Anda di halaman 1dari 27

PREFERENSI JENIS MAKANAN MONYET EKOR PANJANG (Macacafascicularis) DI

KAWASAN GUNUNG PENGSONG

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh
RIFCKA AULIA HIDAYATI
NIM. E1A017065

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Melakukan Penelitian Program


Sarjana (S1) Pendidikan Biologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2021
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jln. Majapahit No. 62 Telp. (0370) 623873 Fax. 634918 Mataram 83125
e-mail: fkip@unram.ac.id, website: www. fkip.unram.ac.id

PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

Proposal Skripsi berjudul: Preferensi Jenis Makanan Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) di Kawaan Gunung Pengsong
yang disusun oleh:
Nama : Rifcka Aulia Hidayati
NIM : E1A017065
Program Studi : Pendidikan Biologi
telah disetujui untuk dikembangkan menjadi skripsi.

Mataram, 6 Mei 2021


Pembimbing I, Pembimbing II,

(Prof. Dr. Mukhlis, M.Si) (Drs. H. M. Yamin, M.Si)


NIP. 195902181984031002 NIP. 196211011991011001

Menyetujui :
Kaprodi Pendidikan Biologi

(Dr. Didik Santoso, M.Sc.)


NIP. 196702091993031001

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, berkat Rahmat, Hidayah, serta Karunia Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Preferensi Jenis Makanan Monyet Ekor
Panjang (Macaca Fascicularis) di Kawasan Gunung Pengsong”.

Proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menyeleaikan kuliah
pada Program Strata-1 di Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram,
Mataram.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
Dosen Pembimbing Skripsi, keluarga, serta teman-teman atas doa dan dukungan yang selalu
diberikan selama ini.Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga akhirnya
proposal skripsi ini dapat dikembangkan lagi sebagai skripsi dan memberikan manfaat bagi
para pembaca.

Mataram, 8 Januari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................... i


PERSETUJUAN PROPOAL SKRIPSI ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................................ 5
E. Lingkup Penelitian ............................................................................................................ 5
F. Definisi Oprasional ........................................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................................... 7
A. Landasan Teori.................................................................................................................. 7
B. Penelitian yang Relevan .................................................................................................... 13
C. Kerangka Berpikir ............................................................................................................. 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................. 16
A. Jenis Penelitian.................................................................................................................. 16
B. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................................................ 16
C. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................................... 16
D. Alat dan Bahan .................................................................................................................. 17
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................................ 18
F. Teknik Analisis Data......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 22

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan lindung Indonesia mempunyai fungsi penting dalam menjaga ekosistem
dan biodiversiti dunia. Sebagai negara dengan luas hutan terbesar ketiga setelah Brasil
dan Zaire, fungsi hutan Indonesia dalam melindungi ekosistem lokal, nasional, regional
dan global sudah diakui secara luas. Indonesia dikenal sebagai pemilik 17 % spesies
dunia, walaupun luas wilayahnya hanya 1.3 % dari luas wilayah dunia. Kekayaan
keanekaragaman flora dan fauna tergambar dari banyaknya jenis yang terdapat di wilayah
Indonesia, yaitu11 % species tumbuhan berbunga yang sudah diketahui, 12 % binatang
menyusui, 15 % amfibi dan reptilia, 17 % jenis burung dan sekitar 37 % jenis-jenis ikan
yang ada di dunia (KLH dan UNESCO, 1992). Kemewahan tersebut suatu ketika akan
punah dan hilang, jika pengelolaan hutan lindung tidak dilakukan secara bijaksana dan
berkelanjutan, dan didukung oleh kebijakan dan peraturan perundangan yang jelas
(Ginogaet al., 2005).
UU No. 41/1999 dan PP No. 34/2002 menyebutkan bahwa bentuk pemanfaatan
hutan lindung terbatas pada pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan
pemungutan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Pemanfaatan kawasan pada hutan lindung
dapat berupa budidaya tanaman obat, perlebahan, penangkaran. Sedangkan pemanfaatan
jasa lingkungan adalah bentuk usaha yang memanfaatkan potensi hutan lindung dengan
tidak merusak lingkungan seperti ekowisata, wisata olah raga tantangan, pemanfaatan air,
dan perdagangan karbon. Bentuk-bentuk pemanfaatan ini ditujukan untuk meningkatkan
pendapatan daerah, peningkatan kesejahteraan dan kesadaran masyarakat sekitar hutan
akan fungsi dan kelestarian hutan lindung.
Gunung Pengsong Lombok merupakan salah satu yang dilindungi. Selain menjadi
destinasi wisata yang menyajikan keindahan alamnya yang mempesona, gunung
Pengsong juga menjadi tempat dimana pura Pengsong berada sebagai objek wisata religi
bagi umat Hindu. Gunung Pengsong terletak di kecamatan Labu Api, kabupaten Lombok
Barat, NTB. Gunung Pengsong ini merupakan bukit batu hitam yang dipenuhi dengan
pepohonan rindang. Ketinggian puncaknya mencapai 200 meter diatas permukaan
laut. Gunung Pengsong Lombok juga dipenuhi dengan pepohonan rindang yang
menyejukkan para pendaki dan wisatawan. Jenis pohon yang terdapat di gunung

