Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

MATAKULIAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN

“KONSERVASI : UPAYA DAN STRATEGI KEBERLANJUTANNYA UNTUK


KESEJAHTERAAN MANUSIA”

DISUSUN OLEH :

1. DHUHA ALIEF KHANDA SAEFUDIN (NIM. E1A017013)


2. RIZKI DEWI SATIVA LESTARI ARIFIN (NIM. E1A020099)
3. SOPIATUZZA’RAH (NIM. E1A020105)
4. SRI AYUANDINI (NIM. E1A020107)
5. SUKRAN MADANI (NIM. E1A020111)
6. X. ZARDHT ALEX HIDAYAT (NIM. E1A020116)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2022
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Konservasi terhadap lingkungan alam memiliki arti yaitu melestarikan lingkungan
alam. Perilaku manusia terhadap lingkungan dipengaruhi oleh kepedulian mereka terhadap
kelestarian alam sekitar. Banyaknya perilaku manusia yang dapat merusak alam dapat
diperbaiki dengan penanaman nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan (Setyawan dan
Laelasari, 2015). Konservasi adalah cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak
menurunnya kualitas dan kuantitas sumber daya alam akibat eksploitasi (Qodriyatun, 2010).
Secara umum, konservasi mempunyai arti pelestarian yaitu melestarikan atau mengawetkan
daya dukung, mutu, fungsi, dan kemampuan lingkungan secara seimbang. Konservasi lahir
akibat adanya kebutuhan untuk melestarikan sumber daya alam yang diketahui mengalami
degradasi mutu. Konservasi merupakan upaya mengelola perubahan menuju pelestarian
nilai dan warisan budaya yang lebih baik dan berkesinambungan. Dengan kata lain bahwa
dalam konsep konservasi terdapat alur memperbaharui kembali (renew), memanfaatkan
kembali (reuse), mengurangi (reduce), mendaur ulang kembali (recycle), dan menguangkan
kembali (refund) (Setyawan dan Laelasari, 2015).
Terdapat dua bentuk konservasi alam yaitu konservasi in- situ dan konservasi ek-situ.
Konservasi In-situ (di dalam kawasan) adalah konservasi flora fauna dan ekosistem yang
dilakukan di dalam habitat aslinya agar tetap utuh dan segala proses kehidupan yang terjadi
berjalan secara alami. Kegiatan ini meliputi perlindungan contoh-contoh perwakilan
ekosistem darat dan laut beserta flora fauna di dalamnya. Konservasi in-situ dilakukan
dalam bentuk kawasan suaka alam (cagar alam, suaka marga satwa), zona inti taman
nasional dan lautan lindung (Kuspriyanto, 2015). Kawasan konservasi in-situ secara
nasional dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Kawasan Suaka Alam (KSA) dan
Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA yang merupakan kawasan konservasi dengan
tujuan melindungi sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keanekaragaman hayati
serta ekosistemnya. Kawasan KSA terdiri Cagar Alam dan Suaka Margasatwa. Sedangkan
KPA merupakan kawasan konservasi yang tujuanya sama dengan KSA hanya saja dalam
KPA ada unsur pemanfaat secara berkelanjutan seperti pendidikan. Kawasan KPA terdiri
dari Taman Nasional, Taman Hutan Raya (Tahura), Taman Wisata Alam dan Taman Buru
(Abidin et al., 2020). Sedangkan Konservasi ex-situ (di luar kawasan) adalah upaya
konservasi yang dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakkan jenis tumbuhan dan
satwa di luar habitat alaminya dengan cara pengumpulan jenis, pemeliharaan dan budidaya
(penangkaran). Konservasi ex-situ dilakukan pada tempat-tempat seperti kebun binatang,
kebun botani, taman hutan raya, kebun raya, arboretum, penangkaran satwa, taman safari,
taman kota dan taman burung. Cara ex-situ merupakan suatu cara pemanipulasian obyek
yang dilestarikan untuk dimanfaatkan dalam upaya pengkayaan jenis, terutama yang hampir
mengalami kepunahan dan bersifat unik. Cara konservasi ex-situ dianggap sulit
dilaksanakan dengan keberhasilan tinggi disebabkan jenis yang diominan terhadap
kehidupan alaminya sulit beradaptasi dengan lingkungan buatan (Kuspriyanto, 2015).
