Anda di halaman 1dari 20

DIKTAT MATERI KONSERVASI

Tim Konservasi

MUPALAS

Universitas Muhammadiyah Surabaya

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang karena nikmat dan karunia-
Nya diktat materi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita semua dari zaman
jahiliyah menuju jalan yang terang benderang.

Buku diktat materi konservasi ini merupakan buku ajar ataupun panduan bagi semua anggota
MUPALAS dalam mempelajari materi mengenai konservasi, baik anggota divisi konservasi
ataupun divisi lain. Pada dasarnya, konservasi adalah kegiatan yang mencakup semua divisi
yang ada di MUPALAS dan dapat diterapkan dimana saja, oleh karena itu diktat ini diharapkan
dapat membantu semua anggota yang ingin berkegiatan dibidang konservasi dan dapat berguna
sebagai panduan kita dalam menjaga lingkungan alam semesta ini.

Salam Lestari!

MUPALAS Jaya!

Surabaya, 11 Februari 2023

Tim Konservasi
DAFTAR ISI
BAB 1

KEHUTANAN UMUM

Hutan secara bahasa berarti hutan adalah sistem ekologi yang kompleks dengan pohon
merupakan bentuk kehidupan yang paling dominan. Walaupun lebih banyak di dominasi oleh
pepohonan, tetapi di dalam hutan tidak hanya ada pohon saja tentunya. Di hutan juga terdapat
beberapa komponen seperti komponen biotik (hidup) seperti tumbuhan, binatang, serta
organisme-organisme lainnya. Selain itu, komponen abiotik (tidak hidup) yaitu air, angin, batu,
cahaya matahari, iklim, suhu, dan tanah juga menyokong ekosistem hutan.

Hutan memberikan manfaat besar bagi manusia, baik manfaat yang dapat dirasakan
langsung ataupun secara tidak langsung. Manfaat langsung seperti penyediaan kayu, habitat
satwa, dan hasil tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti sarana rekreasi,
perlindungan dan pengaturan tata air, serta pencegahan erosi.Daya dukung hutan terhadap
segala aspek kehidupan manusia, satwa, dan tumbuhan sangat ditentukan pada tinggi
rendahnya kesadaran manusia akan arti penting hutan didalam pemanfaatan dan pengelolaan
hutan. Pemanfaatan sumber daya alam hutan apabila dilakukan sesuai fungsi yang terkandung
didalamnya, seperti adanya fungsi lindung, fungsi suaka, fungsi produksi, fungsi wisata dengan
dukungan sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, akan sesuai dengan hasil
yang ingin dicapai.