1
Pengsong sangatlah beragam mulai dari albasiah sampai pohon beringin menjadi bagian
dari habitat yang hidup di gunung Pengsong (Departemen Kehutanan, 1989).
Salah satu fauna yang menjadi daya tarik wisatawan di Gunung Pengsong
adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Monyet ekor panjang Macaca
Fascicularis merupakan salah satu jenis perimata yang dapat berdiri duduk, berjalan
tegak, dan menggunakan tangannya untuk berbagai keperluan. Mereka menggunakan jari-
jari tangan untuk menggenggam, menggelantung, mengambil sesuatu, memasukan
makanan ke dalam mulut, mengusap, menggaruk, dan melempar sesuatu. Monyetekor
panjang merupakan jenis primata yang hidup secara berkelompok sehingga tidak terlepas
dari interaksi sosial dengan individu lain dalam kelompoknya. Bahwa aktifitas sosial yang
terjadi pada populasi monyet ekor panjang diantaranya social affiliation, social agonism,
dan non-social activities yang termasuk diantaranya adalah bergerak, makan, dan inaktif
(Jawadi& Raden, 2019).
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) memiliki ciri-ciri antara lain panjang
ekornya kurang lebih sama dengan panjang tubuhnya dengan panjang tubuh kira-kira 385
– 648 mm atau 38.5 – 64.8 cm sedangkan panjang ekornya berkisar antara 400-655 mm
atau 40- 65.5 cm. Biasanyamonyet ekor panjang jantan memiliki berat tubuh yang lebih
tinggi dari monyet ekor panjang betina. Berat tubuh jantan berkisar antara 3.5 – 8 kg
sedangkan berat tubuh betina sekitar 3 kg. Umumnya monyet ekor panjang memiliki
warna tubuh yang bervariasi, mulai dari warna abu-abu sampai dengan warna kecoklatan
(Saputra et al., 2015).
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) tersebar luas yaitu meliputi Asia
Tenggara diantaranya 20°LU - 10°LS dan antara 92°BT - 128°BT (Weatley 1980).
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) ditemukan di berbagai lingkungan dengan
kelimpahan terbesar di hutan rawa dan hutan sekunder. Survei populasi di Asia Tenggara
telah dilakukan 20 tahun yang lalu untuk mengestimasi populasi monyetekor panjang,
namun survei ini sudah lama sekali terjadi. Sejak survei tersebut, sensus populasi regional
di beberapa wilayah telah dilakukan, seperti di Sumatera, Jawa, Bali, Karimun Jawa,
Karimata, Kalimantan, Kepulauan Nikobar, Thailand, Myanmar, dan Laos PDR.
MenurutFooden (2006), bahwa pada dekade terakhir meninjau penelitianmonyetekor
panjang dan memperkirakan ukuran populasi sekitar 3 juta individu di seluruh Asia
Tenggara. Satu dekade sebelumnya, estimasi populasi monyet ekor panjang sekitar 5 juta
ekor dan hal ini menunjukkan populasi monyet ekor panjang menurun. Selain itu, Eudey
(2008) menyatakan walaupun monyet ekor panjang menyebar luas, telah terjadi
2
penurunan populasi yang tajam. Monyetekor panjang paling sering diperdagangkan dan
banyak diambil dari habitat alaminya. Perdagangan monyetekor panjang merupakan
ancaman terhadap populasi monyetekor panjang (Gumertet al., 2012).
Monyetekor panjang (Macaca fascicularis) yang merupakan primata arboreal
juga memiliki peranan penting bagi hutan, salah satunya berperan penting dalam
regenerasi hutan tropik. Sebagian besar monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
memakan buah-buahan dan biji yang terdapat di hutan sehingga sangat berperan penting
dalam penyebaran biji-bijian. Pada habitat asli di hutan, aktivitas harian monyet ekor
panjang pada umumnya melakukan aktivitas istirahat (resting), makan (feeding), dan
grooming. Salah satu aktivitas yang sangat penting bagi kehidupanmonyetekor panjang
dalam kesahariannya yaitu aktivitas makan. Aktivitas makan yaitu aktivitas yang dimulai
ketika hewan mendapatkan makanan, memakan makanan sampai ketika hewan berhenti
makan. Monyetekor panjang pada habitat asli di hutan merupakan hewan opportunistic
omnivore yaitu hewan pemakan segala jenis makanan, misalnya buah, biji-bijian, daun,
daging, serangga dan lain sebagainya (Rizaldy et al., 2016).
Jumlah kelompok dan populasi monyet ekor panjang di berbagai kawasan
bervariasi, dan sangat mungkin disebabkan oleh jumlah dan jenis makanan yang tersedia.
Ketersediaan makanan untuk monyet baik yang berasal dari alam maupun yang
disediakan oleh manusia sangat menunjang untuk kelangsungan hidup monyet tersebut.
Makanan dan air merupakan faktor pembatas bagi kehidupan satwa. Komposisi makanan
sangat ditentukan oleh jenis satwa dan lingkungan hidup. Makanan harus tersedia bagi
satwa dan jika tidak adamakanan atau jumlah kurang akan terjadi perpindahan satwa
untuk mencari makanan (Alikodra, 1990).
Secara umum monyet ekor panjang cenderung menguasai makanan sebanyak
mungkin walaupun tidak mampu menghabiskan semuanya. Banyaknya makanan yang
dikumpulkan berhubuangan dengan keinginannya untuk dapat menunjukkan kekuatannya
terhadap individu lain. Seringkali hal ini memicu terjadinya perkelahian. Bila ada
makanan yang lebih disukai maka monyet ekor panjangakan meninggalkan makanan
sebelumnya (Setyawan, 1996).
Preferensi makanan merupakan kesukaan monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) dalam mencari ataupun memakan jenis makanan yang dominan untuk
mempertahankan keberlangsungan hidup monyet ekor panjang di alam. Ketersediaan
makanan sangat tergantung pada musim dan masa berbuah/berbunga dari tanaman.
Sehingga tidak semua makanan yang dimakan monyet ekor panjang tersedia setiap saat.
3
Dengan demikian ada saatnya makanan berlimpah pada musim hujan dan kurang pada
musim kering. Pada saat musim kemarau tumbuhan mengalami gugur daun yang
menyebabkan terbatasnya sumber makanan monyet ekor panjang sehingga monyet ekor
panjang memperluas daerah jelajah menuju tanaman pertanian masyarakat setempat
untuk memperoleh sumber makanan. Jika populasi tidak dikendalikan bisa menyebabkan
kelaparan, sehingga akan menyebabkan banyak monyet mati yang akan mengancam
keberadaan populasi karena serangan penyebaran penyakit. Selain itu jika populasi tidak
dikontrol, akan mengancam tanaman pertanian yang akan merugikan para petani disekitar
daerah wisata (Yamin et al, 2021). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk
mengidentifikasi preferensi jenis makanan monyet ekor panjang (Macaca fascisularis) di
kawasan Wisata Alam Gunung Pengsong, dengan mengetahui preferensi makanan
monyet ekor panjang dapat dijadikan sebagai salah satu upaya pelestarian populasi
monyet ekor panjang (Macaca fascisularis) dengan cara melakukan penanaman atau
regenerasi tanaman yang dijadikan sumber makanan, sehingga sumber makanan akan
selalu tersedia.Akibat masih minimnya data tentang preferensi makan monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Gunung Pengsong merupakan suatu
permasalahan yang perlu diberi solusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
preferensi jenis makanan yang dikonsumsi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di
kawasan Gunung Pengsong.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah jenis makanan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang terdapat di
kawaasan Gunung Pengsong?
2. Bagaimanakah preferensi jenis makanan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
yang terdapat di kawaasan Gunung Pengsong?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui
jenis dan preferensi makanan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang terdapat
di kawaasan Gunung Pengsong, kecamatan Labu Api, kabupaten Lombok Barat, NTB.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1.4.1 Bagi Peneliti

