Metamorfosis adalah salah satu bidang kajian dalam ilmu perkembangan hewan. Metamorfosis sendiri adalah peralihan atau transisi hewan dari bentuk larva ke bentuk dewasa. Sebagian besar contoh metamorfosis memperlihatkan terjadinya perubahan yang sangat banyak baik dari sisi morfologis maupun dari sisi fisiologis pada amfibia metamorfosis ditandai dengan terjadinya perubahan bentuk atau remodeling pada jaringan yang sudah terbentuk sebelumnya, dirubah bentuknya, perubahan bentuk ini dimaksudkan agar organisme dewasanya nanti bisa hidup di lingkungan yang berbeda dengan lingkungan hewan ketika masih dalam bentuk larva pada amphibia misalnya larvanya hidup di lingkungan perairan, di dalam air hewan dewasanya hidupnya di daratan oleh karena itu diperlukan proses perubahan baik dari segi morfologi maupun dari segi fisiologi sehingga kemudian hewan itu bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Proses metamorfosis pada amfibia ini diinisiasi oleh hadirnya hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid ketika hewan tersebut masih dalam bentuk brudu jadi brudu pada amfibia ini, kelenjar tiroidnya itu menghasilkan hormon yang berfungsi dalam proses metamorfosis ini. Pada insekta sendiri, tidak terjadi remodeling. Tapi metamorfosis pada insekta itu sering melibatkan terjadinya penghancuran jaringan jaringan larva. Jadi jaringan larva yang sudah terbentuk sebelumnya dihancurkan kemudian diganti seluruhnya dengan populasi sel yang berbeda sama sekali. Pada insekta, proses ini dikendalikan diatur oleh dua jenis hormon yaitu juvenile hormone yang dihasilkan oleh corpus alata dan egdison yang dihasilkan oleh Klenjar Protorax Jadi rasio dari kedua hormon ini yang mengatur proses metamorfosis pada insekta ini ada beberapa jenis variasi umumnya kurang lebih seperti ini jadi pada sebagian besar spesies tahap larva hewan itu ciri khasnya bisa sangat berbeda dengan ciri hewan dewasa saja sering juga fungsi yang dilakukan oleh individu ketika masih dalam tahap larva itu berbeda dengan ketika di tahap dewasa pada tahap larva misalnya beberapa jenis spesies berfungsi untuk tumbuh dan untuk menyebarkan spesiesnya ke tempat yang lain. Contoh misalnya pada Sea Urchin larvanya yang disebut dengan Pluteus itu berfungsi untuk proses penyebaran spesies ke tempat lain. Karena ketika Sea Urchin masih dalam bentuk larva, Maka kemudian dia bisa berpindah ke tempat lain dengan jalan mengikuti pergerakan arus laut tempat dia berada. Sementara ketika di fase dewasa biasanya dia menetap pada substrat tertentu. Jadi ada dua fungsi yang berbeda. Ketika larva, dia berfungsi untuk penyebaran, untuk dispersalnya. Sementara ketika dia dewasa, biasanya lebih berfungsi untuk reproduksi. Sama halnya dengan kupu-kupu. Kupu- kupu itu ketika dia masih dalam kubuk larva dia sangat rakus. Rakus, memakan makanan yang sangat banyak sehingga kemudian proses metamorfosisnya bisa berlanjut pada fase berikutnya. Karena ketika dia dalam bentuk dewasa, biasanya fungsinya untuk reproduksi. Jadi ketika dia dalam bentuk dewasa, ini untuk yang kupu-kupu, biasanya bentuk dewasa tidak makan sama sekali. Berbeda dengan tahap larva yang sangat rakus. Buktinya tidak makan karena pada beberapa jenis kupu-kupu itu tidak ditemukan struktur yang mirip dengan mulut yang berfungsi untuk makan. Artinya ketika dia dalam bentuk dewasa, fase dewasa, spesies ini tidak makan sama sekali. Jadi hanya untuk bereproduksi saja. Pada sejenis ngengat yang disebut dengan sekropia, itu siklus hidupnya butuh waktu 1 tahun penuh supaya siklus hidupnya lengkap mulai dari tahap telur sampai dengan imago berlangsung sekitar 5 sampai 6 hari setelah dia kawin kemudian bertelur dia akan segera mati jadi kedua bentuk tadi dalam bentuk larva dan dalam bentuk