dasar hutan seperti rusa.
Anderson ( 1975 ) dalam Grey dan Deneke ( 1978 ) mengemukakan bahwa
kawasan hutan kota minimum 0,4 ha, jika berbentuk jalur minimum 30 m lebarnya.
Hutan kota meliputi,taman,tepi jalan,jalan tol,jalan kereta api,bangunan,lahan
terbuka,kawasan pdang rumput,kaawasan luar kota,kawasan pemukiman,kawasan
perdagangan, dan kawasan industry.

55
Direktorat jenderal RLPS ( 2002 ) menyebutkan hutan kota terdiri tiga bentuk :

1. Hutan berbentuk jalur

Hutan kota yang dibangun memanjang antara lain berupa peneduh jalan,jalur
hijau ditepi rel kereta api,sepadan sungai,sepadan pantai dengan
memperhatikan zona penganam fasilitas instalasi yang sudah ada seperti ruang
bebas SUTT ( Saluran Udara Tegangan Tinggi ) dan SUTET ( Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi ).

2. Hutan kota berbentuk mengelompok


Hutan kota yang dibangun dalam satu kesatuan lahan yang kompak.

3. Hutan kota brebentuk menyebar


Hutan kota yang dibangun dalam kelompok-kelompok yang dapat berbentuk
jalur dan atau kelompok yang terpisah dan merupakan satu kesatuan
pengelolaan dengan luas tiap kelompoknya minimal 0,25 ha. Struktur hutan
kota ditentukan oleh keanekaragaman vegetasi yang ditanam sehingga
terbangun hutan kota yang berlapis-lapis dan berstrata baik vertical maupun
horizontal yang meniru hutan alam.
Dapat diklasifikasikan menjadi beberapa antara lain :
a. Berstrata dua yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan hutan kota hanya terdiri
dari pepohonan dan rumput atau penutup tanah lainnya.
b. Berstrata banyak yaotu komunitas tumuh-tumbuhan kota selain terdiri dari
pepohonan dan umput juga terdapat semak,terna,epifit,di tumbuhi danyak
anakan dan oenutup tanah,jarak tanam rapat tidak beraturan,dengan strata
dan komposisi mengaruh meniru komunitas tumbuh-tumbuhan hutan alam
( Irwan,!994 ).

56
Pembangunan hutan kota dan pengembangannya ditentukan berdasarkan pada
objek yang dilindungi, hasil yang dicapai dan letak dari hutan kota tersebut.
Berdasarkan letaknya, hutan kota dapat dibagi menjadi lima yaitu :
1.    Hutan Kota Permukiman
Hutan kota di sini bertujuan untuk membantu menciptakan lingkungan yang
sejuk, segar dan nyaman serta menambah keindahan. Hutan Kota permukiman juga
dapat digunakan untuk menangkal pengaruh polusi kota terutama polusi udara yang
diakibatkan oleh adanya kendaraan bermotor
2.    Hutan Kota Industri
Berperan sebagai penangkal polutan yang berasal dari kegiatan-kegiatan
industri berupa polutan padat, cair, maupun gas.
3.    Hutan Kota Wisata/Rekreasi
Berperan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan rekreasi masyarakat
kota. Hutan Kota sebaiknya dilengkapi juga dengan sarana bermain untuk anak-anak
atau remaja, tempat peristirahatan serta sarana olah raga seperti untuk joging,
kamping, panjat dinding dan lain sebagainya.
4.    Hutan Kota Konservasi
Hutan kota ini untuk mencegah kerusakan, memberi perlindungan serta
pelestarian terhadap objek tertentu, baik flora maupun faunanya serta ekosistem kota
yang unik dan khas
5.    Hutan Kota Pusat Kegiatan
Hutan kota ini untuk meningkatkan kenyamanan, keindahan, dan produksi
oksigen di pusat-pusat kegiatan kota seperti pasar, terminal, perkantoran, pertokoan
dan lain sebagainya.

Beberapa bentuk Hutan Kota antara lain berupa :


1.    Jalur Hijau
Jalur Hijau berupa peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat listrik
tegangan tinggi, di kiri-kanan jalan kereta api, di tepi sungai dan di tepi jalan tol

57
2.    Taman Kota
Taman Kota adalah tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik
yang alami maupun buatan untuk menciptakan keindahan kota
3.    Kebun dan Halaman
Jenis pohon yang ditanam di kebun dan halaman terdiri atas jenis pohon yang
dapat menghasilkan buah
4.    Kebun Raya, Hutan Raya, dan Kebun Binatang
Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah
satu bentuk Hutan Kota
5.    Hutan Lindung
Daerah di dalam maupun di tepi kota dengan lereng yang curam harus
dijadikan kawasan Hutan Kota untuk mencegah longsor. Demikian pula dengan
daerah pantai yang rawan akan abrasi laut.
Hutan kota penting untuk keseimbangan ekologi manusia dalam berbagai hal
seperti, kebersihan udara, ketersediaan air tanah, pelindung terik matahari, kehidupan
satwa dalam kota dan juga sebagai tempat rekreasi. Hutan kota bisa mengurangi
dampak cuaca yang tidak bersahabat seperti mengurangi kecepatan angin,
mengurangi banjir, memberi keteduhan. Juga memberikan efek pengurangan
pemanasan global.
Hutan kota yang dibangun pada areal permukiman bertujuan utama untuk
pengelolaan lingkungan pemukiman, maka yang harus dibangun adalah hutan kota
dengan tipe pemukiman. Hutan kota tipe ini lebih dititikberatkan kepada keindahan,
penyejukan, penyediaan habitat satwa khususnya burung, dan tempat bermain dan
bersantai. Bentuk Hutan Kota sendiri meliputi Jalur Hijau, Taman Kota, Kebun dan
Halaman, Kebun Raya, Hutan Raya, dan Kebun Binatang, Hutan Lindung.
Keuntungan dari hutan kota dengan pohon dan semak-semaknya sangat
banyak, termasuk keindahan, pengurangan efek pulau bahang (urban heat island),
pengurangan limpasan air hujan, pengurangan polusi udara, pengurangan biaya energi
untuk pendinginan udara ruang dalam bangunan jika ada bangunan di dekatnya,

58
meningkatkan nilai lahan dan bangunan di sekitarnya, meningkatkan habitat
kehidupan satwa, juga mitigasi dampak lingkungan perkotaan secara keseluruhan.
Dalam pembangunan Hutan Kota itu tersendiri harus meliputi Perencanaan.
Dalam studi perencanaan aspek yang harus diteliti meliputi: lokasi, fungsi dan
pemanfaatan, aspek teknik silvikultur, arsitektur lansekap, sarana dan prasarana,
teknik pengelolaan lingkungan. Bahan informasi yang dibutuhkan dalam studi
meliputi:
1. Data fisik ( letak,wilayah,tanah, iklim dan lain-lain)
2. Sosial ekonomi (aktivitas di wilayah bersangkutan dan kondisinya)
3. Keadaan lingkungan (lokasi dan sekitarnya)
4. Rencana pembangunan wilayah
5. Bahan-bahan penunjang lainnya
Hasil studi berupa Perencanaan Pembangunan Hutan Kota yang terdiri dari
tiga bagian yakni:
1. Rencana jangka panjang yang memuat gambaran tentang hutan kota yang
dibangun serta
2. target dan tahapan pelaksanaannya.
3. Rencana detail yang memuat desain fisik atau rancang bangun untuk masing-
masing
4. komponen fisik hutan kota yang hendak dibangun serta tata letaknya.
5. Rencana tahun pertama kegiatan, meliputi rencana fisik dan biayanya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membangun Hutan Kota
diantaranya:
1. Strategi : banyak masalah lingkungan kota dan perkotaan yang dapat diatasi
dengan membangun hutan kota
2. Antisipatif: hutan kota harus dipersiapkan untuk mengatasi masalah lingkungan
yang diperkirakan akan muncul di masa yang akan datang. Hal ini perlu
diperhatikan mengingat hutan kota baru akan berfungsi dengan baik setelah
tanaman berumur 15 – 25 tahun

