Anda di halaman 1dari 17

Makalah Biologi Konservasi

KONSERVASI EKOSISTEM

Dosen Pengampu: Dra. Fatmah Dhafir., M.Si

Disusun oleh:
1. Dwi Ninik Sunarti : A 221 22 061
2. Nuraini : A 221 22 011
3. Khairunnisa Dwi Fahra : A 221 22 039
4. Ulya Ramadhani : A 221 22 111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konservasi Ekosistem”
Dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi
konservasi.

Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga penulis. Penulis juga berterimakasih kepada Ibu Dra. Fatmah Dhafir., M.Si selaku dosen
mata kuliah tersebut. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis ini menyadari makalah ini masi jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran maupun kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Palu, 8 Oktober 2023

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

Judul Makalah .............................................................................................................. 1


KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN.......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5
BAB II............................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 6
1. Konservasi Ekosistem ........................................................................................ 6
2. Kawasan Perlindungan ..................................................................................... 9
3. Penetapan Prioritas untuk Konservasi ............................................................. 12
4. Rancangan Kawasan Perlindungan .................................................................. 14
BAB III .......................................................................................................................... 16
PENUTUP ..................................................................................................................... 16
3.1 KESIMPULAN .................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum, kelestarian mahluk hidup sangat bergantung pada ketersediaan
habitat atau ekosistem dengan mutu yang memadai. Ekosistem adalah suatu unit
ekologis yang mempunyai komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dan
terjadi pengambilan dan perpindahan energi, daur materi dan produktivitas diantara
komponen-komponen tersebut. Konservasi berbasis ekosistem merupakan salah satu
pendekatan dalam konservasi.
Konservasi berbagai ekosistem yang berada di dalam maupun di luar kawasan
konservasi merupakan upaya yang sangat diperlukan sebagai suatu tindakan kehati-
hatian ketika pengetahuan tentang spesies-spesies di sebuah ekosistem masih terbatas.
Tujuan konservasi ekosistem diantaranya adalah meningkatkan konservasi spesies.
Adapun arahan strategis konservasi ekosistem menurut Mardiastuti dkk. (2008)
adalah:
a. Semua kegiatan dan program-program konservasi ekosistem, baik di dalam
maupun di luar kawasan konservasi perlu didukung dan dipadukan dengan
program konservasi spesies yang relevan.
b. Perlu identifikasi ekosistem-ekosistem yang terdegradasi yang merupakan
habitat bagi spesies-spesies prioritas atau spesies yang terancam punah.

Konservasi in-situ (di habitat alaminya) selama ini merupakan preferensi


dalam melakukan kegiatan konservasi. Namun demikian, konservasi in-situ ini
diharapkan tidak hanya dilaksanakan di dalam kawasan konservasi, mengingat bahwa
sebaran spesies juga melingkupi wilayah di luar kawasan konservasi. Konservasi ex-
situ (di luar habitat aslinya) merupakan pendamping kegiatan in-situ. Hal ini karena
banyak terjadi berbagai permasalahan di lapangan, sekaligus memberi peluang untuk
memanfaatkan spesies secara lebih optimal.
Kebutuhan lahan yang semakin meningkat karena peningkatan populasi
manusia telah menyebabkan perusakan habitat, fragmentasi, penggantian spesies asli
yang sensitif dengan spesies yang tidak asli, degradasi habitat akuatik yang
selanjutnya dapat menyebabkan masa pemberhentian yang panjang untuk dapat hidup
dari perlindungan area. Apabila hal ini berjalan dalam waktu yang lama maka yang
paling terancam adalah keanekaragaman hayati untuk seluruh negara bukan hanya di
negara maju saja tetapi yang sangat membutuhkan perhatian justru pada negara
berkembang dimana pertambahan penduduk jauh lebih pesat disbanding negara maju
yang pada akhimya kebutuhan lahan juga semakin meningkat (Turner R
W, et.al.,2007).
Kesesuaian penggunaan lahan (land instability) merupakan sistem klasifikasi
kecocokan suatu lahan yang dapat dimanfaatkan untuk penggunaan tertentu. Lahan
sebagai Sumber daya alam saat ini telah dimanfaatkan baik untuk kepentingan
ekonomi maupun ekologi, bahkan beberapa dasawarsa belakangan ini pemanfaatan
sumberdaya tampak berlebihan sehingga memunculkan terjadinya kerusakan dan
tidak dapat berfungsi lagi secara ekologis. Keanekaragaman hayati merupakan salah
satu aspek struktural ekosistem dan penentu terhadap satuan lahan yang keutuhannya
perlu dilindungi. Pengelolaan lahan dapat berpengaruh terhadap keutuhan
keanekaragaman hayati, sehingga perlu dicari metoda kesesuaian pengelolaan lahan
yang dapat melindungi keutuhan keanekaragaman hayati. Untuk mengurangi dampak