dewasa memiliki fungsi yang berbeda dengan lingkungan hidup yang biasanya juga berbeda Metamorfosis Amfibia sendiri seperti yang disebutkan tadi itu dikerjakan oleh hormon-hormon yang dihasilkan oleh Klenjar Tiroid ketika hewan ini masih dalam bentuk berudu, perubahan tersebut dimaksudkan agar hewan itu, hewan dewasanya bisa hidup di lingkungan daratan. Ini adalah dua hormon yang berperan di dalam proses metamorfosis amfibia ini yang pertama adalah Tiroxin atau T4 kemudian yang kedua adalah Triiodotironin. Metamorfosis amfibia sendiri melibatkan begitu banyak perubahan baik perubahan bentuk maupun perubahan fisiologis ada morfologi yang berubah misalnya larva ketika dalam bentuk larva organ pernafasannya itu berupa insang, ketika dia bermetamorfosis menjadi dewasa maka insang ini harus dihancurkan kemudian diganti dengan paru-paru jadi hewan darat itu bernafas dengan paru-paru sementara tahap dewasa dari amfibia ini adalah di darat artinya dia harus menggunakan paru-paru untuk bisa bernafas di darat yang lain lagi misalnya adalah perubahan dari sisi fisiologis, ketika dia dalam bentuk larva sampai metabolisme nitrogennya itu berupa amonia jadi dia amonotelik ketika dalam bentuk larva ketika dia dewasa sampah nitrogennya, sampah metabolisme nitrogennya itu bukan lagi amoniak, tapi sebagian besar berupa urea. Diperlukan enzim-enzim jadi hewan ini harus menghasilkan enzim-enzim yang bisa mengubah amoniak menjadi urea. Jadi dia berubah dari taplar faedal.
Video : Metamorphosis Part 2
Pada serangga dikenal dua tipe metamorfosis. Ada yang disebut dengan metamorfosis tak lengkap yang terdiri atas tiga tahapan. Metamorfosis tak lengkap ini biasa disebut dengan metamorfosis hemimetabola atau hemimetabolous development, perkembangan hemimetabola. Jenis metamorfosis yang lain adalah metamorfosis lengkap yang terdiri atas empat tahapan. Metamorfosis lengkap biasa juga dikenal dengan metamorfosis holometabola. Metamorfosis tak lengkap terjadi pada beberapa jenis spesies Misalnya Capung, Jangkrik, termasuk terjadi pada belalang dan Kecoa itu terdiri atas 3 tahapan telur nanti telur menetas membentuk ninfa-ninfa kemudian akan bertumbuh bertambah ukurannya hingga bentuk dewasanya tercapai setelah itu struktur tubuh yang lain pada ninfa itu akan tumbuh seperti sayap sehingga kemudian ninfa akan berubah menjadi imago atau serangga dewasa itu 3 tahapan serangga yang melakukan metamorfosis tak lengkap jadi kalau mau diurai maka serangga yang berkembang secara tak lengkap ini bermetamorfosis secara tak lengkap ini dimulai dengan peletakan telur Jadi hewan betina akan meletakkan telurnya pada subsrat yang biasanya menjadi sumber makanan bagi larva yang baru menetas dari telur itu. Oleh karena itu, serangga serangga tertentu akan meletakkan telurnya pada permukaan daun yang menjadi sumber makanan bagi larva yang menetas nantinya. Nah, beberapa jenis serangga meletakkan telurnya di dalam jaringan tubuh tanaman tertentu. Atau ada yang bahkan meletakkan telurnya di dalam daging buah yang bernilai ekonomis diletakkan di dalam daging buah tomat, dalam daging buah apel misalnya, karena si larva yang akan menetas tadi menggunakan substrat tempat telur diletakkan itu sebagai sumber makanan Telur itu biasanya dilindungi atau ditutupi oleh cangkang telur yang berfungsi melindungi telur dan berfungsi untuk melekatkan telur yang satu dengan telur yang lainnya. Setelah embryo di dalam telur itu sampai pada tahap perkembangan tertentu, maka dia akan menetas membentuk organisme yang disebut dengan Ninfa. Jadi Ninfa itu adalah organisme yang menetas dari telur insekta yang berkembang atau bermetamorfosis secara tak lengkap. Sangat mirip dengan serangga dewasa hanya ukurannya lebih kecil. Tetapi ninfa ini belum memiliki