Pemaparan di atas menjelaskan tentang definisi konservasi dan konsepnya, dari
pernyataan berbeagai sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa konservasi merupakan
upaya dan strategi keberlanjutan untuk kesejahteraan manusia. Dengan adanya konservasi,
maka kita telah berinvestasi untuk masa depan, seperti keseimbangan kehidupan mendatang.
Berdasarkan hal tersebut, penyusun tertarik untuk membuat makalah dengan judul
“Konservasi : Upaya dan Strategi Keberlanjutan untuk Kesejahteraan Manusia”.
2. Rumusan Masalah
a. Apakah konservasi dapat mensejahterakan manusia secara keberlanjutan?
b. Bagaimanakah upaya dan strategi keberlanjutan untuk mensejahterakan manusia?
3. Tujuan dan Manfaat
a. Untuk mengetahui konservasi dapat mensejahterakan manusia secara keberlanjutan.
b. Untuk memahami upaya dan strategi keberlanjutan untuk mensejahterakan manusia.
PEMBAHASAN

Konservasi Dapat Mensejahterakan Manusia Secara Keberlanjutan


Menurut MIPL (2010), konservasi secara umum mengacu pada pemeliharaan daya
dukung, kualitas, fungsi, dan kemampuan lingkungan secara seimbang. Tujuan konservasi
antara lain mewujudkan kelestarian sumber daya alam hayati serta keserasian dan
keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan dan kualitas hidup manusia, serta melestarikan daya tampung dan pemanfaatan
sumber daya alam hayati beserta isinya. ekosistem. Selain itu, salah satu upaya untuk menjaga
kelestarian satwa adalah konservasi. Habitat alami satwa akan rusak jika tidak dilakukan upaya
konservasi. Kerusakan habitat alami ini terjadi pada manusia. Kebutuhan untuk melindungi
sumber daya alam yang kualitasnya diketahui menurun dengan cepat memunculkan
konservasi. Dampak dari kemerosotan ini mengkhawatirkan dan, jika tidak diantisipasi, akan
membahayakan umat manusia, terutama kehidupan generasi penerus mereka di masa depan.
Di sisi lain, batas-batas konservasi dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan tahap
regional, yang ditandai dengan: (1) gerakan konservasi, ide-ide yang muncul pada akhir abad
ke-19, khususnya yang hanya menekankan pada keaslian bahan dan nilai dokumentasi; dan (2)
teori konservasi modern, yang didasarkan pada penilaian kritis terhadap bangunan bersejarah
terkait keaslian, keindahan, sejarah, dan pemanfaatan nilai-nilai lain (Anatriksa, 2009). Ada
dua gerakan yang mencoba mempraktekkan konservasi. Gerakan-gerakan tersebut dapat dilihat
dari sudut pandang para pelaku gerakan dan arah gerakan yang mereka ambil. Pertama, arsitek,
sejarawan arsitektur, perencana kota, ahli geologi, dan jurnalis biasanya memimpin kampanye
untuk konservasi material. Tren kedua dikenal sebagai "konservasi masyarakat", dan
merupakan bentuk perlindungan lingkungan yang mencakup ilmuwan sosial, arsitek, pekerja
sosial, organisasi non-pemerintah, dan bahkan selebriti publik. Konservasi dapat diartikan
sebagai upaya untuk melindungi, melestarikan, dan menerima perubahan dan/atau
pembangunan berdasarkan konsep, ruang lingkup, dan arah konservasi. Perubahan yang
dimaksud tidak terjadi secara tiba-tiba dan drastis; sebaliknya, mereka adalah perubahan yang
dipilih secara alami. Ia ingin mempertahankan identitasnya.
