Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

EKOLOGI UMUM
“KONSERVASI EKOLOGI”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. CARLA AGATTA (1902406131)


2. NUR NILAM SARI (1902406138)
3. ROSA INDIKA (1902406144)
4. FAHMI ADITYA (1902406158)
5. KETUT ROKIANA (1902406150)
6. MUHAJIR (1902406151)

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

TAHUN 2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................... 2

BAB I PEMBAHASAN

1.1. Definisi Konservasi


Ekologi…..................................................................................................................................... 3

2.1. Mekanisme Dan Regulasi Konservasi


Ekologi…………………............................................................................................................. 4

3.1. Sasaran Konferasi Ekologi……………………………………..……………….…………5

4.1. Keterbatasan Konservasi Ekologi………………………..………………………………..7

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................

2
BAB 1
PEMBAHASAN

1.1 Definisi Konservasi Ekologi


A. Konservasi
Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con
(together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa
yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini
dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang
mengemukakan tentang konsep konservasi.
Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan, sebagai
berikut :
1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan
manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary).
2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang optimal
secara sosial (Randall, 1982).
3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup
termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang
meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian,
administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968).
4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat
memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk
generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).
B. Ekologi
Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos yang
artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup
dan lingkungannya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau
sistem dengan lingkungannya. Definisi ekologi seperti di atas, pertama kali disampaikan
oleh Ernest Haeckel (zoologiwan Jerman, 1834-1914)

3
C. Ekologi konservasi
Jadi dapat diartikan Ekologi Konservasi adalah ilmu yang mempelajari hubungan makhluk hidup
dengan lingkungan, yang bagaimana hubungan tersebut dapat berubah seiring waktu, dan
bagaimana kegiatan manusia tersebut yang akan menambah baik atau justru merusak hubungan
tersebut. Memelihara atau memulihkan habitat untuk mendukung pola-pola alami dalam
keanekaragaman hayati adalah aplikasi praktis yang penting dalam bidang ini. Sebagai manusia
terus mengubah keanekaragaman hayati di lingkungan, kebutuhan tumbuh bagi individu yang
menyeluruh yang dapat hadir solusi untuk peningkatan jumlah masalah lingkungan.

2.1 Mekanisme Dan Regulasi Konservasi Ekologi


Mekanisme dan regulasi konservasi ekologi
A. Kekayaan flora fauna merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sampai batas-batas
tertentu yang tidak mengganggu kelestarian. Penurunan jumlah dan mutu kehidupan flora fauna
dikendalikan melalui kegiatan konservasi secara insitu maupun eksitu.
a) Konservasi insitu (di dalam kawasan) adalah konservasi flora fauna dan ekosistem
yang dilakukan di dalam habitat aslinya agar tetap utuh dan segala proses kehidupan yang
terjadi berjalan secara alami. Kegiatan ini meliputi perlindungan contoh-contoh
perwakilan ekosistem darat dan laut beserta flora fauna di dalamnya. Konservasi insitu
dilakukan dalam bentuk kawasan suaka alam (cagar alam, suaka marga satwa), zona inti
taman nasional dan hutan lindung. Tujuan konservasi insitu untuk menjaga keutuhan dan
keaslian jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya secara alami melalui proses
evolusinya. Perluasan kawasan sangat dibutuhkan dalam upaya memlihara proses ekologi
yang esensial, menunjang sistem penyangga kehidupan, mempertahankan
keanekaragaman genetik dan menjamin pemanfaatan jenis secara lestari dan
berkelanjutan. Taman nasional yang merupakan salah satu tempat dilakukannya
pelestarian sumber daya hayati di Indonesia antara lain: Taman Nasional Ujung Kulon,
Taman Nasional Kerinci Sebat, Taman Nasional Tanjung Puting, Taman Nasional Way
Kambas, Taman Nasional Teluk Cendrawasih, dan Taman Nasional Bunaken.

b) Konservasi eksitu (di luar kawasan) adalah upaya konservasi yang dilakukan
dengan menjaga dan mengembangbiakkan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitat

4
alaminya dengan cara pengumpualn jenis, pemeliharaaan dan budidaya (penangkaran).
Konservasi eksitu dilakukan pada tempat-tempat seperti kebun binatang, kebun botani,
taman hutan raya, kebun raya, penangkaran satwa, taman safari, taman kota dan taman
burung. Cara eksitu merupakan suatu cara memanipulasi obyek yang dilestarikan untuk
dimanfaatkan dalam upaya pengkayaan jenis, terutama yang hampir mengalami
kepunahan dan bersifat unik. Cara konservasi eksitu dianggap sulit dilaksankan dengan
keberhasilan tinggi disebabkan jenis yang dominan terhadap kehidupan alaminya sulit
berdaptasi dengan lingkungan buatan. Contoh tempat pelestarian ex situ adalah kebun
binatang.