59
3. Futuristik: hutan kota akan dapat berfungsi dengan baik setelah tanaman berukur
15 – 25 tahun; selain itu disain dan tata letak tanaman dan jarak tanamnya harus
memperhatikan lingkungan setempat. Jangan terlalu dekat dengan bangunan, agar
tanaman setelah dewasa tidak mengganggu bangunan, jalan dan saluran air
4. Fungsional: hutan kota harus diarahkan untuk mengatasi masalah lingkungan baik
yang sudah ada pada saat ini atau yang diperkirakan akan munsul di masa yang
akan datang.
5. Efektif: hutan kota dapat berperan dalam mengatasi masalah lingkungan karena
jumlah luasan (batang) cukup.
6. Efisien: luasan hutan kota (jumlah batang) yang ada dapat mengatasi masalah
lingkungan pada luasan yang minimal. Hal ini perlu diperhatikan mengingat lahan
kota sangat mahal dan lahan kota harus cukup tersedia untuk menyangga kota
sebagai pusat berbagai kegiatan.
7. Kecocokan: cocok dengan lingkungan setempat (tanah dan iklim) luasannya cukup
agar manafaat hutan kota dapat dirasakan secara nyata. Penata letakan tanaman
diatur sedemikian rupa, sehingga menghasilkan kesan yang indah (estetik)
8. Ketahanan: tahan terhadap cekaman lingkungan alam dan buatan

Ada beberapa hambatan yang dijumpai dan sering mengakibatkan kurang


berhasilnya progam pengembangan hutan kota antara lain:
1.  Terlalu terpaku kepada anggapan bahwa hutan kota harus dan hanya dibangun di
lokasi yang cukup luas dan mengelompok
2.    Adanya anggapan bahwa hutan kota hanya dibangun di dalam kota, padahal di
beberapa kota besar sangat mahal.
3.    Adanya konflik dari berbagai kepentingan dalam hal peruntukkan lahan. Biasanya
yang menang adalah mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Karena  hutan kota tidak
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, maka lahan yang semula diperuntukkan bagi
hutan kota atau yang semula diubah peruntukannya menjadi supermarket, real-estate,
perkantoran dan lain-lain.

60
4.    Adanya penggunaan lain yang tidak bertanggung jawab seperti: bermain sepak
bola, tempat tuna wisma, pohon sebagai cantolan kawat listrik dan telepon, pangkal
pohon sering dijadikan sebagai tempat untuk membakar sampah, sebagai tempat
ditancapkannya reklame dan spanduk.
5.    Vandalisme dalam bentuk coretan dengan cat atau goresan dengan pisau.

Beberapa upaya penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi


hambatan-hambatan tersebut antara lain:
1.    Hutan kota dapat dibangun pada tanah kosong di kawasan: pemukiman,
perkantoran, dan industry, tepi jalan, tikungan perempatan jalan, tepi jalan tol, tepian
sungai, di bawah kawat tegangan tinggi, tepi jalan kereta api dan berbagai tempat
lainnya yang memungkinkan untuk ditanami.
2.    Pengukuhan hukum terhadap lahan hutan kota. Dengan demikian tidak terlalu
mudah untuk merubah kawasan ini menjadi peruntukkan lain.
3.    Pembuatan dan penegakan sanksi bagi siapa yang menggunakan lahan hutan kota
untuk tujuan-tujuan tertentu di luar peruntukkannya
4.    Sanksi yang cukup berat bagi siapa saja yang melakukan vandalisme
5.    Melindungi tanaman dengan balutan karung atau membuat pagar misalnya dari
bambu, agar binatang tidak mudah masuk dan merusak tanaman.

I. Jenis –jenis Hutan Kota

Direktorat jendral RLPS ( 2002) menyebutkan berdasarkan


peruntukan/karakteristik lahannya hutan kota dibagi atas enam yipe, yaitu :

1. Hutan kota tipe kawasan pemukiman, hutan kota yang dibangun oada areal
pemukiman, yangberfungsi sebagai penghasil oksigen, penyerap
karbondioksiada, peresap air,penahan angina, dan peredam kebisingan, berupa
komposisi jenis pepohonan yang tinggi denga prakaran yang kuat, rtidak

61
mdah patah, daunnya tidak mudah gugur atau juga pepohonan penghasil
bauh/biji yang berniali ekonomis.
2. Hutan kota tipe kawasan idnustri, hutan kota yang dibangun dikawasan
industry, yang berfungsi untuk mengurangi polusi udara dan kebisingan yang
timbul dari kegiatan industry. Karakteristik pepohonannya berupa pepohonan
berduan lebar dan rindang, bertajuk tebal/lebar serta tanaman yang
menghasilkan eroma harum.
3. Hutan kota tipe rekriasi, hutan kota yang berfungsi sebagai pemenuhan
kebutuhan rekriasi dan keindahan, dengan jenis pepohonan yang indah dan
unik. Karakteristik pepohonnanya berupa pepohonan yang indah dan cukup
rindang dan/atau penghasil bunga/buah yang digemari oleh satwa seperti
burung, kupu-kupu, bajing dan ebagainya.
4. Hutan kota tipe plasma nutfah, hutan kota yang berfungsi sebagai pelestarian
plasma nutfah, merupakan konservasi vegetasi secara in-situ dan/atau sebagai
habitat satwa yang dilindungi atau dikembangkan. Karakteristik
pepohonannya berupa pepohonan langka dan atauunggulan setempat.
5. Hutan kota tipe pelindung, hutan kota yang berfungsi untuk
mencegah/mengurangi bahaya erosi dan longsor pada daerah dengan
kemiringan lahan cukup tinggi dan rawan longsor/erosi ( sesuai karakter
tanah) : melindungi daerah resapan air untuk megatasi masalah instrusi air
laut, melindungi daerah pantai dari abrasi. Karakteristik pepohonnannya
berupa pepohonan yang memiliki daya evapotrasnpirasi yang rendah dan/atau
pepohonan yang dapat berfungsi mengurangi bahaya abrasi pantai seperti
mangrove dan pepohonan yang berakar kuat.
6. Hutan kota tipe pengaman, hutan kota yang berfungsi untuk meningkatkan
pengamanan pengguna jalan pada jlur kendaraan dengan membuat jalur hijau
dengan kombinasi pepohonan dan perdu. Karakteristik pepohonannya berakar
kuat, dengan ranting yang tidak mudah patah, yang dilapisi dengan perdu
yang liat, dilengkapi dari legume secara berlapis-lapis.

