“HUTAN”
OLEH:
NIM : 1747042034
KELAS : PM02
2020
1
HASIL:
Keterangan:
1. Pemberian warna “merah” pada tulisan adalah penandaan bawha pada kata
atau kalimat tersebuat terdapat kesalahan penulisan
2. Pemberian warna “biru” pada tulisan adalah pemberian keterang dari
kesalahan pada kata atau kalimat yang telah ditandai dengan pemberian warna
merah.
2
MAKALAH
“HUTAN”
OLEH
KELOMPOK :
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur dinaikkan hanya bagi Tuhan yang maha Esa yang telah
memberikan kekuatan dan segala pengertian sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Pendidikan Lingkungan Hidup dengan
judul “HUTAN”.
Dalam penulisan Makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, cinta
kasih dan kerja sama serta doa dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang yang ada di
sekitar penulis yang telah membantu dalam doa.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
Makalah ini. Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
sebagai pedoman di masa mendatang. Maka penulis dengan penuh rasa syukur
mempersembahkan Makalah ini semoga bermanfaat untuk kita semua.
Pemateri Kelompok
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................5
C. Tujuan ........................................................................................................5
D. Manfaat.......................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hutan..........................................................................................7
B. Jenis-jenis hutan di Indonesia....................................................................11
C. Defosertasi dan Degredasi Hutan...............................................................21
D. Kerusakan Hutan Akibat Alam.................................................................28
E. Pencegahan Terjadinya Defosertasi dan Degredasi Hutan........................36
F. Konsep Hutan Kota....................................................................................40
G. Bentuk dan Struktur Hutan Kota................................................................47
H. Jenis-jenis Hutan Kota...............................................................................51
I. Permasalahan Hutan...................................................................................59
J. Penanggulangan Masalah Hutan................................................................61
K. Penyebab Hutan Indonesia Menjadi Gundul.............................................64
L. Akibat Kerusakan Hutan............................................................................76
A. Kesimpulan................................................................................................81
B. Saran..........................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................83
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan
dan tumbuhan lainnya. Hutan merupakan sistem penggunaan lahan yang tertutup dan
tidak ada campur tangan manusia, masuknya kepentingan manusia secara terbatas
seperti pengambilan hasil hutan untuk subsistem tidak mengganggu hutan dan fungsi
hutan. Tekanan penduduk dan tekanan ekonomi yang semakin besar, mengakibatkan
pengambilan hasil hutan semakin intensif (penebangan kayu). Penebangan hutan juga
dilakukan untuk kepentingan yang lain, misalnya untuk mengubah menjadi ladang
pertanian atau perkebunan. Akibat dari gangguan-gangguan hutan tersebut akan
menyebabkan terjadinya perubahan fungsi hutan. Perubahan-perubahan tersebut lebih
menekankan kearah (harusnya memakai “spasi”) fungsi ekonomi dengan
mengabaikan fungsi sosial atau fungsi ekologis.
6
ekosistem lain di sekitarnya. Khusus bagi komunitas bakau/mangrove dan lamun,
gangguan yang parah akibat kegiatan manusia berarti kerusakan dan musnahnya
ekosistem. Kerusakan hutan dipicu oleh kebutuhan manusia yang semakin banyak
dan berkembang, sehingga terjadi hal-hal yang dapat merusak hutan Indonesia.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
7
6. Untuk mengetahui konsep hutan.
7. Untuk mengetahui bentuk dan struktur hutan kota.
8. Untuk mengetahui jenis-jenis hutan kota.
9. Untuk megetahui permasalahan hutan.
10. Untuk mengetahui penanggulangan masalah hutan.
11. Untuk mengetahui penyebab hutan di Indonesia menjadi gundul.
12. Untuk mengetahui akibat kerusakan hutan.
D. Manfaat Penulisan
BAB II
8
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hutan
Keempat ciri pokok dimiliki suatu wilayah yang dinamakan hutan, meruoakan
(typo “merupakan”) rangkaian kesatuan komponen yang utuh dan saling
ketergantungan terhadap fungsi ekosistem di bumi. Eksistensi hutan sebagai sub
ekosistem global menempti (typo “menempati”) posisi penting sebagai paru-paru
dunia (Zain, 1996).
Sementara itu, ada pasal 1 ayat (2) UU Nomor 41 Tahun 1999 UU Nomor 19
Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah penggantin UU Nomor 1 tahun
2004 tentang Perubahan Atas UU Nomor 41 Tahun 1999 tentag Kehutanan menjadi
UU, dinyatakan bahwa suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berupa
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya dapat dipisahkan.
9
Dari definisi hutan yang telah disebutkan maka terdapat beberapa unsur di
dalamnya antara lain :
Keseluruhan unsur tersebut merupakan satu unsur satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan satu dnegan (typo “dengan”) yang lainnya. Sementara kehutanan
merupakan sistem pengurusan yang berikatan dengan hutan, kawasan hutan dan hasil
hutan yang diselenggarakan secara terpadu.
Kawasan hutan lebih lanjut dijabarkan dalam keputusan Menteri Kehutanan No.
70/Kpts-II/2001 tentang Penetapan Kawasan Hutan, perubahan status dan fungsi
kawasan hutan, yaitu wilayah tertent (typo “tertentu”) yang ditunjukkan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Dari definisi dan penjelaan tentang kawasa hutan, terdapat unsur-unsur meliputi suatu
wilayah tertentu, terdapat hutan atau tidak terdapat hutan, ditetapkan pemerintah
(menteri) sebagai kawasan hutan dan didasarkan pada kebutuhan serta kepentingan
masyarakat.
Unsur pokok yang terkandung di dalam definisi kawasan hutan, dijadikan dasar
pertimbangan ditetapkannya wilah-wilayah tertentu sebagai kawasan hutan.
Kemudian, untuk menjamin diperolehnya manfaat yang sebesar-besarnya dari hutan
dan berdasarkan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat serta sebagai faktor
pertimbangan fisik, hidrologi dan ekosistem, maka luas wilayah yang inimal (“typo
“minimal”) harus dipertahankan sebagai kawasan hutan adalah 30% dari lua (typo
“luas”) daratan.
10
Berdasarkan kriteria pertibangan pentingnya kawasan hutann (typo “hutan”),
maka sesuai dengan eruntukannya (typo) menteri menetapkan kawasan harus menjadi
:
a. Kawasan Hutan Konservasi yang terdiri dari kawasan suaka ala (typo
“alam”) (cagar alam dan Suaka Margasatwa), Kawasan Pelestarian
Alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata
Alam), dan Taman Buru.
b. Hutan Produksi
Hutan sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan dan sumber
kemakmuran rakyat, cendreung (typo “cenderung”) menurun kondisinya. Oleh
karena itu keberadaannya harus dipertahankan secara optimal, djaga (typo “dijaga”)
daya dukungnya secara lestari dan diurus dengan akhlak muliam (typo “mulia”) adil,
arif dan bijaksana, terbuka, profesional, serta bertanggung jawab.
Hutan tidak hanya bermanfaat bagi spesies hewan, spesies tumbuhan, atau
kelompok etnik tertentu yang meninggalinya saja. Setidaknya ada tiga manfaat hutan
yang berpengaruh global terhadap bumi sebagai habitat yang lebih luas. Tiga manfaat
tersebut adalah: hutan sebagai tempat resapan air; hutan sebagai payung raksasa;
hutan sebagai paru-paru dunia; dan hutan sebagai-wadah-kebutuhan-primer.
11
Hutan tidak hanya bermanfaat bagi spesies hewan, spesies tumbuha n, (harusnya
tidak menggunakan “spasi”) atau kelompok etnik tertentu yang meninggalinya saja.
Setidaknya ada tiga manfaat hutan yang berpengaruh global terhadap bumi sebagai
habitat yang lebih luas. Tiga manfaat tersebut adalah: hutan sebagai tempat resapan
air; hutan sebagai payung raksasa; hutan sebagai paru-paru dunia; dan hutan
sebagai-wadah-kebutuhan-primer.
Sebagai tempat resapan air, hutan merupakan daerah penahan dan area
resapan air yang efektif. Banyaknya lapisan humus yang berporipori dan banyaknya
akar yang berfungsi menahan tanah, mengotimalkan fungsi hutan sebagai area
penahan dan resapan air tersebut. Kerusakan hutan bisa menyebabkan terganggunya
fungsi hutan sebagai penahan air. Daerah dan habitat sekitar hutan yang rusak itupun
sewaktu-waktu bisa ditenggelamkan banjir. Selain itu, kerusakan hutanpun akan
membuat fungsi hutan sebagai area resapan terganggu. Ketiadaan area resapan ini
bisa menimbulkan kelangkaan air yang bersih dan higienis, atau air siappakai. Selain
fungsinya sebagai tempat resapan air, hutan berfungsi pula sebagai ‘payung raksasa’.
Rapatnya jarak antara tetumbuhan satu dengan tumbuhan lainnya, juga rata-rata
tinggi pohon di segenap lokasinya, berguna untuk melindungi permukaan tanah dari
derasnya air hujan.
Tanpa ‘payung raksasa’ ini, lahan gembur yang menerima curah hujan tinggi
lambat laun akan terkikis dan mengalami erosi. Maka, dengan begitu, daerah-daerah
sekitarnyapun akan rentan terhadap bahaya longsor. Jika manfaat hutan sebagai
daerah resapan terkait dengan keseimbangan kondisi air, bila fungsinya sebagai
‘payung raksasa’ terkait dengan kondisi tanah permukaan, maka sebagai ‘paru-paru
dunia’ hutanpun ‘bertanggung-jawab’ atas keseimbangan suhu dan iklim.
Melihat lokasinya, hutan bumi terbagi dalam tiga kelompok besar: hutan
tropis, hutan subtropis (temperate), dan hutan boreal. Brazil dan Indonesia adalah
negara dengan hektaran hutan tropis terluas di dunia. Luas lahan hutan Indonesia
sendiri adalah 140,3 juta Ha, dengan rincian: 30,8 juta Ha hutan lindung; 18,8 juta Ha
12
cagar alam dan taman nasional; 64,3 juta Ha hutan produksi; 26,6 juta Ha hutan yang
dialokasikan untuk dikonversi menjadi lahan pertanian, perumahan, transmigrasi dan
lain sebagainya. Dari data dan rincian tersebut, berarti sekitar 54% dari total luas
daratan negara kita adalah hutan.
- Hutan Heterogen
Hutan heterogen adalah hutan yang terdiri atas berbagai jenis tumbuhan
seperti hutan hujan tropis yang terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan. Sulawesi dan
Papua.
- Hutan Homogen
Hutan homogen adalah hutan yang terdiri atas satu jenis pohon seperti hutan
jati, hutan bambu, hutan karet, dan hutan pinus.
· Hutan Produksi
Hutan produksi adalah hutan yang diusahakan melalui sistem Hak
Pengusahaan Hutan (HPH) baik BUMN maupun pengusaha swasta, yang
memanfaatkan hasil hutan seperti kayu untuk kegiatan produksi. Adapun hasil dari
kegiatan industri pengolahan kayu antara lain berupa triplek, kusen pintu dan mebel
serta perabot rumah tangga lainnya.
· Hutan Lindung
13
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
- Hutan Wisata
Hutan wisata adalah hutan yang berfungsi untuk objek wisata sebagai tempat
rekreasi atau hiburan para wisatawan karena keindahan alamnya. Kebun Raya Bogor
merupakan salah satu hutan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan.
