Anda di halaman 1dari 7

Nama : Dhuha Alief Khanda Saefudin

NIM : E1A017013
Kelas : IV/A

TUGAS RINGKASAN
VIDEO METAMORPHOSIS

Video : Metamorphosis Part 1


Metamorfosis adalah salah satu bidang kajian dalam ilmu perkembangan hewan.
Metamorfosis sendiri adalah peralihan atau transisi hewan dari bentuk larva ke bentuk dewasa.
Sebagian besar contoh metamorfosis memperlihatkan terjadinya perubahan yang sangat
banyak baik dari sisi morfologis maupun dari sisi fisiologis pada amfibia metamorfosis ditandai
dengan terjadinya perubahan bentuk atau remodeling pada jaringan yang sudah terbentuk
sebelumnya, dirubah bentuknya, perubahan bentuk ini dimaksudkan agar organisme
dewasanya nanti bisa hidup di lingkungan yang berbeda dengan lingkungan hewan ketika
masih dalam bentuk larva pada amphibia misalnya larvanya hidup di lingkungan perairan, di
dalam air hewan dewasanya hidupnya di daratan oleh karena itu diperlukan proses perubahan
baik dari segi morfologi maupun dari segi fisiologi sehingga kemudian hewan itu bisa
beradaptasi dengan lingkungan barunya. Proses metamorfosis pada amfibia ini diinisiasi oleh
hadirnya hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid ketika hewan tersebut masih
dalam bentuk brudu jadi brudu pada amfibia ini, kelenjar tiroidnya itu menghasilkan hormon
yang berfungsi dalam proses metamorfosis ini. Pada insekta sendiri, tidak terjadi remodeling.
Tapi metamorfosis pada insekta itu sering melibatkan terjadinya penghancuran jaringan
jaringan larva. Jadi jaringan larva yang sudah terbentuk sebelumnya dihancurkan kemudian
diganti seluruhnya dengan populasi sel yang berbeda sama sekali.
Pada insekta, proses ini dikendalikan diatur oleh dua jenis hormon yaitu juvenile
hormone yang dihasilkan oleh corpus alata dan egdison yang dihasilkan oleh Klenjar Protorax
Jadi rasio dari kedua hormon ini yang mengatur proses metamorfosis pada insekta ini ada
beberapa jenis variasi umumnya kurang lebih seperti ini jadi pada sebagian besar spesies tahap
larva hewan itu ciri khasnya bisa sangat berbeda dengan ciri hewan dewasa saja sering juga
fungsi yang dilakukan oleh individu ketika masih dalam tahap larva itu berbeda dengan ketika
di tahap dewasa pada tahap larva misalnya beberapa jenis spesies berfungsi untuk tumbuh dan
untuk menyebarkan spesiesnya ke tempat yang lain. Contoh misalnya pada Sea Urchin
larvanya yang disebut dengan Pluteus itu berfungsi untuk proses penyebaran spesies ke tempat
lain. Karena ketika Sea Urchin masih dalam bentuk larva, Maka kemudian dia bisa berpindah
ke tempat lain dengan jalan mengikuti pergerakan arus laut tempat dia berada. Sementara
ketika di fase dewasa biasanya dia menetap pada substrat tertentu. Jadi ada dua fungsi yang