62
1. Hutan tipe kawasan pemukiman,hutan kota yang dibangun pada areal
pemukiman,yang berfungsi sebagai penghaasil oksigen,penyerap
karbon dioksida, peresap air, penahan angin ,dan peredam
kebisingan,berupa komposisi jenis peohonan yang tinggi dengan
tanaman perdu dan rerumputan.
2. Hutan kota tipe kawasan industry,hutan kota yang dibanguyn
dikawasan industry,yang berfungsi untuk mengurangi polusi udara dan
kebisingan yang timbul dari legiatan industry.
3. Hutan kota tipe rekreasi,hutan kota yang berfungsi sebagai pemenuhan
kebutuhan rekreasi dan keindahan,dengan jenis pepohonan yang indah
dan unik.
4. Hutan kota tipe plasma nutfah,hutan kota yang berfungsi sebagai
pelestari plasma nutfah,merupakan konservasi vegetasi secara in-situ
dan/atau sebagai habitat satwa yang dilidungi atau dikembangkan.
5. Hutan kota tipe perlindungan,hutan kota yang berfungsi untuk
mencegah/mengurangi bahaya erosi dan longsor pada daerah dengan
kemiringan lahan cukup tinggi dan rawan longsor/erosi melindungi
daerah resapan air untuk mengatasi masalah menipisnya volume air
tanah dan/atau masalah industry air laut melindungi pantai dari abrasi.
6. Hutan kota tipe pengamanan,hutan kota yang berfungsi untuk
meningkatkan pengamanan pengguna jalan paa jalur kendaraan
dengan membuat jalur hijau dengan kombinasi pepohonan yang
berakar kuat dengan ranting yang tidak mudah patah,yang dilapisi
dengan perdu yang liat,dilengkapi dengan jalur pisang-pisangan dan
atau tanaman merambat dari legume secara berlapis-lapis.

J. Permasalahan Hutan

63
Salah satu permasalahan hutan yang sering terjadi adalah illegal logging.
Selama spuluh tahun terakhir, laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai dua juta
hektar per tahun. Selain kebakaran hutan,penebangan liar ( illegal logging ) adalah
penyebab terbesar kerusakan hutan ( Soekotjo,2007 ). Illegal logging telah menjadi
penyebab utama kerusakan hutan yang sangat parah. Bahkan lebih dari itu,penebagan
haram ini telah melibatkan banyak pihak dan dilakukan secara terorganisir serta
sistematis. Kejahatan ini bukan hanya terjadi di kawasan produksi,melainkan juga
sudah merambah ke kawasan hutan lindung dan taman nasional. Ada tiga jenis
pembalakan illegal. Pertama yang dilakukan oleh orang atau kelompok orang,bbaik
yang tinggal di sekitar hutan atau bahkan jauh beerada dari hutan yang tidak
mempunyai hak legal untuk menebang pohon. Kedua, dailakukan oleh perusahaan
kehutanan yang melanggar ketentuan denagn izin yang dimilikinya. Ketiga, dilakukan
oleh orang-orang tertentu yang mengatas namakan rakyat.

Adapaun masalah lain dari permasalahan hutan, yaitu :

Kerugian Bidang Ekonomi


   Berdasarkan pada perkiraan Prof. Dr. Herujono Hadisuprapto, MSc, Dekan
Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, setiap hari kayu ilegal berbentuk balok
yang diselundupkan dari Kal-Bar ke Serawak mencapai 10.000 m kubik. Kayu-kayu
ini terbebas dari iuran resmi seperti dana reboisasi, provisi sumber daya hutan, dan
pajak ekspor. Diprediksi kerugian negara mencapai Rp. 5,35 milyar per hari, atau
sekitar Rp 160,5 milyar perbulan.
   Maka sebenarnya sangat ironis jika kerugian ini dihubungkan dengan usaha mati-
matian dari pemerintah Indonesia untuk mencari pinjaman dana dari IMF. Ketika
pemerintah mengemis pada IMF dana senilai 400 juta $ AS, sebenarnya pemerintah
kehilangan pendapatan atas pajak senilai 4 Milyar $ AS setiap tahunnya akibat
penebangan hutan liar sejak 1998.

64
Dampak Kerusakan Terhadap Ekologi Lingkungan
   Penebangan hutan secara ilegal ini juga menimbulkan akibat yang sangat
merugikan bagi hutan itu sendiri maupun lingkungan di sekelilingnya. Secara umum,
dampak penebangan hutan menyebabkan: pertama, masalah pemanasan global;
kedua, masalah degradasi tanah; dan ketiga, mempercepat kepunahan
keanekaragaman hayati di dalamnya.

Masalah Pemanasan Global


   Para ahli memperkirakan bahwa dampak dari pemanasan global akan sangat
meningkat bila kelestarian dan keutuhan hutan tidak dipelihara. Ada beberapa akibat
yang akan muncul akibat pemanasan global ini, antara lain terjadinya perubahan
iklim. Hal ini akan mempercepat penguapan air sehingga berpengaruh pada curah
hujan dan distribusinya. Akibat selanjutnya adalah terjadinya banjir dan erosi di
daerah-daerah tertentu. Seperti kasus yang terjadi di Pontianak (Kalimantan Barat)
dan Nias (Sumatra Utara) yang menelan korban materi dan nyawa yang sangat besar.
Musim kering yang berkepanjangan juga akan melanda daerah-daerah yang areal
hutannya digunduli, bahkan dibakar. Sebagai contoh adalah kebakaran hutan
Kalimantan Barat. Resiko yang timbul kemudian adalah banyaknya lahan yang
dibiarkan kosong.

Masalah Degradasi Tanah


   Penebangan hutan secara tak terkendali pasti juga menyebabkan degradasi tanah
dan berkurangnya kesuburan tanah. Data dari Biro Pusat Statistik menyebutkan
bahwa lahan produktif yang telah diolah di Indonesia sebanyak 17.665.000 hektar.
Sebesar 70 % dari lahan itu adalah lahan kering. Sisanya adalah lahan basah. Akibat
penebangan liar yang terjadi banyak lahan kering yang tidak digarap. Akibatnya erosi
menjadi mudah terjadi dan tanah berkurang kesuburannya.

65
Masalah Kepunahan Keranekaragaman Hayati
   Masalah ini cukup mendapat perhatian penting saat ini. Berdasar penelitian para
ahli, dikatakan bahwa jumlah spesies binatang atau spesies burung semakin
berkurang, khususnya di Kalimantan Barat. Akibat penebangan hutan yang dilakukan
terus menerus, banyak hewan yang menyingkir dan mencari habitat yang baru.
Misalnya, harimau Kalimantan semakin terjepit karena tempat tinggalnya semakin
sempit dan terus di babat. Bukan tidak mungkin bahwa tahun-tahun mendatang
spesies harimau akan punah. Para ahli memperkirakan bahwa pada tahun 2015
dengan penggundulan hutan tropis di Kalimantan akan menyebabkan punahnya 4-8%
spesies dan 17,35 % pada tahun 2040.