Mengingat batasan dan cakupan konservasi, paling tidak, terdapat empat nilai yang
terkandung dalam konsep konservasi, yaitu menanam, memanfaatkan, melestarikan dan
mempelajari. Nilai - nilai tersebut bersifat herarhis, spiral, dan berkesinambungan. Menanam,
dapat dimaknai dalam dua arti. Pertama, secara fisik menanam dapat diartikan menancapkan
sebuah benih atau bibit ke dalam tanah. Sekolah menggambarakan perlunya menanam
kebaikan dan jangan menanam kejelekan. Dengan menanam diharapkan memperoleh hasil dari
bibit/benih yang ditanam. Namun demikian, hasil yang diharapkan, sudah barang tentu tidak
serta merta berhasil tanpa ada upaya melindungi, merawat, dan memelihara. Kaitan dengan
menanam, melindungi, merawat, dan memelihara tersebut diperlukan ilmu, kesabaran,
anggaran, dan tenaga.
Kedua, secara non-fisik, menanam dapat diartikan meletakkan nilai-nilai fundamental
dan luhur yang telah mengkristal menjadi pedoman atau pandangan hidup dan dasar
negara. Nilai-nilai luhur tersebut berawal dan berasal dari nilai-nilai luhur yang disepakati oleh
rakyat penduduk wilayah tertentu, kemudian meluas dan disepakati oleh masyarakat dan
bangsa. Lebih lanjut, dari makna menanam baik fisik maupun non fisik dapat diwujudkan
dalam nilai-nilai konkret yang luhur berupa budaya yang adiluhung. Bentuk konkret budaya
tersebut seperti kesenian, bangunan candi-candi, cagar budaya dan lain sebagainya. Kini
semuanya menjadi nilai-nilai konservasi warisan budaya. Bibit yang ditanam akan tumbuh
pohon, batang, ranting, daun, dan kemudian tumbuh buah. Akar tanaman bisa juga digunakan
untuk obat-obatan dan akar yang berbentuk umbi bisa untuk dijadikan makanan pokok
manusia. Ada yang sangat penting dari fungsi akar yaitu penyimpan air pada saat hujan dan air
yang tersimpan itu akan mengalir terus sepanjang tahun, selain itu, akar juga berfungsi sebagai
penahan longsor.
Sementara itu, nilai budaya juga memiliki multi fungsi. Nilai-nilai yang terkandung
dalam kesenian menjadi penenang hati, pemberi inspirasi dan apresiasi. Nilai-nilai yang
terkandung dalam seni lukis, seni rupa, patung, keraton, bangunan candi, cagar budaya
menjadi daya tarik, menjadi alat dan tempat berkomunikasi dengan penuh toleransi. Banyak
makna dan cerita heroik dalam peninggalan budaya yang tertera dan terpahat pada ornamen
bangunan tersebut. Kini, budaya yang tadinya menjadi cikal bakal cultural heritage mengalami
pergeseran, dengan lajunya modernisasi dan globalisasi, dan telah mengancam kelestarian
budaya di beberapa kawasan bersejarah, seperti kawasan keraton baik yang terdapat di
Yogyakarta, Solo, Cirebon maupun kawasan bersejarah di tempat lain. Kondisi ini
diindikasikan dengan munculnya fenomena arsitektural yang tidak sesuai dengan nuansa
budaya di kawasan tersebut, dan diimbangi dengan menurunnya tingkat apresiasi masyarakat
terhadap kekayaan budayanya sendiri. Penjelasan ini mengingatkan, bahwa budaya merupakan
perkembangan majemuk dari budidaya yang berarti daya dari budi manusia yang dituangkan
dalam lingkungannya, sehingga mempunyai wujud yang berupa cipta, rasa dan karsa dan
kebudayaan yang berarti hasil cipta, rasa dan karsa. Hal yang sama pernah juga ditegaskan oleh
Antariksa, bahwa budaya sebagai suatu kompleks gagasan dan pikiran manusia bersifat tidak
teraga. Kebudayaan ini akan terwujud melalui pandangan hidup, tata nilai, gaya hidup dan
akhirnya aktifitas yang bersifat konkrit. Keprihatinan akan punahnya budaya di
atas, menimbulkan gagasan untuk melestarikan warisan budaya sebagai nilai ketiga dari
konservasi.
