DISUSUN OLEH :
FAJRUL ULUM (105441101320)
USWATUNG HASANAH (105441102120)
RINI NURBAYTI (105441100220)
MIRNA SARI (
PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik.Makalah ini berisi tentang uraian mengenai "Konservasi Ekosistem"'. Makalah
ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak .Oleh
karena itu kami sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya yang telah
diberikan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa hasil makalah ini masih jauh
dari kata sempurna.
Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat untuk kelompok kami khususnya, dan masyarakat Indonesia
umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan sebagai suatu biosphere sangat menentukan eksistensi
makhlukhidup yang berada di dalamnya. Makhluk hidup yang beranekaragam,
termasukmanusia, mempunyai tingkat adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang
berbedabeda, sebab setiap makhluk hidup mempunyai tingkat kerentanan dan
kemampuan yang tidak sama dalam merespons perubahan di
lingkungannya.Diantaranya makhluk hidup yang lain, manusia yang paling cepat
menyikapi perubahan yang terjadi dilingkungannya.Salah satu sifat yang unik dari
manusia yang tak dimiliki oleh makhluk lainadalah keinginan untuk mengetahui
berbagai fenomena yang terjadi
atau berlangsung dalam lingkungan hidupnya (Yustina dan Elya F, 2013).
Fenomena alam yang terjadi, berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan
merupakan fenomena yang harus dihadapi oleh manusia. Berbagai fenomena yang
muncul sebagian besar adalah ulah tangan manusia. Hal ini disebutkan oleh Hawley.
A.H(1986) dalam buku Human Ecology A Theoretical Essay dalam Maizer Said
N(2008) menyebutkan bahwa komponen yang penting dalam analisa ekologi
adalahekosistem, populasi dan lingkungan. Manusia sebagai komponen
populasimempunyai peranan yang besar dalam memanfaatkan, mengelola
danmengendalikan fenomena yang terjadi di alam. Maka manusia bertanggung
jawabterhadap keberlanjutan ekosistem karena manusia diciptakan sebagai
khalifah(Q.S. 2: 30)
Menurunnya keanekaragaman hayati menyebabkan semakin sedikit
pulamanfaat yang diperoleh manusia. Penurunan keanekaragaman hayati
dapatdicegah dengan cara melakukan konservasi.Konservasi merupakan proses
untukdapat menciptakan perencanaan dan pelaksanaan awal sebagai dasar
perlindunganekologi, dengan menggunakan teknik yang signifikan dalam
mengembangankerapatan, topik dan keuntungan dari konservasi itu sendiri (Maizer
Said N,2008).
Secara sederhana konservasi diberi pengertian tentang upaya pemanfaatanlingkungan
dan atau sumber daya alam yang dilakukan saat ini, tetapi tetapmempertahankan
keberadaanya di waktu mendatang. Keberadaan dalam hal initidak hanya dalam arti
kualitas tetapi juga dalam arti kuantitas. Oleh karenanyakonservasi akan dapat
menghasilkan kelestarian. Adanya kelestarian terhadapsumberdaya alam dan
lingkungan akan menjamin terciptanya pemanfaatan yang berlanjut sehingga
pembangunan berkelanjutan dapat terwujud
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya, yaitu :
1. Apa itu konservasi tingkat komunitas ?
2. Apa yang dimaksud dengan kawasan perlindungan ?
3. Bagaimana itu penetapan prioritas untuk konservasi dan rancangan kawasan
Perlindungan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konservasi Tingkat Komunitas
Kawasan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
Kawasan Konservasi atau kawasan yang dilindungi ditetapkan oleh pemerintah
berdasarkan berbagai macam kriteria sesuai dengan kepentingannya. Tiap negara
mempunyai kategori sendiri untuk penetapan kawasan yang dilindungi, dimana
masing-masing negara memiliki tujuan dan perlakuan yang mungkin berbeda-beda.