K. Penyebab Hutan Gundul di Indonesia

Indonesia memiliki 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan
Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang menyusui atau mamalia,
pemilik 16% spesies binatang reptil dan amphibi, 1.519 spesies burung dan 25% dari
spesies ikan dunia. Sebagian diantaranya adalah endemik atau hanya dapat ditemui di
daerah tersebut. Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang
sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya
sebesar 72%. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan
tahun dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran.
Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektare per tahun,
sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektare per tahun. Ini
menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan
tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000
terdapat 101,73 juta hektare hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta
hektare berada dalam kawasan hutan.

66
Pada abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-18, hutan alam di Jawa
diperkirakan masih sekitar 9 juta hektare. Pada akhir tahun 1980-an, tutupan hutan
alam di Jawa hanya tinggal 0,97 juta hektare atau 7 persen dari luas total Pulau Jawa.
Saat ini, penutupan lahan di pulau Jawa oleh pohon tinggal 4 %. Pulau Jawa sejak
tahun 1995 telah mengalami defisit air sebanyak 32,3 miliar meter kubik setiap
tahunnya. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan terganggu akibat
terjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada
semakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah
longsor di musim penghujan. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap
kondisi perekonomian masyarakat. Industri perkayuan di Indonesia memiliki
kapasitas produksi sangat tinggi dibanding ketersediaan kayu. Pengusaha kayu
melakukan penebangan tak terkendali dan merusak, pengusaha perkebunan membuka
perkebunan yang sangat luas, serta pengusaha pertambangan membuka kawasan-
kawasan hutan. Sementara itu rakyat digusur dan dipinggirkan dalam pengelolaan
hutan yang mengakibatkan rakyat tak lagi punya akses terhadap hutan mereka. Dan
hal ini juga diperparah dengan kondisi pemerintahan yang korup, dimana hutan
dianggap sebagai sumber uang dan dapat dikuras habis untuk kepentingan pribadi dan
kelompok. Penebangan hutan di Indonesia yang tak terkendali telah dimulai sejak
akhirtahun 1960-an, yang dikenal dengan banjir-kap, dimana orang melakukan kayu
secara manual. Penebangan hutan skala besar dimulai pada tahun 1970. Dan
dilanjutkan dengan dikeluarkannya izin-izin pengusahaan hutan tanaman industri di
tahun 1990, yang melakukan tebang habis (land clearing). Selain itu, areal hutan juga
dialihkan fungsinya menjadi kawasan perkebunan skala besar yang juga melakukan
pembabatan hutan secara menyeluruh, menjadi kawasan transmigrasi dan juga
menjadi kawasan pengembangan perkotaan.

Di tahun 1999, setelah otonomi dimulai, pemerintah daerah membagi-bagikan


kawasan hutannya kepada pengusaha daerah dalam bentuk hak pengusahaan skala
kecil. Di saat yang sama juga terjadi peningkatan aktivitas penebangan hutan tanpa

67
izin yang tak terkendali oleh kelompok masyarakat yang dibiayai pemodal (cukong)
yang dilindungi oleh aparat pemerintah dan keamanan.

Faktor penyebab deforestasi di Indonesia

Deforestasi di Indonesia sebagian besar merupakan akibat dari suatu sistem


politik dan ekonomi yang korup, yang menganggap sumber daya alam, khususnya
hutan, sebagai sumber pendapatan yang bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik
dan keuntungan pribadi. Pertumbuhan industri pengolahan kayu dan perkebunan di
Indonesia terbukti sangat menguntungkan selama bertahun-tahun, dan keuntungannya
digunakan oleh rejim Soeharto sebagai alat untuk memberikan penghargaan dan
mengontrol teman-teman, keluarga dan mitra potensialnya. Selama lebih dari 30
tahun terakhir, negara ini secara dramatis meningkatkan produksi hasil hutan dan
hasil perkebunan yang ditanam di lahan yang sebelumnya berupa hutan. Dewasa ini
Indonesia adalah produsen utama kayu bulat, kayu gergajian, kayu lapis, pulp dan
kertas, disamping beberapa hasil perkebunan, misalnya kelapa sawit, karet dan coklat
Pertumbuhan ekonomi ini dicapai tanpa memperhatikan pengelolaan hutan secara
berkelanjutan atau hak-hak penduduk lokal.

Untuk saat ini, penyebab deforestasi hutan semakin kompleks. Kurangnya


penegakan hukum yang terjadi saat ini memperparah kerusakan hutan dan berdampak
langsung pada semakin berkurangnya habitat orangutan secara signifikan.

Penyebab deforestasi di Indonesia, yaitu :

Hak Penguasaan Hutan Lebih dari setengah kawasan hutan Indonesia


dialokasikan untuk produksi kayu berdasarkan sistem tebang pilih. Banyak
perusahaan HPH yang melanggar pola-pola tradisional hak kepemilikan atau hak
penggunaan lahan. Kurangnya pengawasan dan akuntabilitas perusahaan berarti
pengawasan terhadap pengelolaan hutan sangat lemah dan, lama kelamaan, banyak

68
hutan produksi yang telah dieksploitasi secara berlebihan. Menurut klasifikasi
pemerintah, pada saat ini hampir 30 persen dari konsesi HPH yang telah disurvei,
masuk dalam kategori “sudah terdegradasi”. Areal konsesi HPH yang mengalami
degradasi memudahkan penurunan kualitasnya menjadi di bawah batas ambang
produktivitas, yang memungkinkan para pengusaha perkebunan untuk mengajukan
permohonan izin konversi hutan. Jika permohonan ini disetujui, maka hutan tersebut
akan ditebang habis dan diubah menjadi hutan tanaman industri atau perkebunan.

Hutan tanaman industri

Hutan tanaman industri telah dipromosikan secara besar-besaran dan diberi


subsidi sebagai suatu cara untuk menyediakan pasokan kayu bagi industri pulp yang
berkembang pesat di Indonesia, tetapi cara ini mendatangkan tekanan terhadap hutan
alam. Hampir 9 juta ha lahan, sebagian besar adalah hutan alam, telah dialokasikan
untuk pembangunan hutan tanaman industri. Lahan ini kemungkinan telah ditebang
habis atau dalam waktu dekat akan ditebang habis. Namun hanya sekitar 2 juta ha
yang telah ditanami, sedangkan sisanya seluas 7 juta ha menjadi lahan terbuka yang
terlantar dan tidak produktif.