Melestarikan, merupakan cara untuk memperkuat citra budaya melalui penanganan
spasial dan sosial-budaya ekonomi di kawasan bersejarah dengan bertumpu pada
pemberdayaan komunitas yang berbudaya. Pemberdayaan komunitas budaya di kawasan
bersejarah merupakan upaya pendekatan bottom-up untuk membangkitkan kembali vitalitas
komunitas budaya untuk berkreasi di tengah masyarakat yang serba modern.

Upaya Dan Strategi Keberlanjutan Untuk Mensejahterakan Manusia


Hasil Kongres Taman Nasional Dunia V di Durban Afrika Selatan yang
diselenggarakan pada 8-17 September 2003 mengemukakan bahwa keberadaan kawasan
konservasi berdasarkan pervasi tidak dapat dipisah kan dari perkembangan ekonomi
masyarakat sekitarnya. Terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian dan prioritas penanganan
dengan segera dalam sepuluh tahun mendatang (2004-2024), yaitu:
1. Peranan kawasan konservasi dalam pelestarian keanekaragaman hayati:
a. Mengupayakan sistem kawasan konservasi yang dapat mewakili keseluruhan
perwakilan ekosistem yang ada, sehingga potensi keanekaragaman hayati yang ada
dapat dilestarikan secara ke seluruhan, dan berupaya menanggulangi ancaman bahaya
kepu nahan keanekaragaman hayati akibat meningkatnya kebutuhan masyarakat akan
lahan dan pemanfaatan sumber daya alam ha yati untuk menunjang kebutuhan
hidupnya.
b. Meningkatkan pemahaman pola-pola distribusi spesies, habitat, ekosistem, dan proses
ekologi pada keseluruhan skala yang ada, untuk selanjutnya mengembangkan target
perlindungan dan pe lestarian berdasarkan pemahaman tersebut sebagai alat dukung
an pada pengambilan keputusan dan perencanaan konservasi secara sistematis.
c. Meningkatkan dukungan keberadaan database konservasi alam yang merupakan hal
yang penting bagi upaya pemerintah dan masyarakat untuk membangun jaringan
kawasan konservasi se cara keseluruhan dan lengkap bagi upaya penyelamatan dan
kon servasi keanekaragaman hayati.
d. Meningkatkan dukungan pendanaan untuk pengelolaan kawasan konservasi secara
cukup dan memadai, sehingga upaya konservasi keanekaragaman hayati dan
pengelolaan kawasan konservasi menjadi lebih efektif.
e. Mengembangkan rencana ditingkat lokal dan nasional untuk pe lestarian
keanekaragaman hayati, termasuk konstribusi kawasan konservasi terhadap pelestarian
keanekaragaman hayati, peng ukuran dari pelaksanaan program konvensi
keanekaragaman hayati, pemantauan atas pencapaian target yang disepakati, dan
kemajuaan yang dapat dicapai dari pelaksanaan konvensi ke anekaragaman hayati,
serta mendorong dan meningkatkan upa ya konservasi keanekaragaman hayati.
f. Kepada para pengelola kawasan konservasi perlu ditekankan untuk dapat menjabarkan
dan melaksankan program konvensi keanekaragaman hayati di dalam kegiatan
pengelolaan, serta mempertukarkan pengalamannya dalam pelaksanaan konvensi
keanekaragaman hayati.
