KELOMPOK 1 :
FEBHEOLLA AGATHA (200141822)
DIYATRI OKTARINA (200141811)
GITA LESTARI (200141828)
IIS SUGISTIYA (200141838)
HERMALIA PUTRI (200141836)
FITRI YANTI (2101411243)
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari alam kejahilan menuju alam terang benderang yang telah banyak membagi
ilmunya kepada kita semua sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah yang berjudul
“Sejarah permasalahan lingkungan hidup di tingkat lokal, nasional, regional,dan intenasional
pertemuan internasional tentang permasalahan lingkungan hidup” ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidu.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak tedapat kesalahan-
kesalahan yang patut penulis perbaiki. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat konstruktif
sangat penulis nantikan dari para pembaca. Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Pangakalanbaru, Oktober 2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia tak terlepas dari lingkungan hidupnya, sebab di lingkungan itu manusia
menggantungkan hidup. Mulai dari tempat tinggal, sumber makan, hingga beraktivitas sehari-hari
sehingga perlu memastikan bahwa ada kelestarian lingkungan sehat dan berkelanjutan ke depannya.
Salah satu cara untuk menumbuhkan kesadaran yaitu dengan pendidikan lingkungan hidup
(PLH). Pendidikan lingkungan hidup ini penting untuk diajarkan sedini mungkin dan di sekolah-
sekolah sebagai pengetahuan cara hidup yang memperhatikan lingkungan di sekitarnya. Pendidikan
lingkungan hidup memberi rambu bagi manusia untuk tidak menghancurkan lingkungan yang akan
berdampak pada dirinya sendiri dan makhluk lainnya.
Melansir dari laman DLH Kabupaten Bantul, pengertian pendidikan lingkungan hidup adalah
suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan
total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama, baik
secara individu maupun secara kolektif, untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat
ini, dan mencegah timbulnya masalah baru. (UNESCO, Deklarasi Tbilisi, 1977).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah permasalahan lingkungan hidup di tingkat lokal ?
2. Bagaimana sejarah permasalahan lingkungan hidup di tingkat nasional ?
3. Bagaimana sejarah permasalahan lingkungan hidup di tingkat regional ?
4. Bagaimana sejarah permasalahan lingkungan hidup di tingkat Internasional?
5. Bagaimana pertemuan Internasional tentang permasalahan lingkungan hidup ?
C. Tujuan Masalah
1. Megetahuisejarah permasalahan lingkungan hidup di tingkat lokal
2. Mengetahui sejarah permasalahan lingkungan hidup di tingkat nasional
3. Mengetahui sejarah permasalahan lingkungan hidup di tingkat regional
4. Mengetahui sejarah permasalahan lingkungan hidup di tingkat Internasional
5. Mengetahui pertemuan Internasional tentang permasalahan lingkungan hidup
BAB 2
PEMBAHASAN
Harus kita akui jika kondisi lingkungan hidup dan hutan di Bangka Belitung saat ini masih
dalam kondisi kritis. Selain dampak dari aktifitas pertambangan, faktor lain yang menjadi penyebab
kerusakan lingkungan hidup antara lain tingginya pertumbuhan penduduk setiap tahun, lemahnya
penegakan hukum dan rendahnya kesadaran masyarakat.
Dari data di atas tergambarkan dengan jelas bahwa sebaran lahan lingkungan hidup yang
tidak dalam kondisi kritis hanya tersisa 1,5% dari total luas keseluruhan. Walaupun data yang
disajikan tersebut yang diambil pada tahun 2014, akan tetapi paling tidak dapat dijadikan barometer
bagi kita dalam mengambil kebijakan untuk mengatasi kondisi kerusakan lingkungan di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
Aktifitas pertambangan memang bukan satu-satunya faktor dominan penyebab terjadinya
kerusakan lingkungan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, akan tetapi sebaiknya dalam proses
penambangan dan penggunaan atau eksploitasi sumber daya alam harus bijak, selaras, serasi, dan
seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. Sebagai konsekuensinya, kebijakan, rencana, dan/atau
program pembangunan harus dijiwai oleh kewajiban melakukan pelestarian lingkungan hidup dan
mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan. Dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup
perlu dilakukan upaya-upaya pengendalian terhadap pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup. Upaya pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan dapat dilakukan melalui tahapan: 1.