- Hutan Suaka Alam
Hutan suaka alam adalah hutan yang memiliki keadaan alam khas,
diperuntukkan bagi perlindungan dan pelestarian flora dan fauna yang hampir punah,
agar dapat berkembang biak sesuai dengan kondisi ekosistemnya. Hutan suaka alam
Ujung Kulon merupakan tempat perlindungan badak bercula satu dan beberapa fauna
lainnya.
Hutan hujan tropis tumbuh di sekitar garis khatulistiwa atau equator yang
memiliki suhu udara dan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Sebagian besar
hutan ini tumbuh di lembah sungai Amazon, lembah sungai Kongo, dan di wilayah
Asia Tenggara. Hutan hujan tropis dikenal sebagai hutan heterogen karena terdiri dari
berbagai jenis tumbuhan. Di Indonesia hutan hujan tropis terdapat di Pulau Sumatera,
kalimantan dan Irian Jaya (Papua).
· Hutan Musim
14
Hutan musim terdapat di daerah di wilayah yang mengalami perubahan
musim hujan dan musim kemarau secara jelas. Tumbuhan pada hutan musim
umumnya bersifat homogen (satu jenis tumbuhan), seperti hutan jati, hutan karet dan
hutan bambu. Di Indonesia hutan musim banyak terdapat di wilayah Jawa Tengah
dan Jawa Timur.
Sabana merupakan padang rumput yang diselingi oleh pepohonan atau semak
belukar, sedangkan steppa merupakan padang rumput yang sangat luas yang tidak
diselingi pepohonan. Sabana dan Steppa banyak dijumpai di daerah bercurah hujan
rendah atau relatif sedikit. Di Indonesia, sabana dan steppa terdapat di Nusa Tenggara
Barat dan Timur.
Sumber : Kompasiana.com
-HutanTropis
Secara astronomi, hutan tropis terbentang pada wilayah 23,5o LU – 23,5o LS.
Ciri-ciri utama kawasan ini adalah curah hujan yang cukup tinggi dan matahari
15
bersinar sepanjang tahun. Curah hujan yang tinggi menyebabkan hutan tropis sangat
lebat yang terdiri dari berbagai jenis pohon serta daunnya menghijau sepanjang tahun.
Hutan ini berfungsi sebagai paru-paru dunia karena kemampuannya dalam menyerap
karbondioksida serta menjaga keseimbangan suhu dan iklim dunia.
Sumber : Kompasiana.com
Hutan temperate atau hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang yang
memiliki empat musim, secara astronomis di antara 23,5o – 66,5o lintang utara
maupun lintang selatan. Hutan ini berisi tumbuhan yang daunnya gugur (meranggas)
pada musim dingin. Keadaan ini akan berlangsung hingga menjelang musim semi.
Pada musim semi, temperatur akan meningkat, salju mulai mencair, tumbuhan mulai
berdaun kembali (bersemi). Daerah persebaran hutan gugur terutama meliputi
wilayah sub-tropis sampai sedang seperti Amerika Serikat, Eropa Barat, Asia Tengah
dan Timur serta Chili.
16
Sumber : Kompasiana.com
Hutan boreal atau hutan taiga berkembang di daerah lintang tinggi dekat dengan
kawasan lingkar kutub dan merupakan jenis hutan terluas kedua setelah hutan tropika.
Hutan ini ditumbuhi oleh jenis pohon berdaun jarum, dimana di kawasan ini memiliki
musim panas yang pendek dan musim dingin yang panjang. Daerah yang termasuk
kawasan ini meliputi Alaska - Amerika Utara, Skandinavia - Eropa Utara, dan
Siberia-Rusia. Vegetasi yang berkembang di daerah ini hanya satu jenis species saja
yaitu pohon spruce, alder, birch dan juniper. Permukaan tanah hutan ini umumnya
tertutup lumut kerak yang tebal.
1. Berdasarkan Biogeorafi
Kepulauan Nusantara adalah relief alam yang terbentuk dari proses
pertemuan antara tiga lempeng bumi. Hingga hari ini un, ketiga lempeng bumi
itu masih terus saling mendekat. Akibatnya antara lain, gempa bumi sering
terjadi di negeri kepulauan ini. Sejarah pembentukan Kepulauan Nusantara di
sabuk Katulistiwa itu menghsilkan tiga kawasan biogeorafi utama, yaitu :
Paparan Sunda, Walllacea, dan Paparan Sahul. Masing-masing kawasan
biogeorafi adalah cerminan dari sebaran bentuk kehidupan berdasarkan
perbedaan permukaan fisik buminya.
a. Kawasan Paparan Sunda (di bagian barat). Paparan Sunda adalah
lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Oriental (Benua Asia) dan
berada di sisi barat Gais Wallace. Garis Wallace merupakan suatu
garis khayal pembatas antara dunia flora fauna di Paparan Sunda di
17
bagian lebih timur Indonesia. Garis ini bergerak dari utara ke selaan
(typo “selatan”), antara Kalimantan dan Sulawesi, serta antara Bali dan
Lombok. Garis ini mengikuti nama biolog Alfred Russel Wallace yang
pada 1858 memperlihatkan bahwa ersebaran (typo “persebaran”) flora
dan fauna di Sumaera (typo “Sumatera”), Kalimantan, Jawa dan Bali
lebih mirip dengan yang ada di daratan Benua Asia.
b. Kawasan Paparan Sahul (di bagian timur). Paparan Sahul adalah
lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Australesia (Benua
Australia) dan berada di sisi timur Garis Weber. Garis Weber adalah
sebuah garis khayal pembatasantaa (typo) dunia flora dauna (typo) di
Paparan Sahul dan di bagian lebih barat Indonesia. Garis ini membujur
dari utara ke selatan antara keulauan Maluku dan Papua serta antara
Nua Tenggara Timur dan Australia. Garis ini mengikuti nama biolog
Max Weber yang sekitar 1902 memperlihatkan bahwa persebaran flora
fauna di kawasa ini serupa dengan yang ada di Benua Australia.
c. Kawasan Wallace / Laut Dalam (di bagian tengah). Lempeng bumi
pinggiran Asia Timur ini bergerak di sela Garis Wallace dan Garis
Weber. Kawasanini (harusnya menggunakan spasi) mecakup
Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil (Nusa Tenggara), dan Kepulauan
Maluku. Flora fauna di kawasan ini banyak merupakan jenis-jenis
endemik (hanya ditmukan (typo) ditempat bersangkutan, tidak
ditemukan di bagian lain manapun di dunia). Namun, kawasan ini juga
memiliki unsur-unsur baik dari kawasan Oriental maupun dari
kawasan Australesia (typo). Wallace berpendapat bahwa laut tertutup
es pada Zaman Es sehingga tumbuha dan satwa di Asia dan Austarlia
dapat menyebrang dan berkumpul di Nusantara. Walaupun jenis flora
fauna Asia tetap lebih banyak terdapat di bagian barat dan jenis flora
fauna Australia di bagian timur, hal ini dikarenakan kawasan Wallace
18
dulu erupakan (typo) palung laut yang sangat dalam sehingga fauna
sukar utnuk melintasinya dan flora berhenti menyebar.
2. Berdasarkan Iklim
Dari letak garis lintangnya, Indonesia memang termasuk daerah
beriklim tropis. Namn (typo), posisinya di antara dua benua dan di antara dua
samudra membuat iklim kepulauan ini lebih beragam. Berdasarkan
perbandingan jumlah bulan kering terhadap jumlah bulan basah per tahun,
Indonesia mencakup tiga daerah iklim, yaitu :
a. Daerah tipe iklim A (sangat basah) yang puncak musim hujamnya
jatuh ntara (typo) Oktober dan Januari, kadang hingga Februari.
Daerah ini mencakup Pulau Sumatera, Kalimantan bagian darat dan
tengah, dan Pulau Jawa sisi barat Pulau Sulawesi.
b. Daerah tipe iklim B (Basah) yang puncak musim hujannya jatuh
antara Mei dan Juli, serta Agustus atau September sebagai bulan
terkering. Daerah ini mencakup bagian timur Pulau Sulawesi, Maluku
dan sebagian besar Papua.
c. Daerah tipe iklim C (agak kering) yang lebih sedikit jumalh (typo)
curah hujannya, sedangkan bulan terkeringnya lebih panjang. Dengan
ini mencakup Jawa Timur sebagian Pulau Madura, Pulau Bali, Nusa
Tenggara bagian palingujung (harusnya menggunakan spasi) selatan
Papua.
19
Sulawesi, Maluku Utara dan Papua. Di bagian barat Indonesia,
lapisan tajuk tertinggi hutan dipenuhi famili Dipterocarpaceae
(terutama genius Shorea, Diptecorarpus, Drybalanops, dan
Hopea). Lapisan tajuk di bawahnya ditempati oleh famili
Lauraceae, Myristicaceae, Myrteceae, dan Guttiferaceae. Di
bagian timur, genus utamanya adalah Pometia, Instia¸Palaquium,
Parinari, Agathis, dan Kalappia.
c. Hutan muso tumbuh di daerah tipe iklim C atau D, yaitu di Jawa
Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Balli, NTB, sebagaian NTT,
bagian tenggara Maluku, dan sebagian pantai selatan Irian Jaya.
Spesies pohon di hutan ini seperti jati (Tectona grandis) ,
walikukun (Actionophora fragrans), ekaliptus (Eucalyptus albal),
cendana (Santulu album) dan kayu putih (Melaleuca
leucadendron).
3. Berdasarkan Sifat Tanahnya
Berdasarkan sifat tanah, jenis hutan di Indonesia mencaku hutan
pantai, hutan mangrove, dan hutan rawa.
a. Hutan pantai terdapat sepanjang pantai yang kering, berpasir,
dan tidak landai, seperti di pantai Selatan Jawa. Spesias
pohonnya seperti ketapang (Terminalia catappa), waru
(Hibiscus tiliaceus), cemara laut (Casuariana equisetifolia),
dan pandan (Pandanus tectorius).
b. Hutan mangrove Indonesia mencapai 776.000 ha dan tersebut
di sepanjang pantai Utara Jawa, pantai Timur Jawa, pantai
Timur Sumatera, sepanjang pantai Kalimantan dan pantai
Selatan Papua. Jenis-jenis pohon utamanya bersal dari genus
Avicennia, Sonneratia, dan Rhizopheria.
c. Hutan rawa terdapat di hampir semua pulau, terutama
Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Spesiaes pohon rawa
20
misalnya adalah nyatoh (Palaquium lelocarpum), kempas
(Koompassia spp) dan ramin (Gonystylus spp).
4. Berdasarkan Pemanfaatan Lahan
Lahan hutan terluas ada di Papua (32,36 juta ha) : 7,96 juta ha.
Berturut-turut oleh Kalimantan (28,23 juta ha). Sumatera (14,65 juta ha),
Sulawesi (8,87 juta ha), Maluku dan MalukuUtara (4,02 juta ha), Jawa
(3,09 juta ha), serta Bali dan Nusa Tenggara (2,7 juta ha).
5. Berdasarkan Terbentuknya
Hutan dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan masa
terbentuknya, yaitu :
a. Hutan alam, yaitu suatu lapangan yang bertumbuhan pohon-pohon
alami yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam
21
hayati beserta alam lingkunganya. Hutan alam juga disebut hutan
primer, yaitu hutan yang terbentuk tanpa campur tangan manusia.
b. Hutan buatan disebut hutan tanaman, yaitu hutan yang terbentuk
karena campur tangan manusia.
6. Berdasarkan Statusnya
a. Hutan negara, yaitu hutan yang berada pada tanah yang tidak terbebani
hak atas tanah.
b. Hutan hak, yaitu hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas
tanah. Hak atas tanah, misalnya hak milik (HM), Hak Guna Usaha
(HGU), dan Hak Guna Bangunan (HGB).
c. Hutan adat, yaitu hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat
hukum adat.