A. Pengertian Hutan dan Kehutanan


Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tahun 1999 pasal 1 ayat 2 tentang
kehutananan, pengertian hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya
yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Dari definisi hutan yang disebutkan, terdapat
unsur-unsur yang meliputi :
 Suatu kesatuan ekosistem
 Berupa hamparan lahan
 Berisi sumber daya alam hayati beserta alam lingkungannya yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain
 Mampu memberi manfaat secara lestari
Berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 1999 pasal 1 ayat 1 tentang kehutanan, definisi
kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan
hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Beberapa fungsi hutan ialah :
 Mengatur tata air, mencegah dan membatasi banjir, erosi serta memelihara kesuburan
tanah,
 Menyediakan hasil hutan untuk keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya
untuk keperluan pembangunan industri dan ekspor sehingga menunjang pembangunan
ekonomi nasional
 Memberikan keindahan alam pada umumnya dan khususnya dalam bentuk cagar alam,
suaka margasatwa, taman wisata, serta sebagai sarana ilmu pengetahuan, pendidikan,
dan pariwisata
B. Jenis-Jenis Hutan
Posisi Indonesia yang berada di garis khatulistiwa, menjadikan Indonesia berada dalam
kawasan Tropis, artinya cuaca yang berimbang antara hujan dan kemarau. hal ini berdamapak
pada perkembangan jenis- jenis hutan di Indonesia. Hutan di Indonesia memiliki banyak
keberagaman. Berikut jenis-jenis kelompok hutan :
1. Hutan berdasarkan statusnya
Pembagian status (kedudukan) antara orang, badan hukum, atau institusi
a) Hutan Hak, adalah hutan yang berada pada tanah yang di bebani hak atas tanah
b) Hutan Negara, adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak keatas
tanah. Yang termasuk dalam kulifikasi hutan negara yaitu :
 Hutan adat, adalah hutan negara yang diserahkan pengelolaannya kepada
masyarakat hukum adat (rechtgemeenschap).
 Hutan desa, adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan
untuk kesejahteraan desa.
 Hutan kemasyarakatan, adalah hutan negara yang pemanfaatannya untuk
memberdayakan masyarakat.
2. Hutan berdasarkan iklim
a) Hutan hujan tropis, adalah hutan yang terdapat di daerah tropis dengan curah hujan
sangat tinggi. Hutan ini kaya akan flora dan fauna, serta keanekaragaman tumbuhan
yang sangat tinggi. Hutan ini terdapat di Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan
Papua
b) Hutan monsun atau hutan musim. Tumbuh di daerah yang mempunyai curah hujan
cukup tinggi, tetapi mempunyai musim kemarau yang panjang. Pada musim
kemarau, tumbuhan dihutan mosun biasanya menggugurkan daunnya.
3. Hutan berdasarkan terbentuknya
a) Hutan alam, yaitu suatu lapangan yang pertumbuhan pohon-pohon alami yang
secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta
lingkungannya. Disebut juga hutan primer, yaitu hutan yang terbentuk tanpa campur
tangan manusia
b) Hutan buatan, yaitu hutan yang terbentuk karena campur tangan manusia (sekunder)
4. Hutan berdasarkan jenis tanamannya
a) Hutan homogen (sejenis), yaitu hutan yang areanya lebih dari 75% ditutupi oleh
satu jenis tanaman, misal : hutan jati, hutan bambu, hutan pinus
b) Hutan heterogen (campuran), yaitu hutan yang terdiri atas bermacam-macam jenis
tanaman
5. Hutan berdasarkan fungsinya
a) Hutan Lindung, adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi (penerobosan) air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
b) Hutan produksi, adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan untuk keperluan masyarakat pada umumnya dan
khususnya untuk pembangunan, industri, dan ekspor
c) Hutan konservasi, adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya
C. Pembagian Kawasan Konservasi
Berdasarkan UU No.5 Tahun 1990, kategori kawasan konservasi ialah :
1. Kawasan Suaka Alam (KSA), kawasan yang memiliki ciri khas tertentu, baik di
daratan maupun perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya juga berfungsi sebagai wilayah
sistem penyangga kehidupan
a) Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai
kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu
dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.
b) Suaka Margasatwa adalah kawasan suaka alam yang memiliki ciri khas berupa
keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang kelangsungan hidupnya dapat
dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
2. Kawasan Pelestarian Alam (KPA), kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
ataupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan, dan satwa serta pemanfaatan
secara lestari terhadap sumber daya alami hayati dan ekosistemnya.
a) Taman Nasional (TN), kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli,
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
b) Taman Hutan Raya (Tahura), adalah kawasan pelestarian alam yang bertujuan
menyimpan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan
atau bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
c) Taman Wisata Alam (TWA), kawasan pelestarian alam yang terutama
dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
D. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Pada masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo, Kementerian Kehutanan digabungkan
dengan Kementerian Lingkungan Hidup menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK). Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2020, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.
a) Visi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yaitu terwujudnya keberlanjutan
sumber daya hutan dan lingkungan hidup untuk kesejahteraan masyarakat dalam
mendukung terwujudnya indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian
berlandaskan gotong royong.
b) Misi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan :
1. Mewujudkan hutan yang lestari dan lingkungan yang berkualitas
2. Mengoptimalkan manfaat ekonomisumber daya hutan dan lingkungan secara
berkeadilan dan berkelanjutan
3. Mewujudkan keberdayaan masyarakat dalam akses kelola hutan baik lakilaki
maupun perempuan secara adil dan setara
4. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.
c) Fungsi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
1. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan
pemantapan kawasan hutan dan penataan lingkungan hidup secara berkelanjutan,
pengelolaan konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya, peningkatan daya
dukung daerah aliran sungai dan rehabilitasi hutan, pengelolaan hutan lestari,
peningkatan daya saing industri primer hasil hutan, pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan, pengelolaan sampah, bahan berbahaya dan beracun, dan
limbah bahan berbahaya dan beracun, pengendalian perubahan iklim, pengendalian
kebakaran hutan dan lahan, perhutanan sosial dan kemitraan lingkungan, serta
penegakan hukum bidang lingkungan hidup dan kehutanan;
2. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang penataan lingkungan
hidup secara berkelanjutan, peningkatan daya dukung daerah aliran sungai dan
rehabilitasi hutan, pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan,
pengelolaan sampah, bahan berbahaya dan beracun, dan limbah bahan berbahaya
dan beracun, pengendalian perubahan iklim, pengendalian kebakaran hutan dan
lahan, kemitraan lingkungan, serta penegakan hukum bidang lingkungan hidup dan
kehutanan;
3. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan;
4. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
5. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan;
6. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan di daerah; dan
7. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
BAB 2

KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM (KSDAE)

Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi. Dari 1.812.700
spesies yang telah ditemukan di dunia 31.750 (1,75%) spesies terdapat di Indonesia, bahkan
kelompok lumut melebihi 10%. Untuk fauna, Indonesia menempati kekayaan fauna nomor dua
setelah Brazil, sekitar 12% mamalia, 16% reptile, 17% burung dunia terdapat di Indonesia.
Sementara dalam jumlah mamalia dan amfibi Indonesia menempati peringkat kelima dan
keenam. Indonesia juga terkenal dengan keanekaragaman ekosistem pesisirnya, yang
mengandung 18 persen terumbu karang dunia, lebih dari 70 genera dan 500 spesies karang,
2.500 spesies ikan, 2.500 spesies mollusca, 1.500 spesies crustacea, dan berbagai biota laut
lainnya. Akan tetapi, Indonesia juga dinilai sebagai Negara dengan penurunan keanekaragaman
yang tinggi. Indonesia memiliki 583 spesies yang terancam punah, diantaranya mamalia 191
spesies dan burung 160 spesies.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan keberagaman flora dan fauna
tersebut, Indonesia telah melakukan upaya konservasi. Konservasi berasal dari kata
Conservation, con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai
upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana
(wise use). Secara sederhana konservasi sumber daya alam dapat diartikan sebagai bentuk
pengelolaan sumber daya alam yang pemanfaatannya dilakukan secara seimbang dan
bijaksana. Objek konservasi sebagai suatu tindakan untuk mencegah pengurusan sumber daya
alam dilakukan, baik terhadap benda-benda hidup (hayati) maupun sumber daya alam hayati,
seperti tumbuhan dan hewan, serta mikroorganisme. Juga dilakukan terhadap benda-benda
tidak hidup (nonhayati) atau sumber daya alam nonhayati, seperti tanah, air, udara, dan barang-
barang tambang, secara bersama-sama sebagai satu kesatuan sistem yang saling tergantung satu
dengan lainnya (ekosistem). Terkait dengan objek konservasi tersebut maka kita mengenal
istilah konservasi sumber daya alam hayati (living resources conservation) dan konservasi
sumber daya alam nonhayati (non-living resources conservation). Pemanfaatan sumberdaya
alam yang pemanfaatannya dilakukan saat ini tidak sebanding dengan upaya pemulihan sumber
daya alam, oleh karena itu upaya konservasi sangat perlu kita lakukan dengan upaya penyadar-
tahuan kepada masyarakat baik itu di tingkat akademisi maupun masyarakat umum.
A. Pengertian Operasional
Perbedaan interpretasi tentang konservasi bisa terjadi tergantung pada sudut pandang
ekonomi, hukum, dan moral. Dari pandangan moral, konservasi biasanya diterapkan untuk
suatu hubungan antara manusia dan alam yang dipercaya dapat menunjang kesejahteraannya
atau dapat memperbaiki kualitas hidupnya, dengan cara: pertama, memelihara (preserving)
kondisi alam terpilih; kedua, melindungi (protecting) sumber daya alam dari pemanfaatan yang
berlebihan (over-use) dan kebiasaan merusak baik karena kepentingan sekarang maupun masa
mendatang; ketiga, memulihkan (restoring) apa yang sudah merugikan secara temporal akibat
pemanfaatan (tetapi dalam jangka panjang tidak dibutuhkan untuk kelanjutan kehidupan
manusia menurut standar-standar moral yang diterima untuk kehidupan bermutu); keempat,
meningkatkan atau mempertinggi (enhancing) kondisi lingkungan hidup manusia sehingga
tidak terjadi konflik tajam dengan pandangan estetika dari lingkungan alam. Beberapa istilah
yang secara operasional mengandung makna konservasi :
a) Preservasi, yaitu perlindungan sumber daya alam dari eksploitasi komersial untuk
memperpanjang pemanfaatannya untuk jangka waktu lama.
b) Restorasi, yaitu pemulihan kondisi sumber daya alam yang rusak atau berubah sebagai
akibat aktivitas manusia hingga kembali pada kondisi seperti semula, baik struktur atau
komposisi maupun fungsinya.
c) Benefisiasi, yaitu meningkatkan manfaat mutu dari suatu sumber daya alam.
d) Maksimisasi, yaitu semua tindakan untuk menghindari pemborosan pemanfaatan sumber
daya alam.
e) Substitusi, yaitu penggantian penggunaan sumber daya alam yang langka atau terbatas