berbeda. Ketika larva, dia berfungsi untuk penyebaran, untuk dispersalnya. Sementara ketika
dia dewasa, biasanya lebih berfungsi untuk reproduksi. Sama halnya dengan kupu-kupu. Kupu-
kupu itu ketika dia masih dalam kubuk larva dia sangat rakus. Rakus, memakan makanan yang
sangat banyak sehingga kemudian proses metamorfosisnya bisa berlanjut pada fase berikutnya.
Karena ketika dia dalam bentuk dewasa, biasanya fungsinya untuk reproduksi. Jadi
ketika dia dalam bentuk dewasa, ini untuk yang kupu-kupu, biasanya bentuk dewasa tidak
makan sama sekali. Berbeda dengan tahap larva yang sangat rakus. Buktinya tidak makan
karena pada beberapa jenis kupu-kupu itu tidak ditemukan struktur yang mirip dengan mulut
yang berfungsi untuk makan. Artinya ketika dia dalam bentuk dewasa, fase dewasa, spesies ini
tidak makan sama sekali. Jadi hanya untuk bereproduksi saja. Pada sejenis ngengat yang
disebut dengan sekropia, itu siklus hidupnya butuh waktu 1 tahun penuh supaya siklus
hidupnya lengkap mulai dari tahap telur sampai dengan imago berlangsung sekitar 5 sampai 6
hari setelah dia kawin kemudian bertelur dia akan segera mati jadi kedua bentuk tadi dalam
bentuk larva dan dalam bentuk dewasa memiliki fungsi yang berbeda dengan lingkungan hidup
yang biasanya juga berbeda Metamorfosis Amfibia sendiri seperti yang disebutkan tadi itu
dikerjakan oleh hormon-hormon yang dihasilkan oleh Klenjar Tiroid ketika hewan ini masih
dalam bentuk berudu, perubahan tersebut dimaksudkan agar hewan itu, hewan dewasanya bisa
hidup di lingkungan daratan. Ini adalah dua hormon yang berperan di dalam proses
metamorfosis amfibia ini yang pertama adalah Tiroxin atau T4 kemudian yang kedua adalah
Triiodotironin. Metamorfosis amfibia sendiri melibatkan begitu banyak perubahan baik
perubahan bentuk maupun perubahan fisiologis ada morfologi yang berubah misalnya larva
ketika dalam bentuk larva organ pernafasannya itu berupa insang, ketika dia bermetamorfosis
menjadi dewasa maka insang ini harus dihancurkan kemudian diganti dengan paru-paru jadi
hewan darat itu bernafas dengan paru-paru sementara tahap dewasa dari amfibia ini adalah di
darat artinya dia harus menggunakan paru-paru untuk bisa bernafas di darat yang lain lagi
misalnya adalah perubahan dari sisi fisiologis, ketika dia dalam bentuk larva sampai
metabolisme nitrogennya itu berupa amonia jadi dia amonotelik ketika dalam bentuk larva
ketika dia dewasa sampah nitrogennya, sampah metabolisme nitrogennya itu bukan lagi
amoniak, tapi sebagian besar berupa urea. Diperlukan enzim-enzim jadi hewan ini harus
menghasilkan enzim-enzim yang bisa mengubah amoniak menjadi urea. Jadi dia berubah dari
taplar faedal.

