Anda di halaman 1dari 12

Makalah

PERMASALAHAN KOSERVASI
Di Presentasikan Pada Mata Kuliah Keanekaragaman Sumber Daya Alam
(KSDA)

Oleh :
Sugiyanti Slamet ( 431419067 )
Kelas B

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas berkat dan
rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemasalahan
Konservasi”. Tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad Saw. Semoga percikan rahmatnya dapat sampai kepada kita semua.
penulis menyajikan makalah ini dengan sangat sederhana agar mudah dipahami.
Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi pembaca.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini,
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Sehingga dalam pembuatan
Makalah selanjutnya dan dalam kehidupan penulis agar tetap terus barusaha untuk
lebih baik.

Gorontalo, 1 November, 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
2.1 Pengertian Konservasi .............................................................................. 2
2.2 Permasalahan Konservasi ......................................................................... 3
2.2.1 Permasalahan yang dihadapi di bidang perencanaan wilayah ........... 3
2.2.2 Catatan Kritis Terhadap Perdirjen KSDAE No. 6/2018 .................... 4
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 8
3.2 Saran ......................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penetapan unit-unit pengelolaan kawasan konservasi seringkali
memunculkan konflik antara pemerintah dan masyarakat yang sudah lebih dulu
tinggal atau berkegiatan di dalam kawasan konservasi tersebut. Beberapa
contoh konflik yang terjadi antara lain:11 pertama, perambahan di Besitang,
Taman Nasional Gunung Leuser. Masyarakat merambah kawasan konservasi
dengan menanam karet. Jumlah masyarakat yang merambah semakin
bertambah sejak tahun 1990-an, dan pada 1999 terjadi pendudukan kawasan
konservasi oleh beberapa keluarga pengungsi yang berasal dari Aceh Timur.
Beberapa contoh konflik antara masyarakat dengan taman nasional
tersebut, terjadi baik sebelum maupun setelah kawasan konservasi ditetapkan
sebagai taman nasional. Konflik-konflik tersebut menunjukkan tingginya
ketergantungan masyarakat terhadap kawasan konservasi atau sumber daya
hutan. Selain menunjukkan ketergantungan masyarakat terhadap kawasan
konservasi, konflik-konflik tersebut sekaligus menunjukkan dilema dalam
pengelolaan kawasan konservasi, khususnya dikaitkan dengan akses
masyarakat terhadap kawasan konservasi. Di satu sisi, pemerintah harus secara
optimal menjamin kehidupan dan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di
sekitar kawasan konservasi, tetapi di sisi lain pemerintah harus membatasi
akses masyarakat terhadap kawasan konservasi demi menjaga fungsi
konservasinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari konservasi ?
2. Apa sajakah permasalahan – permasalahan konservasi ?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari konservasi
2. Mahasiswa dapat mengetahui permasalahan – permasalahan konservasi

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konservasi
Konservasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau
melindungi alam. Konservasi (conservation) adalah pelestarian atau
perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris
conservation, yang artinya pelestarian atau perlindungan. Sedangkan menurut
ilmu lingkungan, konservasi dapat diartikan adalah sebagai berikut:
1) Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau
distribusi yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak
menyediakan jasa yang sama tingkatannya;
2) Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan
dan sumber daya alam (fisik);
3) Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kimia
atau transformasi fisik;
4) Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan;
5) Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola,
sementara keanekaragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan
mempertahankan lingkungan alaminya.
Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna
kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik (Piagam Burra, 1981).
Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan terhadap sesuatu yang
dilakukan secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan
cara pengawetan (Peter Salim dan Yenny Salim, 1991). Kegiatan konservasi
selalu berhubungan dengan suatu kawasan, kawasan itu sendiri mempunyai
pengertian yakni wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya ( Undang
- undang No. 32 Tahun 2009 ).

2
2.2 Permasalahan Konservasi
2.2.1 Permasalahan yang dihadapi di bidang perencanaan wilayah
Permasalahan yang dihadapi di bidang perencanaan wilayah terkait
dengan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup adalah sebagai
berikut:
1) Belum mantapnya penataan kawasan perkotaan dan perdesaan berbasis
konservasi sumber daya alam dan lingkungan serta kawasan fungsional
2) lainnya,
3) Belum terbentuknya unit konservasi sumber daya alam dan lingkungan
perdesaan dan perkotaan pada seluruh wilayah secara nasional,
4) Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan yang belum berpihak
kepada masyarakat,
5) Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan yang masih bertumpu
pada
6) hasil dari perspektif ekonomi,
7) Masih lemahnya pengawasan dan penegakan hukum terhadap
pelanggaran dan pengelolaan sumber daya,
8) Upaya konservasi dan rehabilitasi sumber daya alam dan lingkungan
yang belum mendapat perhatian yang memadai sehingga menyisakan
lahan kritis (terdegradasi).
Di samping itu, dalam konteks perencanaan wilayah, konservasi sumber
daya alam dan lingkungan menghadapi permasalahan-permasalahan sebagai
Berikut :
1) Masih maraknya praktik ilegal terhadap proses eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya alam dan lingkungan dan masih lemahnya penegakan
hukum (law enforcement) terhadap pelanggaran yang terjadi;
2) Rendahnya kesadaran masyarakat dan bangsa tentang arti penting dan
nilai strategis sumber daya alam dan lingkungan bagi pembangunan
ekonomi nasional (kemakmuran bangsa) dan untuk kepentingan bagi
generasi yang akan datang