dengan sumber daya alam yang bersifat umum, atau penggantian penggunaan sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) dengan sumber daya
alam yang dapat diperbaharui (renewable resources).
f) Alokasi, yaitu strategi atau tindakan-tindakan yang diambil untuk penggunaan terbaik
dari suatu sumber daya.
g) Integrasi, yaitu memaksimumkan jumlah barang dan jasa dari suatu sumber daya atau
kompleks sumber daya alam, misalnya sumber daya daerah aliran sungai (DAS)
dikembangkan pemanfaatannya secara terpadu (integrasi) mulai dari hulu sampai hilir.
h) Daur ulang (recycle), yaitu mendaur kembali bahan-bahan atau sumber daya bekas
sehingga dapat berguna kembali. Ke dalam pengertian ini juga dikenal istilah manfaat
ulang (reuse), yaitu penggunaan kembali bahan-bahan atau barang buangan, sisa atau
bekas untuk berbagai keperluan lainnya; pengurangan (reduce), yaitu tindakan untuk
mengurangi pemanfaatan sumber daya atau penghematan pemanfaatan suatu sumber
daya.
B. Sejarah Konservasi di Dunia
 Raja Asoka di Indonesia (252 SM) melakukan usaha perlindungan satwa liar, ikan, dan
hutan
 Raja Willian I (1804 M) mengeluarkan suatu dokumen resmi yang dikenal dengan The
Domesday Book, yang berisi tentang hasil inventarisasi tanah, hutan, daerah tangkapan
ikan, areal pertanian, taman buru dan sumber daya produktif lainnya yang menjadi
milik kerajaan
 Convention on Salmon Fishing in the Rhine Berlin (1885)
 International Conference on the Protection of Birds (1895) di Paris tentang
perlindungan burung
 Conference on the Protection of African Mammals (1900) di London tentang
perlindungan mamalia Afrika
 Konferensi internasional tentang Perlindungan Burung di Paris (1902)
 Congres de l’Association Litteraire et Artistique Internationale (1905) di Liege
diterima sebuah mosi dari Raoul de Clermont di Congres International d’Art Public.
Mosi tersebut menyatakan bahwa langkah-langkah perlu diambil untuk mengadakan
taman-taman nasional guna mencegah punahnya satwa, tumbuhan, dan mineral asli.
 Pemerintah Amerika Serikat melalui Presiden Theodore Roosevelt di dalam suatu
forum konferensi dunia (1909) juga menyampaikan pandangan tentang pentingnya
perlindungan global terhadap sumber energi alam dan perlu dilakukan inventarisasi
SDA yang vital bagi kehidupan ekonomi
 Kongres internasional pertama tentang proteksi bentang alam (protection of landscap)
di Paris (1909)
 Dibentuknya Commission for the Protection of Nature dengan kantor pusatnya di Bazel
dalam forum konferensi Internasional untuk Perlindungan Alam pada 17 November
1913 di Bern, Swiss
 Berdirinya International Union for the Protection of Nature yang kemudian
berkembang menjadi International Union for the Conservation of Nature and Nature
Resources (IUCN) (1948)
 Konferensi dunia tentang Lingkungan Hidup (Human Environment) di Stockholm tahun
1972 tanggal 5−16 Juni, yang menghasilkan keputusan dengan dibentuknya UNEP
(United Nations Environment Programme) dan dibentuknya banyak Kementerian
Lingkungan Hidup di berbagai negara. Bahkan tanggal 5 Juni disepakati oleh semua
negara anggota PBB sebagai Hari Lingkungan Hidup dan diperingati setiap tahun.
C. Sejarah Konservasi di Indonesia
1. Masa Kerajaan Nusantara
Pada zaman kerajaan nusantara, sebelum abad ke-15, tradisi sakral sangat
mewarnai segenap kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat waktu itu sangat
kental dengan kepercayaan mistis dan kekuatan alam, yang terwujud dalam penabuhan
benda-benda, pendirian situs-situs, dan tindakan tertentu. Pada waktu itu hubungan
antara manusia dengan alam lebih didasarkan atas dasar membangun hubungan
harmonis dengan alam. Alam dianggap sebagai sesuatu yang suci (sacred), yang dapat
memberikan berkah bagi kehidupan. Para raja menjalankan ritual-ritual berupa
penghormatan kepada penguasa alam yang diyakininya dengan mendirikan tempat
pemujaan dewa-dewa dan roh-roh leluhur. Salah satu dokumen penting yang berkaitan
dengan kebijakan konservasi alam adalah Prasasti Malang tahun 1395 dari jaman
Kerajaan Majapahit. Dalam prasasti tersebut tertulis :