Video : Metamorphosis Part 2


Pada serangga dikenal dua tipe metamorfosis. Ada yang disebut dengan metamorfosis
tak lengkap yang terdiri atas tiga tahapan. Metamorfosis tak lengkap ini biasa disebut dengan
metamorfosis hemimetabola atau hemimetabolous development, perkembangan
hemimetabola. Jenis metamorfosis yang lain adalah metamorfosis lengkap yang terdiri atas
empat tahapan. Metamorfosis lengkap biasa juga dikenal dengan metamorfosis holometabola.
Metamorfosis tak lengkap terjadi pada beberapa jenis spesies Misalnya Capung, Jangkrik,
termasuk terjadi pada belalang dan Kecoa itu terdiri atas 3 tahapan telur nanti telur menetas
membentuk ninfa-ninfa kemudian akan bertumbuh bertambah ukurannya hingga bentuk
dewasanya tercapai setelah itu struktur tubuh yang lain pada ninfa itu akan tumbuh seperti
sayap sehingga kemudian ninfa akan berubah menjadi imago atau serangga dewasa itu 3
tahapan serangga yang melakukan metamorfosis tak lengkap jadi kalau mau diurai maka
serangga yang berkembang secara tak lengkap ini bermetamorfosis secara tak lengkap ini
dimulai dengan peletakan telur Jadi hewan betina akan meletakkan telurnya pada subsrat yang
biasanya menjadi sumber makanan bagi larva yang baru menetas dari telur itu. Oleh karena itu,
serangga serangga tertentu akan meletakkan telurnya pada permukaan daun yang menjadi
sumber makanan bagi larva yang menetas nantinya. Nah, beberapa jenis serangga meletakkan
telurnya di dalam jaringan tubuh tanaman tertentu. Atau ada yang bahkan meletakkan telurnya
di dalam daging buah yang bernilai ekonomis diletakkan di dalam daging buah tomat, dalam
daging buah apel misalnya, karena si larva yang akan menetas tadi menggunakan substrat
tempat telur diletakkan itu sebagai sumber makanan Telur itu biasanya dilindungi atau ditutupi
oleh cangkang telur yang berfungsi melindungi telur dan berfungsi untuk melekatkan telur
yang satu dengan telur yang lainnya.
Setelah embryo di dalam telur itu sampai pada tahap perkembangan tertentu, maka dia
akan menetas membentuk organisme yang disebut dengan Ninfa. Jadi Ninfa itu adalah
organisme yang menetas dari telur insekta yang berkembang atau bermetamorfosis secara tak
lengkap. Sangat mirip dengan serangga dewasa hanya ukurannya lebih kecil. Tetapi ninfa ini
belum memiliki sayap selalu belum memiliki sayap nanti kemudian kalau tiba saatnya sayap
itu akan dibentuk jadi setelah ukuran dewasa Ninfa itu tercapai, maka sayap itu akan dibentuk
sehingga kemudian terbentuk imago atau serangga dewasa nah makanan ninfa ini, makanan
serangga yang masih dalam bentuk ninfa ini itu jenisnya sama dengan makanan insekta
dewasanya. Proses pertumbuhan ninfa dari ukuran kecil menjadi besar terjadi melalui proses
pertumbuhan yang diikuti dengan molting. Jadi, ekso skeleton yang menyusun ke bagian
terluar tubuh larva itu kalau ukurannya sudah tidak bisa mendukung ukuran larva yang ada di
dalamnya, maka ekso skeleton ninfa itu akan lepas diganti dengan ekso skeleton baru, proses
itu yang disebut dengan molting. Oleh karena itu setiap selesai molting ukuran larvanya
kelihatan semakin besar dan semakin mirip dengan hewan dewasanya ninfa biasanya
melakukan molting 4 sampai 8 kali jadi kalau ninfa itu molting sebanyak 4 kali artinya ada 5
tahapan larva yang bisa dijumpai dalam proses perkembangan serangga ini.
Setelah selesai molting jadi telur yang menetas akan bentuk larva instar 1 setelah larva
instar 1 tumbuh kemudian dia molting akan terbentuk larva instar kedua jadi kalau dia punya
4 kali molting maka akan ditemukan 5 tahapan instar larvanya kalau dia punya 8 kali molting
artinya ada 9 jenis instar yang ditemukan pada proses perkembangan, tahap dewasa itu terjadi
ketika moltingnya berhenti jadi kalau ukuran ninfanya sudah mencapai ukuran maksimal maka
proses moltingnya akan dihentikan pada saat itu kemudian struktur struktur yang belum
tumbuh atau belum berkembang dengan sempurna akan mulai dibentuk misalnya sayap, kaki
dan seterusnya akan disempurnakan jika terbentuk serangga dewasa atau imago. Nah, jenis
metamorfosis kedua adalah metamorfosis lengkap yang terjadi pada lalat, terjadi pada ngengat,
pada kupu-kupu dan pada nyamuk. Ini ada empat tahapan. Tahapan pertama, berupa telur,
kemudian larva jadi bukan ninfa, tapi larva. Kemudian ada satu tahapan yang tidak ditemukan
pada metamorfosis tak lengkap, yaitu tahap pupa. Bentuk pupa ini hanya dimiliki oleh serangga
yang berkembang melalui metamorfosis lengkap ini. Tahap yang terakhir adalah imago, atau
serangga dewasa. Seperti biasa, setelah serangga betina meletakkan telurnya, maka telur itu
kemudian akan menetas jadi setelah jangka waktu tertentu larva akan keluar dari telur. Berbeda
dengan serangga yang berkembang melalui metamorfosis tak lengkap larva yang ditemukan
pada serangga yang bermetamorfosis secara lengkap itu bentuknya sangat berbeda dengan
imagonya.