7. Berdasarkan Jenis Tanamannya
Hutan dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan statusnya,
yaitu :
a. Hutan homogen (sejenis), yaitu hutan yang arealnya lebih dari 75%
ditutupi oleh satu jenis tumbuh-tumbuhan. Misalnya : hutan jati, hutan
bambu, dan hutan pinus.
b. Hutan heterogen (campuran), yaitu hutan yang terdiri atas bermacam-
macam jenis tumbuhan.
8. Berdasarkan Fungsinya
Jika ditinjau dari fungsinya, maka hutan dapat dikelompokkan menjadi :
1) Hutan Lindung
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan.
2) Hutan Konservasi
22
Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan cirikhas (harusnya
menggunakan spasi) tertentu, yang mempunyai fungsi pokok
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
Hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang
mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman
tumbuhan, satwa dan ekosistemnya serta berfungsi sebagai wilayah
penyangga kehidupan. Kawasan hutan suaka alam terdiri atas cagar alam,
suaka margasatwa dan Taman Buru.
1. Kebakaran Hutan
23
Kebakaran hutan merupakan salah satu faktor lingkungan dari api
yang memberikan pengaruh terhadap hutan, menimbulkan dampak negatif
maupun positif. Kebakaan (typo) hutan yang terjadi adalah akibat ulah
manusia ataupun faktor alam. Penyebab kebakaran hutan yang terbanyak
karena tindakan dan kelalaian manusia. ada yang menyebutkan hamir 90%
kebakaran hutan disebabkan oleh manusia sedangkan hanya 10% yang
disebabkan oleh alam. Pengertian dan definisi lain yang diberikan untuk
kebakaran hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sedangkan
timbulnya kerugian ekosistem dan terancamnya kelestarian lingkungan.
Kebakaran terjadi karena faktor-faktor antara lain ; alam (misalnya
musim kemarau yang terlalu lama) dan manusia (karena kelainan manusia
membuat api ditengah-tengah hutan-hutan (merupakan pemborosan kata) di
saat musim kemarau atau hutan-hutan yang mudah terbakar).
2. Bentuk Kerusakan Hutan
a. Tingkat Kerusakan Hutan di Indonesia
Menurut Bank Dunia dalam kurun waktu 1985-1997 degrasi hutan di
Indonesia rata-rata 1,5 juta hektar setiap tahun dan diperkiran sekitar
20 juta hektar hutan produksi yang tersisa. Berdasarkan analisi FWI
dan GFW dalam kurun waktu 50 tahun, luas total tutupan hutan di
seluruh Indonesia. Lebih lanut Departemen Kehutnan menegaskan
bahwa sampai tahun 2006, luas hutan yang rusak dan tidak dapat
berfungsi optimal telah mencapai 59,6 juta hektar dari 120,35 juta
hektar kawasan hutan di Indonesia, dengan laju deforestasi dalam lima
tahun terakhir mencapai 2,83 juta hektar per tahun. Sebagian besar
kerusakan hutar tersebut disebabkan oleh aktivitas ilegal logging atau
pembabakan hutan liat termasuk di dalamnya enebangan (typo) secara
berlebhan (typo) dan penebangan pohon di luar blok tebangan yang
dilakukan oleh pemegang izin. Selebihnya dikarenakan kebakran
(typo) hutan, alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian atau
24
pemukiman, konversi tegakan hutan alam, penebangan liat,
pendudukan kawasan dan perambahan hutan.
b. Penyebab Terjadinya Kerusakan Hutan
Berdasarkan pelaku penyebab kerusakan hutan di Indonesiia
(typo) dapat disebabkan oleh karena perbuatan manusia tamak, hama,
dan penyakit, kebakaran serta sumber daya alam.
1) Disebabkan oleh manusia
Penyebab utama kerusakan hutan di Indonesia sebagian besar
merupakan kegiatan aktivitas manusia dalam pemanfaatan hutan dan
hasil hutan baik yang dilakukan secara legal maupun ilegal. Kerusakan
hutan yang sangat dominan dan telah menjadi ancaman terhadap
kelestarian adalah pembabakan liar. Pembabakan liat di Indonesia
sudah semakin menghawatirkan dan sulit untuk diberantas. Adapun
faktor-faktor yang menjadi sumber penyebab terjadinya pembabakan
liat adalah sebagai berikut :
a) Kesenjangan suplai dan tersedianya bahan baku industri,
tingginya permintaan terhadap kayu di dalam dan luar negeri
tidak sebanding dengan kemampuan penyediaan industri
perkayuan. Akibat dari ketimpangan antara persediaan dan
permintaan, ikut hutan konservasi. Kondisi ini diperparah lagi
dengan tumbuhnya industri kayu tanpa izin dekat lokasi
penebangan dan penimbunan kayu dimana transaksi jual beli
tanpa kayu tanpa dokumen berlangsung.
b) Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat pesat disisi lain
berkurangnya tanah pertanian diserta keadaan sosial ekonomi
masyarakat disekitar hutan yang rendah dan terbatasnya
lapangan pekerjaan, telah mendorong masyarakat untuk
merambah kawasan hutan, membuka hutan dan memanfaatkan
hasil hutan secara liar.
25
c) Lemahnya kesadaran masyarakat terhadap fungsi hutan dan
kelestarian lingkungan hidup, menyebabkan masyarkat mudah
melakukan perusakan hutan.
d) Lemahnya penegakan hukum karena kurangnya ketegasan
hukum dan keberanian aparat terkait untuk menidak korporat,
penjahat dan oknum aparat itu sendiri yang melakukan dan
mendudukung pembabakan liar dan terjadinya korupsi, kolusi
dan nepotisme pada proses pengelolaan hutan, sehingga
instansi dan aparat yang bertanggungjawab terhadap
perlindungan hutan terkesan tambah dalam mengatasi
penyimpangan dalam pengelolaan hutan atau cendreung (typo)
membenarkan hal yang tidak benar.
e) Meningkatnya krisis moral, sehingga terjadi praktik
pembabakan liat yang melibatkan masyarakt (typo), korparat,
aparat dan pejabat.
f) Belum efektifnya manajemen pengelolaan hutan di Indonesia,
yang antara lain disebabkan terbatsnya (typo) Sumber Daya
Manusia, belum proporsonalnya antara jumlah dan kwalitas
serta penyebaran tenaga perlindungan dan pengaman hutan
dengan luas kawasan hutan yang dikelola, tebatasnya Sumber
Daya Dinansial, rendahnya satuan biaya pengelolaan hutan
untuk mewujudkan pengelolaan hutan produksi yang lestari.
Sebagai contoh Kawasan Hutan Nasional di Indonesia yang
dikelola secara intensif melebihi kwasa hutan lainnya hanya
memiliki biaya pengelolaan Rp. 6000,- s/d Rp. 10.000,-
perhektar/bulan dan prasarana serta peralatan pengelolaan
hutan yang tersedia sangat terbatas seta konvensional.
g) Terjadinya tumpang tindih regulasi karena kebutuhan dan
disparitas interprestasi terhadap peraturan dan perundangan
26
bidang kehutanan telah ikut mendorong terjadinya
pemanfaatan hutan yang tidak lestari.
h) Tumpang tindih kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan
dibidang kehutanan yang kurang jelas, menyebabkan peluang
pengelolaan hutan yang menyebabkan terjadinya kerusakan
hutan menjadi lebih besar.
2) Disebabkan Oleh Ternak
Kerusakan akiba (typo) penggembalaan ternak dalam hutan
dapat menyebabkan seluruh pohon mati, bahkan dapat menimbulkan
erosi tanah. Derajat kerusakan yang diderita hutan tergantung pada
jenis serta jumlah ternak, intensistas penggembalaan dan jenis pohon
penyusun hutan. Jenis berdaun lebar akan lebih disukai ternak
daripada yang berdaun jarum. Intinya, spesies yang berbeda dapat
memberikan reaksi yang berbeda terhada penggembalaan.
Faktor-faktor yang menjebabkan terjadinya penggembalaan di
hutan antara lain :
a) Populasi ternak di sekitar kawasan hutan. Semakin besar
populais ternak yang hidup di sekitar hutan maka akan semakin
banyak pakan ternak yang dibutuhkan sehingga semakin besar
kemungkinan tenak digembalakan di hutan untuk memenuhi
kebutuhan pakannya.
b) Jumlah hijauan ternak yang mampu dihasilkan di desa sekitar
hutan. Tidak adanya lahan di pedesaan sekitar hutan yang
dapat digunakan untuk penyediaan lahan guna memenuhi
kebutuhan ternak akan menyebabkan masuknya pemilik ternak,
baik sendiri maupun besama tenaknya (typo), ke hutan untuk
mencari pakan ternah.
27
c) Teknik memelihara ternah (typo) yang dilakukan oleh
masyarakat. Peternakan sistem lepas menyebabkan
pengembalaan ternak di hutan.
d) Intensitas pengawasan oleh pengelola kawasan hutan.
Kurangnya pengawasan memungkinkan masuknya ternak di
hutan, akibat yang terjadi antara lain :
28
tanaman dapat melengkung atau patah, seluruh tanaman
dapat dicabut, kulut batang kering dimakan dan
terkupas.
Menularkan penyakit pada satwa liar. Ternak
yang digembaakan di dalam hutan dapat menularkan
penyakit kepada satwa liat yang hidup di dalam hutan.
Kasus yang populer terjadi di Taman Nasional Ujung
Kulon yaitu kematian Badak Jawa, karena penyakit
antrak yang ditularkan dari kerbau yang digembalakan
masyarakat di gunung Honje padda (typo) tahun 1981.
3. Disebabkan oleh Hama dan Penyakit
a) Hama
Hutan alam hidup sebagai jenis hewan dan serangga, selama
hewan dan serangga tidak menimbulkan kerusakan terhadap tananman
(typo) yang secara ekonomis berarti serangga dan hewat tersebut
belum disebut sebagai hama. Akan tetapi jika serangga dan hewan
tersebut sudah menimbulkan kerusakan terhadap jenis tanaman hutan
yang secara ekonomis berati maka serangga atau hewan penyebab
kerusakan terhadap jenis tanaman hutan dapat sebagai hama.
Hutan alam yang hidup sebagai jenis tumbuhan dan satwa
sangat jarang sekali terjadi kerusakan tanaman hutan akibat adanya
serangga atau hewan. Keadaan ini dikarenakan adanya hubungan
antara makhluk hidup dan lingkungannya di hutan alam sangat
kompleks sehingga memperkuat kestabilan ekosistem. Berbeda dengan
hubungan antara makhluk hidup dan lingkungannya di areal hutan
tanaman industri yang cenderung monokultur atau memiliki
keanekaragaman hayati rendah telah membuat kondisi ekosistem yang
stabil.
4. Disebabkan Oleh Daya-daya Alam
29
Gangguan kawasan hutan yang disebabkan oleh daya-daya alam
secara prinsip tidak bisa dihindari karena diluar kekuatan manusia. Daya-daya
alam yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kawasan htan,
misalnya adanya halilintra (typo) dan petir, gesekan oleh bahan-bahan atau
marerial yang dapat menyebabkan timbulnya api, potensi batubara (harusnya
menggunakan spasi) yang tinggi yang dapat menghasilkan panas bumi, dll.
Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka perlindungan hutan dari daya-daya
alam terdiri dari.
a. Letusan gunung, kegiatan yang dapat dilakukan yaitu pemantauan
proses alam dan normalisasi saluran lahan.
b. Tanah longsor, kegiatan yang dapat dilakukan yaitu pembuatan sering
dan penanaman jenis tanaman perakaran dalam.
c. Banjir, kegiatan yang dapat dilakukan yaitu (reboisasi dan
penghijauan).
d. Badai, kegiatan yang dapat dilakukan yaitu menanam pohon pemecah
angin.
e. Kekeringan, kegiatan yang dapat dilakuka yaitu melindungi sumber
air, cekdam dan waduk.
f. Gempa, kegiatan yang dapat dilakukan yaitu membuat peta rawan
gempa.
1. Kebakaran hutan
Kebakaran hutan merupakan penyebab kerusakan hutan yang setiap
tahun terjadi di indonesia, bila musim kemarau berkepanjangan pada suatu
daerah. Indonesia dituding sebagai Negara pengekspor asap kebakaran hutan
ke Negara-negara tetngga. Selain dapat memusnahkan tubuh-tumbuhan hutan
30
menghasilkan asap yang berdampak negative terhadap kesehatan manusia dan
keselamatan penerbangaan.
2. Letusan gunung berapi
Bencana alam gunung meletus merupakan suatu daya lam (typo) yang
dapat merusak hutan dan habitat satua (typo) liar bahkan memusnahkan
kehidupan yang ada diwilayah tersebut. Gunung meletus adalah gejala
fulkanis yaitu peristiwa yang berhubungan dengan naiknya amgma dari dalam
perut bumi. Magma adalah campuran batu-batuan dalam keadaan cair, liat
serta dangat panas yang berada dalam perut bumi. Aktifitas magma
disebabkan oleh tingginya suhu magma dan banyaknya gas yang terkandung
di dalamnya sehingga dapat terjadi retakan –retakan dan pergeseran lempeng
kulit bumi.
3. Naiknya air permukaan laut dan tsunami
Permukaan air laut yang naik termasuk didalamnya bencana tsunami
dapat mengakibatkan kerusakan hutan. Hutan-hutan di bagian pesisir menjadi
rusak karena aktivitas alam ini. Walaupun hutan-hutan dipesisir dianggap
suatu cara untuk mengurangi dampak kerusakan dari tsunami tetapi hutan
tersebut juga ikut terkena dampaknya.
4. Dampak kebakaran hutan
Adapun darmpak (typo) dari kebakaran htan (typo) antara lain:
a. Kebakaran hutan membawa dampak yang besar pada keanekaragamn
(typo) hayati. Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena
struktur tanahnya mengalami keruskan. Hilangnya tumbuh-tumbuhan
menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat
lagi enahan (typo) banjir. Karena itu setelah hutan terbakar, sering
muncul bencana banjir pada musim hujan di berbagai daerah yang
hutannya terbakar. Kerugian akibat banjir tersebut juga sulit
diperhitungkan.
31
b. Hutan alam mungkin memerlukan ratusan tahun untuk berkembang
menjadi system yang rumit yang mengandung banyak spesies yang
saling tergantung satu sama lain. Pada tegakan dengan pohon-pohon
yang di tanam murni, lapisan permukaan tanah dantumbuhan
bahwanyadiupayakan relative (typo) bersih. Pohon-pohon mudah akan
mendukung sebagian kecil spesies asli yang telah ada sebelumnya.
Pohon-pohon hutan hujan tropis perlu waktu bertahun-tahun untuk
dapat dopanen (typo) dan tidak dapat digantikan dengan cepat.
Demikian juga komunitasnya yang kompleks juga tidak mudah
digantikan bila rusak.
c. Luas hutan hujan tropika didunia hanya meliputi 7 % dari luas
permukaan bumi, tetapi mengandung lebih dari 50% total jenis yang
ada diseluruh dunia. Kenyataan ini menunjukkan bahwaa hutan hujan
tropika merupakan salah satu pusat keanekaragamn (typo) hayati
terpenting di dunia. Laju kerusakan hutan hujan tropika yang relative
cepat telah menyebabkan tipe hutan ini menjadi pusat perhatian
duniainternasioanl (typo). Meskipun luas indoensia hanya 1,3 % luas
bumi, tetapi memiliki keanekaragamn hayati yang tinggi, meliputi : 10
% dari total jenis tumbuhan berbunga, 12 % dari total jenis mamalia,
16 % jenis reptilian, 17 % dari total jenis burung dan 25 % dari total
jenis ikan yang ada diseluruh dunia. Hal ini menyebabkan Indonesia
menjadi pusat perhatian dunia internasioanl dalam hal keanekeragamn
hayatinya.
d. Berdasarkan hasil penafsiran citra satelit landasat 7 ETM + tahun
2002/2003, total daratan yang ditafsir adalah sebeasr 187,91 juta ha
kondisi penutupan lahan, baik dalam maupun di luar kawasan, adalah:
hutan 93,92 juta ha (50%), non hutan 83,26 juta ha (44%), dan tidak
ada data 10,73 juta ha (6%). Khusu di dalam kawasan hutan yaitu
seluas 133,57 juta ha, kondisi penutupan lahannya adalah sebagai
32
berikut : hutan 85,96 juta ha (64%), non hutan 39,09 juta ha (29%),
dan tidak ada data 8,53 juta ha (7%). (BAPLAN,2005).
e. Kebakaran hutan Indonesia pada tahun 1997/98 saja telah
menghanguskan seluas 11,7 juta ha. Kebakaran terluas terjadi di
Kalimantan dengan total lahan terbakar 8,13 jt hektar, disusul
Sumatra, papua barat, silawesi dan jawa masing-masing 2,07 juta
hektar, 1 juta hektar, 400 rbu hektar dan 100 ribu hektar (tacconi .
2013)
f. Setiap spesies mempunyai kecepatan tumbuh yang berbeda0beda,
(typo) ada yang tergolong fast growing spesies terutama untuk jenis-
jenis pioneer, tetapi ada yang termasuk dalam slow growing spesies.
Untuk keberlanjutan pemanennanjangka (harusnya menggunakan
spasi) panjang jenis pohon yang lambat pertumbuhannya seperti
shorea ovalis, S. seminis,S. leavis dll, maka diperlukan kegiatan
konservasi keanekaragamn (typo) hayati. Hal ini perlu dilakukan agar
tidak terjadi kepunahan dalam jenis tertentu akibat kebakaran ataupun
pembakaran hutan.
g. Jenis-jenis pohon dari suku Dipterocarpacae merupakan bagian akhir
dari suksesi hutan, karena hanya tumbuh di hutan-hutan yang suah ada
memiliki knopi yang rapat. Jenis-jenis tersebar luas sekali, tumbuh di
hutan-hutan dari dataran rendah sampai kaki pegunungan di seluruh
Asia Tenggara dan sub-Benua india. Suku Dipterocarpacae merupakn
bagiandari kayu yang paling berharga di dunia.
h. Selema beberapa decade, hutan-hutan dipreocarpacae di Indonesia
sering mengalami kebakaran baik yang sengaja maupun yang tidak
sengaja yang berdampak langsung dengan hilangnya sejumlah spesies
flora dan fauna tertentu.
i. Kehilangan keanekaragaman hayati secar umum juga berarti bahwa
spesies yang memiliki potensi ekonomi dan sosial mungkin hilang
33
sebelum mereka di temukan. Sumber daya obat-obatan dan bahan
kimia yang bermanfaat yang dikandung oleh spesies liar mungkin
hilang untuk selamanya.
Kerusakan hutan dipicu oleh kebutuhan manusia yang semakin banyak dan
berkembang, sehingga terjadi hal-hal yang dapat merusak hutan Indonesia antara lain:
34
Salah satu sebab utama perusakan hutan adalah penebangan hutan. Banyak tipe kayu
yang digunakan untuk perabotan, lantai, dan konstruksi diambil dari hutan tropis di
Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Dengan membeli produk kayu tertentu, orang-
orang di daerah seperti Amerika Serikat secara langsung membantu perusakan hutan
hujan. Kerusakan hutan yang paling besar dan sangat merugikan adalah kebakaran
hutan. Diperlukan waktu yang lama untuk mengembalikannya menjadi hutan
kembali.
2. Kebakaran hutan
1. Hal-hal yang sering menjadi penyebab kebakaran hutan antara lain sebagai
berikut:
2. Musim kemarau yang sangat panjang.
3. Meninggalkan bekas api unggun yang membara di hutan.
4. Pembuatan arang di hutan.
5. Membuang puntung rokok sembarangan di hutan.
o Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang
panjang.
o Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara
sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan.
o Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan
gunung berapi.
o Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau
membuka lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.
o Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang
dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.
Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran liar antara lain:
35
2. Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak
asap atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies
endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.
3. Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan
kekeringan di saat musim kemarau.
4. Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur
pengangkutan lewat sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah
terpencil.
5. Musnahnya bahan baku industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih jauh lagi hal
ini dapat mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena
kurangnya bahan baku dan puluhan ribu pekerja menjadi penganggur/kehilangan
pekerjaan.
6. Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
dan kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia
lanjut dan anakanak. Polusi asap ini juga bisa menambah parah penyakit para
penderita TBC/asma.
3. Penambangan liar
Aktivitas seperti penambangan di hutan dapat menyebabkan kerusakan permanen.
Aktivitas penambangan dapat menimbulkan dampak yang besar, tidak hanya pada
kawasan penambangan tapi juga wilayah disekitarnya, termasuk wilayah hilir dan
pesisir dimana limbah penambangan dialirkan. Tidak hanya itu, sisa-sisa hasil
penambangan dapat merusak ekosistem di dalam hutan dan merusak keseimbangan
alam.
4. Perburuan liar
Perburuan, meskipun hanya mengancam sebagian kecil dari spesies yang ada, sangat
berpengaruh kepada keberadaan spesiesspesies yang langka dan mempunyai nilai
ekonomi tinggi. Gajah, kijang kuning (Muntiacus muntjak) dan rusa (Cervus
unicolor) merupakan contoh satwa yang sering diburu orang.
36
Upaya yang Dilakukan Pemerintah
1. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata
Guna Tanah.
2. Menerbitkan UU No. 23 Tahun 1997, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL
(Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
4. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan,
dengan tujuan pokoknya:
a. Menanggulangi kasus pencemaran.
b. Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
c. Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL).
37
seluruh stakeholders dalam menjaga eksistensi hutan di negara ini. Jeda penebangan
hutan atau Moratorium Logging adalah suatu metode pembekuan atau penghentian
sementara seluruh aktifitas penebangan kayu skala besar (skala industri) untuk
sementara waktu tertentu sampai sebuah kondisi yang diinginkan tercapai. Lama atau
masa diberlakukannya moratorium biasanya ditentukan oleh berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai kondisi tersebut (Hardiman dalam Hutan Hancur,
Moratorium Manjur).
Sebagai langkah awal dalam pencegahan kerusakan hutan nasional, metode
ini dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak. Bentuknya dapat berupa reformasi hutan
yang dilaksanakan oleh semua pihak sebgai bentuk partisipasi pemerintah, privat, dan
masyarakat dalam melindungi hutan dari kerusakan. Moratorium Logging dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak, berikut adalah gambaran manfaat yang dapat
diterima oleh stakeholders bila jeda penebangan hutan dilaksanakan saat ini:
• Pemerintah mendapatkan manfaat berupa jangka waktu dalam melakukan
restrukturisasi dan renasionalisasi industri olahan kayu nasional, mengkoreksi over
kapasitas yang dihasilkan oleh indsutri kayu, serta mengatur hak-hak pemberdayaan
sumber daya hutan, dan melakukan pengawasan illegal logging bersama sector
private dan masyarakat.
