Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

KAWASAN KONSERVASI

DI SUSUN OLEH

NAMA : AGUSTINA (D10119532)

KELAS : Bt 8

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TADULAKO

1
KATA PENGANTAR

Tak kenal maka tak sayang. Sepertinya kalimat tersebut sangat cocok untuk
menggambarkan pandangan masyarakat pada umumnya terhadap hutan. Kebanyakan
masyarakat, apalagi yang tinggalnya jauh dari hutan menganggap bahwa hutan itu
hanya sekedar tempat pohon-pohon besar tumbuh untuk memenuhi oksigen makhluk
hidup, tempat untuk mencegah banjir dan tempat yang banyak binatang buasnya,
misalnya harimau. Memang tidak salah, tapi hutan bukan seperti yang sebagian orang
duga, Hutan bukan sekedar tempat pohon-pohon besar tumbuh dan tempat hidupnya
harimau. Hutan menyimpan sejuta kekayaan keanekaragaman hayati yang saling
berhubungan satu sama lain. Jadi, jika saya jadi presiden saya akan memperkenalkan
hutan kepada seluruh aspek lapisan masyarakat supaya masyarakat paham bahwa
hutan itu bukan sekedar pelengkap ekosistem dan penyumbang oksigen yang setiap
hari dihirup.

Mari kita mengenal hutan. Hutan ada dua macam, yaitu hutan rimba dan hutan
lindung. Hutan rimba merupakan hutan yang tidak pernah terjamah oleh manusia
(menurut guru SD saya), kehidupan disana sangat seimbang. Hutan rimba ini
sebenarnya tak memerlukan banyak campur tangan manusia, karena semua aspek
yang ada di hutan rimba bisa menjaga ekosistemnya sendiri untuk tetap stabil, jika
manusia ikut campur tangan maka hanya akan mempengaruhi ekosistem yang ada di
hutan tersebut, jadi biarkan mereka hidup aman dengan pola hidup mereka masing-
masing. Yang kedua adalah hutan lindung, dimana hutan ini dijadikan kawasan
konservasi untuk melindungi tumbuhan, satwa maupun ekosistem didalamnya. Bisa
juga dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi, wisata alam, dan lain sebagainya.

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar .......................................................................................................... 2


Daftar Isi ................................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang Belakang ........................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 5
1.4 Tujuan ........................................................................................................................ 5
BAB II Pembahasan .................................................................................................. 6
A. Pengertian Kawasan Konservasi ................................................................................. 6
B. Kebijakan Kawasan Konservasi.................................................................................. 7
C. Konflik Kawasan Konservasi...................................................................................... 7
BAB III Penutup ....................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 9
3.2 Saran .......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 10

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kawasan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi
pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Kawasan Konservasi
atau kawasan yang dilindungi ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan berbagai macam kriteria
sesuai dengan kepentingannya. Tiap negara mempunyai kategori sendiri untuk penetapan kawasan
yang dilindungi, dimana masing-masing negara memiliki tujuan dan perlakuan yang mungkin
berbeda-beda. Namun, di tingkat internasional dinaungi oleh WCPA (World Commission on
Protected Areas) yang dulunya bernama CNPPA(Commision on National Parks and Protected
Areas)yaitu sebuah komisi dibawah IUCN (The Worlf Conservation Union) yang memiliki
tanggung jawab menjaga lingkungan konservasi di dunia, baik untuk kawasan darat maupun
perairan (Kemenhut, 2013).
Istilah hutan konservasi merujuk pada suatu kawasan hutan yang
diproteksi atau dilindungi. Proteksi atau perlindungan tersebut bertujuan untuk melestarikan hutan
dan kehidupan yang ada di dalamnya agar bisa menjalankan fungsinya secara maksimal. Hutan
konservasi merupakan hutan milik negara yang dikelola oleh pemerintah, dalam hal ini Direktorat
Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Pengertian hutan konservasi menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan adalah
sebagai berikut: Kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok
pengawetan keeanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya (Adia, 2011). Kawasan
konservasi dalam kategori nasional mencakup dua kelompok besar, yaitu Kawasan Suaka Alam
(KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Kawasan Suaka Alam yang terdiri dari Cagar Alam
dan Suaka Margasatwa, bertujuan untuk perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya (Kemenhut, 2013)
Cagar Alam (stricly nature reserve and wilderness area) adalah suatu kawasan yang diterapkan
untuk menjaga agar suatu spesies, habitat, kondisi geologi, ekosistem, juga proses ekologis agar tetap
seperti apa adanya, tanpa campur tangan manusia dengan tujuan utama untuk kepentingan ilmiah
atau pemantauan lingkungan. Pengelolaan dalam cagar alam hanya berupa monitoring (termasuk
riset) dan pengamanan saja (sehingga sering dikenal sebagai zero mmanajemen). Kegiatan
pemanfaatan yang diperbolehkan dalam Cagar Alam sangat terbatas, terutama yang berkaitan
dengan kepentingan ilmiah serta bukan kegiatan yang sifatnya ekstaktif (mengambil sesuatu yang
berupa fisik dari kawasan). Biasanya tumbuhan dan satwa dalam kawasan cagar alam merupakan
asli daerah tersebut, tidak didatangkan dari luar. Perkembangannya pun dibiarkan alami apa adanya.
Pengelola hanya memastikan hutan tersebut tidak diganggu oleh aktivitas manusia yang
menyebabkan kerusakan (Kemenhut, 2013)