Video : Metamorphosis Part 3


Metamorfosis pada serangga dikendalikan oleh sejumlah hormon. Ada beberapa jenis
variasi hormon yang mengendalikan proses metamorfosis insekta ini tapi pada umumnya
mengikuti pola seperti ini jadi metamorfosis serangga itu dimulai oleh hadirnya hormon
protorapsikotropik yang dihasilkan oleh sel-sel neurosekretori yang ada pada otak serangga
nanti kemudian hormon ini yang akan merangsang klenjar protoraks untuk menghasilkan
egdison. Egdison ini adalah hormon yang belum aktif. Supaya aktif kemudian dia harus dirubah
menjadi hidroksi egdison pada jaringan perifer tubuh serangga, kemudian hormon hidroksi
egdison inilah yang akan bekerja sama dengan hormon lain yang disebut dengan juvenil
hormon yang dihasilkan oleh struktur yang ada di dasar otak serangga yang disebut dengan
korpus alata jadi korpus alata menghasilkan juvenil hormon yang nanti bekerja sama dengan
hidroksi addison ini tapi supaya dia bisa fungsional maka juvenil hormon ini harus terikat
dengan protein peningkatnya harus terikat dengan juvenil hormon banding protein, kondisi dari
struktur yang ada di sini ditentukan dibandingkan oleh perbandingan antara jumlah Juvenil
Hormone terhadap jumlah hidroksida ekdison yang ada di dalam Hemolinval Serangga atau
darah serangga ketika kadar Juvenile Hormone tinggi maka kemudian hidroksi ektison akan
bekerja sama dengan Juvenile Hormone untuk mempertahankan struktur larva ini jadi larva
akan tetap menjadi larva dia tidak akan berubah menjadi pupa kalau kadar Juvenile Hormone
ini tinggi tapi kalau kadar Juvenile Hormone turun maka kemudian Hidroksi Egdison akan
merangsang terjadinya transkripsi gen yang menjadi protein yang membentuk pupa sehingga
kemudian larva akan berpindah dari tahap ini menjadi tahap pupa.
Ketika Juvenile Hormone tidak dibentuk lagi maka hidroksi Egdison akan bekerja
sendiri. Dan merangsang terjadinya transkripsi gen-gen yang menyandi protein-protein
penyusun imago sehingga pupa akan bertransformasi menjadi imago itu kurang lebih proses
umum yang terjadi pada metamorfosis serangga ini kalau bicara tentang molten yang
dikendalikan oleh hormon tadi maka molten sendiri adalah proses lepasnya eksos skeleton yang
menutupi bagian luar tubuh tubuh serangga jadi proses molting itu dikendalikan oleh hormon
jadi bagian terluar tubuh serangga yang disebut dengan exoskeleton itu bisa lepas ketika
serangga sedang bermetamorfosis karena misalnya ukuran exoskeleton itu yang sudah tidak
mampu menampung ukuran larva yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, bagian tersebut,
eksos skeleton yang sudah tidak muat itu harus dilepaskan kemudian diganti dengan eksos
skeleton yang baru. Itu yang disebut dengan molting. Nah sebelum bicara tentang molting,
maka struktur eksos skeleton itu harus dipahami dulu. Jadi eksos skeleton pada serangga itu
dibangun oleh kutikula. Jadi kutikula itu adalah campuran antara kitin dan lapisan lain yang
tersusun atas lilin dan struktur yang lain kalau kutikula itu kutikula yang menyusun ekso
skeleton serangga itu di urai maka ada dua lapisan utama lapisan terluar disebut dengan
epikutical diatas dua lapisan yang terluar adalah outer epikutical Di dalamnya ada lapisan inner
epikutikel. Ini yang menyusun epicutical itu.
Di bawah lapisan epicutical ada lapisan procutical yang dibangun oleh Exocuticle dan
endocutical. Procutical ini yang berbatasan dengan epidermis melalui lapisan smith. Epidermis
sendiri bertumpu pada membran basal Antara lapisan smith dengan innercuticle ada pori yang
menghubungkan antara lapisan smith dengan inner cuticle ada pori yang menghubungkannya.
Dan bagian epikutikulnya kita urek lebih jauh lagi ada sejumlah lapisan lain ada lapisan lilin
yang saya sebutkan tadi ini ada dua lapisan kemudian ada kutikulinnya kemudian bagian terluar
adalah lapisan semen jadi unsur utama penyusun cuticula itu adalah ketin ketin sendiri adalah
polimer dari Nacetyl Glucosamine ini adalah N acetyl glucosamine kalau dia membentuk
polimer nanti polimer kitin itu akan saling bersinambung melalui ikatan hidrogen nanti
sejumlah serat kitin akan membentuk struktur yang disebut dengan mikrofibril mikrofibril
inilah yang kemudian akan menyusun diri membentuk lembaran mikrofibril seperti ini
kemudian sejumlah lembaran mikrofibril akan menyusun diri dengan orientasi yang berbeda
beda seperti ini sehingga kalau kemudian ini kita sayat pada salah satu sisi maka akan tampak
orientasi yang berbeda tadi ini adalah lapisan mikrofibril yang tersusun melintang kemudian di
paling bawah ada yang tersusun membujur nanti diantara keduanya ada mikrofibril yang
tersusun menyerang oblik nanti mikrofibril ini akan berikatan dengan protein matriks yang ada
di sekitarnya, ini yang menyiapkan sehingga kemudian kutikula yang menyusun ekso skeleton
serangga itu sangat kuat hasil percobaan menunjukkan bahwa kitin yang menyusun kutikula
pada ekso skeleton serangga itu bahkan lebih kuat dari tulang.