Namun, di tingkat internasional dinaungi oleh WCPA (World Commission on
Protected Areas) yang dulunya bernama CNPPA(Commision on National Parks and
Protected Areas)yaitu sebuah komisi dibawah IUCN (The Worlf Conservation Union)
yang memiliki tanggung jawab menjaga lingkungan konservasi di dunia, baik untuk
kawasan darat maupun perairan (Kemenhut, 2013).
Istilah hutan konservasi merujuk pada suatu kawasan hutan yang diproteksi atau
dilindungi. Proteksi atau perlindungan tersebut bertujuan untuk melestarikan hutan
dan kehidupan yang ada di dalamnya agar bisa menjalankan fungsinya secara
maksimal. Hutan konservasi merupakan hutan milik negara yang dikelola oleh
pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam,
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pengertian hutan konservasi menurut
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan adalah sebagai berikut:
Kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan
keeanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya (Adia, 2011). Kawasan
konservasi dalam kategori nasional mencakup dua kelompok besar, yaitu Kawasan
Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Kawasan Suaka Alam
yang terdiri dari Cagar Alam dan Suaka Margasatwa, bertujuan untuk perlindungan
sistem penyangga kehidupan dan pengawetan sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya (Kemenhut, 2013).
Cagar Alam (stricly nature reserve and wilderness area) adalah suatu kawasan yang
diterapkan untuk menjaga agar suatu spesies, habitat, kondisi geologi, ekosistem, juga
proses ekologis agar tetap seperti apa adanya, tanpa campur tangan manusia dengan
tujuan utama untuk kepentingan ilmiah atau pemantauan lingkungan. Pengelolaan
dalam cagar alam hanya berupa monitoring (termasuk riset) dan pengamanan saja
(sehingga sering dikenal sebagai zero mmanajemen). Kegiatan pemanfaatan yang
diperbolehkan dalam Cagar Alam sangat terbatas, terutama yang berkaitan dengan
kepentingan ilmiah serta bukan kegiatan yang sifatnya ekstaktif (mengambil sesuatu
yang berupa fisik dari kawasan). Biasanya tumbuhan dan satwa dalam kawasan cagar
alam merupakan asli daerah tersebut, tidak didatangkan dari luar. Perkembangannya
pun dibiarkan alami apa adanya. Pengelola hanya memastikan hutan tersebut tidak
diganggu oleh aktivitas manusia yang menyebabkan kerusakan (Kemenhut, 2013)
Kawasan Cagar Alam Situ Patengan sebagai hutan konservasi sangat ditentukan oleh
vegetasi yang menutupi kawasan tersebut dimana keberadaan vegetasi dapat
digambarkan dengan menganalisis struktur vegetasi.
Menurut Dansereau (1974 dalam Kainde dkk., 2011), struktur vegetasi dapat
didefinisikan sebagai organisasi individu-individu tumbuhan dalam ruang yang
membentuk tegakan dan secara lebih luas membentuk tipe vegetasi atau asosiasi
tumbuhan. Kekayaan biota Cagar Alam Situ Patengan masih belum banyak diketahui
oleh masyarakat luas dan masyarakat lebih mengenal Cagar Alam Situ Patengan
sebagai kawasan wisata saja. Padahal kawasan hutan yang terhampar di Kec.
Ciwidey, Kab. Bandung ini menyimpan flora langka dan satwa liar yang dilindungi.
Hasil survey pendahuluan dan informasi masyarakat menyatakan bahwa Kawasan
Cagar Alam Situ Patengan dimanfaatkan juga oleh warga sekitar untuk dijadikan
sebagai tempat perlintasan atau jalan yang menghubungkan antar perumahan
penduduk dengan kebunnya. Bahkan karena Cagar Alam tersebut berada disamping
Situ Patengan, warga sekitar memanfaatkannya sebagai lahan pemancingan dengan
melintasi Cagar Alam Situ Patengan, sehingga menjadi faktor penyebab terjadinya
fragmentasi kawasan. Fragmentasi jika dibiarkan akan mengganggu keseimbangan
ekosistem yang ada dalam kawasan tersebut seperti 3 terganggunya keberadaan satwa,
akan punahnya tumbuhan tertentu dan terjadinya pemadatan tanah.