4
Sebagai pengalaman untuk menambah pengetahuan tentang berbagai jenis dan
preferensimakanan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Gunung
Pengsong.
1.4.2 Bagi Program Studi Pendidikan Biologi
Dapat dijadikan sebagai penunjang materi ajar dan referensi pembelajaran
dalam mata kuliah ekologi hewan.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Sebagai sumber informasi bagi masyarakat tentangjenis dan preferensi
makanan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dalam upaya pelestarian dan
mempertahankan keanekaragaman hayati di kawasan Gunung Pengsong khusunya
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).
1.5 Lingkup Penelitian
Lingkup Penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Lokasi pengambilan sampel jenis makanan monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) dilakukan di kawasan Gunung Pengsong.
2. Parameter yang akan diteliti adalah preferensi jenis makanan monyet ekor panjang
(Macaca fascicularis)
1.6 Definisi Operasional
Definisi Oprasional dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Makanan: Ketersediaan makanan untuk monyet ekor panjang (Macaca Fascicularis)
baik yang berasal dari alam maupun yang disediakan oleh manusia sangat menunjang
untuk kelangsungan hidup monyet ekor panjang (Macaca Fascicularis). Monyet ekor
panjang (Macaca Fascicularis) termasuk hewan opportunistic omnivore yaitu hewan
pemakan segala jenis makanan, misalnya buah, biji-bijian, daun, daging, serangga dan
lain sebagainya.
2. Preferensi jenis makanan: Preferensi makan merupakan kesukaan monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis) dalam mencari ataupun memakan jenis makanan yang
dominan untuk mempertahankan keberlangsungan hidup monyet ekor panjang di
alam.
3. Gunung Pengsong: salah satu yang dilindungi. Selain menjadi destinasi wisata yang
menyajikan keindahan alamnya yang mempesona, gunung Pengsong juga menjadi
tempat dimana pura Pengsong berada sebagai objek wisata religi bagi umat Hindu.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Karakteristik dan Morfologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
Primata merupakan salah satu fauna dengan keanekaragaman jenis yang
tinggi. Terdapat sekitar 200 jenis primata yang ada di seluruh dunia. Macaca
fascicularis atau monyet ekor panjang merupakan salah satu jenis primata dari
genus Macaca. Di Indonesia monyet ekor panjang terdapat di beberapa daerah
yang tersebar cukup luas, diantaranya Bali, Bangka, Bawean, Belitung, Jawa,
Kalimantan, Kangean, Karimun Jawa, Karimata, Lombok, Nias, Nusa Tenggara,
Simeulue, Sumatra, Sumba, Sumbawa, dan Timor (BTNAP, 2010).
Monyet ekor panjang (Macaca Fascicularis) merupakan salah satu jenis
perimata yang dapat berdiri, duduk, berjalan tegak, dan menggunakan tangannya
untuk berbagai keperluan. Monyet ekor panjang memiliki tubuh yang berwarna
coklat dan disertai rambut keputih-putihan yang jelas pada bagian muka. Dalam
perkembangannya rambut yang tumbuh pada muka berbeda antara satu individu
dengan individu lainnya. Perbedaan warna ini dapat menjadi indikator yang dapat
membantu dalam mengenali individu berdasarkan jenis kelamin dan berdasarkan
umur (Aldrich-Black, 1980).
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) mempunyai cambang yang lebat
dan mengelilingi mukanya.Monyet ekor panjang mempunyai dua warna utama
yaitu coklat keabu-abuan dan kemerah-merahan dengan berbagai variasi warna
menurut musim, umur, dan lokasi. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
menghuni kawasan hutan pada umumnya berwarna lebih gelap dan mengkilap,
sedangkan monyet yang menghuni kawasan pantai pada umumnya berwarna lebih
terang. Hal ini dipengaruhi oleh udara lembab yang mengandung garam dan sinar
matahari. Bagian punggung monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) lebih
gelap dibanding dengan bagian perut dan dada, rambut kepalanya pendek tertalik
kebelakang dahi, rambut-rambut sekeliling wajahnya berbentuk jambang yang
lebat, ekornya tertutup bulu halus. Rambut pada bagian pipi monyet ekor panjang
(Macaca fascicularis) jantan lebih lebat dibandingkan dengan monyet ekor panjang
(Macaca fascicularis) betina. Hidungnya datar dengan ujung hidung menyempit.