g. Menyiapkan secara khusus kebijakan nasional dan peraturan untuk perlindungan
warisan dunia, meningkatkan upaya pendi dikan dan penyadaran mengenai warisan
alam dunia agar dapat meningkatkan kemampuan katerampilan dan pengetahuan yang
mengarah kepada pencapaian pengelolaan warisan dunia seca ra efektif, serta
mengembangkan kerja sama partnership dengan masyarakat, dunia usaha dan berbagai
pihak yang terkait untuk kesejahteraan masyarakat setempat.
2. Peranan kawasan konservasi dalam pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan:
a. Membangun rencana kerangka kerja dan program dalam skema untuk pengembangan
kawasan konservasi di dalam mencegah dan menanggulangi kemiskinan, dengan
mengubah pola peman faatan yang lebih memperhatikan permintaan dan konsumsi
berbasis keberlanjutan, serta mendayagunakan bagian-bagian kawasan konservasi
untuk pengembangan ekonomi dan sosial, dengan pembiayaan pengelolaan kawasan
konservasi yang efektif dan keberlangsungan lingkungan hidup.
b. Mengembangkan instrumen ekonomi untuk pembangunan ber kelanjutan dan mampu
untuk memberikan keuntungan bagi per lindungan/konservasi kawasan.
c. Mengembangkan metode total nilai kawasan konservasi pada kegiatan ekonomi,
kesejahteraan sosial, serta pemanfaatan barang dan jasa lingkungan.
d. Membangun perencanaan kerangka kerja ekologis yang mewakili kawasan-kawasan
konservasi dengan memperhatikan kon stribusi kawasan konservasi terhadap upaya
strategi penanggu langan kemiskinan.
e. Mengupayakan agar pemerintah bersama-sama dengan pengelo la kawasan
konservasi, pelaku bisnis dan sukarelawan dapat mengembangkan pendekatan lintas
sektoral dalam pembangunan berkelanjutan, di mana kawasan konservasi merupakan
kompo nen kunci dalam program pembangunan ditingkatkan nasional dan regional.
f. Mengupayakan agar pemerintah dapat mengadopsi pendekatan multisektoral melalui
dukungan pengembangan kapasitas pe ngelola kawasan konservasi dan pengembangan
peranan kawa san konservasi di dalam penanggulangan kemiskinan dan pe ningkatan
kesejahteraan masyarakat, yang hasilnya terintegrasi dan dapat melengkapi
kepentingan konservasi keanekaragaman hayati.
g. Kepada para pengelola kawasan konservasi dimintakan untuk dapat mengembangkan
strategi dan tindakan agar kawasan kon servasi memiliki peranan dalam
penanggulangan bahaya benca na alam seperti pemberdayaan masyarakat melalaui
peran serta secara aktif, serta mengkaji keseluruhan kebijakan, termasuk, pembiayaan,
investasi swasta, dan struktur organisasi yang ber tentangan atau dapat disesuaikan
dengan kepentingan pembangunan berkelanjutan, hal ini termasuk pula kajian sistem
pera turan dan prosedur untuk klasifikasi kawasan konservasi.
3. Sistem kawasan konservasi dalam kaitan dengan kondisi bentang alam daratan dan
perairan laut disekitarnya:
a. Keberadaan kawasan konservasi umumnya tidak dapat dipisah kan atau berdiri sendiri
secara berkelanjutan, namun terkait erat keberadaannya dengan berbagai sistem dan
pengembangan ma syarakat di sekitarnya, serta suatu sistem yang mewakili sosio
ekosistem diusulkan sebagai target kunci konservasi kawasan pada tingkat ekosistem,
yang sangat penting untuk melindungi komponen individu, ketergantungan spesies,
habitat, dan ben tang alam.