Pencegahan; 2. Penanggulangan; 3. Pemulihan.
1. KLHS;
2. Tata ruang;
5. Amdal;
6. UKL-UPL;
7. Perizinan;
13. Instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan.
Salah satu instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup adalah
kajian lingkungan hidup strategis (KLHS). Berkaitan dengan hal tersebut diatur menurut ketentuan
Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup jo Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis, mewajibkan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah untuk membuat KLHS guna memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program.
Selanjutnya KLHS juga wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam hal penyusunan
ataupun pelaksanaan evaluasi terhadap:
Dapat dikatakan bahwa KLHS adalah “kendaraan” atau tool dalam mengaplikasikan analisis
semua kebijakan, rencana, dan/atau program yang menjadi kewenangan pemerintah daerah. Di dalam
KLHS memuat kebijakan yang terdiri dari:
1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;
Pada konteks Bangka Belitung saat ini, melalui Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Nomor 14 Tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2017-2022 terdapat beberapa rekomendasi KLHS yang harus
diintegrasikan ke dalam setiap kebijakan, rencana, dan/atau program diantaranya:
1. Rencana pengembangan kawasan strategis perlu didahului dengan penyusunan rencana induk
pengembangan dan rencana strategis dan dilengkapi KLHS sebelum dilakukan pembangunan
fisik;
2. Rencana pengembangan kawasan strategis yang berlokasi dalam kawasan hutan lindung agar
tetap menjaga kelestarian dan tidak mengganggu area kawasan lindung yang ada di dalamnya;
5. Pemerintah provinsi perlu mengidentifikasi dan menginventarisasi kawasan lindung yang ada
di wilayah provinsi untuk mencegah terjadinya okupansi oleh masyarakat dan perubahan
fungsi lindung. Selanjutnya hasil identifikasi dan inventarisasi tersebut dikukuhkan dalam
bentuk Peraturan Gubernur tentang Penetapan Kawasan Lindung di Wilayah Provinsi;
6. Guna mengurangi eksploitasi air tanah yang berlebihan dimasa mendatang, Pemerintah
provinsi perlu memfasilitasi dan mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk membangun
instalasi pengolahan air bersih beserta jaringan distribusi dengan air baku yang berasal dari air
permukaan seperti kolong dan sungai;
7. Memasukan rumusan mitigasi bencana dan/atau alternatif lain ke dalam bentuk program-
program disertai dengan indikator, waktu pelaksanaan dan pembiayaan.
Kajian lingkungan hidup strategis dapat dikatakan sebagai alat kontrol dalam penentuan arah
dan kebijakan pembangunan di suatu daerah terhadap kelestarian lingkungan hidup.
Kita akui bahwa sektor pertambangan masih memiiki peran dalam pembangunan dan
penopang perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Walaupun sejak lima tahun terakhir
penyerapan tenaga kerja di sektor pertambangan relatif menurun. Hal ini dikarenakan semakin
terbatasnya cadangan timah yang dapat diakses oleh masyarakat. Sehingga sebagian masyarakat lebih
memilih sektor lainnya yaitu pertanian, perdagangan dan jasa.
Akan tetapi ada hal yang menarik terkait dengan pasca aktifitas pertambangan, hal tersebut
adalah setelah aktifitas pertambangan berhenti maka akan menyisakan lubang galian “raksasa” akibat
dari proses pengambilan barang tambang yaitu timah. Lubang galian tersebut tentu saja harus segera
dilakukan reklamasi atau kewajiban perusahaan pasca tambang.
Pelaksanan reklamasi dan pasca tambang oleh Pemegang IUP Ekplorasi/Operasi Produksi dan
IUPK Eksplorasi/Operasi Produksi wajib memenuhi prinsip antara lain:
Poin penting disini adalah bagaimana pelaksanaan reklamasi dan pasca tambang lebih bertujuan
untuk melindungi lingkungan hidup setelah dilakukan aktifitas pertambangan. Hal tersebut
dikarenakan hampir setiap aktifitas pertambangan mineral ataupun batubara yang sistem dan
metodenya baik terbuka maupun bawah tanah, mengganggu keseimbangan dan kelestarian lingkungan
hidup.