6
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) memiliki gigi seri berbentuk sekop,
gigi taring dan geraham untuk mengunyah makanan (Ramadhan,2020).
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) jantan dewasa ditandai oleh
adanya skrotum, bantalan duduk menyatu dan tingkah lakunya relatif superior.
Monyet betina ditandai oleh bantalan duduk kiri dan kanan terpisah, adanya vulva
vagina, ambing dan puting susunya sudah menggelantung (pendulus). Pada
kelompok muda, monyet jantan badannya lebih kecil dan tingkah lakunya permisif
terhadap jantan dewasa, dan betina muda yang belum menunjukkan puting susu
yang menggelantung. Sedangkan, monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang
baru lahir dan monyet yang masih memiliki warna hitam pada rambut kepala
dikelompokkan sebagai anakan (Subiarsyah et al., 2014).
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan spesies monyet yang
mempunyai panjang ekor lebih kurang sama dengan panjang tubuh, yang diukur
dari kepala hingga ujung tubuhnya. Panjang tubuh berkisar antara 385-648 mm.
Panjang ekor pada jantan dan betina antara 400-655 mm. Berat tubuh jantan
dewasa berkisar antara 2500-8300 gram, sedangkan berat tubuh rata-rata betina
dewasa sekitar 3000 gram. Ciri anatomi penting dari monyet ekor panjang
(Macaca fascicularis) adalah adanya kantong pipi (cheek pouch) yang berguna
untuk menyimpan makanan sementara. Dengan adanya kantong pipi ini maka
monyet 2 ekor panjang dapat memasukkan makanan ke dalam mulut secara cepat
dan mengunyahnya di tempat lain. Masa kehamilan berkisar antara 153-179 hari
dan umumnya melahirkan hanya satu ekor anak. Di tempat pemeliharaan, monyet
ekor panjang (Macaca fascicularis) dapat hidup sampai umur 15 tahun. Monyet
ekor panjang paling sering digunakan dalam percobaan biomedis. Di dalam
tubuhnya sering ditemukan antibody untuk virus spesies-spesies tertentu (Supriatna
& Rizki, 2016).
Spesies pergerakan dari genus Macaca pada umumnya diklasifikasikan
sebagai quadropedal, dengan kategori berjalan dengan empat anggota badannya.
Selain itu, Macaca pada umumnya juga dapat memanjat dan loncat (leaping), yang
bisa mencapai sejauh 5 m. spesies monyet ini juga dapat berenang dengan baik
(Supriatna & Rizki, 2016).
2.1.2 Klasifikasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
Klasifikasi merupakan upaya pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan
persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki setiap makhluk hidup termasuk hewan
7
kedalam kelompok tertentu, seehingga diperoleh kelompok-kelompok hewan
dalam jenjang yang berbeda-beda. Terjadinya klasifikasi didasarkan pada adanya
keanekaragaman. Keanekaragaman dapat berupa, ukuran struktur, fungsi,
perawakan dan tanggapan terhadap faktor lingkungan. Keanekaragaman selalu
akan bertambah, dan faktor yang mendorong pertambahan itu adalah genetik,
mutasi, adaptasi dan kompetisi. Tujuan dilakukannya klasifikasi untuk
mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-tiap jenis agar
mudah dikenal, mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup serta
mempelajari evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya.
Sistem klasifikasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dapat
dikelompokkan berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki setiap
makhluk hidup. Makhluk hidup yang mempunyai kesamaan ciri morfologi,
fisiologi, anatomi, dan tingkah laku dikelompokkan menjadi satu kelompok, dan
yang mempunyai perbedaan ciri membentuk kelompok yang lain. Jika masih
terdapat perbedaan-perbedaan, dikelompokkan dalam kelompok yang lebih kecil.
Pemberian nama takson merupakan hal yang sangat penting dalam
pengklasifikasian mahkluk hidup, seperti halnya dengan monyet ekor panjang yang
dikelompokkan dalam kelompok mamalia atau primate berdasarkan ciri-ciri yang
dimiliki, berikut adalah klasifikasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
(Napier & Napier, 1967).
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Primata
Sub ordo : Anthropoidae
Familia : Cerchopithecidae
Genus : Macaca
Spesies : Macaca fasicularis
2.1.3 Habitat Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
Habitat adalah toleransi dalam orbit tempat suatu spesies hidup termasuk
faktor lingkungan yang cocok dengan syarat hidupnya (Wirakusumah,
2003).Habitat suatu hasil dari interaksi antara berbagai organisme biotik maupun
abiotik. Habitat sebagai tempat organisme bertahan hidup dalam berbagai kondisi
8
kehidupan. Beberapa yang tergolong habitat yaitu hutan rimba, hutan kecil, sungai
rawa, dan laut. Monyet ekor panjang (Macaca fasicularis) ini biasanya mampu
beradaptasi di segala tempat, sehingga memudahkan bagi monyet ekor panjang
(Macaca fasicularis) mencari makanan dan bertahan hidup.
Suatu habitat merupakan hasil interaksi berbagai komponen berupa fisik yang
tediri dari air, tanah, topografi, iklim (makro dan mikro) serta komponen biologis
yang terdiri dari manusia, vegetasi dan satwa. Komponen disuatu habitat baik fisik
maupun biologis penting untuk kelangsungan hidup suatu spesies. Secara spesifik,
habitat monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)adalah hutan primer atau
skunder pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Pada dataran tinggi,
spesies monyet ekor panjang biasanya dijumpai di daerah pertumbuhan sekunder
atau pada daerah-daerah perkebunan penduduk (Supriatna & Rizki, 2016: 84).
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan hewan diurnal yaitu
hewan yang aktif pada siang hari. Biasanya monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) mencari makan pada pagi hari, beristirahat atau tidur pada siang hari
dan aktif kembali pada sore hari. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
merupakan salah satu spesies primata arboreal yang menggunakan kanopi pohon di
hutan bagian atas sebagai tempat tinggal dan bagian mahkota pohon yang tertinggi
di diantara pohon lain yang tumbuh di sekitar sumber air dan yang paling banyak
menerima sinar matahari sebagai tempat tidur dan beristirahat.Monyet ekorpanjang
(Macaca fascicularis) juga banyak menghabiskan waktu diatas tanah dan
memamfaatkan tempat hidup manusia (Sukri, 2005).
2.1.4 Jenis Makanan Monyet Ekor Panjang
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah monyet pemakan segala
jenis makanan (omnivora), namun komposisinya mengandung lebih banyak buah-
buahan (60%), selebihnya berupa bunga, daun muda, biji, umbi. Monyet ekor
panjang yang hidup di pinggiran di rawa-rawa terkadang sering turun ke tanah pada
saat air di rawa tersebut surut dan monyet ekor panjang berjalan menelusuri sungai
untuk mencari serangga. Monyet yang hidup di daerah bakau atau pesisir, sering
dijumpai memakan kepiting atau jenis moluska lainnya (Supriatna & Edy, 2000).
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) termasuk jenis satwa omnivore.
Macaca fascicularis sangat bergantung pada tumbuhan, terutama buah-buahan
sebagai sumber pakannya. Namun, bila tersedia dapat juga mereka makan
crustaceae dan moluska serta makan serangga. Pohon pakan adalah spesies
9
tumbuahan yang dimanfaatkan hewan sebagai sumber pakan. Bagian pohon yang
dikonsumsi biasanya adalah buah, bunga dan daun muda (Rahmuddin, 2009).
Monyet ekor (Macaca fascicularis) memiliki kebiasaan untuk melakukan
aktivitas makan di daratan. Monyet ekor panjang lebih sering membawa
makanannya berupa buah atau daun-daun dan makanannya di darat. Monyet ekor
panjang akan menghabiskan makanannya di daratan bersama kelompoknya sebelum
akhirnya kembali ke atas pepohonan.Status sosial monyet ekor panjang menentukan
individu yang makan lebih awal. Monyet ekor panjang yang mempunyai hierarki
tertinggi selalu memakan makanan terlebih dahulu kemudian disusul dengan
tingkatan dibawahnya, demikian juga pada saat istirahat, kawin, dan menghadapi
bahaya. Individu yang dominan juga mempunyai akses pakan yang lebih luas.
Primate yang mempunyai satu anak biasanya membawa anaknya berkeliling dalam
mencari pakan. Anak yang masih kecil berpeganggan erat pada rambut induknya
dan bila sudah agak besar dipindah ke punggung induknya, prilaku ini bertujuan
memperkenalkan cara mendapatkan makanan kepada anaknya (Nugroho &
Sugiyarto, 2015).
Pengertian preferensi menurut kamus besar indonesia adalah (hak untuk)
didahulukan dan diutamakan daripada yang lain, prioritas, pilihan, kecenderungan;
kesukaan. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan monyet pemakan
segalanya (omnivora), namun komposisinya mengandung lebih banyak buah-
buahan (60%) dan selebihnya berupa bunga, daun muda, biji, umbi. Buah adalah
makanan yang sangat disukai oleh monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).
Setiap jenis buah berbeda nilai gizinya, buah-buahan banyak mengandung sumber
vitamin, terutama vitamin C (jeruk, mangga, dan apel), vitamin K (pisang), serta
vitamin A (tomat). Monyet ekor panjang mengkonsumsi buah-buahan di alam
dalam bentuk mentah atau segar. Hal ini mengakibatkan kandungan vitamin dalam
buah-buah tersebut relatif tidak rusak strukturnya sehingga sangat efektif untuk
menunjang kesehatan dan kehidupan di alam (Sajuthi et al., 2016).
Monyet akan berperilaku agresif apabila jumlah makan yang tersedia sedikit
dan jumlah makan yang berlimpah akan mengurangi persaingan untuk mendapatkan
makanan. Monyet ekor panjang mendapatkan makan nampak dengan cara yang
relatif tidak jauh berbeda antara monyet jantan dewasa, betina dewasa, jantan
remaja dan betina remaja, namun perbedaan nampak pada aktivitas mendapatkan
makan anak monyet, dimana aktivitas yang mendominasi, yaitu mendapatkan
10
makan diberi monyet lainnya. Keadaan ini dapat disebabkan karena anak monyet
masih dalam perlindungan induknya dan aktivitas yang dilakukan tidak jauh dari
tempat induknya beraktivitas. Anak monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
memiliki kesempatan untuk mendapatkan makan yang sangat rendah, karena
monyet jantan dewasa cenderung menguasai makan (Wahyuniet al., 2014).
Monyet ekor panjang yang hidup di rawa-rawa kadang turun ke tanah pada air
surut dan berjalan menelusuri sungai mencari serangga. Ketersediaan jenis pakan
untuk monyet baik yang berasal dari alam maupun yang disediakan oleh manusia
sangat menunjang untuk kelangsungan hidup monyet tersebut. Makanan dan air
merupakan faktor pembatas bagi kehidupan satwa. Komposisi makanan sangat
ditentukan oleh jenis satwa dan lingkungan hidup. Makanan harus tersedia bagi
satwa dan jika tidak ada makanan atau jumlah kurang akan terjadi perpindahan
satwa untuk mencari makanan (Supriatna & Edy, 2000).
2.1.5 Peran Monyet Ekor Panjang
Monyet ekor panjang (Macacafascicularis) merupakan salah satu spesies
satwa primata yang hidup di Indonesia. Satwa primata adalah salah satu sumber
daya alam yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini karena
secara anatomis dan fisiologis satwa primata memiliki kemiripan dengan manusia
dibandingkan dengan hewan model lainnya. Nilai ilmiah satwa primata untuk
penelitian biomedis diperoleh dari persamaan ciri anatomi dan fisiologis karena
kedekatan hubungan filogenetik dan perbedaan evolusi yang pendek (Rahmi et al.,
2010).
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah hewan mamalia dari jenis
primata. Mamalia berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Mulai
dari mamalia kecil sampai mamalia besar mempunyai peranan dan fungsinya
masing-masing. Selain itu, mamalia memiliki peran penting dalam jaring makanan
dari hampir setiap ekosistem dan memiliki peranan yang sangat penting untuk
mendukung suatu ekosistem di kawasan konservasi. Monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) yang merupakan primata arboreal juga memiliki peranan penting
dalam regenerasi hutan tropik. Sebagian besar monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) memakan buah-buahan dan biji yang terdapat di hutan sehingga sangat
berperan penting dalam penyebaran biji-bijian (Supriatna & Edy, 2000).