4
perluasan kawasan yang berpengaruh negatif secara ekologi maka pengembangan
konservasi merupakan suatu keharusan yang merupakan suatu kegiatan dengan
mengkombinasikan pengembangan konservasi dengan kebutuhan masyarakat dan
investasi masa depan (sustainable ecosystem)(Eken G et.al, 2004)
Fenomena alam yang terj adi, berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan
merupakan fenomena yang harus dihadapi oleh manusia. Berbagai fenomena yang
muncul sebagian besar adalah ulah tangan manusia. Hal ini disebutkan oleh Hawley.
A.H (1986) dalam buku Human Ecology A Theoretical Essay menyebutkan bahwa
komponen yang penting dalam analisa ekologi adalah ekosistem, populasi dan
lingkungan. Manusia sebagai komponen populasi mempunyai peranan yang besar
dalam memanfaatkan, mengelola dan mengendalikan fenomena yang terjadi di alam.
Maka manusia bertanggung jawab terhadap keberlanjutan ekosistem karena manusia
diciptakan sebagai khalifah (Q.S. 2: 30)
Pengembangan konservasi merupakan proses untuk dapat menciptakan
perencanaan dan pelaksanaan awal sebagai dasar perlindungan ekologi, dengan
menggunakan teknik yang signifikan dalam mengembangan kerapatan, topik dan
keuntungan dari konservasi itu sendiri. Menurut Arambiza E, et.al, 2006 perlu dicari
suatu model manajemen konservasi yang dapat digunakan dalam pengelolaan lahan di
daerah tropis secara terpadu untuk mendapatkan keseimbangan antara kebutuhan
lahan, kebutuhan masyarakat, penyangga kehidupan, konservasi keanekaragaman
hayati serta fungsi ekosistem.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan konservasi ekosistem?
2) Apa jenis, sifat, faktor-faktor, tujuan dan upaya konservasi ekosistem?
3) Apa pengertian, dan klasifikasi kawasan perlindungan?
4) Apa pengertian, kriteria dan metode yang digunakan untuk menentukan
prioritas konservasi?
5) Apa pengertian, dan cara dalam rancangan kawasan perlindungan?

1.3 Tujuan
1) Mengetahui dan dapat menjelaskan pengertian dari konservasi ekosistem
2) Mengetahui dan menjelaskan tentang jenis, sifat, faktor-faktor, tujuan dan
upaya konservasi ekosistem.
3) Mengetahui dan menjelaskan tentang pengertian, dan klasifikasi kawasan
perlindungan.
4) Mengetahui dan menjelaskan tentang pengertian, kriteria dan metode yang
digunakan untuk menentukan prioritas konservasi.
5) Mengetahui dan menjelaskan tentang pengertian, dan cara dalam rancangan
kawasan perlindungan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Konservasi Ekosistem
Secara umum, kelestarian mahluk hidup sangat bergantung pada ketersediaan
habitat atau ekosistem dengan mutu yang memadai. Konservasi ekosistem adalah
upaya menjaga keseimbangan ekosistem yang dapat berubah dengan memastikan
jumlah populasi spesies flora/fauna yang terancam, hampir punah atau berlebihan di
alam dan lingkungan aslinya.