Turner (1996 dalam Rasnovi (2006) menyatakan bahwa beberapa faktor dalam
mekanisme hubungan fragmentasi dengan kepunahan antara lain adanya berbagai
macam pengaruh dari gangguan manusia baik selama deforestasi berlangsung maupun
setelahnya, berkurangnya ukuran populasi, berkurangnya laju imigrasi, efek tepi
hutan, perubahan struktur komunitas, dan masuknya spesies-spesies eksotik.
Keanekaragaman hayati di Indonesia yang berlimpah menuntut sebuah tempat untuk
melindungi dan melestarikan keragaman tersebut. Kawasan konservasi vegetasi
merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai arti penting bagi
kehidupan secara menyeluruh, mencakup ekosistem dan keanekaragaman, untuk
meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan, manfaat sumber daya
alam serta nilai sejarah dan budaya secara berkelanjutan. kondisi kawasan lindung
Jawa Barat mengalami degradasi yang serius baik kualitas maupun kuantitasnya,
penyusutan luas dan meningkatnya lahan kritis akibat tekanan pertumbuhan
penduduk, alih fungsi lahan, konflik penguasaan pemanfaatan lahan serta
berkurangnya rasa kepedulian dan kebersamaan (Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Barat No. 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung). Komunitas
tumbuhan atau vegetasi mempunyai peranan penting dalam ekosistem. Kehadiran
vegetasi pada suatu kawasan akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan
ekosistem dalam skala lebih luas. Vegetasi berperan penting dalam ekosistem terkait
dengan pengaturan keseimbangan karbodioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan
sifat fisik, kimia, biologis tanah dan pengaturan tata air dalam tanah. Secara umum
vegetasi memberikan dampak positif terhadap ekosistem, tetapi pengaruhnya
bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada setiap
kawasan (Mufti, 2012). Betapa pentingnya peranan vegetasi di sebuah kawasan, maka
penyelamatan vegetasi perlu dilakukan, untuk menjaga vegetasi pada suatu kawasan
maka perlu diketahui struktur dan komposisi vegetasinya. Widiastuti, (2008)
mengatakan menyelamatkan keanekaragaman vegetasi berarti mengambil 4 langkah
untuk melindungi gen, spesies, habitat, dan ekosistem. Cara yang paling baik untuk
mempertahankan spesies adalah dengan mempertahankan habitatnya. Konservasi
pada tingkat komunitas merupakan satu-satunya cara yang efektif untuk melestarikan
spesies.
B. Kawasan Perlindungan
Ada lebih dari 108.000 kawasan yang dilindungi di seluruh dunia, dan jumlah ini
terus bertambah, mencakup wilayah seluas 19.300.000 km2 (7.500.000 sq mi), atau
lebih dari 13% luas daratan dunia; melebihi luas Benua Afrika.[1] Pada pihak lain,
sampai dengan 2008 baru sebanyak 0,8% luas lautan yang termuat dalam sekitar
5.000 kawasan perlindungan laut.[2][3]
Salah satu –namun bukan satu-satunya– definisi mengenai kawasan yang dilindungi
dikeluarkan oleh Uni Internasional untuk Konservasi Alam.
Sejarah
Suatu set dari berbagai tipe kawasan yang dilindungi, luasan serta persebarannya di
suatu negara biasa disebut sebagai sistem kawasan yang dilindungi. Sayangnya,
sistem kawasan ini umumnya masih terpaku pada kawasan konservasi daratan,
dengan sedikit sentuhan pada kawasan konservasi laut dan lahan basah.