Perkebunan Lonjakan pembangunan perkebunan, terutama perkebunan kelapa


sawit, merupakan penyebab lain dari deforestasi. Hampir 7 juta ha hutan sudah
disetujui untuk dikonversi menjadi perkebunan sampai akhir tahun 1997 dan hutan ini
hampir dapat dipastikan telah ditebang habis. Tetapi lahan yang benar-benar
dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit sejak tahun 1985 hanya 2,6 juta ha,
sementara perkebunan baru untuk tanaman keras lainnya kemungkinan luasnya
mencapai 1-1,5 juta ha. Sisanya seluas 3 juta ha lahan yang sebelumnya hutan
sekarang dalam keadaan terlantar. Banyak perusahaan yang sama, yang
mengoperasikan konsesi HPH, juga memiliki perkebunan. Dan hubungan yang korup
berkembang, dimana para pengusaha mengajukan permohonan izin membangun

69
perkebunan, menebang habis hutan dan menggunakan kayu yang dihasilkan
utamanya untuk pembuatan pulp, kemudian pindah lagi, sementara lahan yang sudah
dibuka ditelantarkan.

llegal loggin

Illegal logging adalah merupakan praktek langsung pada penebangan pohon


di kawasan hutan negara secara illegal. Dilihat dari jenis kegiatannya, ruang lingkup
illegal logging terdiri dari : •Rencana penebangan, meliputi semua atau sebagian
kegiatan dari pembukaan akses ke dalam hutan negara, membawa alat-alat sarana dan
prasarana untuk melakukan penebangan pohon dengan tujuan eksploitasi kayu secara
illegal. Penebangan pohon dalam makna sesunguhnya untuk tujuan eksploitasi kayu
secara illegal. Produksi kayu yang berasal dari konsesi HPH, hutan tanaman industri
dan konversi hutan secara keseluruhan menyediakan kurang dari setengah bahan baku
kayu yang diperlukan oleh industri pengolahan kayu di Indonesia. Kayu yang diimpor
relatif kecil, dan kekurangannya dipenuhi dari pembalaka ilegal. Pencurian kayu
dalam skala yang sangat besar dan yang terorganisasi sekarang merajalela di
Indonesia; setiap tahun antara 50-70 persen pasokan kayu untuk industri hasil hutan
ditebang secara ilegal. Luas total hutan yang hilang karena pembalakan ilegal tidak
diketahui, tetapi seorang mantan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan, Departemen
Kehutanan, Titus Sarijanto, baru-baru ini menyatakan bahwa pencurian kayu dan
pembalakan ilegal telah menghancurkan sekitar 10 juta ha hutan Indonesia.

Konvensi Lahan

Peran pertanian tradisional skala kecil, dibandingkan dengan penyebab


deforestasi yang lainnya, merupakan subyek kontroversi yang besar. Tidak ada
perkiraan akurat yang tersedia mengenai luas hutan yang dibuka oleh para petani
skala kecil sejak tahun 1985, tetapi suatu perkiraan yang dapat dipercaya pada tahun

70
1990 menyatakan bahwa para peladang berpindah mungkin bertanggung jawab atas
sekitar 20 persen hilangnya hutan. Data ini dapat diterjemahkan sebagai pembukaan
lahan sekitar 4 juta ha antara tahun 1985 sampai 1997.

Program Transmigrasi

Transmigrasi yang berlangsung dari tahun 1960-an sampai 1999, yaitu


memindahkan penduduk dari Pulau Jawa yang berpenduduk padat ke pulau-pulau
lainnya. Program ini diperkirakan oleh Departemen Kehutanan membuka lahan hutan
hampir 2 juta ha selama keseluruhan periode tersebut. Disamping itu, para petani
kecil dan para penanam modal skala kecil yang oportunis juga ikut andil sebagai
penyebab deforestasi karena mereka membangun lahan tanaman perkebunan,
khususnya kelapa sawit dan coklat, di hutan yang dibuka dengan operasi pembalakan
dan perkebunan yang skalanya lebih besar. Belakangan ini, transmigrasi “spontan”
meningkat, karena penduduk pindah ke tempat yang baru untuk mencari peluang
ekonomi yang lebih besar, atau untuk menghindari gangguan sosial dan kekerasan
etnis. Estimasi yang dapat dipercaya mengenai luas lahan hutan yang dibuka oleh
para migran dalam skala nasional belum pernah dibuat.

Kebakaran Hutan

Pembakaran secara sengaja oleh pemilik perkebunan skala besar untuk


membuka lahan, dan oleh masyarakat lokal untuk memprotes perkebunan atau
kegiatan operasi HPH mengakibatkan kebakaran besar yang tidak terkendali, yang
luas dan intensitasnyan belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih dari 5 juta ha hutan
terbakar pada tahun 1994 dan 4,6 juta ha hutan lainnya terbakar pada tahun 1997-98.
Sebagian dari lahan ini tumbuh kembali menjadi semak belukar, sebagian digunakan
oleh para petani skala kecil, tetapi sedikit sekali usaha sistematis yang dilakukan
untuk memulihkan tutupan hutan atau mengembangkan pertanian yang produktif

71
Pada kondisi alami, lahan gambut tidak mudah terbakar karena sifatnya yang
menyerupai spons, yakni menyerap dan menahan air secara maksimal sehingga pada
musim hujan dan musim kemarau tidak ada perbedaan kondisi yang ekstrim. Namun,
apabila kondisi lahan gambut tersebut sudah mulai tergangggu akibatnya adanya
konversi lahan atau pembuatan kanal, maka keseimbangan ekologisnya akan
terganggu. Pada musim kemarau, lahan gambut akan sangat kering sampai kedalaman
tertentu dan mudah terbakar. Gambut mengandung bahan bakar (sisa tumbuhan)
sampai di bawah permukaan, sehingga api di lahan gambut menjalar di bawah
permukaan tanah secara lambat dan dan sulit dideteksi, dan menimbulkan asap tebal.
Api di lahan gambut sulit dipadamkan sehingga bisa berlangsung lama (berbulan-
bulan). Dan baru bisa mati total setelah adanya hujan yang intensif.

Dampak dari hutan gundul, yaitu :

Kerugian yang diderita negara akibat laju deforestasi hutan di Indonesia


diperkirakan dapat mencapai hingga sekitar Rp71 triliun, menurut lembaga swadaya
masyarakat Indonesia Corruption Watch.

Berdasarkan data riset ICW yang diterima di Jakarta, kerugian dari aspek laju
deforestasi hutan pada periode 2005-2009 mencapai 5,4 juta hektare atau setara
Rp71,28triliun.

Jumlah tersebut, masih menurut ICW, terdiri atas kerugian nilai tegakan
(Rp64,8 triliun) dan provisi sumberdaya hutan (Rp6,48 triliun). Kerugian
tersebutmasih ditambah tidak diterimanya dana reboisasi.
ICW juga memaparkan bahwa lembaga swadaya masyarakat  Human Rights Watch 
pernah meluncurkan riset pada 2009 yang menyebutkan bahwa praktik korupsi dan
mafia sektor kehutanan setidak-tidaknya merugikan negara rata-rata Rp20 triliun per
tahun.

72
Angka tersebut dinilai tidak sebanding antara risiko kerusakan dan kerugian
yang diderita dengan pendapatan negara.

ICW mengingatkan, Komisi Pemberantasan Korupsi  pernah merilis kajian


terkait 17 masalah sistemik dalam perencanaan dan pengawasan kawasan hutan.
Sebanyak sembilan dari 17 masalah sistemik tersebut terkait masalah regulasi, tiga
terkait kelembagaan, empat terkait Tata Laksana, dan satu terkait manajemen
sumberdaya Alam.

Hal itu dinilai menunjukkan adanya masalah serius dalam pengelolaan hutan
di Indonesia. Untuk itu, LSM tersebut mendesak agar segera direalisasikan reformasi
dan pembenahan di sektor kehutanan, dan mendesak Menteri Kehutanan untuk segera
memperbaiki 17 masalah sistemik yang telah dirilis KPK.