Ekosistem adalah suatu unit ekologis yang mempunyai komponen biotik dan
abiotik yang saling berinteraksi dan terjadi pengambilan dan perpindahan energi, daur
materi dan produktivitas diantara komponen-komponen tersebut. Gopal dan Bhardwaj
(1979, dalam Irwan, 2007, hlm 27) “Berdasarkan atas segi struktur dasar ekosistem,
maka komponen ekosistem terdiri atas dua jenis sebagai berikut:
1) Komponen biotik (komponen makhluk hidup), misalnya binatang,
tetumbuhan, dan mikrobiologi.
2) Komponen abiotik (komponen benda mati), misalnya air, udara, tanah dan
energi”.

Umumnya dikenal tiga macam sumber daya alam didasarkan pada sifatnya,
yaitu :
1. Sumber daya alam yang dapat dipulihkan (renewable resources). Contohnya
tanah, hutan dan margasatwa.
2. Sumber daya alam yang tidak dapat dipulihkan (non renewable atau deposit
resources), dimana persediaan tetap dan sumber daya alam ini terdiri dari: 1)
Secara fisik persediaan akan habis seluruhnya. Contoh: batu bara, minyak
bumi, gas alam. 2) Persediaan menurun, tetapi dapat digunakan kembali (daur
ulang). Contoh: kelompok logam dan karet.
3. Sumber daya alam yang tak akan habis (continuous atau flow resources),
dimana tersedia secara berkelanjutan terdiri dari:
 Persediaannya tidak terbatas dan tidak terpengaruh oleh tindakan manusia.
Contoh : energi matahari, energi pasang surut.

6
 Persediaannya tidak terbatas, tetapi terpengaruh oleh tindakan manusia.
Contoh : bentang alam, keindahan alam, ruang angkasa dan udara.

Faktor-Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan ekosistem maupun


kepunahan sumber daya alam hayati terdiri dari:

1) Faktor Manusia
Sumber daya alam biasanya digunakan manusia untuk memenuhi
kehidupan sehari-hari, namun terkadang manusia memanfaatkan SDA
secara berlebihan dengan tidak memperhatikan kelestarian SDA itu
sendiri. contoh perusakan ekosistem di wilayah perairan yaitu, dengan
menangkap ikan menggunakan pukat harimau atau pukat trawl dimana
penggunaan alat tersebut untuk menangkap ikan dapat merugikan
ekosistem laut, karna ikan-ikan kecil yang belum siap dikonsumsi juga
akan ikut terjerat sehingga kemungkinan populasi ikan akan berkurang.
Pada wilayah daratan contoh aktivitas manusia yang dapat merusak
ekosistem adalah deforestasi atau penggundulan hutan sebagai lahan
pertanian dan lain-lain. Deforestasi menjadi penyebab munculnya
berbagai permasalahan lingkungan lainnya, seperti pemanasan global,
erosi tanah, dan kerusakan biodiversitas (Humphreys 1996).
2) Faktor Alam
Kerusakan ekosistem dapat disebabkan oleh faktor alam contohnya
seperti derasnya gelombang di laut yang menyebabkan rusaknya daerah
terumbu karang. contoh lainnya seperti perubahan iklim yang ekstrim,
asteroid, gempa bumi, longsor, dan bencana-bencana alam lainnya.

Sumber daya alam dianggap milik umum (common property) atau sumber
daya yang bersifat terbuka bagi siapapun yang ingin memanfaatkannya (open access).
Dengan demikian sumber daya ini dihargai terlalu rendah dibanding nilai yang
seharusnya dan tidak ada biaya lingkungan sebagai faktor eksternalitas ekonomi yang
semestinya dibayarkan untuk memperbaikinya. Keadaan ini menyebabkan
terkurasnya sumber daya alam secara cepat yang pada akhirnya tidak memberikan
manfaat ekonomi bagi siapapun. Kondisi ini, yang menurut Garrett Hardin disebut
sebagai “tragedy of the commons,” bersumber pada jumlah penduduk yang meningkat
secara eksponensial.