• Private/investor mendapatkan keuntungan dengan meningkatnya harga kayu di
pasaran, sumber daya (kayu) kembali terjamin keberadaannya, serta meningkatkan
efisiensi pemakaian bahan kayu dan membangun hutan-hutan tanamannya sendiri.
38
Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dilakukan
antara lain (Soemarsono, 1997)
39
4. Meminta bantuan luar negeri untuk memadamkan kebakaran antara lain:
pasukan BOMBA dari Malaysia untuk kebakaran di riau, jambi, sumsel dan
kalbar, bantuan pesawat AT 130 dari Auastralia dan herkules dari USA untuk
kebakaran di lampung : bantuan masker, obat-obatan dan sebagainya dari
Negara-negara asean, korea selatan, bna dan lain-lain.
Upaya pencegahan dan penangggulangan yang telah dilkukan selama ini ternyata
belum memberikan hasil yang optimal dan kebakaran hutan masih terus terjadi pada
setiap musim kemarau. Konsis ini di sebabkan oleh berbagai faktor antara lian :
40
a. Melakukan pembinaan dan peyuluhan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan, sekaligus berupaya untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya kebakaran hutan dan
semak belukar.
b. Memberikan penghagrgaan terhadap hokum adat sama seperti hokum Negara,
atua merevisi hokum negaradengan mengadopsi hokum adat.
c. Peningkatan kemampuan sumber daya aparat perintah melalui pelatihan
maupun pendidikan formal. Pembukaan program studi penangggulangan
kebakaran hutan merupakan alternative yang bisa ditawarkan.
d. Melengkapi fasilitas untuk menanggulangi kebakaran hutan, baik perangkat
lunak maupun perangkat kerasnya.
e. Penerapan khususny yang memicu atau penyebab langsung terjadinya
kebakaran.
41
4. Bekerjasama dengan pihak luar seperti Negara lainnya dalam hal
menanggulangi kebakaran hutan. Negara yang potensialnya adalah Negara
yang berbatasan dengan kita misalnya dengan Malaysia bersama pasukan
BOMBA-nya atau juga dengan Australia bahkan Amerika Serikat.
Selai itu dapat dilakukan pidana bagi pelaku. Untuk mengantisipasi meraknya
pembakaran lahan, kepala kepolisisan daerah Kalimantan barat mengeluarkan
maklimat atau pengumuman mengenai sanksi pidana terhadap pembakaran hutan,
lahan atau ilalalng/semak belukar menyusul semakin tebalnya kabut asap
menyelimuti wilayah kota Pontianak dan sekitarnya “Maklumat bernomor :
MAK/01/II/2014 itu menjelaskan mengenai sanksi hokum bagi pelaku pembakaran
hutan dan lahan.
Hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh
pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Pengertian alami
disini bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hutan besar atau rimba melainkan
tidak terlalu diatur seperti taman. Lokasi hutan kota umumnya di daerah pingiran.
Ini dimungkinkan karena kebutuhan lokasi pemukiman atau perkantoran daerah
tersebut tidak terlalu besar. Hutan kta dibuat sebagai daerah penyangga kebutuhan
air, lingkungan alami, serta pelindung flora dan fauna di perkotaan (Nazaruddin,
1996).
42
Peraturan pemerintah RI Nomor 63 Tahun 2002 menyebutkan bahwa
hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertunbuhan pepohonan yang
kompak dan dapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah Negara maupun
tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Luas
hutan kota dalam satu hamparan kompak paling sedikit 0,25 hektar. Presentase
luas hutan kota paling sedikit 10 % (sepuluh perseratus) dari wilayah perkotaan
dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat. Pertimbangan yaitu luas wilayah,
jumlah penduduk, tingkat pencemaran, dan konsis fisik kota.
Fungsi dan manfaat hutan (hutan kota) antara lain untuk memberikan
hasil, pencagaran flora dan fauna, pengendalian air tanah dan erosi, ameliorasi
iklim. Jika hutan tersebut berada di dalam kota maka fungsi dan manfaat hutan
antara lain menciptakan iklim mikro, engineering, arsitektural, estetika,
modifikasi suhu, peresapan air hujan, perlindungan angin dan udara, pengendalian
polusi udara, pengelolaan limbah dan memperkecil pantulan sinar matahari,
pengendalian erosi tanah, mengurangi aliran permukaan, mengikat tanah.
Konstruksi vegetasi dapat mengatur keseimbangan air dengan cara intersepsi,
infiltrasi, evaporasi dan transpirasi.
43
1. Pariwisata alam, rekreasi kota, dan atau olah raga
2. Penelitian dan pengembangan
3. Pendidikan
4. Pelestarian plasma nutfah
5. Budidaya hasil hutan bukan kayu
Tipe dan Bentuk Hutan Kota Menurut PP RI No 63/2002 , tipe hutan kota terdiri
dari :
Menurut PP RI No 63/2002 , bentuk hutan kota terdiri dari Bentuk hutan kota
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas :
1. Jalur;
2. Mengelompok
3. Menyebar
44
dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh baik dan tanaman tersebut dapat
menanggulangi masalah lingkungan yang muncul di tempat itu
dengan baik.Untuk mendapat hasil pertumbuhan tanaman serta manfaat hutan kota
yang maksimal, beberapa informasi yang perlu diperhatikan dan dikumpulkan antara
lain:
45
untuk pengelolaan lingkungan pemukiman, maka yang harus dibangun adalah hutan
kota dengan tipe pemukiman. Hutan kota tipe ini lebih dititik-beratkan kepada
keindahan, penyejukan, penyediaan habitat satwa khususnya burung, dan tempat
bermain dan bersantai.
46
transportasi, peningkatan sistem informasi baik cetak maupun elektronika, semakin
sibuk dan semakin besar kemungkinan untuk mendapat stress. Rekreasi pada kawasan
hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali kondisi badan yang sudah penat
dan jenuh dengan kegiatan rutin, supaya siap menghadapi tugas yang baru. Untuk
mendapatkan kesegaran diperlukan suatu masa istirahat yang terbebas dari proses
berpikir yang rutin sambil menikmati sajian alam yang indah, segar dan penuh
ketenangan.
a) Penghijauan kota sebagai konservasi plasma nutfah khususnya vegetasi in-situ dan
ex-situ;
b) Penghijauan kota sebagai habitat satwa yang dilindungi atau yang dikembangkan.
47
yang perlu ditanam adalah yang sesuai dengan keperluan hidup satwa yang akan
dilindungi atau ingin dikembangkan, misalnya untuk keperluan bersarang, bermain,
mencari makan ataupun untuk bertelur.
a) Mencegah/mengurangi bahaya erosi dan longsor pada lahan dengan kemiringan
cukup tinggi dan sesuai karakter tanah;
c) Resapan air untuk mengatasi masalah menipisnya volume air tanah atau masalah
intrusi air laut.
Selain dari tipe yang telah disebutkan di atas, areal kota dengan mintakat ke
lima yaitu daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi yang ditandai dengan tebing-
tebing yang curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan membangun
hutan kota agar terhindar dari bahaya erosi dan longsoran.
Hutan kota yang berada di daerah pesisir dapat berguna untuk mengamankan
daerah pantai dari gempuran ombak laut yang dapat menghancurkan pantai. Untuk
beberapa kota masalah abrasi pantai ini merupakan masalah yang sangat penting.
48
Kota yang memiliki kerawanan air tawar akibat menipisnya jumlah air tanah dangkal
dan atau terancam masalah intrusi air laut, maka hutan lindung sebagai penyerap,
penyimpan dan pemasok air harus dibangun di daerah resapan airnya. Dengan
demikian ancaman bahaya intrusi air laut dapat dikurangi.
Hutan memiliki banyak manfaat untuk kita semua. Hutan merupakan paru-
paru dunia (planet bumi) sehingga perlu kita jaga karena jika tidak maka hanya akan
membawa dampak yang buruk bagi kita di masa kini dan masa yang akan datang.
1. Manfaat/Fungsi Ekonomi
Hasil hutan dapat dijual langsung atau diolah menjadi berbagai barang yang
mahal.
Membuka lapangan pekerjaan bagi pembalak hutan legal.
Menyumbang devisa negara dari hasil penjualan produk hasil hutan ke luar
negeri.
49
2. Manfaat/Fungsi Klimatologis
3. Manfaat/Fungsi Hidrologis
4. Manfaat/Fungsi Ekologis
1. Manfaat estetis
Manfaat estetis atau keindahan dapat diperoleh dari tanaman-tanaman
yang sengaja ditata sehingga tanpak menonjol keindahannya. Misalnya warna
hijau dan aneka bentuk dedaunan serta bentuk susunan tajuk berpadu menjadi
suatu pandnagan yang menyejukkan.
2. Manfaat orologis
Manfaat orologis ini penting untuk mengurangi tingkat kerusakan
tanah terutama longsor dan menyangga kestabilan tanah. Misalnya pepohonan
yang tumbuh diatas tanah akan mengurangi erosi.
3. Manfaat hidrologis
Struktur akar tanaman mampu menyerap kelebihan air apabila hujan
turun sehingga tidak mengalir dengan sia-sia melainkan dapat terserap oleh
50
tanah. Hal ini sangat mendukung daur alami air tanah sehingga dapat
menguntungkan kehidupan manusia.
4. Manfaat klimatologis
Faktor-faktor iklim seperti kelembaban, curah hujan, ketinggian
tempat dan sinar matahari akan membentuk suhu harian maupun bulanan yang
sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia.
5. Manfaat edaphis
Manfat edaphis berhubungan erat dengan lingkungan hidup satwa
diperkotaan yang semakin terdesak lingkungannya dan semakin berkurang
tempat huniannya.
6. Manfaat ekologis
Keserasian lingkungan bukan hanya baik untuk satwa, tanaman atau
manusia saja. Kehidupan makhluk hidup di alam ini saling ketergantungan.
Apabila salah satunya musnah maka makhluk hidup lainnya akan terganggu
hidupnya.
7. Manfaat protektif
Pohon dapat menjadi pelindung dari teriknya sinar matahari di siang
hari. Manfaat ini sangat penting bagi kehidupan manusia sehari-hari.
8. Manfaat haygienis
Dengan adanya tanaman bahaya polusi ini mampu dikurangi karena
dedaunan tanaman mampu menyaring debu dan menghisap kotoran di udara,
bahkan tanaman mampu menghasilkan gas oksigen yang sangat dibutuhkan
manusia.
9. Manfaat edukatif
Semakin langkahnya pepohonan yang hiudp di perkotaan membuat
sebagian warganya tidak menganl lagi, sehingga penanaman kembali
pepohonan di perkotaan dapat bermanfaat sebagai laboratorium alam. Dahlan
(1992) menyebutkan ada beberapa peranan hutan kota dalam kehidupan
perkotaan, yaitu diantaranya:
51
1. Identitas kota
2. Pelestarian plasma nutfah
3. Penahan dan penyaring partikel padat pada udara
4. Penyerap dan penjerap partikel timbal
5. Penyerap dan penjerap debu semen
6. Peredam kebisingan
7. Mengurangi bahaya hujan asam
8. Penyerap karbon-monoksida mikroorganisme serta tanah pada lantai
hutanmempunyai (harusnya menggunakan spasi) peranan yang baik dalam
menyerap gas ini.
9. Penyerapan karbon-dioksida dan penghasil oksigen
10. Penahan angina dalam mendesain hutan kota untuk menahan angina faktor
yang harus di perhatikan adalah :
a. Jenis tanmana yang ditanam adalah tanaman yang memiliki dahan
yang kuat
b. Daunnya tidak mudah gugur oleh terapan angina dengan kecepatan
sedang. Akarnya menghujam masuk kedalamtanaha, jenis ini lebih
tahan terhadap hembusan angina yang besar daripada tanamana yang
akarnya bertebarannya di permukaan tanah.
c. Memiliki kerepatan yang cukup (50-60) %.
d. Tinggi dan lebar jalur kota cukup besar, sehingga dapat melindungi
wilayah yang diinginkan dengan baik.
