Anda di halaman 1dari 4

KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN

EKOSISTEM (KSDAHE)
A. Pengertian
Konservasi berasal dari bahasa latin “conservare” yang terdiri atas kata “con”
(bersama) dan “servare” (menjaga/menyimpan) yang berarti conservare yaitu
menjaga bersama atau membiarkan sebagaimana adanya. Konservasi adalah
pengawetan, perlindungan, pengelolahan, pemeliharaan, pemanfaatan, dan
pelestarian yang artinya kita perlu mengadakan pengawetan untuk mencegah
kepunahan dan pada proses selanjutnya perlu adanya suatu perlindungan,
pengelolahan dan pemeliharaan dari manusia itu sendiri sehingga alam dapat
dimanfaatkan sesuai kebutuhan dan kelestarian alam tetap terjaga.
Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari
SDA (segala ciptaan tuhan yang dapat dimanfaatkan manusia untuk kebutuhan
hidup manusia) nabati/tumbuhan dan SDA hewani. Konservasi SDAH diperlukan
untuk menjaga keseimbangan ekosistem yaitu hubungan timbal balik antara
mahluk hidup (biotik) dan lingkungan (abiotik). Komponen biotik meliputi
hewan, tumbuhan, dan manusia. Sedangkan komponen abiotik meliputi tanah, air,
iklim, cuaca,dsb.
Dari beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (KSDAHE) adalah pengelolahan SDA
hayati yang pemanfaatannya dilakukan bikjaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
keanekaragaman dan nilainya.
B. Sejarah
Seiring dengan pertambahan penduduk, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi menuntut tersedianya sumber daya alam yang lebih banyak, selain itu
berkurangnya sumber daya alam hayati dan non hayati yang dimanfaatkan terus-
menerus tanpa ada pengelolaan yang baik. Maka pada tahun 252 SM, Raja Asoka
secara resmi mengumumkan perlindungan satwa dan hutan. Peristiwa ini
merupakan contoh yang sekarang disebut konservasi (perlindungan terhadap
sumber daya alam).
Sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi, prinsip dasar konservasi
(perlindungan, pelestarian, dan pengawetan) semakin berkembang. Pada tahun

1
1084 M, Raja William I dari inggris memerintahkan penyiapan Domesday Book
yaitu suatu inventarisasi tanah, daerah penangkapan ikan, areal pertanian, taman
baru dan sumber daya prduktif yang digunakan sebagai dasar perencanaan
rasional bagi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang ada bagi
pembangunan negaranya.
C. Jenis-jenis Konservasi
1. Konservasi Insitu
Konservasi insitu adalah kegiatan konservasi flora dan fauna yang
dilakukan di habitat aslinya. Kegiatan konservasi insitu ini biasanya dilakukan
di kawasan hutan suaka marga satwa (KSA) dan kawasan hutan pelestarian
alam (KPA). Sehingga tidak lagi memerlukan proses adaptasi lagi untuk
pertumbuhan dan kehidupannya. Konservasi insitu ini mempunyai kelebihan
dan kelemahan, untuk perlindungan ini dilakukan di dalam habitat aslinya,
sehingga tidak memerlukan proses adaptasi lagi untuk pertumbuhan dan
kelebihannya, sedangkan kelemahannya dari kegiatan konservasi insitu adalah
apabila jenis ini memiliki persebaran yang sempit maka perubahan yang
terjadi pada habitat akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidupnya,
dan apabila terjadi bencana alam dan kebakaran, maka seluruh jenis yang
terdapat di dalamnya akan terancam musnah dan tidak ada yang bisa
dicadangkan. Cara perlindungan konservasi insitu ini dengan cara
dikeluarkannya undang-undang tentang perlindungan alam yang tertuang
dalam UU no. 5 tahun 1990 Bab III Pasal 13 Ayat (2) yang berbunyi
“Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di dalam kawasan suaka alam
dilakukan dengan membiarkan agar populasi semua jenis tumbuhan dan satwa
tetap seimbang menurut proses alami di habitatnya”.
2. Konservasi Eksitu
Konservasi eksitu adalah kegiatan konservasi flora dan fauna yang
dilakukan diluar habitat aslinya. Kegiatan konservasi eksitu ini biasanya di
kebun binatang, taman safari, arbordrum. Konservasi eksitu mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Untuk kelebihan konservasi eksitu ini dapat
mencegah kepunahan lokal berbagai jenis tumbuhan dan hewan akibat
terjadinya bencana alam dan kegiatan manusia. Sebagai sarana untuk
pengenalan berbagai tumbuhan dan satwa serta wisata alam bagi masyarakat
luas, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama yang kaitannya