7
Konservasi berbasis ekosistem merupakan salah satu pendekatan dalam
konservasi. Konservasi berbagai ekosistem yang berada di dalam maupun di luar
kawasan konservasi merupakan upaya yang sangat diperlukan sebagai suatu tindakan
kehati-hatian ketika pengetahuan tentang spesies-spesies di sebuah ekosistem masih
terbatas. Tujuan konservasi ekosistem diantaranya adalah meningkatkan konservasi
spesies untuk mencegah kepunahan sumber daya alam. Menurut Theodore Roosevelt
(1902) istilah “konservasi” berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu
“conservation” yang terdiri dari “con” (together) dan “servare” (keep/save) yang
memiliki pengertian tentang upaya untuk memelihara apa yang kita punya (keep/save
what you have), dan menggunakannya secara bijak (wise use). jadi konservasi berarti
upaya memelihara, menjaga, atau melestarikan apa yang kita punya dan
menggunakannya secara bijaksana.

Upaya konservasi ekosistem dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan,


seperti:
a. Konservasi berbasis masyarakat: Pendekatan ini melibatkan masyarakat dalam
upaya konservasi ekosistem. Contohnya adalah dengan memberdayakan
masyarakat setempat untuk menjaga kelestarian hutan dan satwa liar di sekitar
tempat tinggal mereka.
b. Menurut Bambang Pamulardi pada bukunya yang berjudul “Hukum Kehutanan
dan Pembangunan Bidang Kehitanan” secara umum bentuk konservasi dapat
dibedakan atas 2 (dua) golongan, yaitu:
 Konservasi in-situ flora/fauna (di habitat alaminya): Pendekatan ini dilakukan
dengan menjaga kelestarian ekosistem di habitat aslinya. Namun demikian,
konservasi in-situ ini diharapkan tidak hanya dilaksanakan di dalam kawasan
konservasi, mengingat bahwa sebaran spesies juga melingkupi wilayah di luar
kawasan konservasi. Contohnya adalah konservasi in situ mencakup kawasan
suaka alam (Cagar alam dan Suaka Margasatwa) dan kawasan pelestarian
alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam).
 Konservasi ex-situ yaitu kegiatan konservasi flora/fauna (di luar habitat
alaminya): Pendekatan ini dilakukan dengan menjaga keanekaragaman hayati
di luar habitat aslinya. Konservasi ex-situ (di luar habitat aslinya) merupakan
pendamping kegiatan in-situ. Hal ini karena banyak terjadi berbagai

8
permasalahan di lapangan, sekaligus memberi peluang untuk memanfaatkan
spesies secara lebih optimal. Contohnya adalah dilakukan oleh lembaga
konservasi dengan mendirikan kebun raya, kebun koleksi, taman safari,
plasma nutfah, kebun binatang, arbetrum, dan tempat penyimpanan benih dan
sperma satwa.
Konservasi perlu dilakukan untuk menjamin kelangsungan hidup
manusia maupun komponen ekosistem lainnya, karna itu pemerintah membuat
kebijakan-kebijakan atau hukum-hukum mengenai konservasi. Contoh hukum
yang ada di Indonesia ada di Undang-Undang No.5 tahun 1990 mengenai
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

2. Kawasan Perlindungan

Kawasan perlindung merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama


melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan. Seperti yang sudah ada dalam pembahasan diatas konservasi
diatur di dalam

Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam


hayati dan ekosistemnya. Undang-undang ini merupakan lex specialis dari undang-
undang kehutanan karena undang-undang konservasi mengatur sebagian mengenai
hutan dan kawasan hutan yang telah diatur secara umum dalam undang-undang
kehutanan. Di dalam hal penegakkan hukum dan perlindungan terhadap konservasi
sumber daya alam hayati di indonesia itu sendiri baik itu sumber daya alam nabati
(tumbuhan) maupun sumber daya alam hewani (satwa) saya mengacu pada ketentuan
pasal 21 ayat (1) dan ayat (2).