11
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti pada dasarnya dapat mengacu
pada penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat
digunakan sebagai acuan dan membantu penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti.
Oleh karena itu, tinjauan-tinjaun terhadap penelitian-penelitian terdahulu sangat penting
dilakukan untuk mengetahui perbandingan, perbedaan, ataupun relevansinya. Adapun
penelitian-penelitian yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh M. Rifqu Rizaldy, Tjipto Haryono, dan
Ulfi Faizah (2016). Penelitian yang diberi judul “Aktivitas Makan Monyet Ekor Panjang
(Macaca fascicularis) di Hutan Nepa Kabupaten Sampang Madura” membahas tentang
aktivitas makan Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)di hutan Nepa kabupaten
Sampang Madura dengan membagi lokasi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok hutan
bagian dalam dan kelompok hutan bagian depan. Pada penelitian ini juga membahas
tentang jenis-jenis makanan yang di makan oleh monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa aktivitas makan dari kedua kelompok monyet ekor panjang di Hutan Nepa,
diperoleh hasil kelompok hutan bagian depan aktivitas makan sebesar 23,38% dari total
aktivitas harian dan untuk kelompok hutan bagian dalam aktivitas makan sebesar
25,53%. Sedangkan jenis makanan yang dimakan oleh monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) terdiri dari dua jenis yaitu makanan alami dan non alami. Makanan alami
yang paling banyak dimakan yaitu buah Ficus sp. sebanyak 23,03%, makanan non alami
yang paling banyak dimakan adalah makanan sisa pengunjung sebanyak 25,55%.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Islamul Hadi, Yuliadi Zamroni, Galuh
Tresnani, dan Wayan Suana (2019). Penelitian yang diberi judul “Survey Populasi
Monyet Ekor Panjang Di Wilayah Selatan Lombok Timur” membahas tentang populasi
monyet ekor panjang dan kemampuan monyet ekor panjang untuk bertahan hidup di
wilayah selatan Lombok Timur disebabkan karena memungkinkan vegetasi tumbuh
dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa populasi monyet ekor panjang yang didapatkan di daerah selatan Lombok Timur
secara umum lebih kecil dibandingkan dengan daerah-daerah di bagian utara maupun
daerah-daerah di mana monyet secara intensif berinteraksi dengan manusia. Ukuran
populasi yang kecil ini menggambarkan strategi kelompok monyet ekor panjang
bertahan hidup pada kondisi sumber makanan yang lebih sedikit. Hal ini dimungkinkan