3.1 Sasaran Konservasi Ekologi


Secara hukum tujuan konservasi tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.5 tahun
1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yaitu bertujuan
mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan
ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
mutu kehidupan manusia. Selain tujuan yang tertera di atas tindakan konservasi mengandung
tujuan:
a) Preservasi yang berarti proteksi atau perlindungan sumber daya alam terhadap
eksploitasi komersial, untuk memperpanjang pemanfaatannya bagi keperluan studi,
rekreasi dan tata guna air.
b) Pemulihan atau restorasi, yaitu koreksi kesalahan-kesalahan masa lalu yang telah
membahayakan produktivitas pengkalan sumber daya alam.
c) Penggunaan yang seefisien mungkin. Misal teknologi makanan harus
memanfaatkan sebaik-baiknya biji rambutan, biji mangga, biji salak dan lain-lainnya
yang sebetulnya berisi bahan organik yang dapat diolah menjadi bahan makanan.
d) Penggunaan kembali (recycling) bahan limbah buangan dari pabrik, rumah tangga,
instalasi-instalasi air minum dan lain-lainnya. Penanganan sampah secara modern masih
ditunggu-tunggu.
e) Mencarikan pengganti sumber alam yang sepadan bagi sumber yang telah menipis
atau habis sama sekali. Tenaga nuklir menggantikan minyak bumi.

5
f) Penentuan lokasi yang paling tepat guna. Cara terbaik dalam pemilihan sumber
daya alam untuk dapat dimanfaatkan secara optimal, misalnya pembuatan waduk yang
serbaguna di Jatiluhur, Karangkates, Wonogiri, Sigura-gura.
g) Integrasi, yang berarti bahwa dalam pengelolaan sumber daya diperpadukan
berbagai kepentingan sehingga tidak terjadi pemborosan, atau yang satu merugikan yang
lain. Misalnya, pemanfaatan mata air untuk suatu kota tidak harus mengorbankan
kepentingan pengairan untuk persawahan.
A. Sumber daya alam flora fauna dan ekosistemnya memiliki fungsi dan manfaat serta
berperan penting sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup yang kehadirannya tidak dapat
digantikan. Tindakan tidak bertanggungjawab akan mengakibatkan kerusakan, bahkan
kepunahan flora fauna dan ekosistemnya. Kerusakan ini menimbulkan kerugian besar yang tidak
dapat dinilai dengan materi, sementara itu pemulihannya tidak mungkin lagi (Dwidjoseputro
1994).
Pada dasarnya konservasi merupakan suatu perlindungan terhadap alam dan makhluk hidup
lainnya. Sesuatu yang mendapat perlindungan maka dengan sendiri akan terwujud kelestarian.
Manfaat-manfaat konservasi diwujudkan dengan:
a) Terjaganya kondisi alam dan lingkungannya, berarti upaya konservasi dilakukan
dengan memelihara agar kawasan konservasi tidak rusak.
b) Terhindarnya bencana akibat perubahan alam, yang berarti gangguangangguan
terhadap flora fauna dan ekosistemnya pada khususnya serta sumber daya alam pada
umumnya menyebabkan perubahan berupa kerusakan maupun penurunan jumlah dan
mutu sumber daya alam tersebut.
c) Terhindarnya makhluk hidup dari kepunahan, berarti jika gangguangangguan
penyebab turunnya jumlah dan mutu makhluk hidup terus dibiarkan tanpa upaya
pengendalian akan berakibat makhluk hidup tersebut menuju kepunahan bahkan punah
sama sekali.
d) Mampu mewujudkan keseimbangan lingkungan baik mikro maupun makro, berarti
dalam ekosistem terdapat hubungan yang erat antara makhluk hidup maupun dengan
lingkungannya.
e) Mampu memberi kontribusi terhadap ilmu pengetahuan, berarti upaya konservasi
sebagai sarana pengawetan dan pelestarian flora fauna merupakan penunjang budidaya,