Klasifikasi kawasan lindung dalam petunjuk teknis ini mengacu pada PP No.
26 Tahun 2008 tentang RTRWN, UU No. 5 Tahun 1990 tentang “Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta Keppres” No.32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung, meliputi :

a) Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya


a. Kawasan Hutan Lindung

9
Kawasan hutan lindung merupakan hutan yang dipertahankan
sebagai kawasan hutan dengan fungsi pokok sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah.
b. Kawasan Bergambut
Kawasan bergambut dengan kedalaman > 3 m merupakan
kawasan yang pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisasisa
bahan organik yang tertimbun dalam waktu yang lama.
c. Kawasan Resapan Air
Kawasan resapan air merupakan kawasan yang mempunyai
kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan, dengan demikian
kawasan tersebut merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang
berguna sebagai sumber air.

b) Kawasan Perlindungan Setempat


a. Sempadan Pantai
Kawasan sempadan pantai merupakan kawasan tertentu sepanjang
pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi pantai. Sempadan Pantai ditetapkan minimal 100 m dari
batas air pasang tertinggi ke arah darat.
b. Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri kanan
sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran/irigasi primer yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan melestarikan fungsi
sungai.
c. Kawasan Sekitar Danau atau Waduk
Kawasan sekitar danau atau waduk merupakan kawasan tertentu di
sekeliling danau atau waduk yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi danau atau waduk.
d. Kawasan Sekitar Mata Air
Kawasan sekitar mata air merupakan kawasan di sekitar mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
mata air.

10
e. Ruang Terbuka Hijau Kota
Ruang terbuka hijau kota merupakan ruang-ruang dalam kota dalam
bentuk area/kawasan maupun memanjang/jalur yang didominasi oleh
tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, sarana
kota, pengaman jaringan prasarana, dan/atau budi daya pertanian.

c) Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya


a. Suaka Margasatwa
Suaka margasatwa merupakan hutan suaka alam yang ditetapkan
sebagai tempat hidup marga satwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu
pengetahuan dan kebudayaan serta merupakan kekayaan dan kebanggaan
nasional.
b. Cagar Alam
Cagar alam merupakan suaka alam yang berhubungan dengan keadaan
alamnya yang khas, termasuk alam tumbuhan dan alam satwa perlu
dilindungi untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
c. Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Kawasan pantai berhutan bakau merupakan kawasan pesisir laut yang
berupa habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi memberikan
perlindungan kepada kehidupan pantaidan laut.
d. Taman Nasional
Taman nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang
mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budi daya, pariwisata, dan rekreasi.
e. Taman Hutan Raya
Taman hutan raya merupakan kawasan pelestarian alam untuk tujuan
koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli
dan/atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian.
f. Taman Wisata Alam
Taman wisata alam merupakan kawasan pelestarian alam di darat
maupun di laut yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi
alam.
g. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

11
Kawasan cagar budaya merupakan kawasan dimana lokasi bangunan
hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami
yang khas berada.

d) Kawasan Lindung Lainnya


a. Taman Buru
Taman buru merupakan hutan wisata yang didalamnya terdapat satwa
buru yang memungkinkan diselenggarakannya perburuan yang teratur bagi
kepentingan rekreasi.
b. Cagar Biosfer
Cagar biosfer adalah suatu kawasan yang terdiri dari ekosistem asli,
ekosistem unik, dan/atau ekosistem yang telah mengalami degradasi yang
keseluruhan unsur alamnya dilindungi dan dilestarikan bagi kepentingan
penelitian dan pendidikan.
c. Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah
Kawasan perlindungan plasma nutfah merupakan kawasan hutan yang
karena keadaan dan sifat fisik wilayahnya perlu dibina dan dipertahankan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, tipe ekosistem, gejala, dan
keunikan alam, bagi kepentingan pengawetan plasma nutfah.
d. Kawasan Pengungsian Satwa
Kawasan pengungsian satwa merupakan kawasan perlindungan
terhadap daerah pengungsian satwa dengan maksud untuk melindungi
daerah dan ekosistemnya bagi kehidupan satwa yang sejak semula
menghuni areal tersebut.

