Anda di halaman 1dari 14

Makalah

KOSERVASI IN-SITU
Di Presentasikan Pada Mata Kuliah Keanekaragaman Sumber Daya Alam
(KSDA)

Oleh :
Sugiyanti Slamet ( 431419067 )
Kelas B

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat
dan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konservasi
In-situ”. Tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad Saw. Semoga percikan rahmatnya dapat sampai kepada kita semua.
penulis menyajikan makalah ini dengan sangat sederhana agar mudah dipahami.
Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi pembaca.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini,
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
tetap kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Sehingga dalam pembuatan
Makalah selanjutnya dan dalam kehidupan penulis agar tetap terus barusaha untuk
lebih baik.

                                                        Gorontalo, 5 November, 2021

                                                                                                 
                                                                      Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Kategori Kawasan Konservasi Menurut IUCN.........................................2
2.2 Kategori Kawasan Konservasi di Indonesia..............................................5
2.3 Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kawasan Konservasi....................................8
BAB III PENUTUP..............................................................................................10
3.1 Kesimpulan..............................................................................................10
3.2 Saran........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan sebagai suatu biosphere sangat menentukan eksistensi makhluk
hidup yang berada di dalamnya. Makhluk hidup yang beranekaragam , termasuk
manusia, mempunyai tingkat adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang berbeda-
beda, sebab setiap makhluk hidup mempunyai tingkat  kerentanan dan kemampuan
yang tidak sama dalam merespons perubahan di lingkungannya. Diantaranya
makhluk hidup yang  lain, manusia yang paling cepat menyikapi perubahan yang
terjadi dilingkungannya. Menurut Jacob (1999) sudah galib kiranya bahwa manusia
tahu lebih banyak tentang sesuatu yang dekat dengannya, dalam waktu dan ruang
dari pada yang jauh. Hal ini termasuk pengetahuan tentang lingkungan. Oleh
karenanya di dalam pengelolaan lingkungan di perlukan pengembangan ethnical
wisdom atau kearifan local dari penduduk setempat dalam pengelolaan lingkungan
dan sumberdaya alam yang ada di dalamnya.
Kawasan konservasi merupakan suatu kawasan hutan yang ditunjuk
pemerintah untuk dimanfaatkan secara lestari sebagai langkah untuk
melestarikansegala aspek yang ada dalam kawasan tersebut. misalnya,
tumbuhan dan satwa didalamnya. Kawasan konservasi di Indonesia sangatlah
banyak, tersebar di beberapa provinsi di Indonesia, ada sekitar 519 kawasan
yang terdiri dari Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan
Taman Buru.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja kategori kawasan konservasi menurut IUCN ?
2. Apa saja kategori kawasan konservasi di indonesia?
3. Apa saja prinsip-prinsip pengelolaan kawasan konservasi ?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui kategori kwasan konservasi menurut IUCN
2. Mahasiswa dapat mengetahui kawasan konservasi di Indonesia
3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip – prinsip pengelolaan kawasan
konservasi

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kategori Kawasan Konservasi Menurut IUCN
Kategori Status konservasi IUCN Red List merupakan kategori yang
digunakanoleh IUCN (International Union for the Conservation of Nature
and Natural Resources) dalam melakukan klasifikasi terhadap spesies-
spesies berbagai makhluk hidup yang terancamkepunahan. Dari status
konservasi ini kemudian IUCN mengeluarkan IUCN Red List of Threatened
Species atau disingkat IUCN Red List, yaitu daftar status kelangkaan suatu
spesies.
International Union for Conservation for Nature (IUCN) pada tahun 1994
menetapkan pengertian kawasan yang dilindungi (protected area) adalah
sebuah wilayah daratan dan/atau perairan yang ditetapkan untuk perlindungan
dan pengawetan keragaman hayati dan sumber daya alam serta budaya yang
terkait, serta dikelola secara legal atau efektif (Guthridge-Gould, 2010, dalam
Hermawan et al., 2014). Kawasan konservasi dimaksudkan sebagai kawasan
perlindungan keanekaragaman hayati yang ada didalamnya. Konservasi
keanekaragaman hayati yang diwujudkan dalam bentuk kawasan konservasi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari konsep pembangunan
berkelanjutan karena bertujuan untuk mengelola sumberdaya alam dan
ekosistemnya yang meliputi aspek pemanfaatan, pengawetan, dan
perlindungan sehingga bermanfaat dan mendukung kehidupan manusia
(Saefullah, 2017).
Hermawan et al. (2014) menyatakan bahwa esensi dari sebuah kawasan
konservasi adalah berbasis wilayah tertentu; bertujuan untuk keanekaragaman
hayati; membutuhkan suatu pengelolaan; ada otoritas pengelola untuk
menjamin penyelenggaraan upaya konservasi. Mac Kinnon et al. (1993)
menyebutkan kawasan konservasi disebut juga kawasan yang dilindungi
karena memiliki ciri-ciri yang dapat menjadi daya tarik untuk kegiatan
pariwisata berbasis alam dan ekowisata antara lain:
1) keunikan ekosistemnya;