4
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana bentuk konservasi ?
2) Dasar hukum konservasi ?
3) Konfilk apa saja yang terjadi di kawasan konservasi ?

1.3 Tujuan Makalah


1) Sebagai salah satu media informasi tentang Pengelolaan Kawasan Konservasi
2) Menyelesaikan tugas Pendidikan Lingkungan Hidup yang telah di berikan

1.4 Manfaat Makalah


1) Untuk mengetahui apa yang di maksud pengelolaan kawasan konservasi
2) Agar mengetahui bagaimana pengelolaan kawasan konservasi
3) Untuk menambah wawasan mahasiswa.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kawasan Konservasi


Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi
berasal dari bahasa Inggris, conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan.
Adapun menurut ilmu biologi, konservasi adalah:
 Evisiensi penggunaan, produksi, transmisi, atau distribusi energi yang
berakibat pada turunnya konsumsi energi dengan tetap menghasilkan manfaat
yang sama;
 Pelestarian dan pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam secara
bijaksana;
 Pelestarian dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan,
memastikan bahwa habitat alami suatu area dapat dipertahankan, sementara
keanekaragaman genetik dari suatu spesies dapat tetap ada dengan
mempertahankan lingkungan alaminya.

Di Indonesia, berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang


Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pada Pasal 1 angka 2,
pengertian konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam
hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
keanekaragaman dan nilainya. Cagar alam dan suaka margasatwa merupakan
Kawasan Suaka Alam (KSA), sementara taman nasional, taman hutan raya, dan
taman wisata alam merupakan Kawasan Pelestarian Alam (KPA).
Cagar Alam karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa,
atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung
secara alami. Suaka margasatwa mempunyai ciri khas berupa spesies langka endemik
serta keunikan yang dimilikinya.
Taman Nasional mempunyai ekosistem asli yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan
rekreasi. Taman hutan raya untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang
dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman wisata alam dimanfaatkan untuk
pariwisata dan rekreasi alam.

6
Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu yang
mempunyai fungsi pokok sebagai pengawet keanekaragaman hayati serta ekosistem
yang berfungsi sebagai wilayah system penyangga kehidupan. Kawasan Suaka Alam
ini terdiri dari dua kawasan, yaitu Suaka Marga Satwa dan Cagar Alam.

Suaka Marga Satwa merupakan suatu kawasan untuk melindungi hewan yang
akan punah, dimana pada kawasan tersebut mempunyai ciri khas berupa
keanekaragaman atau keunikan jenis satwa. Misalnya, yang terkenal di Indonesia
yaitu Suaka Marga Satwa Bawean, Surabaya.

B. Kebijakan Kawasan Konservasi


Di Indonesia, kebijakan konservasi diatur ketentuannya dalam UU 5/1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. UU ini memiliki
beberapa turunan Peraturan Pemerintah (PP), diantaranya:

1. PP 68/1998 tentang pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan


Pelestarian Alam (KPA)
2. PP 7/1999 tentang pengawetan/perlindungan tumbuhan dan satwa
3. PP 8/1999 tentang pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar/TSL
4. PP 36/2010 tentang pengusahaan pariwisata alam di suaka margasatwa (SM),
taman nasional (TN), taman hutan raya (Tahura) dan taman wisata alam
(TWA).