11. Penyerapan dan penepis bau tanaman dapat digunakan untuk mengurangi bau.
12. Mengatasi penggunaan daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami
dengan jenis tanaman dengan jenis tanaman mempunyai kemampuan
evapotranspirasi yang tinggi
13. Mengatasi intrusi air laut
14. Produksi terbatas
15. Ameliorasi iklim
52
16. Pengelola sampah
17. Pelestarian air tanah
18. Penepisan cahaya silau
19. Meningkatkan keindahan
20. Sebagai habitat burung
21. Mengurangi stress
22. Meningkatkan industry pariwisata
23. Sebagai hobi pengisi waktu luang
Direktorat jendral RLPS (2002) menyebutkan hutan kota terdiri tiga bentuk
jalur, yaitu :
Hutan kota yang dibangun memanjang antara lain berupa penduh jalan, hijau
ditepi rel kereta api, sepadan sungai, sepadan pantai dengan memperhatikan
zona pengaman fasilitas instalasi yang sudah ada seperti ruang bebas SUTT
(saluran udara tegangan tinggi) dan SUTET (saluran udara tegangan tingggi).
53
Hutan kota yang dibangun dalam kelompok-kelompok yang dapat berbentuk
jalur dan atau kelompok yang terpisah dan merupakan satu kesatuan
pengelolaan dengan luas tapi kelompoknya minimal 0,25 ha.
54
2. Lapisan pepohonan yang kedua (stratum B) terletak di bawah pohon
yang mencuat. Lapisan ini sering disebut sebagai lapisan tingkat atas
yang terdiri dari pepohonan dengan ketinggian 18-27 m. Pepohonan
ini tumbuh berdekatan dan cenderung membentuk sodor yang
bersinambung. Tajuk sering membulat atau memanjang dan tidak
selebar pohon yang mencuat (stratum A).
3. Lapisan pepohonan yang ketiga (stratum C), disebut lapisan tingkat
bawah. Terdiri dari pepohonan yang tumbuh sekitar 8-14 m,
cenderung rapat dan tegak.
4. Lapisan belukar (stratum D), terdiri dari spesies berkayu dengan
ketinggian sekitar 10 m. Ada dua bentuk belukar, yaitu yang
mempunyai percabangan dekat ke tanah, tidak mempunyai sumbu
utama dan yang menyerupai pohon kecil, mempunyai sumbu yang
jelas berupa pohon muda dari spesies pohon yang lebih besar.
5. Lapisan terna (stratum E), terdiri dari tumbuhan kecil, merupakan
kecambah (anakan) dari berbagai vegetasi. Biasanya terna tidak
banyak dan tergantung kepada banyaknya sinar matahari yang tembus.
Pelapisan vertikal komunitas hutan mempengaruhi penyebaran
populasi hewan yang hidup dalam hutan. Beberapa jenis burung dalam
kehidupan dan pencarian makanannya terdapat pada pepohonan yang
mencuat tinggi sedangkan pada lapisan yang lebih rendah terdapat
herbivor mamalia seperti bajing dan lemur. Sedangkan pada lapisan
bawah (dasar) terdapat hewan dasar hutan seperti rusa.
Anderson ( 1975 ) dalam Grey dan Deneke ( 1978 ) mengemukakan bahwa
kawasan hutan kota minimum 0,4 ha, jika berbentuk jalur minimum 30 m lebarnya.
Hutan kota meliputi,taman,tepi jalan,jalan tol,jalan kereta api,bangunan,lahan
terbuka,kawasan pdang rumput,kaawasan luar kota,kawasan pemukiman,kawasan
perdagangan, dan kawasan industry.
55
Direktorat jenderal RLPS ( 2002 ) menyebutkan hutan kota terdiri tiga bentuk :
Hutan kota yang dibangun memanjang antara lain berupa peneduh jalan,jalur
hijau ditepi rel kereta api,sepadan sungai,sepadan pantai dengan
memperhatikan zona penganam fasilitas instalasi yang sudah ada seperti ruang
bebas SUTT ( Saluran Udara Tegangan Tinggi ) dan SUTET ( Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi ).
56
Pembangunan hutan kota dan pengembangannya ditentukan berdasarkan pada
objek yang dilindungi, hasil yang dicapai dan letak dari hutan kota tersebut.
Berdasarkan letaknya, hutan kota dapat dibagi menjadi lima yaitu :
1. Hutan Kota Permukiman
Hutan kota di sini bertujuan untuk membantu menciptakan lingkungan yang
sejuk, segar dan nyaman serta menambah keindahan. Hutan Kota permukiman juga
dapat digunakan untuk menangkal pengaruh polusi kota terutama polusi udara yang
diakibatkan oleh adanya kendaraan bermotor
2. Hutan Kota Industri
Berperan sebagai penangkal polutan yang berasal dari kegiatan-kegiatan
industri berupa polutan padat, cair, maupun gas.
3. Hutan Kota Wisata/Rekreasi
Berperan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan rekreasi masyarakat
kota. Hutan Kota sebaiknya dilengkapi juga dengan sarana bermain untuk anak-anak
atau remaja, tempat peristirahatan serta sarana olah raga seperti untuk joging,
kamping, panjat dinding dan lain sebagainya.
4. Hutan Kota Konservasi
Hutan kota ini untuk mencegah kerusakan, memberi perlindungan serta
pelestarian terhadap objek tertentu, baik flora maupun faunanya serta ekosistem kota
yang unik dan khas
5. Hutan Kota Pusat Kegiatan
Hutan kota ini untuk meningkatkan kenyamanan, keindahan, dan produksi
oksigen di pusat-pusat kegiatan kota seperti pasar, terminal, perkantoran, pertokoan
dan lain sebagainya.
57
2. Taman Kota
Taman Kota adalah tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik
yang alami maupun buatan untuk menciptakan keindahan kota
3. Kebun dan Halaman
Jenis pohon yang ditanam di kebun dan halaman terdiri atas jenis pohon yang
dapat menghasilkan buah
4. Kebun Raya, Hutan Raya, dan Kebun Binatang
Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah
satu bentuk Hutan Kota
5. Hutan Lindung
Daerah di dalam maupun di tepi kota dengan lereng yang curam harus
dijadikan kawasan Hutan Kota untuk mencegah longsor. Demikian pula dengan
daerah pantai yang rawan akan abrasi laut.
Hutan kota penting untuk keseimbangan ekologi manusia dalam berbagai hal
seperti, kebersihan udara, ketersediaan air tanah, pelindung terik matahari, kehidupan
satwa dalam kota dan juga sebagai tempat rekreasi. Hutan kota bisa mengurangi
dampak cuaca yang tidak bersahabat seperti mengurangi kecepatan angin,
mengurangi banjir, memberi keteduhan. Juga memberikan efek pengurangan
pemanasan global.
Hutan kota yang dibangun pada areal permukiman bertujuan utama untuk
pengelolaan lingkungan pemukiman, maka yang harus dibangun adalah hutan kota
dengan tipe pemukiman. Hutan kota tipe ini lebih dititikberatkan kepada keindahan,
penyejukan, penyediaan habitat satwa khususnya burung, dan tempat bermain dan
bersantai. Bentuk Hutan Kota sendiri meliputi Jalur Hijau, Taman Kota, Kebun dan
Halaman, Kebun Raya, Hutan Raya, dan Kebun Binatang, Hutan Lindung.
Keuntungan dari hutan kota dengan pohon dan semak-semaknya sangat
banyak, termasuk keindahan, pengurangan efek pulau bahang (urban heat island),
pengurangan limpasan air hujan, pengurangan polusi udara, pengurangan biaya energi
untuk pendinginan udara ruang dalam bangunan jika ada bangunan di dekatnya,
58
meningkatkan nilai lahan dan bangunan di sekitarnya, meningkatkan habitat
kehidupan satwa, juga mitigasi dampak lingkungan perkotaan secara keseluruhan.
Dalam pembangunan Hutan Kota itu tersendiri harus meliputi Perencanaan.
Dalam studi perencanaan aspek yang harus diteliti meliputi: lokasi, fungsi dan
pemanfaatan, aspek teknik silvikultur, arsitektur lansekap, sarana dan prasarana,
teknik pengelolaan lingkungan. Bahan informasi yang dibutuhkan dalam studi
meliputi:
1. Data fisik ( letak,wilayah,tanah, iklim dan lain-lain)
2. Sosial ekonomi (aktivitas di wilayah bersangkutan dan kondisinya)
3. Keadaan lingkungan (lokasi dan sekitarnya)
4. Rencana pembangunan wilayah
5. Bahan-bahan penunjang lainnya
Hasil studi berupa Perencanaan Pembangunan Hutan Kota yang terdiri dari
tiga bagian yakni:
1. Rencana jangka panjang yang memuat gambaran tentang hutan kota yang
dibangun serta
2. target dan tahapan pelaksanaannya.
3. Rencana detail yang memuat desain fisik atau rancang bangun untuk masing-
masing
4. komponen fisik hutan kota yang hendak dibangun serta tata letaknya.
5. Rencana tahun pertama kegiatan, meliputi rencana fisik dan biayanya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membangun Hutan Kota
diantaranya:
1. Strategi : banyak masalah lingkungan kota dan perkotaan yang dapat diatasi
dengan membangun hutan kota
2. Antisipatif: hutan kota harus dipersiapkan untuk mengatasi masalah lingkungan
yang diperkirakan akan muncul di masa yang akan datang. Hal ini perlu
diperhatikan mengingat hutan kota baru akan berfungsi dengan baik setelah
tanaman berumur 15 – 25 tahun
59
3. Futuristik: hutan kota akan dapat berfungsi dengan baik setelah tanaman berukur
15 – 25 tahun; selain itu disain dan tata letak tanaman dan jarak tanamnya harus
memperhatikan lingkungan setempat. Jangan terlalu dekat dengan bangunan, agar
tanaman setelah dewasa tidak mengganggu bangunan, jalan dan saluran air
4. Fungsional: hutan kota harus diarahkan untuk mengatasi masalah lingkungan baik
yang sudah ada pada saat ini atau yang diperkirakan akan munsul di masa yang
akan datang.
5. Efektif: hutan kota dapat berperan dalam mengatasi masalah lingkungan karena
jumlah luasan (batang) cukup.
6. Efisien: luasan hutan kota (jumlah batang) yang ada dapat mengatasi masalah
lingkungan pada luasan yang minimal. Hal ini perlu diperhatikan mengingat lahan
kota sangat mahal dan lahan kota harus cukup tersedia untuk menyangga kota
sebagai pusat berbagai kegiatan.
7. Kecocokan: cocok dengan lingkungan setempat (tanah dan iklim) luasannya cukup
agar manafaat hutan kota dapat dirasakan secara nyata. Penata letakan tanaman
diatur sedemikian rupa, sehingga menghasilkan kesan yang indah (estetik)
8. Ketahanan: tahan terhadap cekaman lingkungan alam dan buatan
60
4. Adanya penggunaan lain yang tidak bertanggung jawab seperti: bermain sepak
bola, tempat tuna wisma, pohon sebagai cantolan kawat listrik dan telepon, pangkal
pohon sering dijadikan sebagai tempat untuk membakar sampah, sebagai tempat
ditancapkannya reklame dan spanduk.