12
karena kondisi geografi, klimatologi, dan sejarah perubahan tutupan vegetasi di daerah
selatan ini menyebabkan sumber makanan terutama vegetasi yang kurang.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Ruhama Desy M dan T. Hadi Wibowo
Atmaja (2018). Penelitian yang diberi judul “Makanan Dan Minuman Yang Dikonsumsi
Monyet Ekor Panjang (Macaca Fascicularis) Di Kawasan Wisata Ekosistem Manggrove
Kuala Langsa Provinsi Aceh” membahas tentang jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi oleh monyet ekor panjang yang ada di kawasan wisata ekosistem mangrove
Kuala Langsa provinsi Aceh. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) memakan semua jenis
makanan baik itu makanan alamimaupun olahan. Ini menunjukkan perubahan jenis
makanan yang dikonsumsi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang secara
normal hanya memakan jenis makanan yang alami saja. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya pengunjung di habitat monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di
Kawasan wisata Kuala Langsa yang memberikan makanan olahan sehingga monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis) terbiasa memakan makanan olahan. Jenis minuman yang
dikonsumsi rata-rata untuk semua kategori sebesar 10% hanya pada minuman ion
kemasan, dan air mineral.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Bona Quinda, M. Kanedi, Nuning
Nurcahyani, Ronald HP Panjaitan (2013). Penelitian yang di beri judul “Studi Tumbuhan
Sumber Pakan Monyet Ekor Panjang (Macaca Fascicularis) di Kawasan Youth Camp
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Lampung” membahas tentang jenis tumbuhan
sumber pakan monyet ekor panjang (Macaca Fascicularis) di kawasan Youth Camp
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Lampung. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa berdasarkan data yang diperoleh terdapat
10 jenis tumbuhan yang menjadi sumber pakan monyet ekor panjang dengan bagian
yang dimakan berupa daun muda, buah, dan bunga. Monyet menyukai pakan daun muda
dari beberapa pohon seperti bambu, bayur, hampelas, melinjo dan matoa. Sedangkan
buah diperoleh dari dahu, hampelas, keranji, melinjo dan nangka. Bunga dan kuncup
bunga diperoleh dari waru dan waluhan. Bagian yang dimakan berupa buah, daun dan
bunga, dengan bagian yang lebih banyak dimakan adalah buah.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Susi Ratnasari, Suhirman, dan Muhsinul
Ihsan (2019). Penelitian yang diberi judul “Studi Perilaku Monyet Ekor Panjang
(Macaca Fascicularis) Di Suranadi Lombok Barat” membahas tentang prilaku monyet
ekor panjang di Suranadi Lombok Barat seperti prilaku makan jenis makanan yang
13
dimakan oleh monyet ekor panjang antara lain buah-buahan, daun muda dan daun
kering. Aktifitas makan mulai tinggi pada pukul 08.00 – 10.30. Aktifitas makan mulai
menurun mulai pukul 11.00. hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wasito (2017) yang menyatakan bahwa perilaku makan Monyet ekor panjang tinggi
pada pagi hari pukul (06.00 – 10.00) dan menurun pada siang hari pukul (10.00 – 14.00).
2.3 Kerangka Berpikir
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi
dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran
ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek
permasalahan (Sugiyono, 2009). Berikut kerangka berfikir tentang identifikasi jenis
makanan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

Gunung pengsong

Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

Habitat

Gunung Pengsong Bagian Gunung Pengsong Bagian


Depan Dalam

Analisis Vegetasi

Karakteristik Pohon Pakan Monyet Ekor Panjang


(Macaca fascicularis)

Ketersediaan Pohon Pakan Monyet Ekor Panjang (Macaca


fascicularis) dan Pakan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
dari Wisatawan

Preferensi Jenis Makanan Monyet


Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif. Penelitian ini bertujuan
untuk menggambarkan sifat sesuatu yang sedang berlangsung saat riset dilakukan serta
bertujuan untuk memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Umar, 2011).
Penelitian ini tidak bertujuan untuk menguji suatu hipotesis tertentu tetapi hanya
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari suatu variabel atau gejala tertentu
(Arikunto, 2002).Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik habitat,
jenis dan preferensi makanan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Karakteristik
habitat pada penelitian ini terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik
meliputi jenis tumbuhan, jumlah individu, dan vegetasi semua tingkat, sedangkan
komponen abiotik terdiri dari cuaca, suhu, kelembaban, pH tanah, ketinggian tempat dari
permukaan laut, minum, jenis makanan monyet ekor panjang(Macaca fascicularis)
berupa makanan alami dan makanan non-alami, tempat bermain, istirahat, tidur,
berlindung, berbiak, dan pengganggu populasi monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis).Aspek yang diteliti meliputi karakteristik habitat, makanan, dan jenis
preferensi makanan monyet ekor panjang.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek penelitian. Menurut Sugiyono
(2008), populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh vegetasi dan
satwa yang terdapat di habitat monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan
Gunung Pengsong.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2008). Sampel dari penelitian ini adalah seluruh jenis makanan yang
dimakan oleh monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang terdapat di lokasi
penelitian yaitu di kawasan Gunung Pengsong, Kecamatan Labu Api, Kabupaten Lombok
Barat, NTB.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kawasan Gunung Pengsong, Kecamatan Labu
Api, Kabupaten Lombok Barat, NTB.

15
Waktu pengambilan sampel akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2021.
Pengambilan data dilakukan sebanyak 4 kali dalam 1 bulan. Pengamatan jenis makanan
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dilakukan pada pagi hari mulai pukul 08.00-
10.30 WITA dengan interval waktu pengamatan 15 menit.
3.4 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada table 3.1
No Alat dan Bahan Jumlah Kegunaan
1. Kamera 1 Buah Untuk mendokumentasikan
penelitian.
2. Roll meter 1 Buah Untuk mengukur panjang
transek.
3. Gunting 1 Buah Sebagai alat pemotong.
4. Tali raffia 200 meter Untuk membuat plot.
5. Meteran jahit 2 Buah Untuk mengukur diameter
pohon.
6. Alat tulis 2 Buah Untuk menulis hasil penelitian.
7. GPS 1 Buah Untuk mengetahui titk koordinat
penelitian.
8. Buku penuntun identifikasi 1 Buah Sebagai sumber dalam
flora mengidentifikai flora.
9. Higrometer 1 Buah Untuk mengukur kelembaban.