b. Mengembangkan pendekatan ilmiah dan sistematis untuk me nentukan unit-unit
keruangan (sosio-ekosistem, ekoregional, dan bioregional) serta menekan pentingnya
kelangkaan, kepuna han, dan keterancaman, serta diperlukan pendekatan yang dapat
menghubungkan kawasan-kawasan konservasi, yang memung kinkan elemen fungsi
alam ekosistem yang luas, mencakup ben tang alam daratan dan perairan laut.
c. Mengembangkan pendekatan dalam skala operasi bentang alam pada tingkat regional
dan nasional yang mencakup lingkungan di luar kawasan konservasi, sebagai suatu
jaringan kawasan konservasi yang terintegrasi dengan lingkungan di sekitarnya.
d. Mengembangkan perencanaan pengelolaan kawasan konservasi melalui pendekatan
dalam jaringan kerangka kerja berdasarkan biogeografi regional dan konsultasi
dengan seluruh pihak ter kait yang terpilih dan berkepentingan, sehingga dapat
menang gulangi gap/perbedaan yang terjadi seperti adanya hotspot ke anekaragaman
hayati dan perwakilan bioregional dalam sistem kawasan konservasi.
e. Mengupayakan penyelamatan proses ekologis yang mengalami kepunahan pada
kawasan-kawasan yang rusak, dan dapat ter selamatkan di dalam sistem kawasan
konservasi dan lingkungan bentang di sekitarnya, serta kebutuhan yang bersifat
khusus seperti pengembangan koridor yang memungkinkan berbagai komunitas
kehidupan liar dapat melakukan perpindahan atau pergerakan secara musiman atau
sementara sebagai salah satu upaya pencapaian tujuan dan kepentingan konservasi
alam.
f. Mengupayakan proses konsultasi dan komunikasi dengan ber bagai keperwakilan
lembaga terkait dan berkepentingan untuk: 1) Memberikan kajian dan pandangan
tentang pentingnya per ubahan batas perluasan kawasan konservasi, serta keterka
itannya dengan kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup. 2)
Kepentingan penataan zonasi di dalam kawasan konservasi serta keterkaitannya
dengan kawasan sekitarnya, serta perlu dikembangkan dan dipertimbangkan adanya
jaringan sosial dan ekologi, koridor antarkawasan konservasi, aliran ekologi perairan,
dan lahan basah dalam skala yang tepat. 3) Adopsi kerangka kebijakan dan insentif
yang menekankan partisipasi aktif dari masyarakat dalam upaya konservasi
keanekaragaman hayati.
4. Perbaikan kualitas, efektivitas, dan pelaporan pengelolaan kawasan konservasi:
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelola, pera turan yang
memungkinan kawasan konservasi dapat dikelola se cara efektif yang efisien, serta
pemantauan dan pelaporan untuk mendukung pengelolaan secara lebih baik.
b. Meningkatkan dukungan penelitian ilmiah dan kajian teknis, terhadap kecenderungan
perubahan ekologis, lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya untuk bisa memberikan
pengetahuan yang memadai di dalam proses pengambilan keputusan, serta
kemungkinan nilai-nilai tradisional dan kearifan masyarakat da pat digunakan untuk
membangun pengelolaan kawasan konser vasi secara partisipasi, dan kemungkinan
memahami secara jelas nilai-nilai spiritual dan budaya dalam pengelolaan kawasan
kon servasi secara efektif, dan kebutuhan keterampilan pengelolaan kawasan
konservasi yang lebih terspesialisasi dan luas.
c. Mengembangkan sistem pemantauan dan evaluasi efektivitas pe ngelolaan kawasan
konservasi secara berkelanjutan, terkuantifi kasi dan terbuktikan sebagaimana
dikembangkan oleh WCPA, yang dapat dilakukan oleh pemerintah maupun
berkolaborasi dengan berbagai pihak (stakeholder), sehingga hasilnya akan dapat
memengaruhi pengambilan keputusan di dalam perenca naan dan pengelolaan, serta
pencapaian kemajuan sesuai target penilaian yang disetujui.