2
dengan kegiatan budidaya. Sedangkan kelemahan dari konservasi eksitu
adalah konservasi eksitu merupakan kegiatan eksplorasi dan penelitian dahulu
untuk daerah/ lokasi yang cocok untuk pengembangan serta membutuhkan
dana besar serta orang-orang yang ahli dan berpengalaman. Cara perlindungan
konservasi eksitu ini tertuang dalam UU no. 5 tahun 1990 Bab III Pasal 13
Ayat (3) yang berbunyi “Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di luar
kawasan suaka alam dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakkan
jenis tumbuhan dan satwa untuk menghindari bahaya kepunahan”. Dalam
konservasi eksitu kita harus menyiapkan perencanaan terlebih dahulu sebelum
flora dan fauna itu di pindah dari habitat aslinya, yang pertama kita harus
merencanakan lokasi yang akan ditempati, luas kawasannya, dan perencanaan
pengelolaan dan pemeliharaanya. Sedangkan utuk memindahkan fauna
terlebih dahulu kita tangkap dan dimasukkan ke sangkar dan selanjutnya
dibawa kepenangkaran. Sedangkan kalau ingin memindahkan flora terlebih
dahulu kita lihat dulu jenis pohonnya dan lihat jenis akarnya, jika akarnya kuat
artinya tidak gampang patah dan diangkat pohonnya kemudian dipotong
akarnya tetapi jangan terlalu pendek, setelah itu tutup dengan plastik dan beri
lubang-lubang sedikit saja. Terakhir jangan langsung tanam, diamkan terlebih
dahulu sekitar 2-3 hari dan beri sedikit air saja.
D. Strategi KSDAHE
Upaya konservasi di Indonesia dimulai tahun 1880 dengan menunjuk cagar alam di
Depok. Tahun 1889 ditetapkan Suaka Marga Alam Cibodas, yang dapat dikatakan cikal
bakal Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Upaya konservasi tersebut terus
berlanjut, dan tahun 1980 dibentuk Tim Pengarah Pengembangan Perlindungan
Pelestarian Alam, berdasarkan Surat keputusan bersama Menteri Pertanian dan Menteri
PPLH.
Selanjutnya sejalan dengan strategi Konservasi Dunia yang dikeluarkan IUCN
(International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) organisasi
internasional yang didedikasikan untuk konservasi sumber daya alam dan berpusat di
Gland, Switzerland pada tahun 1980, Indonesia mendeklarasikan strategi konservasi
Indonesia. Strategi tersebut tertuang dalam UU No.5 Tahun 1990.
Jadi kegiatan-kegiatan konservasi terdiri dari:
a) Perlindungan sistem penyangga kehidupan
b) Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
c) Pemanfaatan secara lestari Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

3
E. Tujuan dan Manfaat KSDAHE
Tujuan KSDAHE tertuang dalam UU NO. 5 tahun 1990 tentang KSDAHE yakni
mengusahakan terwujudnya kelestarian SDAHE serta keseimbangan ekosistemnya
sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu
kehidupan manusia. Kementerian Kehutanan (KEMHUT) menargetkan revisi Undang-
Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistem bisa dibahas dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada awal tahun 2012.
Dalam beleid yang baru ini akan ada beberapa perbaikan. Salah satunya soal hukuman
bagi pelaku perdagangan satwa liar. Direktur Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
(PHKA) KEMHUT, Darori menyatakan dalam beleid yang berlaku sekarang, hanya
memberikan hukuman denda pada para pedagang satwa liar sebesar Rp 100 juta.
Sedangkan manfaat KSDAHE dapat diwujudkan dengan :
1. Terjaganya kondisi alam dan lingkungan.
2. Terhindarnya dari bencana alam akibat perubahan alam.
3. Terhindarnya makhluk hidup dari ancaman kepunahan.
4. Mampu mewujudkan keseimbangan lingkungan baik mikro maupun makro.
5. Mampu memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan.
6. Mampu memberikan kontribusi terhadap bidang pariwisata.

Anda mungkin juga menyukai