5. Vandalisme dalam bentuk coretan dengan cat atau goresan dengan pisau.
1. Hutan kota tipe kawasan pemukiman, hutan kota yang dibangun oada areal
pemukiman, yangberfungsi sebagai penghasil oksigen, penyerap
karbondioksiada, peresap air,penahan angina, dan peredam kebisingan, berupa
komposisi jenis pepohonan yang tinggi denga prakaran yang kuat, rtidak
61
mdah patah, daunnya tidak mudah gugur atau juga pepohonan penghasil
bauh/biji yang berniali ekonomis.
2. Hutan kota tipe kawasan idnustri, hutan kota yang dibangun dikawasan
industry, yang berfungsi untuk mengurangi polusi udara dan kebisingan yang
timbul dari kegiatan industry. Karakteristik pepohonannya berupa pepohonan
berduan lebar dan rindang, bertajuk tebal/lebar serta tanaman yang
menghasilkan eroma harum.
3. Hutan kota tipe rekriasi, hutan kota yang berfungsi sebagai pemenuhan
kebutuhan rekriasi dan keindahan, dengan jenis pepohonan yang indah dan
unik. Karakteristik pepohonnanya berupa pepohonan yang indah dan cukup
rindang dan/atau penghasil bunga/buah yang digemari oleh satwa seperti
burung, kupu-kupu, bajing dan ebagainya.
4. Hutan kota tipe plasma nutfah, hutan kota yang berfungsi sebagai pelestarian
plasma nutfah, merupakan konservasi vegetasi secara in-situ dan/atau sebagai
habitat satwa yang dilindungi atau dikembangkan. Karakteristik
pepohonannya berupa pepohonan langka dan atauunggulan setempat.
5. Hutan kota tipe pelindung, hutan kota yang berfungsi untuk
mencegah/mengurangi bahaya erosi dan longsor pada daerah dengan
kemiringan lahan cukup tinggi dan rawan longsor/erosi ( sesuai karakter
tanah) : melindungi daerah resapan air untuk megatasi masalah instrusi air
laut, melindungi daerah pantai dari abrasi. Karakteristik pepohonnannya
berupa pepohonan yang memiliki daya evapotrasnpirasi yang rendah dan/atau
pepohonan yang dapat berfungsi mengurangi bahaya abrasi pantai seperti
mangrove dan pepohonan yang berakar kuat.
6. Hutan kota tipe pengaman, hutan kota yang berfungsi untuk meningkatkan
pengamanan pengguna jalan pada jlur kendaraan dengan membuat jalur hijau
dengan kombinasi pepohonan dan perdu. Karakteristik pepohonannya berakar
kuat, dengan ranting yang tidak mudah patah, yang dilapisi dengan perdu
yang liat, dilengkapi dari legume secara berlapis-lapis.
62
1. Hutan tipe kawasan pemukiman,hutan kota yang dibangun pada areal
pemukiman,yang berfungsi sebagai penghaasil oksigen,penyerap
karbon dioksida, peresap air, penahan angin ,dan peredam
kebisingan,berupa komposisi jenis peohonan yang tinggi dengan
tanaman perdu dan rerumputan.
2. Hutan kota tipe kawasan industry,hutan kota yang dibanguyn
dikawasan industry,yang berfungsi untuk mengurangi polusi udara dan
kebisingan yang timbul dari legiatan industry.
3. Hutan kota tipe rekreasi,hutan kota yang berfungsi sebagai pemenuhan
kebutuhan rekreasi dan keindahan,dengan jenis pepohonan yang indah
dan unik.
4. Hutan kota tipe plasma nutfah,hutan kota yang berfungsi sebagai
pelestari plasma nutfah,merupakan konservasi vegetasi secara in-situ
dan/atau sebagai habitat satwa yang dilidungi atau dikembangkan.
5. Hutan kota tipe perlindungan,hutan kota yang berfungsi untuk
mencegah/mengurangi bahaya erosi dan longsor pada daerah dengan
kemiringan lahan cukup tinggi dan rawan longsor/erosi melindungi
daerah resapan air untuk mengatasi masalah menipisnya volume air
tanah dan/atau masalah industry air laut melindungi pantai dari abrasi.
6. Hutan kota tipe pengamanan,hutan kota yang berfungsi untuk
meningkatkan pengamanan pengguna jalan paa jalur kendaraan
dengan membuat jalur hijau dengan kombinasi pepohonan yang
berakar kuat dengan ranting yang tidak mudah patah,yang dilapisi
dengan perdu yang liat,dilengkapi dengan jalur pisang-pisangan dan
atau tanaman merambat dari legume secara berlapis-lapis.
J. Permasalahan Hutan
63
Salah satu permasalahan hutan yang sering terjadi adalah illegal logging.
Selama spuluh tahun terakhir, laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai dua juta
hektar per tahun. Selain kebakaran hutan,penebangan liar ( illegal logging ) adalah
penyebab terbesar kerusakan hutan ( Soekotjo,2007 ). Illegal logging telah menjadi
penyebab utama kerusakan hutan yang sangat parah. Bahkan lebih dari itu,penebagan
haram ini telah melibatkan banyak pihak dan dilakukan secara terorganisir serta
sistematis. Kejahatan ini bukan hanya terjadi di kawasan produksi,melainkan juga
sudah merambah ke kawasan hutan lindung dan taman nasional. Ada tiga jenis
pembalakan illegal. Pertama yang dilakukan oleh orang atau kelompok orang,bbaik
yang tinggal di sekitar hutan atau bahkan jauh beerada dari hutan yang tidak
mempunyai hak legal untuk menebang pohon. Kedua, dailakukan oleh perusahaan
kehutanan yang melanggar ketentuan denagn izin yang dimilikinya. Ketiga, dilakukan
oleh orang-orang tertentu yang mengatas namakan rakyat.
64
Dampak Kerusakan Terhadap Ekologi Lingkungan
Penebangan hutan secara ilegal ini juga menimbulkan akibat yang sangat
merugikan bagi hutan itu sendiri maupun lingkungan di sekelilingnya. Secara umum,
dampak penebangan hutan menyebabkan: pertama, masalah pemanasan global;
kedua, masalah degradasi tanah; dan ketiga, mempercepat kepunahan
keanekaragaman hayati di dalamnya.
65
Masalah Kepunahan Keranekaragaman Hayati
Masalah ini cukup mendapat perhatian penting saat ini. Berdasar penelitian para
ahli, dikatakan bahwa jumlah spesies binatang atau spesies burung semakin
berkurang, khususnya di Kalimantan Barat. Akibat penebangan hutan yang dilakukan
terus menerus, banyak hewan yang menyingkir dan mencari habitat yang baru.
Misalnya, harimau Kalimantan semakin terjepit karena tempat tinggalnya semakin
sempit dan terus di babat. Bukan tidak mungkin bahwa tahun-tahun mendatang
spesies harimau akan punah. Para ahli memperkirakan bahwa pada tahun 2015
dengan penggundulan hutan tropis di Kalimantan akan menyebabkan punahnya 4-8%
spesies dan 17,35 % pada tahun 2040.
Indonesia memiliki 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan
Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang menyusui atau mamalia,
pemilik 16% spesies binatang reptil dan amphibi, 1.519 spesies burung dan 25% dari
spesies ikan dunia. Sebagian diantaranya adalah endemik atau hanya dapat ditemui di
daerah tersebut. Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang
sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya
sebesar 72%. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan
tahun dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran.
Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektare per tahun,
sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektare per tahun. Ini
menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan
tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000
terdapat 101,73 juta hektare hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta
hektare berada dalam kawasan hutan.
66
Pada abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-18, hutan alam di Jawa
diperkirakan masih sekitar 9 juta hektare. Pada akhir tahun 1980-an, tutupan hutan
alam di Jawa hanya tinggal 0,97 juta hektare atau 7 persen dari luas total Pulau Jawa.
Saat ini, penutupan lahan di pulau Jawa oleh pohon tinggal 4 %. Pulau Jawa sejak
tahun 1995 telah mengalami defisit air sebanyak 32,3 miliar meter kubik setiap
tahunnya. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan terganggu akibat
terjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada
semakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah
longsor di musim penghujan. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap
kondisi perekonomian masyarakat. Industri perkayuan di Indonesia memiliki
kapasitas produksi sangat tinggi dibanding ketersediaan kayu. Pengusaha kayu
melakukan penebangan tak terkendali dan merusak, pengusaha perkebunan membuka
perkebunan yang sangat luas, serta pengusaha pertambangan membuka kawasan-
kawasan hutan. Sementara itu rakyat digusur dan dipinggirkan dalam pengelolaan
hutan yang mengakibatkan rakyat tak lagi punya akses terhadap hutan mereka. Dan
hal ini juga diperparah dengan kondisi pemerintahan yang korup, dimana hutan
dianggap sebagai sumber uang dan dapat dikuras habis untuk kepentingan pribadi dan
kelompok. Penebangan hutan di Indonesia yang tak terkendali telah dimulai sejak
akhirtahun 1960-an, yang dikenal dengan banjir-kap, dimana orang melakukan kayu
secara manual. Penebangan hutan skala besar dimulai pada tahun 1970. Dan
dilanjutkan dengan dikeluarkannya izin-izin pengusahaan hutan tanaman industri di
tahun 1990, yang melakukan tebang habis (land clearing). Selain itu, areal hutan juga
dialihkan fungsinya menjadi kawasan perkebunan skala besar yang juga melakukan
pembabatan hutan secara menyeluruh, menjadi kawasan transmigrasi dan juga
menjadi kawasan pengembangan perkotaan.
67
izin yang tak terkendali oleh kelompok masyarakat yang dibiayai pemodal (cukong)
yang dilindungi oleh aparat pemerintah dan keamanan.
68
hutan produksi yang telah dieksploitasi secara berlebihan. Menurut klasifikasi
pemerintah, pada saat ini hampir 30 persen dari konsesi HPH yang telah disurvei,
masuk dalam kategori “sudah terdegradasi”. Areal konsesi HPH yang mengalami
degradasi memudahkan penurunan kualitasnya menjadi di bawah batas ambang
produktivitas, yang memungkinkan para pengusaha perkebunan untuk mengajukan
permohonan izin konversi hutan. Jika permohonan ini disetujui, maka hutan tersebut
akan ditebang habis dan diubah menjadi hutan tanaman industri atau perkebunan.
69
perkebunan, menebang habis hutan dan menggunakan kayu yang dihasilkan
utamanya untuk pembuatan pulp, kemudian pindah lagi, sementara lahan yang sudah
dibuka ditelantarkan.
llegal loggin
Konvensi Lahan
70
1990 menyatakan bahwa para peladang berpindah mungkin bertanggung jawab atas
sekitar 20 persen hilangnya hutan. Data ini dapat diterjemahkan sebagai pembukaan
lahan sekitar 4 juta ha antara tahun 1985 sampai 1997.
Program Transmigrasi
Kebakaran Hutan
71
Pada kondisi alami, lahan gambut tidak mudah terbakar karena sifatnya yang
menyerupai spons, yakni menyerap dan menahan air secara maksimal sehingga pada
musim hujan dan musim kemarau tidak ada perbedaan kondisi yang ekstrim. Namun,
apabila kondisi lahan gambut tersebut sudah mulai tergangggu akibatnya adanya
konversi lahan atau pembuatan kanal, maka keseimbangan ekologisnya akan
terganggu. Pada musim kemarau, lahan gambut akan sangat kering sampai kedalaman
tertentu dan mudah terbakar. Gambut mengandung bahan bakar (sisa tumbuhan)
sampai di bawah permukaan, sehingga api di lahan gambut menjalar di bawah
permukaan tanah secara lambat dan dan sulit dideteksi, dan menimbulkan asap tebal.