3
3) Kerusakan Daerah Aliran Sungai, ekosistem darat, pesisir dan laut
(kawasan kepesisiran, mangrove dan terumbu karang) di beberapa
kawasan
4) Degradasi Daerah Aliran Sungai dan pencemaran lingkungan pesisir
5) Konflik pemanfaatan ruang
6) Kelembagaan yang belum berfungsi optimal, masih banyak terjadi
tumpeng tindih kewenangan pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan.
7) Pengelolaan potensi sumber daya nonkonvensional yang belum optimal.
2.2.2 Catatan Kritis Terhadap Perdirjen KSDAE No. 6/2018
Perdirjen KSDAE No. 6/2018 dapat dikatakan sebagai terobosan yang
dapat menjadi solusi terhadap konflik tenurial yang terjadi di dalam
pengelolaan kawasan konservasi. Hal ini karena Perdirjen KSDAE No.
6/2018 berupaya menyeimbangkan kepentingan konservasi sekaligus
menjamin kehidupan dan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar
kawasan konservasi. Namun demikian, terdapat beberapa catatan kritis
terhadap Perdirjen tersebut, antara lain:
1. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan terkait partisipasi masyarakat
dalam kemitraan konservasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat
dengan kemitraan konservasi dalam rangka pemulihan ekosistem. Dalam
pemberdayaan masyarakat, partisipasi masyarakat diatur mulai dari
tahap persiapan, usulan rencana kegiatan, penilaian dan persetujuan,
serta perumusan dan penandatanganan perjanjian kerja sama kemitraan
konservasi. Sedangkan dalam pemulihan ekosistem, partisipasi
masyarakat hanya ketika penyusunan dan penandatanganan perjanjian
kerja sama kemitraan konservasi. Perbedaan tingkat partisipasi ini tentu
saja akan berdampak pada hasil yang berbeda terhadap pencapaian
masing-masing kemitraan konservasi.
2. Pasal 2 Perdirjen KSDAE No. 6/2018 menyatakan bahwa tujuan dari
kemitraan konservasi adalah mewujudkan kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat dalam rangka penguatan tata kelola dan fungsi

4
kawasan konservasi dan kelestarian keanekaragaman hayati. Dalam cara
2024), target kemitraan konservasi dirumuskan dalam jumlah desa yang
mendapatkan akses pengelolaan kawasan konservasi sebanyak 5000
desa. Target jumlah desa ini tentu saja tidak serta-merta dapat
mencerminkan tujuan kemitraan konservasi, yaitu mewujudkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, Direktur
Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen
KSDAE) harus merumuskan indikator kinerja sebagaimana tercermin
dalam Pasal 3 Perdirjen ini dalam Renstra KSDAE 2020-2024, sehingga
tidak hanya berbicara mengenai kuantitas pemberian akses pengelolaan
kawasan konservasi kepada masyarakat, tetapi juga peningkatan kualitas
dari sisi kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
3. Lokasi kemitraan konservasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat
meliputi zona/blok tradisional dan blok pemanfaatan kawasan pelestarian
alam. Sedangkan lokasi kemitraan konservasi untuk pemulihan
ekosistem dilakukan pada zona pandang yang berbeda, tujuan
sebagaimana Pasal 2 Perdirjen ini dapat dijadikan sebagai ukuran kinerja
dari keberhasilan pelaksanaan kemitraan konservasi. Namun demikian,
dalam rancangan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistem Tahun 2020-2024 (Renstra KSDAE
2020- 2024), target kemitraan konservasi dirumuskan dalam jumlah desa
yang mendapatkan akses pengelolaan kawasan konservasi sebanyak
5000 desa. Target jumlah desa ini tentu saja tidak serta-merta dapat
mencerminkan tujuan kemitraan konservasi, yaitu mewujudkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, Direktur
Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen
KSDAE) harus merumuskan indikator kinerja sebagaimana tercermin
dalam Pasal 2 Perdirjen ini dalam Renstra KSDAE 2020-2024, sehingga
tidak hanya berbicara mengenai kuantitas pemberian akses pengelolaan
kawasan konservasi kepada masyarakat, tetapi juga peningkatan kualitas
dari sisi kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.