Kategori IUCN
Ib - Wilderness Area
Wilayah daratan atau lautan yang masih liar atau hanya sedikit diubah, yang masih
memiliki atau mempertahankan karakter dan pengaruh alaminya, tanpa adanya
hunian yang permanen atau signifikan; dilindungi dan dikelola untuk
mempertahankan kondisi alaminya.
II - National Park
Wilayah daratan dan lautan yang masih alami, yang ditunjuk untuk (i) melindungi
integritas ekologis dari satu atau beberapa ekosistem di dalamnya, untuk
kepentingan sekarang dan generasi mendatang; (ii) menghindarkan/mengeluarkan
kegiatan-kegiatan eksploitasi atau okupasi yang bertentangan dengan tujuan-
tujuan pelestarian kawasan; (iii) menyediakan landasan bagi kepentingan-
kepentingan spiritual, ilmiah, pendidikan, wisata dan lain-lain, yang semuanya
harus selaras secara lingkungan dan budaya.
V - Protected Landscape/Seascape
Wilayah daratan atau lautan, dengan kawasan pesisir di dalamnya, di mana
interaksi masyarakat dengan lingkungan alaminya selama bertahun-tahun telah
membentuk wilayah dengan karakter yang khas, yang memiliki nilai-nilai estetika,
ekologis, atau budaya yang signifikan, kerap dengan keanekaragaman hayati yang
tinggi. Menjaga integritas hubungan timbal-balik yang tradisional ini bersifat vital
bagi perlindungan, pemeliharaan, dan evolusi wilayah termaksud.
C. Tahapan Penetapan Kawasan Konservasi
Usulan Inisiatif Calon Kawasan Konservasi
Usulan inisiatif calon kawasan konservasi dapat diajukan oleh Pemerintah, Pemda,
MHA, ataupun setiap orang. Pengajuan usulan tersebut disampaikan kepada Menteri /
Gubernur yang memuat kajian awal dan peta lokasi yang mencantumkan target
konservasi.
Target konservasi yang dimaksud adalah keanekaragaman hayati, sumber daya ikan
dan habitatnya, dan situs budaya tradisional. Adapun peta lokasi berupa nama:
provinsi, kab/kota, pulau, pantai, teluk, tanjung, selat, laut, atau samudera. Apabila di
dalam wilayah kelola MHA, dilakukan penyerahan oleh MHA kepada Pemeritah /
Pemda dalam berita acara serah terima.
Identifikasi dan Inventarisasi
1. Membentuk kelompok kerja (pokja)
Kelompok kerja dibentuk oleh Menteri / Gubenur dan diketuai oleh Dirjen / Kepala
OPD. Pokja bertugas menyusun dokumen awal & dokumen final dengan jangka
waktu penyusunan paling lama 12 bulan setelah pokja ditetapkan.
2. Survei
Survei dilakukan dengan tujuan pengumpulan data dan informasi untuk penyusunan
dokumen awal sebagai hasilnya. Data dan informasi yang dikumpulkan antara lain:
sebaran habitat penting
sebaran biota penting
daerah pemijahan
potensi ancaman terhadap target konservasi
kondisi status pemanfaatan sumber daya
pemetaan pemangku kepentingan
keberadaan potensi situs budaya tradisional
keterwakilan, keterulangan, dan konektivitas habitat penting.
Sedangkan Dokumen Awal yang menjadi hasil tahapan survei harus mengandung
muatan sebagai berikut:
tujuan pembentukan Kawasan Konservasi
luasan Kawasan Konservasi
prioritas target konservasi
zonasi Kawasan Konservasi
ketentuan kegiatan pemanfaatan Kawasan Konservasi
kategori Kawasan Konservasi
rencana kerja
peta Kawasan Konservasi dengan minimal skala 1:50.000
3. Konsultasi Teknis
Konsultasi teknis dilaksanakan dengan tujuan mendapat tanggapan terhadap dokumen
awal. Pokja mengajukan permohonan konsultasi teknis ke Dirjen / Ka. OPD,
selanjutnya Dirjen / Ka. OPD menanggapi paling lama 15 hari kerja. Hasil dari
tahapan konsultasi teknis adalah saran penyempurnaan dan persetujuan teknis
konsultasi publik.