Api di lahan gambut sulit dipadamkan sehingga bisa berlangsung lama (berbulan-
bulan). Dan baru bisa mati total setelah adanya hujan yang intensif.
Berdasarkan data riset ICW yang diterima di Jakarta, kerugian dari aspek laju
deforestasi hutan pada periode 2005-2009 mencapai 5,4 juta hektare atau setara
Rp71,28triliun.
Jumlah tersebut, masih menurut ICW, terdiri atas kerugian nilai tegakan
(Rp64,8 triliun) dan provisi sumberdaya hutan (Rp6,48 triliun). Kerugian
tersebutmasih ditambah tidak diterimanya dana reboisasi.
ICW juga memaparkan bahwa lembaga swadaya masyarakat Human Rights Watch
pernah meluncurkan riset pada 2009 yang menyebutkan bahwa praktik korupsi dan
mafia sektor kehutanan setidak-tidaknya merugikan negara rata-rata Rp20 triliun per
tahun.
72
Angka tersebut dinilai tidak sebanding antara risiko kerusakan dan kerugian
yang diderita dengan pendapatan negara.
Hal itu dinilai menunjukkan adanya masalah serius dalam pengelolaan hutan
di Indonesia. Untuk itu, LSM tersebut mendesak agar segera direalisasikan reformasi
dan pembenahan di sektor kehutanan, dan mendesak Menteri Kehutanan untuk segera
memperbaiki 17 masalah sistemik yang telah dirilis KPK.
73
rawan bencana apabila pengelolaan bagian hulu tidak diperbaiki dengan segera, baik
melalui reboisasi/penghijauan dan upaya konservasi tanah.
Bencana Tanah longsor terjadi disebabkan tak ada lagi unsur yang menahan
lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Apalagi untuk
wilayah Cianjur Selatan merupakan daerah perbukitan dan bertebing. Daerah Cianjur
Selatan ini termasuk dalam kategori daerah Rawan Longsor. Jika Jika Penggundulan
Hutan dibiarkan terus berlangsung, Longsor dan banjir Akan datang silih berganti,
bukan mustahil akhirnya lingkungan berubah menjadi padang tandus, pada akhirnya
kekeringan tak dapat di elakan. Kekeringan akan terjadi sebab pasokan air hujan ke
dalam tanah (water saving) rendah dan cadangan air di musim kemarau berkurang ini
yang menyebabkan terjadi kekeringan berkepanjangan dan hilangnya mata air.
Meskipun hutan tropis hanya mencakup sekitar 7 persen dari lahan kering
bumi, mereka mungkin pelabuhan sekitar setengah dari semua spesies di Bumi.
Banyak spesies yang sangat khusus untuk microhabitats dalam hutan yang mereka
hanya dapat ditemukan di daerah kecil. spesialisasi mereka membuat mereka rentan
terhadap kepunahan. Selain spesies yang hilang ketika suatu daerah benar-benar
gundul, tanaman dan hewan dalam fragmen hutan yang tetap juga menjadi semakin
rentan, kadang-kadang bahkan berkomitmen, untuk kepunahan. Tepi-tepi potongan-
potongan kering dan diterpa angin panas; pohon hutan hujan dewasa sering mati
berdiri di pinggiran. Cascading perubahan jenis pohon, tumbuhan, dan serangga yang
dapat bertahan dalam fragmen cepat mengurangi keanekaragaman hayati di hutan
yang masih tersisa. Orang mungkin tidak setuju tentang apakah punahnya spesies lain
melalui tindakan manusia adalah masalah etis, tapi ada sedikit keraguan tentang
masalah-masalah praktis yang menimbulkan kepunahan.
Dampak Tanah
74
Dengan semua lushness dan produktivitas yang ada di hutan tropis, dapat
mengejutkan mengetahui bahwa tanah tropis sebenarnya sangat tipis dan miskin
unsur hara. Underlying “orang tua” cuaca rock cepat pada temperatur tinggi daerah
tropis dan hujan lebat, dan dari waktu ke waktu, sebagian besar telah mencuci mineral
dari tanah. Hampir semua kandungan gizi dari hutan tropis di tanaman yang hidup
dan sampah membusuk di lantai hutan.
Dampak Sosial
Hutan tropis adalah rumah bagi jutaan asli (adat) orang yang membuat
mahlukmahluk mereka melalui subsisten, berburu dan mengumpulkan pertanian, atau
melalui berdampak rendah pemanenan hasil hutan seperti karet atau kacang.
Deforestasi di wilayah adat oleh penebang, penjajah, dan pengungsi seringkali
memicu konflik kekerasan. pelestarian hutan dapat secara sosial memecah-belah,
juga. Nasional dan pemerintah internasional dan badan-badan bantuan berjuang
dengan pertanyaan-pertanyaan tentang apa tingkat keberadaan manusia, jika ada,
sesuai dengan tujuan konservasi di hutan tropis, bagaimana menyeimbangkan
kebutuhan masyarakat adat dengan memperluas populasi pedesaan dan pembangunan
ekonomi nasional, dan apakah mendirikan besar , murni, kawasan lindung tak
berpenghuni-bahkan jika itu berarti menghapus penduduk saat ini-harus menjadi
prioritas tertinggi dari upaya konservasi di hutan tropis.
75
Dampak Iklim : Curah Hujan dan Suhu
Sampai tiga puluh persen dari hujan yang jatuh di hutan tropis hutan hujan
adalah air yang telah didaur ulang ke atmosfir. Air menguap dari tanah dan vegetasi,
mengembun menjadi awan, dan jatuh lagi sebagai hujan dalam siklus diri-air abadi.
Selain mempertahankan curah hujan tropis, penguapan mendinginkan permukaan
bumi. Dalam banyak model komputer iklim di masa depan, menggantikan hutan
tropis dengan pemandangan padang rumput dan tanaman menciptakan kering, iklim
lebih panas di daerah tropis. Beberapa model juga memprediksi bahwa hutan tropis
akan mengganggu pola curah hujan jauh di luar daerah tropis, termasuk China,
Meksiko utara, dan Amerika selatan-tengah Amerika.
76
Pelestarian hutan Perlu dan Harus secapatnya dilaksanakan. Eksploitasi hutan
yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi dengan
penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar
yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan
hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab
hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan
juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.
Alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian semakin merebak karena untuk usaha
pertanian bergeser dari lahan subur yang terus berkurang ke lahan marginal yang
kurang subur (hutan), demikian pula penebangan hutan tak terkendali untuk
memenuhi kebutuhan kayu baik untuk bahan bagunan, bahan perkakas rumah tangga,
maupun untuk bahan bakar. Kita bisa menghitung berapa volume kayu untuk semua
kebutuhan tadi, dan berapa dari luar Jawa yang masuk, dan berapa yang dihasilkan
oleh Perhutani, maka akan tidak seimbang, sehingga kekurangan itu berasal dari
hutan di sekitar kita sendiri, yang seharusnya kita lestarikan dan kita jaga bersama.
Oleh sebab itu, kepada semua pihak yang bertanggung jawab terhadap
kelestarian hutan lindung, baik Perum Perhutani, Dinas Kehutanan, maupun Pemda
setempat Harus lebih aktif dalam proses pelestarian alam. Pemahaman masyarakat
mengenai dampak dari penebangan hutan sangatlah kurang. Sosialisasi mengenai
lingkungan hidup perlu dan harus dilakukan. Masyarakat tidak sepenuhnya
77
memahami akibat yang akan terjadi nantinya. Upaya penanganan dan pencegahan
harus segera dilakukan, mulai dari reboisasi, rehabilitasi lahan kritis, pengelolaan
hutan, serta menindak tegas para pelaku penebangan liar.
78
Penanggulangan illegal logging tetap harus diupayakan hingga kegiatan
illegal logging berhenti sama sekali sebelum habisnya sumber daya hutan dimana
terdapat suatu kawasan hutan tetapi tidak terdapat pohon-pohon didalamnya.
79
pemerintah daerah untuk lebih bertanggung jawab terhadap
pelestarian hutan.
c. Pengembangan social ekonomi masyarak at, seperti menciptakan
pekerjaan dengan tingkat upah/pendapatan yang melebihi upah
menebang kayu liar. Misalnya upah bekeerja di kebun kelapa sawit
diusahakan lebih tinggi/sama dengan menebang kayu
liar,pemberian saham dan begainya.
d. Peninglatan dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang
perofesionalisme SDM.
3. Tindakan supresi ( Represif )
Tindakan represif merupakan tindakan penegakan hokum mulai dari
penyelidikan,penyidikan sampai ke pengadilan. Untuk itu harus ada kesamaan
persepsi antara masing-masing unsur penegakan hokum yaitu penyidik ( PLRI
dan PPNS ),jaksa penuntut dan hakim,karena besarnya harus menimbulkan
efek jera sehingga pemberian sanksi harus tepat.
80
5. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata
Guna Tanah.
6. Menerbitkan UU No. 23 Tahun 1997, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
7. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL
(Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
8. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan,
dengan tujuan pokoknya:
d. Menanggulangi kasus pencemaran.
e. Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
f. Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL).
81
• Pemerintah mendapatkan manfaat berupa jangka waktu dalam melakukan
restrukturisasi dan renasionalisasi industri olahan kayu nasional, mengkoreksi over
kapasitas yang dihasilkan oleh indsutri kayu, serta mengatur hak-hak pemberdayaan
sumber daya hutan, dan melakukan pengawasan illegal logging bersama sector
private dan masyarakat.
• Private/investor mendapatkan keuntungan dengan meningkatnya harga kayu di
pasaran, sumber daya (kayu) kembali terjamin keberadaannya, serta meningkatkan
efisiensi pemakaian bahan kayu dan membangun hutan-hutan tanamannya sendiri.
82
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
83
tanah. Terjadinya kerusakan hutan, apabila terjadi perubahan.yang menganggu fungsi
hutan yang berdampak negatif, misalnya: adanya pembalakan liar (illegal logging)
menyebabkan terjadinya hutan gundul, banjir, tanah lonsor, kehidupan masyarakat
terganggu akibat hutan yang jadi tumpuhan hidup dan kehidupanya tidak berarti lagi
serta kesulitan dalam memenuhi ekonominya.
B. Saran
84
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, Hadi. 2008. Global Warming : Banjir dan Tragedi Pembabakan Hutan.
Nuansa Jakarta.
85
http://syadiashare.com/jenis-dan-fungsi-hutan.html [02/03/2020:19.00]
http://alamendah.wordpress.com/2010/03/09/kerusakan-hutan-deforestasi-di-
indonesia [02/03/2020:19.35]
http://id.wikipedia.org/wiki/Deforestasi [04/03/2020:20.00]
http://forumteologi.com/blog/2007/05/27/kerusakan-hutan-di-indonesia [
04/03/2020:20:15]
http://cahayahari.multiply.com/reviews/item/3 [04/03/2020:20.30]
http://sixooninele.blogspot.com/2010/05/indonesia-alami-kerusakan-hutan-18-
juta.html [04/03/2010:21.10]
http://rivafauziah.wordpress.com/2010/03/14/dampak-penggundulan-hutan
[04/03/2020:21.10]
http://www.anneahira.com/penyebab-kerusakan-hutan.htm [04/03/2020:21.15]
http://teknik.ums.ac.id/kuliah/ruhiko/file/A5-PDF [04/03/2020:21.15]
http://ncildian.artikel.com/2010/10/penebangan-hutan-di-kalimantan.html
[04/03/2020:21.20]
http://putrarajawali76.wordpress.com/2012/09/makalah-kerusakan-hutan_22.html
[04/03/2020:21.22]
86