sayap selalu belum memiliki sayap nanti kemudian kalau tiba saatnya sayap itu akan dibentuk jadi setelah ukuran dewasa Ninfa itu tercapai, maka sayap itu akan dibentuk sehingga kemudian terbentuk imago atau serangga dewasa nah makanan ninfa ini, makanan serangga yang masih dalam bentuk ninfa ini itu jenisnya sama dengan makanan insekta dewasanya. Proses pertumbuhan ninfa dari ukuran kecil menjadi besar terjadi melalui proses pertumbuhan yang diikuti dengan molting. Jadi, ekso skeleton yang menyusun ke bagian terluar tubuh larva itu kalau ukurannya sudah tidak bisa mendukung ukuran larva yang ada di dalamnya, maka ekso skeleton ninfa itu akan lepas diganti dengan ekso skeleton baru, proses itu yang disebut dengan molting. Oleh karena itu setiap selesai molting ukuran larvanya kelihatan semakin besar dan semakin mirip dengan hewan dewasanya ninfa biasanya melakukan molting 4 sampai 8 kali jadi kalau ninfa itu molting sebanyak 4 kali artinya ada 5 tahapan larva yang bisa dijumpai dalam proses perkembangan serangga ini. Setelah selesai molting jadi telur yang menetas akan bentuk larva instar 1 setelah larva instar 1 tumbuh kemudian dia molting akan terbentuk larva instar kedua jadi kalau dia punya 4 kali molting maka akan ditemukan 5 tahapan instar larvanya kalau dia punya 8 kali molting artinya ada 9 jenis instar yang ditemukan pada proses perkembangan, tahap dewasa itu terjadi ketika moltingnya berhenti jadi kalau ukuran ninfanya sudah mencapai ukuran maksimal maka proses moltingnya akan dihentikan pada saat itu kemudian struktur struktur yang belum tumbuh atau belum berkembang dengan sempurna akan mulai dibentuk misalnya sayap, kaki dan seterusnya akan disempurnakan jika terbentuk serangga dewasa atau imago. Nah, jenis metamorfosis kedua adalah metamorfosis lengkap yang terjadi pada lalat, terjadi pada ngengat, pada kupu-kupu dan pada nyamuk. Ini ada empat tahapan. Tahapan pertama, berupa telur, kemudian larva jadi bukan ninfa, tapi larva. Kemudian ada satu tahapan yang tidak ditemukan pada metamorfosis tak lengkap, yaitu tahap pupa. Bentuk pupa ini hanya dimiliki oleh serangga yang berkembang melalui metamorfosis lengkap ini. Tahap yang terakhir adalah imago, atau serangga dewasa. Seperti biasa, setelah serangga betina meletakkan telurnya, maka telur itu kemudian akan menetas jadi setelah jangka waktu tertentu larva akan keluar dari telur. Berbeda dengan serangga yang berkembang melalui metamorfosis tak lengkap larva yang ditemukan pada serangga yang bermetamorfosis secara lengkap itu bentuknya sangat berbeda dengan imagonya.
Video : Metamorphosis Part 3
Metamorfosis pada serangga dikendalikan oleh sejumlah hormon. Ada beberapa jenis variasi hormon yang mengendalikan proses metamorfosis insekta ini tapi pada umumnya mengikuti pola seperti ini jadi metamorfosis serangga itu dimulai oleh hadirnya hormon protorapsikotropik yang dihasilkan oleh sel-sel neurosekretori yang ada pada otak serangga nanti kemudian hormon ini yang akan merangsang klenjar protoraks untuk menghasilkan egdison. Egdison ini adalah hormon yang belum aktif. Supaya aktif kemudian dia harus dirubah menjadi hidroksi egdison pada jaringan perifer tubuh serangga, kemudian hormon hidroksi egdison inilah yang akan bekerja sama dengan hormon lain yang disebut dengan juvenil hormon yang dihasilkan oleh struktur yang ada di dasar otak serangga yang disebut dengan korpus alata jadi korpus alata menghasilkan juvenil hormon yang nanti bekerja sama dengan hidroksi addison ini tapi supaya dia bisa fungsional maka juvenil hormon ini harus terikat dengan protein peningkatnya harus terikat dengan juvenil hormon banding protein, kondisi dari struktur yang ada di sini ditentukan dibandingkan oleh perbandingan antara jumlah Juvenil