2
2) adanya sumberdaya fauna yang telah terancam kepunahan;
3) keanekaragaman jenis baik flora maupun faunanya;
4) panorama atau ciri geofisik yang memiliki nilai estetik;
5) fungsi hidro-orologi kawasan untuk pengaturan air, erosi dan kesuburan
tanah.
Di Indonesia istilah kawasan yang dilindungi dikenal dengan kawasan
konservasi atau kawasan hutan konservasi. Menurut UU No. 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan, hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Kategorisasi kawasan konservasi
menurut UU No. 5 Tahun 1990 sebagai berikut:
1. Kawasan Suaka Alam (KSA)
Adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun
perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan, satwa dan ekosistemnya juga berfungsi
sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
a) Cagar Alam (CA), adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan
alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau
ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya
berlangsung secara alami. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan
yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan cagar
alam. Cagar alam hanya dapat dimanfaatkan secara langsung untuk
kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
budidaya.
b) Suaka Margasatwa (SM), adalah kawasan suaka alam yang mempunyai
ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang
untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap
habitatnya. Kegiatan yang dapat dilakukan di dalam suaka margasatwa
adalah kegiatan bagi kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan, wisata dalam jumlah yang terbatas

3
(menikmati keindahan alam dengan syarat tertentu) serta kegiatan
lainnya yang menunjang budidaya.
2. Kawasan Pelestarian Alam (KPA)
Adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat ataupun di
perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan 17 satwa,
serta pemanfaatan secara lestari terhadap sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya. Kawasan pelestarian alam terdiri atas:
a) Taman Nasional (TN) kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk
tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata dan rekreasi.
b) Taman Hutan Raya (Tahura), kawasan pelestarian alam untuk tujuan
koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan
atau bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan
rekreasi.
c) Taman Wisata Alam (TWA), kawasan pelestarian alam yang terutama
dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
Salah satu kawasan yang diperuntukkan bagi pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya adalah
Tahan Hutan Raya. Menurut UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; PP No. 28 tahun 2011 PP
No.108 tahun 2015 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam, definisi Taman Hutan Raya adalah kawasan
pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami
atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Menurut IUCN, Taman Hutan
Raya bisa disepadankan dengan kategori IV Habitat/Species Managed

4
Area: Protected area managed mainly for conservation through
management intervention.
2.2 Kategori Kawasan Konservasi di Indonesia
Saat ini, pokok perhatian pengelolaan kawasan konservasi adalah pada
taman nasional dengan mengembangkan institusi khusus untuk mengelola
kawasan, yang disebut Balai Taman Nasional, yaitu unit pelaksana teknis
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sedangkan
kawasan konservasi non-taman nasional masih belum dikelola dengan baik
oleh Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam yang berada di tingkat
provinsi. Meski dikelola oleh institusi khusus, pengelolaan taman nasional
dinilai masih belum sepenuhnya efektif, seperti yang ditunjukkan oleh
penilaian Perangkat Pemantau Efektivitas Pengelolaan (METT). Pengelola
menghadapi tantangan yang lebih besar lagi di kawasan konservasi non-
taman nasional. Situasi ini menyebabkan degradasi ekosistem antara lain
karena pembalakan liar, perambahan, perburuan liar, penggembalaan ternak
ilegal dan perubahan penggunaan lahan lainnya.
1. Taman Nasional
Sejak 1982, setelah menjadi tuan rumah Kongres Taman Nasional
ketiga di Bali, Indonesia telah menetapkan prioritas teratas pada
pengembangan taman nasional. Dimulai dengan mengumumkan lima
taman nasional sebelum pelaksanaan kongres (1980) dan menambahkan
11 taman nasional pada waktu kongres berlangsung (1982), Indonesia saat
ini telah membangun 51 taman nasional di seluruh negeri. Pengelolaan
taman nasional di Indonesia mulai dengan membangun lembaga yang
bertujuan pada menerapkan sistem pengeloaan taman nasional seperti yang
diadopsi di Bali (1982). Instusi yang dikenal sebagai Sub Balai Kawasan
Pelestarian Alam ini awalnya disupervisi oleh Balai Perlindungan dan
Pengawetan Alam dan sekarang telah berubah menjadi Balai/Balai Besar
Taman Nasional. Struktur Balai Besar Taman Nasional ini terdiri dari unit
pengelola yang melakukan konservasi sumber daya alam dan ekosistem di