Pemberitahuan kepada seluruh satuan tata negara si parasama di sebelah timur


Gunung Kawi, baik di timur atau di barat batang air (Berantas); diberitahukan
kepada sekalian Wedana, Juru, Bujut, terutama kepada Pacatanda di Turen. Bahwa
telah kita perkuat perintah Seri Paduka Batara Pratama Iswara, yang ditanam di
Wisnu-bawana dan begitu pula perintah seri paduka yang ditanam di Kertabuana,
berhubungan dengan kedudukan satuan tata negara si parasame Katiden yang
meliputi sebelas desa.
Oleh karena masyarakat itu berkewajiban mengamat-amati padang alang-alang di
lereng gunung Ledjar, supaya jangan terbakar maka haruslah ia dibebaskan dari
pembayaran pelbagai titisara. Selanjutnya masyarakat dilarang menebang pohon
kayu dari hutan kekayu dan memungut telur penyu dan getan, karena larangan itu
tidak berlaku padanya. Juga tidak seorang jua pun boleh melakukan di sana peraturan
larangan berupa apa jua. Apabila keputusan raja ini sudah dibacakan maka Desa
Lumpang haruslah menurutnya. Demikianlah diselenggarakan pada bulan pertama
pada tahun Saka 1317
2. Masa Kolonial Belanda
 Pada 1714, seorang anggota Dewan Hindia-Belanda, Chastelein mewariskan dua
bidang tanah persil seluas 6 ha di Depok kepada para pengikutnya untuk digunakan
sebagai Cagar Alam (Natuur Reservaat). Chastelein mengharapkan agar kawasan
tersebut bisa dipertahankan, tidak dipergunakan sebagai arela pertanian.
 Pada 1889 berdasarkan usulan Direktur Lands Plantentuin (Kebun Raya) Bogor,
kawasan hutan alam Cibodas ditetapkan sebagai tempat penelitian flora
pegunungan, yang kemudian diperluas hingga pegunungan Gede dan Pangrango
pada 1925
 Pada 1896, saat itu pemerintah kolonial belanda mendapat tekanan dari luar Hindia
Belanda tentang penyelundupan burung cendrawasih secara liar. Tekanan untuk
kejadian burung-burung cendrawasih tersebut kemudian melahirkan undang-
undang Perlindungan Mammalia liar dan Burung Liar yang dikeluarkan pada 1910.
Undang-undang tersebut berlaku di seluruh Indonesia
 Pada 1912 pernah didirikan Nederlands Indische Vereniging tot Natuur
Bescherming (Perhimpunan Perlindungan Alam Hindia Belanda) oleh Dr. S.H.
Koorders dkk. Kemudian, pada 1913 perhimpunan ini berhasil menunjuk 12
kawasan yang perlu dilindungi di Pulau Jawa. Setelah dilanjutkan dengan
penunjukan kawasan lindung di pulau jawa hingga Sumatera dan Kalimantan
 Pada 1931 dikeluarkannya Peraturan Perlindungan satwa liar (Dierenbeschermings
verordening), penetapan 36 satwa dilindungi
 Pada 1932, diundangkannya Natuur Monumenten Ordonatie atau Ordonasi Cagar
Alam dan Suaka Margasatwa. Ordonasi ini kemudian diterbitkan menjadi Peraturan
Perlindungan Alam. Pada tahun tersebut mulai dimungkinkan adanya kegiatan di
kawasan konservasi dengan izin, misalnya berburu di taman alam
 Sampai akhir pendudukannya, Belanda telah menetapkan lebih dari 70 cagar alam.
3. Masa Penjajahan Jepang
Secara umum kondisi perlindungan alam di Indonesia kurang diperhatikan.
Sebelumnya, dalam sejarah pengelolaan jati di Jawa oleh Belanda, pada 1929 telah
berhasil menata 31 unit wilayah pengelolaan hutan seluas 627.700 ha. Namun pada
saat pendudukan Jepang, telah terjadi eksploitasi besar-bearan dan merugikan. Tercatat
pada tahun 1944, kayu jati telah ditebang mencapai 120.000 – 150.000 m 3 untuk
membuat kapal. Kayu-kayu dari hutan juga banyak dibakar untuk guna mendukung
pabrikpabrik yang menggerakan kereta api. Pada masa tersebut, Jepang banyak
menguras hutan jati di Jawa untuk keperluan perang Asia Timur Raya.
4. Masa Kemerdekaan
 Pada 1947, penunjukan Bali Barat sebagai suaka alam baru atas prakarsa dari Raja-
Raja Bali Sendiri
 Pada 1950, Jawatan Kehutanan RI mulai menempatkan seorang pegawai yang
khusus diserahi tugas untuk menyusun kembali urusan-urusan perlindungan alam,
tugas khusus diberikan untuk mengusut perburuan badak di Ujung Kulon
 Pada 1952, dibentuk Lembaga Pengawetan Alam (LPA) bagian dari Pusat
Penyelidikan Alam KBR Bogor
 Pada 1956, Jawatan Kehutan membentuk Bagian Perlindungan Alam (BPA)
 Pada tahun 1982 di Bali diadakan Kongres Taman Nasional Sedunia ke-3 yang
melahirkan Deklarasi Bali
 Pada tahun 1983 dibentuk Departemen Kehutanan, sehingga Direktorat
Perlindungan dan Pengawetan Alam statusnya diubah menjadi Direktorat Jenderal