16
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Data Makanan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
Data makanan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Teknik yang
digunakan dalam pengambilan data dilapangan yaitu observasi dan pengamatan pada
titik tertentu yang telah ditentukan. Pengamatan dilakukan berdasarkan tipe habitat yaitu
dalam hutan dan pinggir hutan/savana. Luas tiap petak sampel  50 m x 50 m untuk
pepohonan di dalam hutan, dan  100 m x 100 m untuk savana. Pengamatan populasi
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) menggunakan teropong binokuler. Waktu
pengamatan akan dilakukan pagi hari antara pukul 06.00 WITA sampai dengan pukul
10.00 WITA, dan sore hari antara pukul 16.00 WITA sampai dengan 17.00 WITA.
Pengamatan dilakukan dengan cara langsung terhadap sumber dan jenis pakan monyet
ekor panjang (Macaca fascicularis) baik yang berupa tumbuhan, hewan atau lainnya.
Jenis pakan yang berupa tumbuhan akan dicatat jenis, jumlah individu, ketinggian tajuk,
dan diameter batang/luas kanopi, sumber pakan, minum dan pola pengunaan sumber
daya.
Komponen biotik meliputi jenis tumbuhan, jumlah individu, dan vegetasi semua
tingkat. Pengambilan data menggunakan metode kuadrat berukuran 50 m x 50 m. Setiap
plot dibagi menjadi 5 petak (Winarti, 2011). Semua tumbuhan yang terdapat di dalam
setiap petak contoh dicatat nama spesies, jumlah individu, tinggi tajuk, diameter batang,
jenis vegetasi tumbuhan. Sedangkan komponen abiotik yang diambil meliputi cuaca,
suhu, kelembaban, pH tanah, ketinggian tempat dari permukaan laut, sumber pakan,
minum,jenis preferensi makanan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), tempat
bermain, istirahat, tidur, berlindung, berbiak, dan pengganggu populasi Macaca
fascicularis. Untuk mengetahui kondisi hutan sebagai habitat monyet ekor panjang
(Macaca fascicularis) dilakukan dengan cara analisis vegetasi. Adapun langkah kerja
dalam analisis vegetasi tumbuhan sebagai berikut;
1) Menentukan lokasi sampling yang mewakili karakteristik kawasan.
2) Menentukan satu titik pengamatan pada transek sebagai titik pengamatan.
3) Membuat petak ukur berbentuk bujur sangkar dengan luas 1 petak ukur 20 m x 20
m. Adapun gambar petak ukur penelitian sebagai berikut;

17
A 10 m x 10 m

C
B

Gambar 3.1 Contoh desain petak penelitian metode garis berpetak


Keterangan:
Petak A: petak penelitian berukuran 20 m x 20 m untuk pengamatan pohon (tinggi
20-30 m, diameter >20 cm)
Petak B: petak penelitian berukuran 10 m x 10 m untuk pengamatan poles/tiang
(tinggi 4-20 m, diameter 10-19 cm)
Petak C: petak penelitian berukuran 5 m x 5 m untuk pengamatan sapling
/pancang (tinggi, 1,5 m, diameter < 10 cm)
Petak D: petak penelitian berukuran 2 m x 2 m untuk pengamatan seedling
/semai (tinggi, 1,5, diameter 0-9 cm)
4) Melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap semua jenis tumbuahan yang
terdapat di dalam plot mencakup; nama jenis tubuhan, nama local tumbuhan,
diameter batang setinggi dada atau keliling batang setinggi dada, tinggi tumbuhan
dan strata vegetasi tumbuhan.
5) Mencatatan data faktor fisika dan kimia lingkungan mencakup suhu, kelembaban
dan Ph tanah pada masing-masing plot.
6) Mencatat data hasil pengamatan pada table data kemudian menganalisis data hasil
pengamatan dengan menghitung masing-masing parameter pengamatan.
Data jumlah individu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan jenis-jenis
tumbuhan pakan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di tiga titik pengamatan
dianalisis secara deskriptif. Analisis vegetasi tumbuhan dianalisis dengan menghitung
KR (Kerapatan relative), FR (Frekuensi relative), DR (Dominansi relative), dan NP
(indeks nilai penting). Selanjutnya hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif.
Penghitungan data dilakukan dengan menggunakan program microsoft excel.

18
3.6Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian dianalisis secara deskriptif
kualitatif dan kuantitatif.Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui jenis makanan
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang ada di Gunung Pengsong dengan cara
observasi dan wawancara kepada masyarakat setempat, sedangkan analisis kuantitatif
dilakukan untuk mengetahui kondisi habitat dan preferensi jenis makanan monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis) yang ada di Gunung Pengsongdi hitung menggunakan Uji
Chi-kuadrat (X2) (Gunarto, 2015). Adapun penetapan hipotesis awal dan hipotesis
alterntif dengan mengunakan Uji Chi-kuadrat (X2) sebagai berikut:
H0 : Proporsi preferensi jenis makanan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dari 3
stasiun sama
H1 : Ada proporsi preferensi jenis makanan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
dari 3 stasiun tidak sama
Rumus Uji Chi-kuadrat (X2) (Gunarto, 2015) sebagai berikut:
Frekuensi harapan = (total kolom) x (total baris)

r,k
Total observasi .....................................................................(1)

X2 = ∑ (oij – eij)2
i, j = 1
eij ...............................................................................................................(2)
Keterangan:
Derajat bebas/ db = (r-1) (k-1)
r : banyak baris
k : banyak kolom
oi,j : frekuensi observasi baris ke-i, kolom ke-j
ei,j : frekuensi ekspektasi baris ke-i, kolom ke-j
Untuk mengetahui kondisi habitat monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
maka dilakukan analisis vegetasi. Melalui analisis vegetasi juga akan diketahui
tumbuhan yang paling sering di panjati oleh monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
pada saat melakukan aktivitas makan sehingga dapat diketahui preferensi jenis makanan
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Parameter analisis vegetasi dihitung dengan
menggunakan rumus menurut Hardjosuwono (1994), Cox (1974) dalam Al Idrus (2014)
sebagai berikut:
Penentuan Basal Area (BA) dengan rumus:

19
𝑑
BA =( 2 )2 x 3,1429 atau BA = 𝜋𝑟2 ............................................................................. (1)

Keterangan:
BA: Basal Area
𝜋: 3,14
d: diameter batang spesies tumbuhan yang diukur setinggi dada (DBH)
Kerapatan = Jumlah individu suatu spesies
Luas area cuplikan ............................................................................ (2)
Kerapatan Relatif = Densitas suatu spesies x 100 %
Total densitas semua spesies ........................................................ (3)

Dominansi = Total basal area suatu spesies


Luas area cuplikan .................................................................... (4)

Dominansi Relatif = Dominansi suatu spesiesx 100 %


Total dominansi seluruh spesies ............................................... (5)
Frekuensi = Jumlah plot dimana suatu spesies terdapat
Total seluruh plot ..................................................................... (6)
Frekuensi Relatif = frekuensi suatu spesies
Total frekuensi seluruh spesie .......................................................... (7)
Indeks Nilai Penting = Kerapatan relatif + Dominansi relative + Frekuensi relatif..... (8)