Hormone terhadap jumlah hidroksida ekdison yang ada di dalam Hemolinval Serangga atau darah serangga ketika kadar Juvenile Hormone tinggi maka kemudian hidroksi ektison akan bekerja sama dengan Juvenile Hormone untuk mempertahankan struktur larva ini jadi larva akan tetap menjadi larva dia tidak akan berubah menjadi pupa kalau kadar Juvenile Hormone ini tinggi tapi kalau kadar Juvenile Hormone turun maka kemudian Hidroksi Egdison akan merangsang terjadinya transkripsi gen yang menjadi protein yang membentuk pupa sehingga kemudian larva akan berpindah dari tahap ini menjadi tahap pupa. Ketika Juvenile Hormone tidak dibentuk lagi maka hidroksi Egdison akan bekerja sendiri. Dan merangsang terjadinya transkripsi gen-gen yang menyandi protein-protein penyusun imago sehingga pupa akan bertransformasi menjadi imago itu kurang lebih proses umum yang terjadi pada metamorfosis serangga ini kalau bicara tentang molten yang dikendalikan oleh hormon tadi maka molten sendiri adalah proses lepasnya eksos skeleton yang menutupi bagian luar tubuh tubuh serangga jadi proses molting itu dikendalikan oleh hormon jadi bagian terluar tubuh serangga yang disebut dengan exoskeleton itu bisa lepas ketika serangga sedang bermetamorfosis karena misalnya ukuran exoskeleton itu yang sudah tidak mampu menampung ukuran larva yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, bagian tersebut, eksos skeleton yang sudah tidak muat itu harus dilepaskan kemudian diganti dengan eksos skeleton yang baru. Itu yang disebut dengan molting. Nah sebelum bicara tentang molting, maka struktur eksos skeleton itu harus dipahami dulu. Jadi eksos skeleton pada serangga itu dibangun oleh kutikula. Jadi kutikula itu adalah campuran antara kitin dan lapisan lain yang tersusun atas lilin dan struktur yang lain kalau kutikula itu kutikula yang menyusun ekso skeleton serangga itu di urai maka ada dua lapisan utama lapisan terluar disebut dengan epikutical diatas dua lapisan yang terluar adalah outer epikutical Di dalamnya ada lapisan inner epikutikel. Ini yang menyusun epicutical itu. Di bawah lapisan epicutical ada lapisan procutical yang dibangun oleh Exocuticle dan endocutical. Procutical ini yang berbatasan dengan epidermis melalui lapisan smith. Epidermis sendiri bertumpu pada membran basal Antara lapisan smith dengan innercuticle ada pori yang menghubungkan antara lapisan smith dengan inner cuticle ada pori yang menghubungkannya. Dan bagian epikutikulnya kita urek lebih jauh lagi ada sejumlah lapisan lain ada lapisan lilin yang saya sebutkan tadi ini ada dua lapisan kemudian ada kutikulinnya kemudian bagian terluar adalah lapisan semen jadi unsur utama penyusun cuticula itu adalah ketin ketin sendiri adalah polimer dari Nacetyl Glucosamine ini adalah N acetyl glucosamine kalau dia membentuk polimer nanti polimer kitin itu akan saling bersinambung melalui ikatan hidrogen nanti sejumlah serat kitin akan membentuk struktur yang disebut dengan mikrofibril mikrofibril inilah yang kemudian akan menyusun diri membentuk lembaran mikrofibril seperti ini kemudian sejumlah lembaran mikrofibril akan menyusun diri dengan orientasi yang berbeda beda seperti ini sehingga kalau kemudian ini kita sayat pada salah satu sisi maka akan tampak orientasi yang berbeda tadi ini adalah lapisan mikrofibril yang tersusun melintang kemudian di paling bawah ada yang tersusun membujur nanti diantara keduanya ada mikrofibril yang tersusun menyerang oblik nanti mikrofibril ini akan berikatan dengan protein matriks yang ada di sekitarnya, ini yang menyiapkan sehingga kemudian kutikula yang menyusun ekso skeleton serangga itu sangat kuat hasil percobaan menunjukkan bahwa kitin yang menyusun kutikula pada ekso skeleton serangga itu bahkan lebih kuat dari tulang.