6
sarana untuk mempelajari flora fauna yang sudah punah maupun belum punah dari sifat,
potensi maupun penggunaannya.
Mampu memberi kontribusi terhadap kepariwisataan, berarti ciri-ciri dan obyeknya yang
karakteristik merupakan kawasan ideal sebagai saran rekreasi atau wisata alam
(KEHATI,.2000).

4.1 Keterbatasan Konservasi Ekologi


Keterbatasan dalam konservasi ekologi ada banyak sekali salah satu diantaranya adalah illegal
loging yang dapat merusak ekologi konserfasi atau ekosistem.
Illegal loging
berasal dari bahasa inggris yang memiliki arti tidak sah atau bertentangan dengan hukum yang
merupakan suatu pelanggaran hukum yang harus diberi sanksi atas pelanggaran tersebut.
Sedangkan
logging
artinya menebang kayu dan membawa ketempat penggergajian. Husein (2013:34) berpendapat
bahwa pengertian
illegal logging
adalah suatu kegiatan atau tindakan menebang pohon didalam kawasan hutan tanpa
mendapatkan izin dari pejabat yang berwenang yang hal tersebut merupakan tindakan
pelanggaran hukum yang harus diberi sanksi atau hukuman. Penebangan liar terjadi akibat
adanya oknum yang tidak bertanggung jawab bahkan terjadi pada masyarakat yang telah
mendapatkan izin untuk mengelola suatu kawasan hutan secara lestari, karena ketamakan mereka
menyalah gunakan izin yang telah didapatkan. Lain lagi dengan Yose (2006:12) Penebangan liar
atau
illegal logging

namun kenyataan yang ada, walaupun telah ditetapkan hukum dan sanksi atas pelanggaran
penebangan liar, pemerintah tidak mampu mengatasi masalah tersebut. Pemerintah seolah tak
mampu mencegah dan mengatasi perambahan hutan bahkan diberbagai wilayah pejabat itu
sendiri yang melakukan pelanggaran tersebut dikarenakan nilai ekonomi sumberdaya hutan
terutama kayu yang sangat menjanjikan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Barlowe, R. 1986. Land Resource Economic. The Economic of Real Estate. Prentice-Hall, Inc. New
Jersey
Bani, Tony, www.academia.edu.
Cutter, Susan L; Renwick, William H, 2004. Exploitation, Conservation, Preservation, A Geographic
Perspective on Natural Resource Use. Fourth edition. John Wiley & Sons, Inc.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, Jakarta: Balai
Pustaka
Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil. 2013. Pedoman Teknis Pengelolaan Sarana dan
Prasarana Air Bersih di Pulau-pulau Kecil. Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Dwidjoseputro. 1994. Ekologi Manusia dengan Lingkungannya. Jakarta: Erlangga
Heinz Frick, Bambang Suskiyanto. 2006. Dasar-Dasar Ekologi Arsitektur. Yogyakarta: Kanisius.
Kehati. 2000. Materi Kursus Inventarisasi flora dan fauna Taman Nasional Meru Betiri. Malang
Odum, P, Eugne, 1993. Dasar- dasar ekologi. Yogyakarta: UGM press
SukaMade. 1997.Kumpulan Materi MBSC IX Meru Betiri Service Camp
Suparmoko, M., 1995, Ek. Sumber Daya Alam & Lingkungan, Yogyakarta : Pusat Antar Universitas
Studi Ekonomi Universitas Gajah Mada.
Takdir Rahmadi, 2011, Hukum Lingkungan Di Indonesia, Cetakan Ke-1. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada
Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
Vink. 1975. Landuse Inadvancing Africulture Springer Verlag. New York Helderberg
Malingreau. 1978. Penggunaan Lahan Pedesaan Penafsiran Citra Untuk Interprestasi dan
Analisisnya. Yogyakarta: Pusat Pendidikan Interprestasi Citra Pengindraan Jauh dan Survey
Terpadu

Anda mungkin juga menyukai