Video : Metamorphosis Part 4


Tahap Maltin selanjutnya adalah tahap Ectesis. Ectesis ini adalah peristiwa lepasnya
kutikula lama dari jaringan tubuh serangga yang terkurung di dalamnya Lepasnya kutikula
lama ini karena unsur yang menyusun kutikula lama ini ikatannya menjadi rapuh akibat kerja
enzim yang terdapat dalam molting gel ada beberapa enzim yang ditemukan di dalam molting
gel diantaranya adalah enzim kitinase yang berfungsi untuk menghancurkan kitin dan enzim
kedua adalah beta N acetyl glucosaminidase yang berfungsi mencerna N acetyl glucosamin
yang merupakan monomer kitin itu. Bagian kutikula yang retak dan pecah biasanya mulai
terjadi pada bagian dorsal tubuh serangga. Jadi, pada bagian mid dorsal ini adalah bagian
kutikula yang biasanya mulai pecah nanti kemudian pecahan itu akan menjelar sampai ke
bagian dorsal sampai ke bagian posterior hingga serangga yang ada di bagian di dalamnya,
entah dalam bentuk larva atau dalam bentuk ninfa bisa meninggalkan cangkang kutikula yang
lama ini nanti cangkang kutikula yang lama yang sudah kosong, itu yang disebut dengan exuvia
tahap berikutnya adalah ekspansi jadi mengembangnya tubuh insekta proses mengembangnya
tubuh insekta disebabkan karena unsur unsur yang menyusun kutikula saling mendorong
sehingga kemudian lapisan kutikula meregang karena memang pro kutikula yang pertama
disekresikan pada bagian atas lapisan epidermis ini memang masih mengkerut seperti ini
mengandung banyak kerutan kalau kemudian protein yang menyusun prokutikula itu saling
mendorong maka struktur ini akan meregang sehingga kemudian protocuticula tampak
mengembang seperti ini.
Pada tahapan ekspansi ini adalah serangga yang sedang bermetamorfosis itu berada di
dalam kondisi yang berbahaya karena lapisan kutikula yang membungkus tubuhnya itu masih
sangat lunak dan warnanya tampak cerah sehingga gampang terlihat oleh pemangsat oleh
karena itu proses ekspansi ini biasanya terjadi pada lingkungan yang gelap dan tersembunyi
supaya tidak terdeteksi oleh pemangsa, proses selanjutnya adalah proses penggerasan kutikula
dan penggelapan warna kutikula proses penggerasan struktur kutikula terjadi akibat serabut
serabut protein yang menyusun kutikula membentuk ikatan silang sehingga kutikula yang
tadinya lunak kemudian mengeras Peristiwa lain yang terjadi adalah penggelapan warna
kutikula. Jadi kutikula yang baru terbentuk itu warnanya masih cerah. Supaya menjadi lebih
gelap, maka kemudian terjadi proses penggelapan warna kutikula ini. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa proses penggelapan warna kutikula ini diatur oleh satu jenis hormon yang
disebut dengan bursikon-bursikon akan berikatan dengan reseptornya DLGR-2 yang ada pada
membran sel serangga ikatan antara bursikon dengan DLGR-2 ini akan mengaktifkan enzim
adenilar C klase yang kemudian mengubah ATP menjadi ciklik adenosine monophosphate
melimpahnya ciklik adenosine monophosphate akan mengaktifkan pospokinas A pospokinas
A di samping berperan di dalam perkembangan integumen juga berperan dalam proses
pembentukan sayap serangga. Di samping itu, PKA yang aktif juga berfungsi untuk
mengaktifkan enzim tirosin hidroksilase.
Tirosin hidroksilase yang aktif akan ketika terkatalisis, perubahan tirosin menjadi dopa-
dopa kemudian akan berubah menjadi molekul NADA atau NBAD kedua molekul inilah yang
kemudian menyebabkan kutikula yang tadi nyacera tampak menjadi lebih gelap kalau mau
ditunjukkan proses reaksinya ini tadi adalah tirosin hidroxilase yang teraktifasi melalui jalur
PKA itu nanti, kemudian tirosin hidroxilase ini akan mengkatalisis tirosin menjadi dopa dengan
bantuan dopa dekarboxylase sehingga terbentuk dopamine-dopamine berubah menjadi NADA
atau NBAD kedua molekul ini yang menyebabkan kutikula yang tadi nyacera kemudian
menjadi tampak lebih gelap Molding ini adalah sekresi endokutikula Endokutikal secretion
Proses ini masih terjadi beberapa hari setelah proses egg disease berakhir sehingga kemudian
dalam tahapan ini lapisan cuticula yang menyusun bagian luar tubuh serangga ini menjadi lebih
tebal karena jumlah kitin dan protein yang disegeresikan dalam bagian endocuticula itu
semakin banyak Endokutikula sendiri adalah lapisan terdalam dari ekso skeleton yang
membungkus bagian luar tubuh serangga.

Anda mungkin juga menyukai