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) yang tugas dan tanggung
jawabnya semakin luas. Di fakultas-fakultas kehutanan dan biologi sudah mulai
diajarkan ilmu konservasi alam dan pengelolaan satwa liar. Bahkan di beberapa
fakultas kehutanan sudah dikembangkan jurusan Konservasi Sumber Daya Alam
 Beberapa undang-undang dan peraturan peninggalan pemerintah Hindia Belanda,
telah dicabut dan diganti dengan UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dan pada tahun 1990-an mulai banyak
berdiri LSM di Indonesia yang menangani tentang konservasi alam.
D. Tujuan dan Peran Konservasi
Tujuan dilaksanakannya konservasi tersebut adalah untuk:
1. Memelihara proses ekologi yang penting dan sistem penyangga kehidupan
2. Menjamin keanekaragaman genetik
3. Pelestarian pemanfaatan jenis dan ekosistem.
Peranan kawasan konservasi dalam pembangunan meliputi:
1. Penyelamat usaha pembangunan dan hasil-hasil pembangunan;
2. Pengembangan ilmu pendidikan;
3. Pengembangan kepariwisataan dan peningkatan devisa;
4. Pendukung pembangunan bidang pertanian;
5. Keseimbangan lingkungan alam;
6. Manfaat bagi manusia
E. Etika Konservasi
Ada sembilan prinsip etika lingkungan yang dikemukakan oleh Keraf (2006) yang dapat
juga dipahami dan dijadikan sebagai prinsip etika konservasi. Dikatakannya bahwa prinsip-
prinsip ini dapat menjadi pegangan dan tuntunan bagi perilaku kita dalam berhadapan dengan
alam, baik perilaku terhadap alam semesta secara langsung maupun perilaku terhadap sesama
manusia yang berakibat tertentu terhadap alam. Berikut prinsip etika konservasi :
1. Sikap hormat terhadap alam (respect for nature).
Manusia berkewajiban menghargai hak semua makhluk hidup untuk berada, hidup,
tumbuh, dan berkembang secara alamiah sesuai dengan tujuan penciptaannya. Sebagai
perwujudan nyatanya, manusia perlu memelihara, merawat, menjaga, melindungi, dan
melestarikan alam beserta isinya
2. Tanggung jawab (moral responsibility for nature)
Menekankan bahwa setiap orang dituntut dan terpanggil untuk bertanggung jawab
memelihara alam semesta ini sebagai milik bersama dengan rasa memiliki yang tinggi
seakan merupakan milik pribadinya.
3. Solidaritas kosmis (cosmic solidarity)
Dalam pandangan ekofeminisme, manusia mempunyai kedudukan sederajat dan setara
dengan alam dan semua makhluk hidup lain di alam ini sehingga membangkitkan dalam
diri manusia perasaan solider, perasaan sepenanggungan dengan alam dan dengan sesama
makhluk lain. Manusia bisa merasa sedih dan sakit ketika berhadapan dengan kenyataan
memilukan berupa rusak dan punahnya makhluk hidup tertentu.
4. Cinta kasih dan kepedulian terhadap alam (caring for nature)
Menekankan bahwa sebagai sesama anggota komunitas ekologis yang setara, manusia
digugah untuk mencintai, menyayangi, dan peduli kepada alam, dan seluruh isinya, tanpa
diskriminasi dan tanpa dominasi.
5. Prinsip ”No Harm”
Menekankan untuk tidak melakukan sesuatu yang merugikan alam secara tidak perlu,
tidak melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi makhluk hidup
lain di alam semesta ini.
6. Hidup sederhana dan selaras dengan alam
Menekankan hidup seadanya sebagaimana alam itu. Ia akan mengikuti hukum alam,
yaitu hidup dengan memanfaatkan alam sejauh dibutuhkan, dan berarti hidup selaras
dengan tuntutan alam itu sendiri. Ia tidak perlu menjadi rakus, tidak perlu banyak
menimbun sehingga membuatnya mengeksploitasi alam tanpa batas.
7. Prinsip keadilan
Menekankan tentang akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat
dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan SDA dan pelestarian alam, dan dalam ikut
menikmati pemanfaatan SDA atau alam semesta seluruhnya.
8. Prinsip demokrasi
Menekankan bahwa pada hakikatnya alam itu demokratis karena isi alam semesta selalu
beraneka ragam.
9. Prinsip integritas moral
Terutama dimaksudkan untuk pejabat publik agar mempunyai sikap dan perilaku moral
yang terhormat serta memegang teguh prinsip-prinsip moral yang mengamankan
kepentingan publik.
F. Asas dan Tujuan KSDAE
Asas dan tujuan dalam berkegiatan KSDAE di Indonesia :
1. Konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya berasaskan pelestarian dan pemanfaatan
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang
2. Konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya
kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat
lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan
manusia.
G. Ruang Lingkup Kegiatan KSDAE
Acuan dalam berkegiatan konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya adalah :
1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan
 Sistem penyangga kehidupan merupakan satu proses alami dari berbagai unsur
hayati dan non hayati yang menjamin kelangsungan kehidupan makhluk
 Perlindungan sistem penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya proses
ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.
2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
 Pengawetan adalah upaya untuk menjaga agar keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa beserta ekosistemnya baik di dalam maupun di luar habitatnya tidak punah
 Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya,
dilaksanakan melalui kegiatan: pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya; pengawetan jenis tumbuhan dan satwa.
 Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya,
dilaksanakan dengan menjaga keutuhan kawasan suaka alam agar tetap dalam
keadaan asli.
 Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan
suaka alam.
 Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di dalam kawasan suaka alam dilakukan
dengan membiarkan agar populasi semua jenis tumbuhan dan satwa tetap seimbang
menurut proses alami di habitatnya.
 Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di luar kawasan suaka alam dilakukan
dengan menjaga dan mengembangbiakkan jenis tumbuhan dan satwa untuk
menghindari bahaya kepunahan.
3. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
 Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan
melalui kegiatan: pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam;
pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar.
 Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam dilakukan dengan tetap
menjaga kelestarian fungsi kawasan.
 Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dilakukan dengan memperhatikan
kelangsungan potensi, daya dukung, dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa liar.
 Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar (dalam bentuk: pengkajian, penelitian
dan pengembangan, penangkaran, perdagangan, perburuan, peragaan, pertukaran,
dan budidaya).
H. Balai Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (BKSDA)
Pemerintah telah membentuk unit pelaksana teknis di daerah dibawah Kementerian
Kehutanan. Tingkat eselon satunya adalah Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam (PHKA). Unit Pelaksana teknis dibawah Dirjen PHKA adalah Balai
Besar/Balai Konservassi Sumber Daya Alam (KSDA) dan Balai Besar/Balai Taman Nasional
(TN).
1. Tugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
Menyelenggarakan kegiatan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
(KSDAE) dan pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam
dan taman buru, serta melakukan koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan
hutan lindung serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di luar kawasan konservasi
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Fungsi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
a) Penataan blok, penyusunan rencana, program, dan evaluasi pengelolaan kawasan
Suaka Margasatwa, Cagar Alam, Taman Wisata Alam, dan Taman Buru serta
konservasi jenis tumbuhan dan satwa liar didalam maupun diluar kawasan.
b) Pengelolaan kawasan Suaka Margasatwa, Cagar Alam, Taman Wisata Alam, dan
Taman Buru serta konservasi jenis tumbuhan dan satwa liar didalam maupun diluar
kawasan.
c) Perlindungan, pengamanan, dan karantina sumber daya alam hayati didalam dan
diluar kawasan.
d) Perlindungan, pengamanan, dan penanggulangan kebakaran kawasan.
e) Promosi dan informasi konservasi sumber daya alam hayati ekosistemnya, kawasan
Suaka Margasatwa, Cagar Alam, Taman Wisata Alam, dan Taman Buru.
f) Pelaksanaan bina wisata alam dan cinta alam serta penyuluhan konservasi sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya.
g) Kerjasama pengembangan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
h) Pelaksanaan urusan Tata Usaha (TU) dan Rumah Tangga (RT).
BAB 3