5
bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Balai Besar Taman
Nasional bertanggung jawab untuk melakukan:
1) Inventarisasi potensi kawasan, pembagian zona (zoning), dan
mempersiapkan rencana pengelolaan;
2) Perlindungan dan keamanan kawasan;
3) Pengawasan dampak perusakan sumber daya alam;
4) Pengawasan kebakaran hutan;
5) Pengembangan dan penggunaan non-komersial spesies tanaman dan
binatang liar;
6) Perlindungan jenis tumbuhan dan satwa liar, habitat dan sumber-
sumber genetik, termasuk pengetahuan tradisional di kawasan taman
nasional;
7) Pengembangan dan penggunaan layanan ekosistem;
8) Evaluasi fungsi yang sesuai telah ditentukan, rencana restorasi
ekosistem dan perubahan tutupan hutan;
9) Layanan data dan informasi, promosi, dan sumber daya alam dan
pemasaran konservasi ekosistem;
10) Kerja sama dan pengembangan kemitraan dalam konservasi sumber
daya alam dan ekosistem;
11) Pengelolaan dan penyuluhan pecinta alam di bidang sumber daya
alam dan konservasi ekosistem;
12) Pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar taman nasional; dan
13) Administrasi dan masalah perkantoran, serta hubungan masyarakat
2. Konservasi sumber daya alam
Bertepatan dengan pengembangan lembaga pengelola taman nasional
pada tahun 1982, pengelolaan kawasan konservasi non-taman nasional
dipisahkan dari pendekatan pengelolaan taman nasional. Pemerintah
membentuk satu lembaga yang disebut Sub Balai Perlindungan dan
Pengawetan Alam yang juga diawasi oleh Balai Perlindungan dan

6
Pelestarian Alam. Pembentukan lembaga taman nasional telah
mempengaruhi pengaturan lembaga pengelola non-taman nasional yang
pertama kali dikembangkan sebagai Balai dan Sub Balai Konservasi
Sumber Daya Alam, dan akhirnya berubah menjadi Balai Besar/Balai
provinsi. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Konservasi Sumber Daya Alam
adalah unit pengelolaan sumber daya alam dan konservasi ekosistem di
bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistem. Tugas Unit Pelaksana Teknis ini
adalah untuk melakukan konservasi alam dan konservasi ekosistem
dengan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan taman
buru. Selain itu, lembaga ini juga bertanggung jawab untuk melakukan
koordinasi teknis berkenaan dengan pengelolaan taman hutan raya dan
kawasan ekosistem esensial berdasarkan peraturan yang ada. Dalam
menjalankan tugasnya, UPT Konservasi Sumber Daya Alam berfungsi
untuk melakukan:
1. Inventarisasi potensi taman, perencanaan wilayah (blok divisi/zonasi),
dan penyusunan rencana pengelolaan cagar alam, suaka margasatwa,
taman wisata alam, dan taman buru;
2. Area perlindungan dan keamanan cagar alam, suaka margasatwa,
taman wisata alam, dan taman buru;
3. Pengendalian dampak kerusakan sumber daya alam;
4. Pengendalian kebakaran hutan di cagar alam, suaka margasatwa,
taman wisata alam, dan taman buru;
5. Pengelolaan spesies tumbuhan dan satwa liar, habitat dan sumber daya
genetik, termasuk pengetahuan tradisional;
6. Peningkatan dan pemanfaatan jasa ekosistem;
7. Evaluasi kesesuaian fungsi yang telah ditetapkan, rencana restorasi
ekosistem dan perubahan tutupan hutan;
8. Penyiapan pembentukan dan pengoperasian Kesatuan Pengelolaan
Hutan Konservasi (KPHK);
9. Layanan data dan informasi, promosi, dan pemasaran sumber daya