C. Konflik Kawasan Konservasi


Di ekosistem hutan, biasanya konflik konservasi muncul antara satwa
endemik dan pengusaha HPH (Hak Pengusahaan Hutan). Karena habitatnya menciut
dan kesulitan mencari sumber makanan, akhirnya satwa tersebut keluar dari
habitatnya dan menyerang manusia. Konflik konservasi muncul karena:[butuh
rujukan]
1. Penciutan lahan dan kekurangan sumber daya alam (SDA)
2. Pertumbuhan jumlah penduduk meningkat dan permintaan pada SDA
meningkat (sebagai contoh, penduduk Amerika Serikat butuh 11 Ha lahan per
orang, jika secara alami)
3. Ekstraksi SDA berlebihan (over exploitation) menggeser keseimbangan alami.
4. Masuknya spesies asing yang bersifat invasif, baik flora maupun fauna,
sehingga mengganggu atau merusak keseimbangan alami yang ada.

7
Kemudian, konflik semakin parah jika:
1. SDA berhadapan dengan batas batas politik (misal: daerah resapan dikonversi
untuk HTI, HPH (kepentingan politik ekonomi)
2. Pemerintah dengan kebijakan tata ruang (program jangka panjang) yang tidak
berpihak pada prinsip pelestarian SDA dan lingkungan.
3. Perambahan dengan latar kepentingan politik untuk mendapatkan dukungan
suara dari kelompok tertentu dan juga sebagai sumber keuangan ilegal.

Kawasan konservasi mempunyai karakteristik sebagai berikut:


 Karakteristik, keaslian, atau keunikan ekosistem (hutan hujan tropis yang
meliputi pegunungan, dataran rendah, rawa gambut, pantai)
 Habitat penting atau ruang hidup bagi satu atau beberapa spesies (flora dan
fauna) khusus: endemik (hanya terdapat di suatu tempat di seluruh muka
bumi), langka, atau terancam punah (seperti harimau, orangutan, badak, gajah,
beberapa jenis burung seperti elang garuda atau elang jawa, serta beberapa
jenis tumbuhan seperti ramin). Jenis-jenis ini biasanya dilindungi oleh
peraturan perundang-undangan.
 Tempat yang memiliki keanekaragaman plasma nutfah alami.
 Bentang alam (lanskap) atau ciri geofisik yang bernilai estetik atau ilmiah.
 Fungsi perlindungan hidro-orologi: tanah, air, dan iklim global.
 Pengusahaan wisata alam yang alami (danau, pantai, keberadaan satwa liar
yang menarik).

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan pahamnya masyarakat mengenai kawasan-kawasan tersebut
diharapkan masyarakat bisa lebih mencintai hutan sebagaimana mestinya dan tidak
akan ada lagi masyarakat yang ‘salah tempat’, misalnya berburu di kawasan
konservasi yang dilarang untuk melakukan perburuan, karena mereka sudah tahu
kawasan-kawasan mana yang seharusnya steril dari tindak kejahatan hutan oleh
manusia. Sebenarnya pemerintah juga sudah berupaya mengklasifikasikan kawasan-
kawasan tersebut, hanya mungkin karena kurang sosialisasi pada masyarakat
sehingga hanya sedikit lapisan masyarakat yang tahu akan hal ini. Dengan cara ini
diharapkan juga masyarakat mulai mengembangkan ‘hutan’ dirumahnya, misalnya
membuat taman kecil di pekarangan atau jika tidak ada pekarangan, misalnya di
perkotaan harus ada hutan kota. Tidak perlu tempat yang luas seperti kawasan-
kawasan konservasi tersebut, bisa dengan taman vertikal dan lain sebagainya. Lama
kelamaan masyarakat akan sadar karena pasti udara disekitar ‘hutan’ mereka semakin
sejuk, sehingga masyarakat berpikir dua kali untuk mengekploitasi hutan yang
sesungguhnya, kecuali mereka yang hatinya sudah tertutup karena uang.

3.2 Saran
Dengan berkembangnya teknologi, maka sumber daya dapat diolah dengan
mudahnya. Oleh karena itu agar selalu digunakan dengan sebaik-baiknya karena jika
tidak, maka akan berdampak fatal bagi kelangsungan hidup manusia dimasa yang
akan dating.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://sukmabadwin.blogspot.com/2013/12/makalah-konservasi.html

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Konservasi

https://www.kompasiana.com/dewiery/54f82065a33311cf5d8b4592/mengenal-kawasan-
konservasi-sebagai-upaya-pelestarian-hutan

10

Anda mungkin juga menyukai