3. Penetapan Prioritas Untuk Konservasi


Penetapan prioritas untuk konservasi adalah proses identifikasi, pemilihan, dan
penentuan urutan tindakan konservasi yang harus dilakukan untuk melindungi atau
mempertahankan keanekaragaman hayati, ekosistem, atau sumber daya alam tertentu.
Prioritas tersebut biasanya ditentukan berdasarkan sejumlah faktor, termasuk tingkat
kerentanan, pentingnya ekosistem atau spesies tersebut bagi lingkungan dan manusia,
serta ketersediaan sumber daya untuk tindakan konservasi.

12
Penetapan prioritas ini sering melibatkan pengumpulan data ilmiah, analisis
risiko, kajian ekologi, dan konsultasi dengan para ahli. Hasilnya adalah rencana
tindakan konservasi yang berfokus pada upaya yang paling penting dan efektif untuk
melindungi keanekar agaman hayati dan lingkungan alam.
Penetapan prioritas untuk konservasi dapat dilakukan dengan berbagai cara,
tergantung pada tujuan dan sumber daya yang tersedia. Berikut adalah beberapa
kriteria dan metode yang digunakan untuk menentukan prioritas konservasi:
a. Status keterancaman: Spesies yang terancam punah atau terancamkehilangan
habitatnya biasanya menjadi prioritas untuk konservasi.
b. Efektivitas pengelolaan: Penetapan kawasan konservasi prioritas dapat dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan nilai indeks efektivitas pengelolaan sebesar 70
persen.
c. Kemampuan berpropagasi: Spesies yang mudah dibudidayakan atau berkembang
biak dapat menjadi prioritas untuk konservasi ex situ.
d. Nilai manfaat ekonomis: Spesies yang memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti
tumbuhan obat atau tanaman hias, dapat menjadi prioritas untuk konservasi.
e. Lokasi: Penetapan prioritas konservasi juga dapat dipengaruhi oleh lokasi
kawasan konservasi, seperti wilayah yang memiliki tingkat keterancaman yang
lebih tinggi atau wilayah yang lebih mudah diakses.
f. Metode skoring: Metode skoring dapat digunakan untuk menentukan spesies
prioritas untuk dikonservasi secara ex situ. Metode ini melibatkan penilaian
terhadap beberapa kriteria, seperti status keterancaman, efektivitas, dan biaya
pengoleksian, dengan nilai skor berkisar antara 1-3. Spesies yang memperoleh
skor tertinggi akan menjadi prioritas untuk dikonservasi.
g. Rencana strategis: Penetapan spesies prioritas untuk konservasi dapat dilakukan
berdasarkan rencana strategis yang telah ditetapkan oleh pemerintah, seperti
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.
Penetapan prioritas konservasi penting dilakukan untuk memastikan bahwa
sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk
melindungi spesies yang paling membutuhkan perlindungan.

