Tim Konservasi
MUPALAS
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang karena nikmat dan karunia-
Nya diktat materi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita semua dari zaman
jahiliyah menuju jalan yang terang benderang.
Buku diktat materi konservasi ini merupakan buku ajar ataupun panduan bagi semua anggota
MUPALAS dalam mempelajari materi mengenai konservasi, baik anggota divisi konservasi
ataupun divisi lain. Pada dasarnya, konservasi adalah kegiatan yang mencakup semua divisi
yang ada di MUPALAS dan dapat diterapkan dimana saja, oleh karena itu diktat ini diharapkan
dapat membantu semua anggota yang ingin berkegiatan dibidang konservasi dan dapat berguna
sebagai panduan kita dalam menjaga lingkungan alam semesta ini.
Salam Lestari!
MUPALAS Jaya!
Tim Konservasi
DAFTAR ISI
BAB 1
KEHUTANAN UMUM
Hutan secara bahasa berarti hutan adalah sistem ekologi yang kompleks dengan pohon
merupakan bentuk kehidupan yang paling dominan. Walaupun lebih banyak di dominasi oleh
pepohonan, tetapi di dalam hutan tidak hanya ada pohon saja tentunya. Di hutan juga terdapat
beberapa komponen seperti komponen biotik (hidup) seperti tumbuhan, binatang, serta
organisme-organisme lainnya. Selain itu, komponen abiotik (tidak hidup) yaitu air, angin, batu,
cahaya matahari, iklim, suhu, dan tanah juga menyokong ekosistem hutan.
Hutan memberikan manfaat besar bagi manusia, baik manfaat yang dapat dirasakan
langsung ataupun secara tidak langsung. Manfaat langsung seperti penyediaan kayu, habitat
satwa, dan hasil tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti sarana rekreasi,
perlindungan dan pengaturan tata air, serta pencegahan erosi.Daya dukung hutan terhadap
segala aspek kehidupan manusia, satwa, dan tumbuhan sangat ditentukan pada tinggi
rendahnya kesadaran manusia akan arti penting hutan didalam pemanfaatan dan pengelolaan
hutan. Pemanfaatan sumber daya alam hutan apabila dilakukan sesuai fungsi yang terkandung
didalamnya, seperti adanya fungsi lindung, fungsi suaka, fungsi produksi, fungsi wisata dengan
dukungan sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, akan sesuai dengan hasil
yang ingin dicapai.
Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi. Dari 1.812.700
spesies yang telah ditemukan di dunia 31.750 (1,75%) spesies terdapat di Indonesia, bahkan
kelompok lumut melebihi 10%. Untuk fauna, Indonesia menempati kekayaan fauna nomor dua
setelah Brazil, sekitar 12% mamalia, 16% reptile, 17% burung dunia terdapat di Indonesia.
Sementara dalam jumlah mamalia dan amfibi Indonesia menempati peringkat kelima dan
keenam. Indonesia juga terkenal dengan keanekaragaman ekosistem pesisirnya, yang
mengandung 18 persen terumbu karang dunia, lebih dari 70 genera dan 500 spesies karang,
2.500 spesies ikan, 2.500 spesies mollusca, 1.500 spesies crustacea, dan berbagai biota laut
lainnya. Akan tetapi, Indonesia juga dinilai sebagai Negara dengan penurunan keanekaragaman
yang tinggi. Indonesia memiliki 583 spesies yang terancam punah, diantaranya mamalia 191
spesies dan burung 160 spesies.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan keberagaman flora dan fauna
tersebut, Indonesia telah melakukan upaya konservasi. Konservasi berasal dari kata
Conservation, con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai
upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana
(wise use). Secara sederhana konservasi sumber daya alam dapat diartikan sebagai bentuk
pengelolaan sumber daya alam yang pemanfaatannya dilakukan secara seimbang dan
bijaksana. Objek konservasi sebagai suatu tindakan untuk mencegah pengurusan sumber daya
alam dilakukan, baik terhadap benda-benda hidup (hayati) maupun sumber daya alam hayati,
seperti tumbuhan dan hewan, serta mikroorganisme. Juga dilakukan terhadap benda-benda
tidak hidup (nonhayati) atau sumber daya alam nonhayati, seperti tanah, air, udara, dan barang-
barang tambang, secara bersama-sama sebagai satu kesatuan sistem yang saling tergantung satu
dengan lainnya (ekosistem). Terkait dengan objek konservasi tersebut maka kita mengenal
istilah konservasi sumber daya alam hayati (living resources conservation) dan konservasi
sumber daya alam nonhayati (non-living resources conservation). Pemanfaatan sumberdaya
alam yang pemanfaatannya dilakukan saat ini tidak sebanding dengan upaya pemulihan sumber
daya alam, oleh karena itu upaya konservasi sangat perlu kita lakukan dengan upaya penyadar-
tahuan kepada masyarakat baik itu di tingkat akademisi maupun masyarakat umum.