Dampak Utama dari Pengundulan Hutan adalah Longsor, Banjir dan


Kekeringan. Tanah longsor sering terjadi di Indonesia, diakibatkan penggundulan
hutan bertahun-tahun. Pegiat lingkungan hidup memperingatkan tanah longsor
disebabkan penebangan hutan secara eksesif dan gagalnya penanaman kembali hutan.

Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir di Wilayah Kabupaten Cianjur


menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan masalah tanah. Hujan dan Banjir telah
menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang
berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari
permukaan bumi.  Banjir akan bisa menjadi lebih besar jika penyimpan air (water
saving) tidak bisa menahan air limpasan. Hal ini bisa terjadi ketika hutan yang
berfungsi sebagai daya simpan air tidak mampu lagi menjalankan fungsinya. Hutan
dapat mengatur fluktuasi aliran sungai karena peranannya dalam mengatur limpasan
dan infiltrasi. Kejadian banjir ini akan menjadi kejadian tahunan daerah hilir yang

73
rawan bencana apabila pengelolaan bagian hulu tidak diperbaiki dengan segera, baik
melalui reboisasi/penghijauan dan upaya konservasi tanah.

Bencana Tanah longsor terjadi disebabkan tak ada lagi unsur yang menahan
lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Apalagi untuk
wilayah Cianjur Selatan merupakan daerah perbukitan dan bertebing. Daerah Cianjur
Selatan ini termasuk dalam kategori daerah Rawan Longsor. Jika Jika Penggundulan
Hutan dibiarkan terus berlangsung, Longsor dan banjir Akan datang silih berganti,
bukan mustahil akhirnya lingkungan berubah menjadi padang tandus, pada akhirnya
kekeringan tak dapat di elakan. Kekeringan akan terjadi sebab  pasokan air hujan ke
dalam tanah (water saving) rendah dan cadangan air di musim kemarau berkurang ini
yang  menyebabkan terjadi kekeringan berkepanjangan dan hilangnya mata air.

Dampak Keanekaragaman Hayati

Meskipun hutan tropis hanya mencakup sekitar 7 persen dari lahan kering
bumi, mereka mungkin pelabuhan sekitar setengah dari semua spesies di Bumi.
Banyak spesies yang sangat khusus untuk microhabitats dalam hutan yang mereka
hanya dapat ditemukan di daerah kecil. spesialisasi mereka membuat mereka rentan
terhadap kepunahan. Selain spesies yang hilang ketika suatu daerah benar-benar
gundul, tanaman dan hewan dalam fragmen hutan yang tetap juga menjadi semakin
rentan, kadang-kadang bahkan berkomitmen, untuk kepunahan. Tepi-tepi potongan-
potongan kering dan diterpa angin panas; pohon hutan hujan dewasa sering mati
berdiri di pinggiran. Cascading perubahan jenis pohon, tumbuhan, dan serangga yang
dapat bertahan dalam fragmen cepat mengurangi keanekaragaman hayati di hutan
yang masih tersisa. Orang mungkin tidak setuju tentang apakah punahnya spesies lain
melalui tindakan manusia adalah masalah etis, tapi ada sedikit keraguan tentang
masalah-masalah praktis yang menimbulkan kepunahan.

Dampak Tanah

74
Dengan semua lushness dan produktivitas yang ada di hutan tropis, dapat
mengejutkan mengetahui bahwa tanah tropis sebenarnya sangat tipis dan miskin
unsur hara. Underlying “orang tua” cuaca rock cepat pada temperatur tinggi daerah
tropis dan hujan lebat, dan dari waktu ke waktu, sebagian besar telah mencuci mineral
dari tanah. Hampir semua kandungan gizi dari hutan tropis di tanaman yang hidup
dan sampah membusuk di lantai hutan.

Bila suatu daerah benar-benar gundul untuk pertanian, petani biasanya


membakar pohon-pohon dan vegetasi untuk membuat lapisan pemupukan abu.
Setelah ini slash-dan-bakar deforestasi, waduk gizi hilang, banjir dan tingkat erosi
tinggi, dan tanah sering menjadi tidak dapat mendukung tanaman hanya dalam
beberapa tahun. Jika daerah tersebut kemudian berubah menjadi padang rumput
ternak, tanah dapat menjadi padat juga, memperlambat atau mencegah pemulihan
hutan.

Dampak Sosial

Hutan tropis adalah rumah bagi jutaan asli (adat) orang yang membuat
mahlukmahluk mereka melalui subsisten, berburu dan mengumpulkan pertanian, atau
melalui berdampak rendah pemanenan hasil hutan seperti karet atau kacang.
Deforestasi di wilayah adat oleh penebang, penjajah, dan pengungsi seringkali
memicu konflik kekerasan. pelestarian hutan dapat secara sosial memecah-belah,
juga. Nasional dan pemerintah internasional dan badan-badan bantuan berjuang
dengan pertanyaan-pertanyaan tentang apa tingkat keberadaan manusia, jika ada,
sesuai dengan tujuan konservasi di hutan tropis, bagaimana menyeimbangkan
kebutuhan masyarakat adat dengan memperluas populasi pedesaan dan pembangunan
ekonomi nasional, dan apakah mendirikan besar , murni, kawasan lindung tak
berpenghuni-bahkan jika itu berarti menghapus penduduk saat ini-harus menjadi
prioritas tertinggi dari upaya konservasi di hutan tropis.

75
Dampak Iklim : Curah Hujan dan Suhu

Sampai tiga puluh persen dari hujan yang jatuh di hutan tropis hutan hujan
adalah air yang telah didaur ulang ke atmosfir.  Air menguap dari tanah dan vegetasi,
mengembun menjadi awan, dan jatuh lagi sebagai hujan dalam siklus diri-air abadi.
Selain mempertahankan curah hujan tropis, penguapan mendinginkan permukaan
bumi. Dalam banyak model komputer iklim di masa depan, menggantikan hutan
tropis dengan pemandangan padang rumput dan tanaman menciptakan kering, iklim
lebih panas di daerah tropis. Beberapa model juga memprediksi bahwa hutan tropis
akan mengganggu pola curah hujan jauh di luar daerah tropis, termasuk China,
Meksiko utara, dan Amerika selatan-tengah Amerika.

Sebagian besar prediksi iklim curah hujan menurun berdasarkan pengganti


seragam dan hampir lengkap hutan tropis dengan padang rumput dan ladang. Namun,
deforestasi sering hasil dalam pembukaan fashion yang tambal sulam-jalan bercabang
dalam pola tulang ikan, misalnya, atau pulau gundul dalam lautan hutan. Pada skala
lokal ini, deforestasi benar-benar dapat meningkatkan curah hujan dengan
menciptakan “pulau-pulau panas” yang meningkatkan terbit dan menjungkirbalikkan
udara (konveksi) yang mengarah ke awan dan hujan. Awan dan curah hujan menjadi
terkonsentrasi di atas pembukaan. Apakah peningkatan curah hujan lokal akan
bertahan wilayah yang lebih besar dan lebih besar hutan dibersihkan saat ini tidak
diketahui. Jawaban dapat berasal dari model iklim yang lebih canggih yang secara
akurat mewakili kemajuan tambal sulam pemandangan sebagian gundul.