20
DAFTAR PUSTAKA

Agil, A. I. I., Hadiprayitno, G., & Ilhamdi, M. L. (2014). Kekhasan Morfologi Spesies
Mangrove di Gili Sulat. Jurnal Biologi Tropis, 14(2).
Aldrich-Blake, F. P. G. (1980). Long-tailed Macaques in Malayan Primates. Ten Years
Study in Tropical Rain Forest. By. David J. Chievers. Plenum press. New York.
Alikodra, H. S. (1990). Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Tinggi Pusat antar Universitas Ilmu Hayat. Institut
Pertanian Bogor. Hal 106 &186.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Atmaja, T. H. W. (2018). Makanan dan Minuman yang dikonsumsi Monyet Ekor Panjang
(Macaca fascicularis) di Kawasan Wisata Ekosistem Manggrove Kuala Langsa
Provinsi Aceh. Jurnal IPA & Pembelajaran IPA, 2(1), 36-40.
BTNAP [Balai Taman Nasional Alas Purwo]. (2010). Buku Informasi Balai Taman Nasional
Alas Purwo. Balai Taman Nasional Alas Purwo: Banyuwangi.
Departemen Kehutanan RI. 1986. Sejarah kehutanan Indonesia 1. Jakarta: Deprtemen
Kehutanan.
Fachrul, M. F. (2008). Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Ginoga, K. L., Lugina, M., & Djaenudin, D. (2005). Kajian Kebijakan Pengelolaan Hutan
Lindung. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 2(2), 169-194.
Gumert, M. D., Rachmawan, D., Iskandar, E., &Pamungkas, J. (2012). Populasi Monyet
Ekor Panjang (Macaca Fascicularis) di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan
Tengah. Jurnal Primatologi Indonesia, 9(1), 3-12p.
Gunarto, T. Y. (2015). Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Preferensi Pemilihan Model
Bisnis Toko Online. Jurnal Ilmu Ekonomi Bisnis, 20(1).
Hadi, I., Tresnani, G., & Suana, I. W. (2019). Survey Populasi Monyet Ekor Panjang di
Wilayah Selatan Lombok Timur. BioWallacea Jurnal Ilmiah Ilmiah Biologi, 5(3),
125-133.
Jawadi, F., & Rita, R. R. N. D. (2019). Studi Perilaku Individu Jantan Alfa Monyet Ekor
Panjang (Macaca fascicularis) di TWA Gunung Pengsong Kabupaten Lombok Barat.
Jurnal Silva Samalas, 2(1), 39-46.
Napier & Napier. (196). A Handbook of Living Primates. Academic Press, London.

21
Nugroho, A. A., & Sugiyarto, S. (2015). Kajian Perilaku Kera Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) dan Lutung (Trachypithecus auratus) di Coban Rondo, Kabupaten
Malang. Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi, 3(1), 33-38.
Odum, E. P., & Barrett, G. W. (1993). Fundamnetals Of Ecology Fifth Edition. Australia:
Cengagelearning.
Quinda, B., Kanedi, M., Nurcahyani, N., & Panjaitan, R. H. (2013). Studi Tumbuhan Sumber
Pakan Monyet Ekor Panjang (Macaca Fascicularis) di Kawasan Youth Camp Taman
Hutan Raya Wan Abdul Rachman Lampung. Jurnal Ilmiah Biologi Eksperimen dan
Keanekaragaman Hayati (J_BEKH), 1(1), 44-47.
Rahmi, E., Hanafiah, M., Sutriana, A., Hambal, M., & Wajidi, F. (2010) Insidensi Nematoda
Gastrointestinal dan Protozoa Pada Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Liar
di Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Weh Sabang. Jurnal Ilmiah-Ilmiah Peternakan,
286-291.
Rahmuddin. (2009). Populasi Owa Jawa (Hylobates molojh Audebert 1979 di Hutan Lindung
Ramadhan, H. (2020). Struktur Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca Fascicularis) di
Tahura Pocut Meurah Intan Zona Seulawah Agam di Kabupaten Aceh Besar
Sebagai Referensi Matakuliah Ekologi Hewan(Skripsi). Banda Aceh:Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry Darussalam.
Ratnasari, S., Ihsan, M., & Suhirman, S. (2019). Studi Perilaku Monyet Ekor Panjang
(Macaca Fascicularis) Di Taman Wisata Alam (TWA) Suranadi Lombok Barat.
Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains (PENBIOS), 4(01), 09-22.
Rizaldy, M. R. (2016). Aktivitas Makan Monyet Ekor Panjang (Macaca Fascicularis) di
Hutan Nepa Kabupaten Sampang Madura. LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi, 5(1),
66-73.
Sajuthi, D., Dewi, A. A., Dyah, P., Entang, I., Erni, S., Irma., H. S., & Randall. C. K.
(2016). Hewan Model Satwa Primata Volume 1. Bogor: IPB Press.
Saputra, A., Marjono, M., Puspita, D., & Suwarno, S. (2015). Studi Perilaku Populasi Monyet
Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
Kabupaten Karanganyar. Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi, 1(1), 6-11.
Setyawan, K. 1996. Interaksi Antara Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dan
Lutung (Prebitys cristata) di Taman Nasional Baluran. Malang: FMIPA Universitas
Brawijaya.

22
Subiarsyah, M. I., I Gede, S., & I Ketut, S. (2014). Struktur Populasi Monyet Ekor Panjang di
Kawasan Pura Batu Pageh, Ungasan, Badung, Bali.Jurnal Indonesia Medicus
Veterinus,3(3), 183-191.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kulaitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukri, M. (2015). Populasi dan Habitat Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) di Cagar Alam Dungus Iwul, Kabupaten Bogor (Skripsi). Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Supriatna, J., & Edy, H. W. (2000). Panduan Lapangan Primata Indonesia. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Supriatna, J., & Rizki, R. (2016). Pariwisata Primata Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
Umar, H. (2011). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi 11. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Wahyuni, N. M. D., A. A Gde, R. D., & I Ketut, G. (2014). Aktivitas Mendapatkan Makan
Monyet Ekor Panjang (Macaca Fascicularis Raffles) di Destinasi Wisata Pura Luhur
Uluwatu, Bali. Jurnal Biologi, 19(1), 6-14.
Wirakusumah, S. (2003). Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta: Universitas Indonesia press.
Yamin, M., Setiadi, D., & Khairuddin, K. (2021). Diet and Behavior of Macaca fascicularis
for Ecotourism Contributing on Pengsong Area. Jurnal Biologi Tropis, 21(1), 179-
190.
Zairina, A., Yanuwiadi, B., & Indriyani, S. (2015). Pola Penyebaran Harian dan Karakteristik
Tumbuhan PAkan Monyet Ekor Panjang (Macaca fasciularis) di Hutan Rakyat
Ambender, Pamekasan, Madura. Indonesia Journal of Environment and Sustainable
Development, 6(1).

23

Anda mungkin juga menyukai