5
4. Kemitraan konservasi dalam rangka pemulihan ekosistem seperti
memberikan beban pemulihan ekosistem kepada masyarakat. Hal ini
terutama dilihat dari beberapa aspek:
a) Masyarakat tidak dilibatkan dalam menyusun rencana pemulihan
ekosistem, tetapi akan menjadi salah satu subjek utama dalam
pelaksanaan pemulihan ekosistem.
b) Hak dan kewajiban mitra konservasi dalam rangka pemulihan
ekosistem.
Konflik yang terjadi di kawasan Suaka Margasatwa Kateri antara Balai
Besar KSDA NTT sebagai pengelola kawasan dengan masyarakat bekas
pengungsi Timor-Timur telah berlangsung sejal akhir tahun 2000 sampai
dengan saat ini belum terselesaikan. Akibat yang ditimbulkan dari konflik ini
adalah kawasan Suaka Margasatwa Kateri mengalami kerusakan yang cukup
parah karena aktifitas perambahan yang dilakukan oleh warga masyarakat
bekas pengungsi Timor-Timur. Berbagai upaya resolusi konflik telah
dilakukan oleh pihak pengelola kawasan baik sendiri maupun dengan pihak
lain mulai dari pendekatan persuasif, koersif maupun litigasi namun tidak
mampu mengeluarkan warga masyarakat bekas pengungsi Timor-Timur dari
dalam kawasan.
Dengan menggunakan alat bantu analisis pohon konflik bahwa terjadinya
konflik karena keterkaitan antara faktor-faktor penyebab yakni situasi politik
yang dialami warga masyarakat bekas pengungsi Timor-Timur dengan adanya
jajak pendapat membuat mereka harus memilih opsi kewarganegaraan menjadi
warga negara Indonesia atau warga negara Timor Leste, kondisi sosial budaya
yang masih berkaitan antara bekas pengungsi dan masyarakat lokal membuat
bekas pengungsi cenderung memilih tinggal diwilayah tersebut, profesi
sebagian besar bekas pengungsi adalah petani sehingga membutuhkan lahan
garapan dan tingkat penghidupan dengan kondisi ekonomi rendah.
Konflik memiliki siklus dengan tahapan-tahapan konflik, hal ini penting
untuk mengetahui posisi kejadian konflik sebagai upaya untuk mencegah atau
mengelola konflik dimasa depan yang memiliki pola-pola peningkatan

6
intensitas yang sama. Sedangkan dengan analisis analogi bawang bombay
mendiagnosis adanya posisi, kepentingan dan kebutuhan dari pihak Balai Besar
KSDA NTT dan warga masyarakat bekas pengungsi Timor-Timur yang tidak
selaras.
Kondisi lapar lahan karena ketidakmampuan masyarakat mengakses
lahan garapan sendiri maka menggunakan kawasan negara adalah satu-satunya
pilihan mereka. Untuk itu strategi resolusi konflik yang digunakan guna
membatasi kerusakan kawasan Suaka Margasatwa Kateri adalah Model Batas
(The Boundary Model). Model resolusi konflik ini menunjukan elemen umum
dari segala sesuatu adalah “batas”, yang melihat konflik dari sisi struktural dan
perilaku dengan batasan dalam masyarakat dengan mengambil bentuk
peraturan, perjanjian, aturan, konvensi dan lainnya. Maka dengan melibatkan
masyarakat bekas pengungsi Timor-Timur yang merambah kawasan Suaka
Margasatwa Kateri dalam kegiatan-kegiatan pengelolaan kawasan adalah salah
satu alternatif solusi yang ditawarkan oleh model batas ini.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konservasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau
melindungi alam. Konservasi (conservation) adalah pelestarian atau
perlindungan. Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar
makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik (Piagam Burra,
1981). Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan terhadap sesuatu
yang dilakukan secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan
dengan cara pengawetan (Peter Salim dan Yenny Salim, 1991).
Perdirjen KSDAE No. 6/2018 dapat dikatakan sebagai terobosan yang dapat
menjadi solusi terhadap konflik tenurial yang terjadi di dalam pengelolaan
kawasan konservasi. Hal ini karena Perdirjen KSDAE No. 6/2018 berupaya
menyeimbangkan kepentingan konservasi sekaligus menjamin kehidupan dan
kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan konservasi. Konflik
memiliki siklus dengan tahapan-tahapan konflik, hal ini penting untuk
mengetahui posisi kejadian konflik sebagai upaya untuk mencegah atau
mengelola konflik dimasa depan yang memiliki pola-pola peningkatan
intensitas yang sama.
3.2 Saran
Dalam makalah ini kami sadari masih banyak kesalahan dan jauh dari kata
sempurna oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran para
pembaca untuk mengembangkan makalah ini kedepanya.

8
DAFTAR PUSTAKA
Balai Konservasi Sumber daya Alam Sumatra Utara II. (2002). Buku
Informasi Kawasan Konservasi di Sumatra Utara. BKSDA SU II :
Medan.
Dessy Eko Prayitno, 2020. Kemitraan Konservasi Sebagai Upaya
Penyelesaian Konflik Tenurial dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi
di Indonesia. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 2,:
Halaman 184 - 209
Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

Anda mungkin juga menyukai