Upaya pelestarian Lingkungan dapat dilakukan dengan cara menggalakkan


kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang
semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya
miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju
aliran air hujan.

76
Pelestarian hutan Perlu dan Harus  secapatnya dilaksanakan. Eksploitasi hutan
yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi dengan
penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar
yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan
hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab
hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan
juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.

Alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian semakin merebak karena untuk usaha
pertanian bergeser dari lahan subur yang terus berkurang ke lahan marginal yang
kurang subur (hutan), demikian pula penebangan hutan tak terkendali untuk
memenuhi kebutuhan kayu baik untuk bahan bagunan, bahan perkakas rumah tangga,
maupun untuk bahan bakar. Kita bisa menghitung berapa volume kayu untuk semua
kebutuhan tadi, dan berapa dari luar Jawa yang masuk, dan berapa yang dihasilkan
oleh Perhutani, maka akan tidak seimbang, sehingga kekurangan itu berasal dari
hutan di sekitar kita sendiri, yang seharusnya kita lestarikan dan kita jaga bersama.

1. Upaya yang perlu dilakukan untuk melestarikan hutan:


2. Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
3. Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
4. Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
5. Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
6. Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan
mengenai pengelolaan hutan.

Oleh sebab itu, kepada semua pihak yang bertanggung jawab terhadap
kelestarian hutan lindung, baik Perum Perhutani, Dinas Kehutanan, maupun Pemda
setempat  Harus lebih aktif  dalam proses pelestarian alam. Pemahaman masyarakat
mengenai dampak dari penebangan hutan sangatlah kurang. Sosialisasi mengenai
lingkungan hidup perlu dan harus dilakukan. Masyarakat tidak sepenuhnya

77
memahami akibat yang akan terjadi nantinya. Upaya penanganan dan pencegahan
harus segera dilakukan, mulai dari reboisasi, rehabilitasi lahan kritis, pengelolaan
hutan, serta menindak tegas para pelaku penebangan liar.

Penanggulangaan illegal logging tetap harus diupayakan hingga kegiatan


illegal loggin berhenti sama sekali sebelum habisnya sumber daya hutan dimana
terdapat suatu kawasan hutan tepi tidak terdapat pepohonan di dalamnya.

Penanggulangan illegal logging dapat dilakukan melalui kombinasi dari


upayya monitoring (deteksi), upaya pencegahan (preventivf), dan upaya
penanggulangan (represif).

1. Deteksi terhadap adanya kegitan penebangan liarkegiatan-kegiatan deteksi


mungkin saat ini telah dilakukan, namun walaupun diketahui atau ada dugaan
terjadi kegiatan illegal logging tindak lanjutnya tidak nyata.
2. Tindakan prefentif untuk mencegah terjadinya illegal logging
Tindakan preventif merupakan tindakan yang berorientasi ke depan yang
sifatnya strategis dan merupakan rencana aksi jangka menengah dan jangka
panjang, namun harus dipandang sebagai tindakan yang mendesak untuk
segera dilaksanakan.
3. Tindakan supresi (represif)
Tindakan represif merupakan tindakan penegakan hukum mulai dari
penyelidikan, penyidikan sampai ke pengadilan. Untuk itu harus ada
kesamaan presepsi antara masing-masing unsur penegak hukum yaitu
penyidik (polri dan PPNS), jaksa penuntut represif harus mampu
menimbulkan efek jera singga pemberian sanksi hukuman harus tepat.

L. Penangulangan Masalah Hutan

78
Penanggulangan illegal logging tetap harus diupayakan hingga kegiatan
illegal logging berhenti sama sekali sebelum habisnya sumber daya hutan dimana
terdapat suatu kawasan hutan tetapi tidak terdapat pohon-pohon didalamnya.

1. Deteksi terhadap adanya kegiatan penebangan liar


Kegiatan keiatan detaksi mungkin saat ini telah dilakukan namun walaupun
diketahui atau ada dugaan terjadi kegiatan illegal logging tindak lanjutnya
tidak nyata.. Meski demikian aksi untuk mendeteksi adanya illegal logging
tetap harus terus dilakukan,namun harus ada komitmen untuk menindaklanjuti
denagn prises penegakan hokum yang tegas dan nyata di lapangan.
Kegiatan trsebut seagai berikut :
a. Deteksi secara makro,misalnya melalui pitret udara sehingga diketahui
adanya indicator penebangan liar separti jalur logging,bace camp,dsb.
b. Gruond cheking dan patrol.
c. Inspeksi di tempat-tempat yang diduga terjadi peebangan liar.
d. Deteksi di sepanjang jalur-jalur pengangkutan.
2. Tindakan prefentif untuk mencegah terjadinya illegal logging

Tindakan preventif merupakan tindakan yang berorientasi kedapan


yang sifatnya strategis dan merupakan rencana aksi jangka menegah dan
jangka panjang,namun harus dipandang sebagai tindakan yang mendesak
untuk segera dilaksanakan. Kegiatan preventif dapat dilakukan melalui :

a. Pembangunan kelembagaan yang menyangkut perangkat


lunak,perangkat keras dan SDM termasuk pemberian Reward and
Punishment.
b. Pemberdayaan masyarakat seperti pemberian akses terhadap
pemanfaatn sumber daya hutan agar masyarakat dapat ikut
menjaga hutan dan merasa memiliki, termasuk pendekatan kepada

79
pemerintah daerah untuk lebih bertanggung jawab terhadap
pelestarian hutan.
c. Pengembangan social ekonomi masyarak at, seperti menciptakan
pekerjaan dengan tingkat upah/pendapatan yang melebihi upah
menebang kayu liar. Misalnya upah bekeerja di kebun kelapa sawit
diusahakan lebih tinggi/sama dengan menebang kayu
liar,pemberian saham dan begainya.
d. Peninglatan dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang
perofesionalisme SDM.
3. Tindakan supresi ( Represif )
Tindakan represif merupakan tindakan penegakan hokum mulai dari
penyelidikan,penyidikan sampai ke pengadilan. Untuk itu harus ada kesamaan
persepsi antara masing-masing unsur penegakan hokum yaitu penyidik ( PLRI
dan PPNS ),jaksa penuntut dan hakim,karena besarnya harus menimbulkan
efek jera sehingga pemberian sanksi harus tepat.

Adapun upaya yang dilakukan pemerintah, yaitu :

Pemerintah Indonesia melalui keputusan bersama Departemen Kehutanan dan


Departemen Perindustrian dan Perdagangan sejak tahun 2001 telah mengeluarkan
larangan ekspor kayu bulat (log) dan bahan baku serpih. Selain itu, Pemerintah juga
telah berkomitmen untuk melakukan pemberantasan illegal logging dan juga
melakukan rehabilitasi hutan melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(GNRHL) yang diharapkan di tahun 2008 akan dihutankan kembali areal seluas tiga
juta hektar.
Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya
memiliki tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan
terbentuknya pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara
lain:

80
5. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata
Guna Tanah.
6. Menerbitkan UU No. 23 Tahun 1997, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
7. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL
(Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
8. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan,
dengan tujuan pokoknya:
d. Menanggulangi kasus pencemaran.
e. Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
f. Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL).

Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.

Berangkat dari kompleksnya faktor penyebab kerusakan hutan di Indonesia


dibutuhkan solusi yang cepat dan tepat, untuk menyatukan visi dan misi
seluruh stakeholders dalam menjaga eksistensi hutan di negara ini. Jeda penebangan
hutan atau Moratorium Logging adalah suatu metode pembekuan atau penghentian
sementara seluruh aktifitas penebangan kayu skala besar (skala industri) untuk
sementara waktu tertentu sampai sebuah kondisi yang diinginkan tercapai. Lama atau
masa diberlakukannya moratorium biasanya ditentukan oleh berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai kondisi tersebut (Hardiman dalam Hutan Hancur,
Moratorium Manjur).
Sebagai langkah awal dalam pencegahan kerusakan hutan nasional, metode
ini dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak. Bentuknya dapat berupa reformasi hutan
yang dilaksanakan oleh semua pihak sebgai bentuk partisipasi pemerintah, privat, dan
masyarakat dalam melindungi hutan dari kerusakan. Moratorium Logging dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak, berikut adalah gambaran manfaat yang dapat
diterima oleh stakeholders bila jeda penebangan hutan dilaksanakan saat ini:

81
• Pemerintah mendapatkan manfaat berupa jangka waktu dalam melakukan
restrukturisasi dan renasionalisasi industri olahan kayu nasional, mengkoreksi over
kapasitas yang dihasilkan oleh indsutri kayu, serta mengatur hak-hak pemberdayaan
sumber daya hutan, dan melakukan pengawasan illegal logging bersama sector
private dan masyarakat.
• Private/investor mendapatkan keuntungan dengan meningkatnya harga kayu di
pasaran, sumber daya (kayu) kembali terjamin keberadaannya, serta meningkatkan
efisiensi pemakaian bahan kayu dan membangun hutan-hutan tanamannya sendiri.

• Masyarakat mendapatkan keuntungan dengan kembali hijaunya hutan disekeliling


lingkungan tinggal mereka, serta dapat terhindar dari potensi bencana akibat
kerusakan hutan.

82
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model pengelolaan hutan dalam jangka menengah dan jangka panjang


dilakukan dengan membuat Master Plan Pengelolaan Hutan, yang proses
penyusunannya melibatkan semua unsur terkait (Pemerintah daerah, masyarakat dan
perhutani). Master plan pengelolaan hutan penyusunannya didasarkan pada
sistem Social Forestry, dengan harapan dapat mewujudkan: pengamanan hutan secara
berkesinambungan, menjaga pelestarian hutan dan peran hutan sebagai penyeimbang
lingkungan.
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan
dan tumbuhan lainnya. Kerusakan hutan adalah kegiatan pembalakan hutan,
merupakan kegiatan yang merusak kondisi hutan setelah penebangan, karena di luar
dari perencanaan yang telah ada. Kerusakan hutan kita dipicu oleh tingginya
permintaan pasar dunia terhadap kayu, meluasnya konversi hutan menjadi
perkebunan sawit, korupsi dan tidak ada pengakuan terhadap hak rakyat dalam
pengelolaan hutan.

Kerusakan hutan telah menimbulkan perubahan kandungan hara dalam tanah


dan hilangnya lapisan atas tanah yang mendorong erosi permukaan dan membawa
hara penting bagi pertumbuhan tegakan. Terbukanya tajuk iokut (typo) menunjang
segara habisnya lapisan atas tanah yang subur dan membawa serasah sebagai
pelindung sekaligus simpanan hara sebelum terjadinya dekomposisi oleh organisme

83
tanah. Terjadinya kerusakan hutan, apabila terjadi perubahan.yang menganggu fungsi
hutan yang berdampak negatif, misalnya: adanya pembalakan liar (illegal logging)
menyebabkan terjadinya hutan gundul, banjir, tanah lonsor, kehidupan masyarakat
terganggu akibat hutan yang jadi tumpuhan hidup dan kehidupanya tidak berarti lagi
serta kesulitan dalam memenuhi ekonominya.
B.   Saran

Konsep pengelolaan hutan secara bijaksana, harus mengembalikan fungsi


hutan secara menyeluruh (fungsi ekologis, fungsi sosial dan fungsi ekonomi) dengan
lebih menekankan kepada peran pemerintah, peran masyarakat dan peran swasta.
Langkah- langkah yang sinergi dari ke tiga komponen (pemerintah, masyarakat dan
swasta) akan mewujudkan fungsi hutan secara menyeluruh yang menciptakan
pengamanan dan pelestarian hutan.

84
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1992.  Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia 1992:20


tahun SetelahStockholm.(http://rudyct.com/PPS702-
ipb/08234/nuraini_soleiman.htm, diakses 20 februari 2020).

Alikodra, Hadi. 2008. Global Warming : Banjir dan Tragedi Pembabakan Hutan.
Nuansa Jakarta.

Dahlan,Endes N.1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas


Lingkungan Hidup. Jakarta: PT Enka Parahayangan.

Suryani, Erma B. 2020. Pendidikan Lingkungan Hidup. Makassar : FIP UNM.

Kumar, A.D. 1986. Environmental Chemistry. India: Mohender Singh


Sejwal.
Manahan, S.B. 1983. Environmental Chemistry. Boston: Willard Grant
Press.
Rahardjo, S., Dina, L., dan Suyono. 2006. Pengendalian Dampak
Lingkungan. Surabaya: Penerbit Airlangga.
Soemarwoto, O. 1994. Ekologi Lingkungan Hidup dan
Pembangunan. Bandung: Djambatan, 365 hal.
Soeriaatmadja, R. E. 1989. Ilmu Lingkungan. Bandung: Penerbit ITB. 133
hal.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan [02/03/2020:19.00]

85
http://syadiashare.com/jenis-dan-fungsi-hutan.html [02/03/2020:19.00]

http://alamendah.wordpress.com/2010/03/09/kerusakan-hutan-deforestasi-di-
indonesia [02/03/2020:19.35]

http://id.wikipedia.org/wiki/Deforestasi [04/03/2020:20.00]

http://forumteologi.com/blog/2007/05/27/kerusakan-hutan-di-indonesia [
04/03/2020:20:15]

http://cahayahari.multiply.com/reviews/item/3 [04/03/2020:20.30]

http://sixooninele.blogspot.com/2010/05/indonesia-alami-kerusakan-hutan-18-
juta.html [04/03/2010:21.10]

http://rivafauziah.wordpress.com/2010/03/14/dampak-penggundulan-hutan 
[04/03/2020:21.10]

http://www.anneahira.com/penyebab-kerusakan-hutan.htm [04/03/2020:21.15]

http://teknik.ums.ac.id/kuliah/ruhiko/file/A5-PDF [04/03/2020:21.15]

http://ncildian.artikel.com/2010/10/penebangan-hutan-di-kalimantan.html
[04/03/2020:21.20]

http://putrarajawali76.wordpress.com/2012/09/makalah-kerusakan-hutan_22.html
[04/03/2020:21.22]

86

Anda mungkin juga menyukai