A. Pengertian Operasional
Perbedaan interpretasi tentang konservasi bisa terjadi tergantung pada sudut pandang
ekonomi, hukum, dan moral. Dari pandangan moral, konservasi biasanya diterapkan untuk
suatu hubungan antara manusia dan alam yang dipercaya dapat menunjang kesejahteraannya
atau dapat memperbaiki kualitas hidupnya, dengan cara: pertama, memelihara (preserving)
kondisi alam terpilih; kedua, melindungi (protecting) sumber daya alam dari pemanfaatan yang
berlebihan (over-use) dan kebiasaan merusak baik karena kepentingan sekarang maupun masa
mendatang; ketiga, memulihkan (restoring) apa yang sudah merugikan secara temporal akibat
pemanfaatan (tetapi dalam jangka panjang tidak dibutuhkan untuk kelanjutan kehidupan
manusia menurut standar-standar moral yang diterima untuk kehidupan bermutu); keempat,
meningkatkan atau mempertinggi (enhancing) kondisi lingkungan hidup manusia sehingga
tidak terjadi konflik tajam dengan pandangan estetika dari lingkungan alam. Beberapa istilah
yang secara operasional mengandung makna konservasi :
a) Preservasi, yaitu perlindungan sumber daya alam dari eksploitasi komersial untuk
memperpanjang pemanfaatannya untuk jangka waktu lama.
b) Restorasi, yaitu pemulihan kondisi sumber daya alam yang rusak atau berubah sebagai
akibat aktivitas manusia hingga kembali pada kondisi seperti semula, baik struktur atau
komposisi maupun fungsinya.
c) Benefisiasi, yaitu meningkatkan manfaat mutu dari suatu sumber daya alam.
d) Maksimisasi, yaitu semua tindakan untuk menghindari pemborosan pemanfaatan sumber
daya alam.
e) Substitusi, yaitu penggantian penggunaan sumber daya alam yang langka atau terbatas
dengan sumber daya alam yang bersifat umum, atau penggantian penggunaan sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) dengan sumber daya
alam yang dapat diperbaharui (renewable resources).
f) Alokasi, yaitu strategi atau tindakan-tindakan yang diambil untuk penggunaan terbaik
dari suatu sumber daya.
g) Integrasi, yaitu memaksimumkan jumlah barang dan jasa dari suatu sumber daya atau
kompleks sumber daya alam, misalnya sumber daya daerah aliran sungai (DAS)
dikembangkan pemanfaatannya secara terpadu (integrasi) mulai dari hulu sampai hilir.
h) Daur ulang (recycle), yaitu mendaur kembali bahan-bahan atau sumber daya bekas
sehingga dapat berguna kembali. Ke dalam pengertian ini juga dikenal istilah manfaat
ulang (reuse), yaitu penggunaan kembali bahan-bahan atau barang buangan, sisa atau
bekas untuk berbagai keperluan lainnya; pengurangan (reduce), yaitu tindakan untuk
mengurangi pemanfaatan sumber daya atau penghematan pemanfaatan suatu sumber
daya.
B. Sejarah Konservasi di Dunia
Raja Asoka di Indonesia (252 SM) melakukan usaha perlindungan satwa liar, ikan, dan
hutan
Raja Willian I (1804 M) mengeluarkan suatu dokumen resmi yang dikenal dengan The
Domesday Book, yang berisi tentang hasil inventarisasi tanah, hutan, daerah tangkapan
ikan, areal pertanian, taman buru dan sumber daya produktif lainnya yang menjadi
milik kerajaan
Convention on Salmon Fishing in the Rhine Berlin (1885)
International Conference on the Protection of Birds (1895) di Paris tentang
perlindungan burung
Conference on the Protection of African Mammals (1900) di London tentang
perlindungan mamalia Afrika
Konferensi internasional tentang Perlindungan Burung di Paris (1902)
Congres de l’Association Litteraire et Artistique Internationale (1905) di Liege
diterima sebuah mosi dari Raoul de Clermont di Congres International d’Art Public.
Mosi tersebut menyatakan bahwa langkah-langkah perlu diambil untuk mengadakan
taman-taman nasional guna mencegah punahnya satwa, tumbuhan, dan mineral asli.