4. Konsultasi Publik
Setelah terdapat perbaikan dokumen berdasarkan hasil konsultasi teknis, selanjutnya
dilakukan konsultasi publik dengan tujuan untuk mendapat masukan dan saran,
menyepakati dokumen awal dari masyarakat. Hasil konsultasi publik dituangkan
dalam berita acara dan peta Kawasan Konservasi sebagai bahan penyusunan dokumen
final.
Pencadangan
Dari hasil konsultasi publik selanjutnya dilakukan pencadangan kawasan konservasi
yang ditetapkan Menteri / Gubernur. Muatan Pencadangan meliputi
Tujuan pembentukan Kawasan Konservasi
Luasan Kawasan Konservasi
Target konservasi
Kategori Kawasan Konservasi
Ketentuan kegiatan pemanfaatan Kawasan Konservasi
Peta zonasi Kawasan Konservasi skala minimal 1:50.000
Alokasi ruang kawasan konservasi dalam dokumen RZ disetarakan sebagai
pencadangan yang selanjutnya dapat dilakukan penyusunan dokumen final
Penetapan
Penetapan terdiri dari dua tahapan, yakni Pengusulan dan Evaluasi.
1. Pengusulan
Pencadangan diusulkan oleh Menteri/Gubernur kepada Menteri untuk ditetapkan yang
diajukan paling lama 6 bulan sejak KK dicadangkan. Dalam pengusulan dilampirkan
Keputusan Gubernur tentang pencadangan, Dokumen final, dan Rencana
pembentukan SUOP.
2. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan oleh Dirjen yang dilakukan paling lama 3 bulan sejak
pengusulan.
Penataan Batas
Penataan batas meliputi Publikasi KK dalam peta laut Indonesia, Sosialisasi, dan
Pemasangan tanda batas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kawasan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
Kawasan Konservasi atau kawasan yang dilindungi ditetapkan oleh pemerintah
berdasarkan berbagai macam kriteria sesuai dengan kepentingannya. Tiap negara
mempunyai kategori sendiri untuk penetapan kawasan yang dilindungi, dimana
masing-masing negara memiliki tujuan dan perlakuan yang mungkin berbeda-beda.
Namun, di tingkat internasional dinaungi oleh WCPA (World Commission on
Protected Areas) yang dulunya bernama CNPPA(Commision on National Parks and
Protected Areas)yaitu sebuah komisi dibawah IUCN (The Worlf Conservation Union)
yang memiliki tanggung jawab menjaga lingkungan konservasi di dunia, baik untuk
kawasan darat maupun perairan (Kemenhut, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Handoyo, Eko dan Tijan. 2010. Model Pendidikan Karakter Berbasis Konservasi: Pengalaman
Universitas Negeri Semarang. Semarang: Cipta Prima Nusantara Semarang.
Khafid, Muhammad. (2013). Kurikulum Unnes 2012 Berbasis Kompetensi dan Konservasi.
Online. Dapat ditemukan di http://konservasi.unnes.ac.id/
Mangunjaya, Fachruddin M.. 2005. Konservasi Alam dalam Islam. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Sugiyo. (2012). Pengembangan Karakter Anak melalui Konservasi Moral Sejak Dini.
Indonesian Journal of Conservation, Vol. 1 No. 1 Juni 2012: 40–48. Tersedia di
http://ejournal.unnes.ac.id.
Masrukhi. (2012). Mambangun Karakter Berbasis Nilai Konservasi. Indonesian Journal of
Conservation, Vol. 1 No. 1 Juni 2012: 20–29. Tersedia di http://ejournal.unnes.ac.id.