EKOLOGI DAN LINGKUNGAN HIDUP

A. Pengertian Ekologi
Istilah ekologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu oikos dan logos. Ekologi
berasal dari kata Yunani oikos, yang berarti rumah dan logos, yang berarti ilmu/ pengetahuan.
Jadi, ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik (interaksi) antara
organisme dengan alam sekitar atau lingkungannya.
Ruang lingkup ekologi meliputi populasi, komunitas, ekosistem, hingga biosfer. Sebagai
bagian dari cabang biologi, ekologi pun terkait dengan disiplin ilmu lainnya dalam biologi,
seperti morfologi, fisiologi, evolusi, genetika, zoologi, botani, biologi molekuler dan
entomologi. Dalam ekologi, dikenal istilah sinekologi yaitu ekologi yang ditujukan pada lebih
dari satu jenis organisme hidup, misalnya studi keberagaman hayati di Cagar Alam Nusa
Barong, dan autekologi yaitu ekologi tentang satu jenis mahluk hidup misalnya studi tentang
harimau jawa dan faktor penyebab berkurangnya populasinya.
B. Sistem Ekologi (Ekosistem)
Ekosistem merupakan kesatuan dari seluruh komponen yang membangunnya. Di dalam
suatu ekosisiem terdapat kesatuan proses yang saling terkait dan mempengauhi antar semua
komponen. Pada suatu ekosistem terdapat komponen yang hidup (biotik) dan komponen tak
hidup (abiotik).
Komponen abiotik merupakan komponen bahan tak hidup berupa unsur-unsur fisik
(lingkungan) dan unsur- unsur kimia (senyawa organik dan senyawa anorganik), misalnya
tanah, air, udara, sinar matahari dan sebagainya, yang berada di lingkungan dalam bentuk
medium atau substrat melangsungkan kehidupan. Komponen biotik adalah komponen
makhluk hidup yang meliputi 6 kingdom yaitu tumbuhan, hewan, jamur, protista, monera,
dan virus.
Komponen biotik secara fungsional sebagai produsen, konsumen, dan pengurai. Produsen
merupakan sumber energi utama bagi organisme lain dan dapat menghasilkan makanannya
sendiri sehingga disebut organisme autotrof. Konsumen tidak dapat membuat makanan
sendiri di dalam tubuhnya sehingga disebut heterotrof. Mereka mendapatkan zat-zat organik
yang telah di bentuk oleh produsen, atau dari konsumen lain yang menjadi mangsanya.
Berdasarkan jenis makanannya dibedakan menjadi herbivora (pemakan tumbuhan), karnivora
(pemakan daging), omnivora (pemakan tumbuhan dan daging). Pengurai adalah organisme
heterotrof yang menguraikan senyawa organik menjadi senyawa anorganik dari organisme
mati, sehingga seringkali disebut organisme saprofag (memakan sampah), dekomposer, dan
detritus.

Anda mungkin juga menyukai