Pemerintah Amerika Serikat melalui Presiden Theodore Roosevelt di dalam suatu
forum konferensi dunia (1909) juga menyampaikan pandangan tentang pentingnya
perlindungan global terhadap sumber energi alam dan perlu dilakukan inventarisasi
SDA yang vital bagi kehidupan ekonomi
Kongres internasional pertama tentang proteksi bentang alam (protection of landscap)
di Paris (1909)
Dibentuknya Commission for the Protection of Nature dengan kantor pusatnya di Bazel
dalam forum konferensi Internasional untuk Perlindungan Alam pada 17 November
1913 di Bern, Swiss
Berdirinya International Union for the Protection of Nature yang kemudian
berkembang menjadi International Union for the Conservation of Nature and Nature
Resources (IUCN) (1948)
Konferensi dunia tentang Lingkungan Hidup (Human Environment) di Stockholm tahun
1972 tanggal 5−16 Juni, yang menghasilkan keputusan dengan dibentuknya UNEP
(United Nations Environment Programme) dan dibentuknya banyak Kementerian
Lingkungan Hidup di berbagai negara. Bahkan tanggal 5 Juni disepakati oleh semua
negara anggota PBB sebagai Hari Lingkungan Hidup dan diperingati setiap tahun.
C. Sejarah Konservasi di Indonesia
1. Masa Kerajaan Nusantara
Pada zaman kerajaan nusantara, sebelum abad ke-15, tradisi sakral sangat
mewarnai segenap kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat waktu itu sangat
kental dengan kepercayaan mistis dan kekuatan alam, yang terwujud dalam penabuhan
benda-benda, pendirian situs-situs, dan tindakan tertentu. Pada waktu itu hubungan
antara manusia dengan alam lebih didasarkan atas dasar membangun hubungan
harmonis dengan alam. Alam dianggap sebagai sesuatu yang suci (sacred), yang dapat
memberikan berkah bagi kehidupan. Para raja menjalankan ritual-ritual berupa
penghormatan kepada penguasa alam yang diyakininya dengan mendirikan tempat
pemujaan dewa-dewa dan roh-roh leluhur. Salah satu dokumen penting yang berkaitan
dengan kebijakan konservasi alam adalah Prasasti Malang tahun 1395 dari jaman
Kerajaan Majapahit. Dalam prasasti tersebut tertulis :
A. Pengertian Ekologi
Istilah ekologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu oikos dan logos. Ekologi
berasal dari kata Yunani oikos, yang berarti rumah dan logos, yang berarti ilmu/ pengetahuan.
Jadi, ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik (interaksi) antara
organisme dengan alam sekitar atau lingkungannya.
Ruang lingkup ekologi meliputi populasi, komunitas, ekosistem, hingga biosfer. Sebagai
bagian dari cabang biologi, ekologi pun terkait dengan disiplin ilmu lainnya dalam biologi,
seperti morfologi, fisiologi, evolusi, genetika, zoologi, botani, biologi molekuler dan
entomologi. Dalam ekologi, dikenal istilah sinekologi yaitu ekologi yang ditujukan pada lebih
dari satu jenis organisme hidup, misalnya studi keberagaman hayati di Cagar Alam Nusa
Barong, dan autekologi yaitu ekologi tentang satu jenis mahluk hidup misalnya studi tentang
harimau jawa dan faktor penyebab berkurangnya populasinya.
B. Sistem Ekologi (Ekosistem)
Ekosistem merupakan kesatuan dari seluruh komponen yang membangunnya. Di dalam
suatu ekosisiem terdapat kesatuan proses yang saling terkait dan mempengauhi antar semua
komponen. Pada suatu ekosistem terdapat komponen yang hidup (biotik) dan komponen tak
hidup (abiotik).
Komponen abiotik merupakan komponen bahan tak hidup berupa unsur-unsur fisik
(lingkungan) dan unsur- unsur kimia (senyawa organik dan senyawa anorganik), misalnya
tanah, air, udara, sinar matahari dan sebagainya, yang berada di lingkungan dalam bentuk
medium atau substrat melangsungkan kehidupan. Komponen biotik adalah komponen
makhluk hidup yang meliputi 6 kingdom yaitu tumbuhan, hewan, jamur, protista, monera,
dan virus.
Komponen biotik secara fungsional sebagai produsen, konsumen, dan pengurai. Produsen
merupakan sumber energi utama bagi organisme lain dan dapat menghasilkan makanannya
sendiri sehingga disebut organisme autotrof. Konsumen tidak dapat membuat makanan
sendiri di dalam tubuhnya sehingga disebut heterotrof. Mereka mendapatkan zat-zat organik
yang telah di bentuk oleh produsen, atau dari konsumen lain yang menjadi mangsanya.
Berdasarkan jenis makanannya dibedakan menjadi herbivora (pemakan tumbuhan), karnivora
(pemakan daging), omnivora (pemakan tumbuhan dan daging). Pengurai adalah organisme
heterotrof yang menguraikan senyawa organik menjadi senyawa anorganik dari organisme
mati, sehingga seringkali disebut organisme saprofag (memakan sampah), dekomposer, dan
detritus.