Video : Metamorphosis Part 4
Tahap Maltin selanjutnya adalah tahap Ectesis. Ectesis ini adalah peristiwa lepasnya kutikula lama dari jaringan tubuh serangga yang terkurung di dalamnya Lepasnya kutikula lama ini karena unsur yang menyusun kutikula lama ini ikatannya menjadi rapuh akibat kerja enzim yang terdapat dalam molting gel ada beberapa enzim yang ditemukan di dalam molting gel diantaranya adalah enzim kitinase yang berfungsi untuk menghancurkan kitin dan enzim kedua adalah beta N acetyl glucosaminidase yang berfungsi mencerna N acetyl glucosamin yang merupakan monomer kitin itu. Bagian kutikula yang retak dan pecah biasanya mulai terjadi pada bagian dorsal tubuh serangga. Jadi, pada bagian mid dorsal ini adalah bagian kutikula yang biasanya mulai pecah nanti kemudian pecahan itu akan menjelar sampai ke bagian dorsal sampai ke bagian posterior hingga serangga yang ada di bagian di dalamnya, entah dalam bentuk larva atau dalam bentuk ninfa bisa meninggalkan cangkang kutikula yang lama ini nanti cangkang kutikula yang lama yang sudah kosong, itu yang disebut dengan exuvia tahap berikutnya adalah ekspansi jadi mengembangnya tubuh insekta proses mengembangnya tubuh insekta disebabkan karena unsur unsur yang menyusun kutikula saling mendorong sehingga kemudian lapisan kutikula meregang karena memang pro kutikula yang pertama disekresikan pada bagian atas lapisan epidermis ini memang masih mengkerut seperti ini mengandung banyak kerutan kalau kemudian protein yang menyusun prokutikula itu saling mendorong maka struktur ini akan meregang sehingga kemudian protocuticula tampak mengembang seperti ini. Pada tahapan ekspansi ini adalah serangga yang sedang bermetamorfosis itu berada di dalam kondisi yang berbahaya karena lapisan kutikula yang membungkus tubuhnya itu masih sangat lunak dan warnanya tampak cerah sehingga gampang terlihat oleh pemangsat oleh karena itu proses ekspansi ini biasanya terjadi pada lingkungan yang gelap dan tersembunyi supaya tidak terdeteksi oleh pemangsa, proses selanjutnya adalah proses penggerasan kutikula dan penggelapan warna kutikula proses penggerasan struktur kutikula terjadi akibat serabut serabut protein yang menyusun kutikula membentuk ikatan silang sehingga kutikula yang tadinya lunak kemudian mengeras Peristiwa lain yang terjadi adalah penggelapan warna kutikula. Jadi kutikula yang baru terbentuk itu warnanya masih cerah. Supaya menjadi lebih gelap, maka kemudian terjadi proses penggelapan warna kutikula ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penggelapan warna kutikula ini diatur oleh satu jenis hormon yang disebut dengan bursikon-bursikon akan berikatan dengan reseptornya DLGR-2 yang ada pada membran sel serangga ikatan antara bursikon dengan DLGR-2 ini akan mengaktifkan enzim adenilar C klase yang kemudian mengubah ATP menjadi ciklik adenosine monophosphate melimpahnya ciklik adenosine monophosphate akan mengaktifkan pospokinas A pospokinas A di samping berperan di dalam perkembangan integumen juga berperan dalam proses pembentukan sayap serangga. Di samping itu, PKA yang aktif juga berfungsi untuk mengaktifkan enzim tirosin hidroksilase. Tirosin hidroksilase yang aktif akan ketika terkatalisis, perubahan tirosin menjadi dopa- dopa kemudian akan berubah menjadi molekul NADA atau NBAD kedua molekul inilah yang kemudian menyebabkan kutikula yang tadi nyacera tampak menjadi lebih gelap kalau mau ditunjukkan proses reaksinya ini tadi adalah tirosin hidroxilase yang teraktifasi melalui jalur PKA itu nanti, kemudian tirosin hidroxilase ini akan mengkatalisis tirosin menjadi dopa dengan bantuan dopa dekarboxylase sehingga terbentuk dopamine-dopamine berubah menjadi NADA atau NBAD kedua molekul ini yang menyebabkan kutikula yang tadi nyacera kemudian menjadi tampak lebih gelap Molding ini adalah sekresi endokutikula Endokutikal secretion Proses ini masih terjadi beberapa hari setelah proses egg disease berakhir sehingga kemudian dalam tahapan ini lapisan cuticula yang menyusun bagian luar tubuh serangga ini menjadi lebih tebal karena jumlah kitin dan protein yang disegeresikan dalam bagian endocuticula itu semakin banyak Endokutikula sendiri adalah lapisan terdalam dari ekso skeleton yang membungkus bagian luar tubuh serangga.