1. perlindungan terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air laut, dan tanah serta udara
berdasarkan standar baku mutu atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. penjaminan terhadap stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup kolam tailing, lahan
bekas tambang, dan struktur buatan lainnya;
6. perlindungan terhadap kuantitas air tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Sudah menjadi rahasia umum jika kondisi kualitas air permukaan, air tanah, air laut, dan tanah
serta udara tidak lagi sesuai berdasarkan standar baku mutu atau kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hal tersebut tentu akan berdampak terhadap kehidupan
masyarakat luas di Bangka Belitung apalagi jika sampai hal tersebut dibiarkan berlarut-larut.
Pemerintah dan pemerintah daerah khususnya perlu segera melaksanakan pengawasan dan
evaluasi terhadap pelaksanaan reklamasi dan pasca tambang. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi
semestinya juga dilakukan pengujian di lapangan hal tersebut bertujuan agar ada kecocokan dengan
data yang dilaporkan oleh Pemegang IUP Ekplorasi/Operasi Produksi dan IUPK Eksplorasi/Operasi
Produksi. Semoga saja usaha dan kerja keras yang dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah
dapat menyelamatkan atau memulihkan ke keadaan semula lingkungan hidup di Bangka Belitung
yang kita cintai bersama ini.
Indonesia termasuk ke dalam 10 besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.
Hal ini tak pelak menimbulkan sejumlah persoalan lanjutan, di antaranya adalah produksi sampah dan
pembuangannya. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia
memproduksi sampah hingga 65 juta ton pada 2016. Jumlah ini naik 1 juta ton dari tahun sebelumnya.
2) BANJIR
Persoalan lingkungan lainnya yang menjadi PR masyarakat Indonesia adalah banjir. Selain
tingginya curah hujan, banjir merupakan dampak yang dihasilkan dari berbagai permasalahan
lingkungan lain seperti gunungan sampah, rusaknya hutan dan berubahnya fungsi sungai.
3) SUNGAI TERCEMAR
Indonesia masih menghadapi masalah pencemaran sungai yang sangat serius. Sungai Citarum
adalah satu dari puluhan sungai di Indonesia yang tercemar berat. Pencemaran air sungai terjadi akibat
ulah manusia yang membuang limbah atau sisa industri ke sungai.
4) PEMANASAN GLOBAL
Permasalahan lain yang juga menjadi persoalan lingkungan adalah pemanasan global, yakni
proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan permukaan bumi. Banyak dampak yang
ditimbulkan dari pemanasan global seperti rusaknya ekosistem mahluk hidup serta tenggelamnya
pulau-pulau kecil karena naiknya permukaan air laut akibat mencairnya lapisan es di kutub.
5) PENCEMARAN UDARA
Permasalahan lain yang juga menjadi persoalan lingkungan adalah pemanasan global, yakni proses
meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan permukaan bumi. Banyak dampak yang ditimbulkan
dari pemanasan global seperti rusaknya ekosistem mahluk hidup serta tenggelamnya pulau-pulau kecil
karena naiknya permukaan air laut akibat mencairnya lapisan es di kutub.
6) PENCEMARAN UDARA
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah pengguna sepeda motor terbanyak di dunia.
Data Korlantas Polri menyebutkan jumlah kendaraan yang terdaftar per 3 Januari 2017 mencapai
102.328.629 kendaraan. Kondisi ini menimbulkan munculnya masalah pencemaran udara.
7) RUSAKNYA EKOSISTEM LAUT
Selain sebagai negara agraris, Indonesia juga dikenal dengan julukan negara maritim. Sebagai
negara maritim, upaya untuk menjaga ekosistem laut menjadi sebuah keharusan. Sayangnya, data
Pusat Penelitian Oseanografi LIPI menunjukkan sekitar 35,15% terumbu karang di Indonesia dalam
kondisi tidak baik, 25,06% dalam kondisi cukup, 23,4% dalam kondisi baik dan hanya 6,39% dalam
kondisi sangat baik.
8) SULITNYA AIR BERSIH
Kesulitan air bersih banyak dialami oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia. Salah satu daerah
yang cukup lama mengalami masalah ini adalah Papua. Distribusi sumber daya air (SDA) yang tidak
merata menjadi salah satu penyebab masyarakat sulit mendapatkan air bersih.
9) KERUSAKAN HUTAN
Pembalakan liar atau illegal logging menjadi penyebab utama dari berkurangnya lahan hutan.
Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, total luas hutan di Indonesia saat
ini mencapai 124 juta hektare. Namun, sejak 2010 sampai 2015, Indonesia kehilangan luas hutannya
hingga 684.000 hektare per tahunnya.
10) ABRASI
Abrasi atau biasa juga disebut dengan erosi pantai dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam
daerah pantai tersebut. Kerusakan garis pantai ini bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia
seringkali disebut sebagai penyebab utama terjadinya masalah ini.
11) PENCEMARAN TANAH
Pencemaran tanah adalah kondisi di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan mengubah
lingkungan tanah alami. Akibatnya tanah menjadi tidak lagi murni seperti sebelumnya. Dampak yang
ditimbulkan dari permasalahan ini di antaranya mengurangi kesuburan tanah, rusaknya ekosistem
mahluk hidup serta timbulnya wabah penyakit.
Pencemaran lingkungan umumnya terjadi saat lingkungan hidup manusia, baik yang bersifat fisik,
biologis, maupun sosial memiliki unsur yang merugikan keberadaan manusia. Nah, masalah
pencemaran ini biasanya dibedakan dalam beberapa kelompok, yaitu pencemaran udara, pencemaran
air, pencemaran tanah, serta pencemaran kebudayaan. Perairan bisa tercemar karena ulah manusia
dengan tindakan manusia seperti membuang sampah ke sungai, menangkap ikan dengan
menggunakan pestisida, dan ulah pabrik-pabrik yang membuang limbah industri ke sungai atau laut.
Pencemaran ini mengakibatkan ikan dan makhluk lainnya yang hidup di air mati atau beracun,
sehingga tidak aman dikonsumsi manusia.
Pencemaran udara sendiri disebabkan oleh asap kendaraan bermotor dan asap pabrik.
Tingginya tingkat polusi udara terutama di kota membuat pemerintah melakukan berbagai untuk
mengatasi pencemaran udara. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya taman kota serta program menanam
pohon yang sering dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak swasta.
Salah satu masalah sosial lain terkait lingkungan adalah sampah. Masalah sampah ini sangat
mengganggu terutama jika tidak dikelola dengan baik. Bagi masyarakat pedesaan, sampah mungkin
belum menjadi masalah serius. Namun, tidak demikian dengan masyarakat yang tinggal di kota atau
di daerah padat penduduk. Masyarakat kota dan daerah padat penduduk menghasilkan banyak sekali
sampah akibat banyaknya proses produksi dan konsumsi di kota.
Dampak kerusakan lingkunagan khusunya di Semarang membawa sejuta berkah dan terus
bersatu dalam menanggulangi bencana alam. Semarang, Ibukota Jawa Tengah, merupakan kota
besar . Kepadatan penduduk yang semakin tahun meningkat, menyebabkan segala bentuk aktivitas
ikut meningkat. Sayangnya, aktivitas penduduk tidak hanya memberikan dampak yang baik, namun
juga memberikan dampak yang buruk. Salah satu dampak buruknya adalah kerusakan lingkungan.
Sebagian daerah kota Semarang merupakan kawasan pantai. Seperti yang kita ketahui,
karakteristik air laut adalah memiliki kandungan garam yang tinggi. Air laut harus diproses terlebih
dahulu agar bisa digunakan. Proses yang dibutuhkan pun sangatlah mahal. Untuk itu, masyarakat
pesisir pantai memanfaatkan air sumur untuk melakukan segala aktivitas
Sayangnya, tindakan pemanfaatan air tanah di kawasan pantai dinilai sudah berlebihan. Hal ini
menyebabkan masyarakat pesisir mulai kesulitan mendapatkan air tawar untuk memenuhi
kebutuhannya. Bayangkan , untuk saat ini pada penggalian sumur sejauh 40 meter, air yang
didapatkan masih payau. Air payau ini semakin meluas di daerah Semarang. Pada sumur dangkal, air
yang ditemukan mempunyai tingkat salinitas yang tinggi.
Selain itu, kualitas airpun semakin menurun dengan ikut sertanya koloid yang ada pada air
sehingga menyebabkan air tak jernih lagi, cenderung berwarna merah kecoklatan. Kekeruhannya
menyebabkan air tak layak konsumsi.
Tak hanya berbatasan langsung dengan pantai, kota Lumpia ini juga memiliki cukup banyak
daerah perbukitan. Beberapa titik rawan longsor di daerah perbukitan Semarang semakin bertambah.
