Dosen Penanggungjawab :
Afifuddin Dalimunthe, SP., MP.
Disusun Oleh :
Sri Lestari 191201049
Rizkia Amalia Adinda 191201057
Decwan Lencana Malau 191201107
Ika Darwati Nainggolan 191201116
Muhammad Firza Akbar 191201125
M.Fabian Manalu 191201206
Kelompok 7
HUT 4C
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah praktikum silvikultur yang berjudul “Pemilihan Jenis Pada
Hutan Konservasi” ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah praktikum
silvikultur ini disusun untuk memenuhi syarat masuk praktikum silvikultur,
Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih yang besar
kepada Afifuddin Dalimunthe, SP., MP. selaku dosen pembimbing mata kuliah
silvikultur, yang telah mengajarkan materi praktikum dengan baik begitu juga
dengan asisten praktikum silvikultur yang telah membantu penulis dalam
melaksanakan praktikum yang hasilnya kemudian dituangkan dalam makalah ini.
Penulis sadar, penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dari segi teknik maupun materi. Oleh sebab itu, penulis sangat mengaharapkan
kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah praktikum
silvikultur ini. Akhir kata, semoga laporan praktikum pemanenan hasil hutan ini
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan .......................................................................................... 3
BAB II ISI
2.1 Pengertian Hutan Konservasi ..................................................... 4
2.2 Kondisi Ekologi yang Ada di Taman Nasional Baluran..…....... 4
2.3 Keadaan Flora dan Fauna Taman Nasional Baluran......…….… 5
2.4 Pengelolaan pada Taman Nasional Baluran.....………....…....... 6
2.5 Studi Kasus yang Pernah Terkait dengan Masalah Konflik
Sebelumnya.………..………………………….………………. 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Alam (CA) dan Suaka Margasatwa (SM); Kawasan hutan Pelestarian Alam
(KPA) berupa Taman Nasional (TN), Taman Hutan Raya (Tahura) dan Taman
Wisata Alam (TWA); dan Taman Buru (TB). Kawasan hutan Suaka Alam (KSA)
adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok sebagai
kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya,
dan juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. 3 Kawasan
hutan lindung juga terbagi lagi antara lain Hutan Lindung, Hutan Produksi
Terbatas, Hutan Produksi dan Hutan Konversi Produksi (Frastien, 2017).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 45 Tahun 2004
tentang Perlindungan Hutan. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah
dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan
oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit,
serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan
atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang
berhubungan dengan pengelolaan hutan (Mulyanie, 2016).
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, sebagai salah satu
bentuk optimalisasi pengelolaan sumberdaya alam bagi terwujudnya kemakmuran
rakyat berkelanjutan juga tidak bisa terhindar dari situasi diatas, oleh karena itu
perlu dilakukan upaya–upaya revitalisasi peraturan perundang-undangan di
bidang konservasi agar sasaran konservasi dapat segera diwujudkan. Unsur unsur
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya pada dasarnya saling tergantung
antara satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi sehingga kerusakan
dan kepunahan salah satu unsur akan berakibat terganggunya ekosistem. Untuk
menjaga agar pemanfaatan sumber daya alam hayati dapat berlangsung dengan
cara sebaik-baiknya, maka diperlukan langkah-langkah konservasi sehingga
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya selalu terpelihara dan mampu
mewujudkan keseimbangan serta melekat dengan pembangunan itu sendiri.
Indonesia telah banyak lokasi konservasi yang tersebar di seluruh Indonesia
(Yulianty, 2018).
Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan merupakan kebijakan prioritas
Kementerian Kehutanan. Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan
masyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri.
3
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah Praktikum Silvikultur yang berjudul
“Pemilihan jenis Pada Taman Nasional Baluran adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu Hutan Konservasi
2. Untuk mengetahui kondisi ekologi Taman Nasional Baluran
3. Untuk mengetahui flora fauna di Taman Nasional Baluran
4. Untuk mengetahui bagaimana pemeliharaan Taman Nasional Baluran
5. Untuk mengetahui konflik yang pernah terjadi sebelumnya
4
BAB II
ISI
dan pohon akan tumbang namun rumput akan tetap bertahan dan menyebar lebih
luas. Lapisan tanah pada savana juga memiliki permeabilitas rendah terhadap air
sehingga terdapat genangan air. Selain itu pohon tidak akan tumbuh pada tanah
yang terdapat genangan air. Ciri-ciri hewan yang ada di ekosistem ini adalah
macan tutul, rusa, ajag, dan kerbau (Molles., 2014).
2.3 Flora dan Fauna Yang ada Pada Taman Nasional Baluran
Taman Nasional Baluran adalah salah satu Taman Nasional di Indonesia yang
terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo dan Wongsorejo, Banyuwangi, Jawa
Timur, Indonesia. Nama dari Taman Nasional ini diambil dari nama gunung yang
berada di daerah ini, yaitu Gunung Baluran. Taman Nasional ini sangat luas sekali
dan dihuni oleh berbagai satwa dan fauna. Taman Nasional ini memiliki sekitar
444 jenis tumbuhan dan di antaranya merupakan tumbuhan asli yang khas dan
mampu beradaptasi dalam kondisi yang sangat kering.