d. Mendorong pengelola kawasan konservasi untuk dapat melak sanakan sistem
pemantauan dan evaluasi yang dikembangkan dalam kerangka kerja WCPA secara
konsisten, efektif dan ber kelanjutan, serta melibatkan masyarakat dan lembaga
setempat, yang hasilnya dapat digunakan untuk memperbaiki keseluruhan aspek
pengelolaan kawasan konservasi dan tersedianya untuk kepentingan pihak terkait: 1)
Penilaian dapat menuju kecukupan standar yang memenuhi kepentingan kapasitas
pengelolaan bagi para pengelola ka wasan konservasi atau stakeholder. 2)
Mempertimbangkan isu-isu yang berkaitan dengan evaluasi akreditasi dan kompetensi
organisasi masyarakat lokal dan tradisional yang berkaitan dengan konservasi atau
pengelolaan konservasi kawasan oleh masyarakat. 3) Menjamin pemanfaatan secara
luas pengetahuan dan infor masi yang bersumber ilmiah, teknis manajemen, masyara
kat, dan kearifan tradisional.
e. Membangun landasan hukum dan peraturan yang relevan dan tepat untuk kemantapan
pengelolaan kawasan konservasi, serta pelaksanaannya mengikat pemerintah dan
memberikan kewenangan administrasi secara kolaborasi dengan para stakeholder.
f. Mengembangkan kebijakan dan program sumber daya manusia untuk kepentingan
pengelolaan kawasan konservasi, termasuk rekruitmen, pelatihan dan
keberlangsungan program pengem bangan tenaga profesional dan sukarelawan, serta
standar yang diperlukan untuk ketersediaan tenaga terampil dan ahli dalam
g. pengelolaan kawasan konservasi. Meningkatkan pengelolaan kawasan konservasi
secara efektif de ngan melibatkan peranan masyarakat dan stakeholder setempat,
dengan fokus perhatian pada peningkatan pembangunan kapasi tas masyarakat untuk
terlibat lebih efektif.
KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan konservasi antara lain
mewujudkan kelestarian sumber daya alam hayati serta keserasian dan keseimbangan
ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan kualitas
hidup manusia, serta melestarikan daya tampung dan pemanfaatan sumber daya alam hayati
beserta isinya.
Serta upaya dan strategi keberlanjutan untuk kesejahteraan manusia yaitu dengan :
meningkatkan peranan kawasan konservasi dalam pelestarian keanekaragaman hayati, peranan
kawasan konservasi dalam pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan, sistem kawasan
konservasi dalam kaitan dengan kondisi bentang alam daratan dan perairan laut disekitarnya,
serta Perbaikan kualitas, efektivitas, dan pelaporan pengelolaan kawasan konservasi.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z.., Purnomo., dan Candra Pradhana. 2020. Keanekaragaman Hayati Sebagai
Komoditas Berbasis Autentitas Kawasan. Jombang : Fakultas Pertanian Universitas
KH.A. Wahab Hasbullah.
Antariksa. 2004. Pendekatan Sejarah dan Konservasi Perkotaan sebagai Dasar Penataan Kota.
Jurnal Plan NIT. 2(2):98-112.
Kuspriyanto. 2015. Upaya Konservasi Keanekaragaman Hayati di kawasan Lindung di
Indonesia. Jurnal Metafora, 1(2):135-142.
MIPL. 2010. Konservasi. Purwokerto: STMIK AMIKOM.
Qodriyatun, S. N. 2010. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Dalam
Kerangka Desentralisasi. Kajian, 15(3):551-577.
Setyawan, F. A., dan Asmida U. L. 2015. Internalisasi Karakter Konservasi Lingkungan
melalui Media Game Deservasi. Scientific Journal of Informatics, 2(1):83-89.

Anda mungkin juga menyukai