Selain faktor alam berupa hujan lebat dan konstruksi tanah, longsor yang terjadi di Semarang juga
diakibatkan oleh ulah manusia.
Pasalnya di beberapa titik , disinyalir ada beberapa penambangan tanah , pasir dan batu yang
semakin tak terkendali. Tentunya hal ini akan merusak lingkungan dan menyebabkan pemicu
terjadinya longsor semakin besar.
Tak sedikit yang tahu bahwa Semarang merupakan salah satu kota langganan banjir. Sebenarnya
banjir di daerah semarang disebabkan karena drainase yang kurang bagus. Selain itu, debit sungai
yang semakin meninggi menyebabkan aliran sungai semakin tak terkendali. Sedangkan , kondisi
sungai mengalami pendangkalan oleh sedimentasi akibat kerusakan sungai di bagian hulu.
Kenyataannya, penyebab banjir tidak hanya karena tatanan air, perilaku pembuangan sampah
di beberapa sungai di kota ini nyatanya masih banyak ditemukan. Hal ini tentunya semakin
menambah resiko banjir yang terjadi. Selain perbaikan drainase, tentunya kesadaran masyarakat akan
pentingnya melestarikan lingkungan perlu ditingkatkan agar mengurangi terjadinya banjir.
Kota besar tentunya memiliki banyak industri yang tersebar di dalamnya, termasuk di Semarang.
Kota ini mempunyai kawasan industri yang terletak di Ngaliyan bernama kawasan industri Candi.
Ada beberapa pabrik di daerah tersebut. Salah satunya pabrik pakan ternak.
Pabrik ini menimbulkan limbah berupa bau yang tak sedap. Tentunya hal ini merusak lingkungan
dan menyebabkan aktivitas pabrik lainnya terganggu. Seharusnya pemilik pabrik melakukan
pencegahan tersebarnya bau tak sedap tersebut demi menjaga kelestarian lingkungan.
5. Pencemaran Sungai
Bagi masyarakat Semarang yang hidup di bantaran sungai , sungai merupakan salah satu sumber
kehidupan mereka. Selain di atas, aktivitas pabrik menyebabkan pencemaran di beberapa titik sungai
di daerah Semarang. Sungai tak lagi jernih bahkan cenderung keruh dan menghitam. Hal ini
diakibatkan oleh limbah industri yang dibuang ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu.
Permasalahan lingkungan menjadi perhatian dan kekhawatiran masyarakat internasional pada saat
kalangan Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakan peninjauan
terhadap hasil-hasil gerakan Dasawarsa Pembangunan Dunia ke-1 (1960-1970), guna merumuskan
strategi Dasawarsa Pembangunan Dunia ke-2 (1970-1980).
Dalam pengantar laporan yang disampaikan oleh U Thant (Sekretaris Jenderal PBB), dinyatakan
bahwa, “…untuk pertama kali dalam sejarah umat manusia telah terjadi krisis dengan jangkauan
seluruh dunia, termasuk baik negara maju dan negara berkembang, mengenai hubungan antara
manusia dan lingkungannya. Tanda-tanda ancaman telah dapat dilihat sejak waktu yang lama: ledakan
penduduk, integrasi yang tidak memadai antara teknologi yang amat kuat dengan keperluan
lingkungan, kerusakan lahan budidaya, pembangunan tidak berencana dari kawasan perkotaan,
menghilangnya ruang terbuka dan bahaya kepunahan yang terus bertambah mengenai banyak bentuk
kehidupan satwa dan tumbuhan. Tidak ada kesangsian bahwa apabila proses ini berlangsung terus
maka kehidupan yang akan datang di bumi ini akan terancam (Hardjasoemantri, 1999).”
Bisa dikatakan kondisi lingkungan pada masa 1960an hingga 1970an sangat memprihatinkan dan
menimbulkan kekhawatiran masyarakat dunia. Tidak lagi berpusat pada daerah yang meiliki masalah
lingkungan, melainkan nyaris seluruh dunia merasakannya. Salah satu masalah lingkungan yang
merebak kala itu adalah wabah penyakit Minamata yang menyerang negara Jepang. Minamata sendiri
merupakan sindrom yang merusak fungsi saraf. Di wilayah Eropa sendiri terjadi kabut asap yang
berdampak buruk terhadap kesehatan. Asap tersebut diperkirakan merupakan dampak yang
ditimbulkan pembakaran hutan di berbagai wilayah untuk pembangunan pada kisaran tahun 1960.