Tumbuhan khas tersebut adalah:
Selain itu, terdapat sekitar 155 jenis burung, di antaranya termasuk burung
langka seperti:
1. Layang-layang api (Hirundo rustica)
2. Tuwuk asia (Eudynamys scolopacea)
3. Burung merak (Pavo muticus)
4. Ayam hutan merah (Gallus gallus)
5. Kangkareng (Anthracoceros convecus)
6. Burung rangkong (Buceros rhinoceros)
7. Bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus)
Dari Laporan Review Potensi Flora Taman Nasional Baluran tahun 2013,
jumlah jenis tumbuhan makin bertambah dari 423 jenis tumbuhan (Wind dan
Amir) pada tahun 1977 menjadi 475 spesies dengan 100 famili, dengan
penambahan flora terbaru yaitu 52 spesies dari 13 famili. 475 jenis tumbuhan
tersebut antara lain 144 jenis pohon, 76 spesies tumbuhan perdu, 59 spesies
rumput, 135 spesies herba, 42 spesies liana, 5 spesies anggrek, 13 spesies paku, 2
spesies parasit/epifit. Meski banyak tumbuhan endemik, ada jenis tumbuhan yang
dianggap pengganggu karena kontra produktif terhadap pengelolaan kawasan TN
Baluran, keberlangsungan ekosistem di sekitar taman yaitu gulma sebanyak 16
jenis, invasif 21 jenis, eksotik 31 jenis, pengganggu 10 jenis dan yang belum
diketahui statusnya dalam pengelolaan kawasan Taman Nasional Baluran
sebanyak 4 jenis. Tumbuhan yang dianggap pengganggu antara lain Acacia
auriculiformi, Gamal (Gliricidia sepium), Gundo (Sphenoclea zeylanica),
Kecubung (Datura fastuosa), Kerangkongan (Ipomoea fistulosa), Kersen
(Muntingia calabura), Mindi (Melia azedarach), Pletekan (Ruellia tuberosa).
2.5 Studi Kasus yang Pernah Terkait dengan Masalah Konflik Sebelumnya
Taman Nasional Baluran yang berada di wilayah Kabupaten Situbondo
merupakan kawasan konservasi bagi berbagai satwa dan tumbuhan yang hidup di
areal seluas 25.000 ha. Akan tetapi keberlangsungan ekosistem di sekitar taman
nasional baluran di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur terancam karena
pembukaan lahan di dekat Taman Nasional yang rencananya akan dibangun
pabrik pengolahan nikel oleh PT. Situbondo Metallindo. Pembangunan itu
dibenarkan pihak pengelola Taman Nasional Baluran, yang menyebutkan bahwa
lokasi itu berada di luar wilayah taman nasional. Keberadaan pabrik tersebut
sangat rentan terhadap persoalan lingkungan, terkait limbah yang akan dihasilkan
dan berpotensi mencemari lingkungan, sementara pemerintah belum menetapkan
standarisasi pabrik tersebut.
Di Taman Nasional Baluran juga pernah terjadi kebakaran hutan pada
bulan agustus 2019 yang terjadi di malam hari. Luas lahan yang terbakar kurang
8
lebih 5 hektare. Taman Nasional Baluran pada saat musim kemarau biasanya
dalam kondisi kering, sehingga sangat mudah terbakar. Vegetasi yang hijau pada
musim penghujan akan menjadi sangat kering pada saat musim kemarau.
Penyebab kebakaran salah satunya kesengajaan masyarakat dengan motif
pemburuan satwa. Strategi perburuan ini dilakukan karena pemburu meyakini,
jika hutan dibakar maka satwa akan keluar dan lebih mudah ditangkap.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok atas: Hutan
konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi. Hutan konservasi adalah
kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
2. Hutan konservasi, yakni kawasan hutan negara dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya.
3. Taman Nasional Baluran merupakan kawasan konservasi yang memiliki
keanekaragaman yang tinggi pada habitat serta jenis satwanya. Tipe ekosistem
yang dimiliki oleh Taman Nasional Baluran antara lain adalah savana, hutan
musim, hutan evergreen, hutan pantai kering, dan hutan pantai basah
4. Taman Nasional ini memiliki sekitar 444 jenis tumbuhan seperti Widoro bukol
(Ziziphus rotundifolia), Mimba (Azadirachta indica), Pilang (Acacia
leucophloea), juga terdapat 26 jenis mamalia seperti Banteng (Bos javanicus
javanicus), Kerbau liar (Bubalus bubalis), Ajag (Cuon alpinus javanicus), dan
juga terdapat sekitar 155 jenis burung diantaranya adalah Layang-layang api
(Hirundo rustica), Tuwuk asia (Eudynamys scolopacea), Burung merak (Pavo
muticus)
5. Dari segi pengelolaan kawasan Taman Nasional Baluran dibagi menjadi dua
sesi pengelolaan yaitu sesi pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Bekol yang
meliputi Resort Bama Lempuyang dan Perengan serta seksi pengelolaan
Taman Nasional Wilayah II Karangtekok yang meliputi Resort Watu
Numpuk, Labuhan Merak dan Bitakol.
10
DAFTAR ISI