7
alam dan konservasi ekosistem;
10. Kerja sama dan pengembangan kemitraan dalam konservasi sumber
daya alam dan ekosistem;
11. Pengawasan dan pengendalian distribusi jenis tanaman dan
satwa liar;
12. Koordinasi teknis penunjukan koridor satwa liar;
13. Koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan kawasan
ekosistem penting;
14. Pengelolaan dan penyuluhan pecinta alam di bidang sumber
daya alam dan konservasi ekosistem;
15. Pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar taman; dan
16. Administrasi dan masalah perkantoran, serta hubungan
masyarakat.
2.3 Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kawasan Konservasi
1. Proses ekologis seharusnya dapat dikontrol
2. Tujuan dan sasaran hendaknya dibuat dari sistem pemahaman ekologi.
3. Ancaman luar hendaknya dapat diminimalkan dan manfaat dari luar
dapat dimaksimalkan
4. Proses evolusi hendaknya dapat dipertahankan
5. Pengelolaan hedaknya bersifat adaptif dan meminimalkan kerusakan
SDA dan lingkungan
Konservasi sumber daya perairan dan perikanan dilakukan berdasarkan
prinsip-prinsip:
1. Pendekatan kehati-hatian;
2. Pertimbangan bukti ilmiah;
3. Pertimbangan kearifan lokal;
4. Pengelolaan berbasis masyarakat;
5. Keterpaduan pengembangan wilayah pesisir;
6. pencegahan tangkap lebih;
7. Pengembangan alat dan cara penangkapan ikan serta pembudidayaan
ikan yang ramah lingkungan;

8
8. Pertimbangan kondisi sosial ekonomi masyarakat;
9. Pemanfaatan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan;
10. .perlindungan struktur dan fungsi alami ekosistem perairan yang
dinamis;
11. Perlindungan jenis dan kualitas genetika ikan; dan
12. Pengelolaan adaptif.
Kategori status species by iucn (the world conservation union) :
1. Extinct (Punah): Spesies yang tidak ditemukan lagi di alam
2. Endangered (Genting): Spesies yang mempunyai kemungkinan tinggi
untuk punah dalam waktu dekat
3. Vulnerable (Rentan): Spesies yang genting dalam waktu dekat, karena
populasinya menurun dan sebarannya menyusut
4. Rare (Langka): Spesies yang mempunyai jumlah individu sedikit,
seringkali disebabkan oleh sebaran geografis yang terbatas atau
kepadatan populasi yang rendah
5. Insufficiently known (Belum cukup dikenal): Spesies yang mungkin
untuk dimasukkan salah satu kategori konservasi, tapi tidak cukup
banyak diketahui untuk dimasukkan ke salah satu kategori konservasi.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kawasan konservasi merupakan suatu kawasan hutan yang ditunjuk
pemerintah untuk dimanfaatkan secara lestari sebagai langkah untuk
melestarikansegala aspek yang ada dalam kawasan tersebut. misalnya,
tumbuhan dan satwa didalamnya. Kawasan konservasi di Indonesia sangatlah
banyak, tersebar di beberapa provinsi di Indonesia, ada sekitar 519 kawasan
yang terdiri dari Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan
Taman Buru.
Kategori Status konservasi IUCN Red List merupakan kategori yang
digunakanoleh IUCN (International Union for the Conservation of Nature
and Natural Resources) dalam melakukan klasifikasi terhadap spesies-
spesies berbagai makhluk hidup yang terancamkepunahan. Dari status
konservasi ini kemudian IUCN mengeluarkan IUCN Red List of Threatened
Species atau disingkat IUCN Red List, yaitu daftar status kelangkaan suatu
spesies.
Saat ini, pokok perhatian pengelolaan kawasan konservasi adalah pada
taman nasional dengan mengembangkan institusi khusus untuk mengelola
kawasan, yang disebut Balai Taman Nasional, yaitu unit pelaksana teknis
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sedangkan
kawasan konservasi non-taman nasional masih belum dikelola dengan baik
oleh Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam yang berada di tingkat
provinsi.
3.2 Saran
Dalam makalah ini kami sadari masih banyak kesalahan dan jauh dari kata
sempurna oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran para
pembaca untuk mengembangkan makalah ini kedepanya.

10
DAFTAR PUSTAKA
Deutsche. 2017. Pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia. Jakarta :
Gatot subroto
Handoyo, Eko dan Tijan. 2010. Model Pendidikan Karakter Berbasis
Konservasi: Pengalaman Universitas Negeri Semarang. Semarang:
Cipta Prima Nusantara Semarang.
Wiratno, et.al.,. 2004. Kawasan Konservasi. : Jakarta : PT Galaxy Puspa
Mega
Yulianda fredinan. 2010. Lima prinsip dasar pengelolaan konservasi.
Jakarta : Erlangga

11

Anda mungkin juga menyukai