13
4. Rancangan Kawasan Perlindungan
Rancangan kawasan perlindungan adalah sebuah dokumen atau rencana yang
merinci tata ruang dan tata guna lahan di suatu wilayah dengan tujuan utama
melindungi keanekaragaman hayati, ekosistem, atau lingkungan alam tertentu.
Rancangan ini biasanya mencakup informasi tentang bagaimana kawasan tersebut
akan dikelola, apa yang diizinkan atau dilarang dalam penggunaan lahan, serta
langkah-langkah konkret untuk mempertahankan kelestarian lingkungan dan spesies
yang ada.
Rancangan kawasan perlindungan sering kali disusun dengan melibatkan
berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat setempat,
ilmuwan lingkungan, dan organisasi konservasi. Tujuannya adalah untuk menciptakan
rencana yang seimbang antara pelestarian alam dan kebutuhan manusia, serta menjaga
keberlanjutan ekosistem dan sumber daya alam. Rancangan ini dapat menjadi dasar
untuk regulasi dan kebijakan yang mengatur penggunaan lahan di kawasan
perlindungan tersebut.
Rancangan kawasan konservasi dapat dilakukan dengan berbagai cara,
tergantung pada tujuan dan sumber daya yang tersedia. Berikut adalah beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam perancangan kawasan konservasi:
a. Inventarisasi potensi kawasan: Inventarisasi potensi kawasan pada kawasan suaka
alam dan kawasan pelestarian alam dapat dilakukan untuk memperoleh data dan
informasi potensi kawasan konservasi.
b. Penyusunan rancangan: Penyusunan rancangan zona pengelolaan atau blok
pengelolaan dapat dilakukan sebagai hasil kajian dan analisis, sebagai dasar
penyusunan rancangan zona pengelolaan atau blok pengelolaan.
c. Konsultasi publik: Konsultasi publik dapat dilakukan untuk memperoleh masukan
dan saran dari masyarakat terkait rancangan kawasan konservasi.
d. Perancangan kawasan konservasi laut: Perancangan kawasan konservasi laut dapat
dilakukan berdasarkan potensi larva ikan di suatu wilayah.
e. Fungsi kawasan: Kawasan konservasi dapat memiliki fungsi sebagai kawasan
suaka alam dan kawasan pelestarian alam.
f. Ciri khas: Kawasan pelestarian alam memiliki ciri khas tertentu yang mempunyai
fungsi pokok pelindungan sistem dan penyangga kehidupan.
g. Lokasi: Lokasi kawasan konservasi dapat ditentukan berdasarkan potensi
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya.

14
h. Alokasi luasan: Alokasi luasan kawasan konservasi dapat ditentukan berdasarkan
sebaran luasan kawasan konservasi di suatu wilayah.
Perancangan kawasan konservasi perlu dilakukan secara optimal untuk
memastikan bahwa kawasan konservasi dapat berfungsi dengan baik dalam
melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Konservasi ekosistem adalah upaya pelestarian lingkungan alam dan
keanekaragaman hayati untuk melindungi sumber daya alam dan
lingkungan agar tetap berkelanjutan. Salah satu cara untuk mencapai
tujuan ini adalah dengan mendirikan kawasan perlindungan.
 Kawasan perlindungan adalah wilayah yang ditetapkan khusus untuk
melindungi ekosistem, spesies, atau lingkungan alam tertentu. Ini dapat
mencakup taman nasional, cagar alam, hutan lindung, dan lainnya.
 Penetapan prioritas untuk konservasi adalah proses identifikasi dan
penilaian terhadap area atau spesies yang paling penting untuk
melindungi, biasanya berdasarkan risiko kepunahan, keanekaragaman,
dan dampak ekologis.
 Rancangan kawasan perlindungan adalah dokumen yang merinci
bagaimana suatu wilayah perlindungan akan dikelola dan digunakan,
dengan tujuan utama melindungi ekosistem dan spesies yang ada. Ini
mencakup pengaturan tata ruang, penggunaan lahan, serta strategi
perlindungan yang harus diimplementasikan.

Secara keseluruhan, konservasi ekosistem, kawasan perlindungan,


penetapan prioritas untuk konservasi, dan rancangan kawasan perlindungan
adalah komponen penting dalam usaha untuk melestarikan lingkungan alam
dan keanekaragaman hayati di planet ini, dengan memastikan bahwa sumber
daya alam yang berharga dapat dilestarikan untuk generasi mendatang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hardjasoemantri ,Koesnadi,2002, Hukum Tata Lingkungan, Cet. Ke-17, Gadjah Mada


University Press, Yogjakarta.
Pamulardi ,Bambang, 1999, Hukum Kehutanan dan Pembangunan Bidang Kehutanan, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Samedi.(2015). Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia: Rekomendasi bagi
Perbaikan UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan
Ekosistemnya. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia. 2(2), 5. https://icel.or.id/wp-
content/uploads/Jurnal-HLI-Vol.-2-Issue-2-Desember-2015.pdf
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI
TANAH LAUT No. 66 Tahun 2017 Tanggal 31 Mei 2017.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati.

17

Anda mungkin juga menyukai