Meski dampaknya tidak serta merta, tetapi akibat yang ditimbulkan benar-benar sangat
mempengaruhi kondisi kesahatan masyarakat.
Lingkungan Hidup sebagai hal yang vital bagi manusia memang patut mendapat perhatian lebih
dibanding aspek lainnya. Hal itu dikarenakan lingkungan memiliki dampak yang besar terhadap
keberlangsungan hidup manusia. Lingkungan yang baik dan sehat tentu akan memberi dampak yang
positif untuk manusia, begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itulah wajar jika ada banyak gerakan yang
mendorong perbaikan terhadap lingkungan. Antara lain, gerakan menaman pohon, gerakan bersih
sungai, gerakan kurangi sampah plastik dan masih banyak lagi.
Pentingnya lingkungan hidup juga mendorong pemerintah Indonesia untuk ikut berpartisipasi
menjadikan tanggal 5 Juni menjadi Hari Lingkungan Hidup yang diperingati setiap tahunnya. Seperti
hari besar lainnya yang memiliki sejarah panjang hingga pada akhirnya diperingati secara rutin, hari
lingkungan juga seperti itu. Sebelum resmi dirayakan setiap tanggal 5 Juni, perayaan ini memiliki
sejarah panjang.
B. Konferensi Stockholm
Hal tersebut diatas akhirnya mendorong negara-negara di dunia melalui, Persatuan Bangsa-
Bangsa (Sejarah Berdirinya PBB) melaksanakan konferensi terkait lingkungan hidup yang pertama
kali pada tahun 1972. Konferensi tersebut digelar di Stockholm, Swedia, pada tanggal 5-16 Juni tahun
1972. Adapun negara yang menjadi pengusul pertama diadakannya Hari Lingkungan Hidup Sedunia
adalah Jepang dan negara Senegal.
1. Deklarasi Stockholm, yang mengandung berbagai prinsip harus digunakan dalam mengelola
lingkungan hidup di masa depan melalui penerapan lingkungan internasional.
2. Rencana Aksi, mencakup perencanaan alam yang berkaitan dengan pemukiman, pengelolaan
sumber daya alam, pengendalian pencemaran lingkungan, pendidikan serta informasi
mengenai lingkungan hidup.
Adapun prinsip-prinsip yang terkandung dalam Deklarasi Stockholm berisi 26 poin dengan
rincian sebagai berikut.
1. Sejarah HAM di Dunia harus ditegaskan, segala bentuk apharteid dan penjajahan dihapuskan.
5. Sumber yang tidak bisa diperbaharui harus dibagikan dan tidak dihabiskan
6. Polusi tidak boleh melebihi kapasitas lingkungan dalam membersihkan dirinya sendiri
7. Pencemaran lautan yang merusak harus dicegah
8. Dibutuhkan pengembangan untuk memperbaiki lingkungan
9. Negara-negara berkembang membutuhkan bantuan
10. Negara-negara berkembang membutuhkan harga wajar untuk mengekspor demi
melaksanakan manajemen lingkungan
11. Kebijakan lingkungan tidak boleh menghambat pembangunan
12. Negara-negara berkembang membutuhkan dana untuk mengembangkan perlindungan
terhadap lingkungan
13. Diperlukan perencanaan pembangunan secara terpadu
14. Perencanaan yang rasional harus bisa menyelesaikan konflik antara lingkungan dan
pembangunan
15. Pemukiman manusia harus direncanakan untuk menghilangkan masalah lingkungan
16. Pemerintah harus merencanakan kebijakan kependudukan sendiri yang sesuai
17. Lembaga nasional harus merencanakan pengembangan sumber daya alam negara
18. Sains dan teknologi harus digunakan untuk memperbaiki lingkungan
19. Pendidikan lingkungan sangat penting
20. Penelitian lingkungan harus dipromosikan, khususnya di negara-negara berkembang
21. Negara dapat mengekploitasi sumber daya mereka sesuai yang mereka inginkan, tetapi tidak
membahayakan orang lain
22. Kompensasi ada karena keadaan yang terancam punah
23. Setiap negara harus menetapkan standarnya sendiri
24. Harus ada kerjasama dalam masalah internasional
25. Organisasi internasional harus membantu untuk memperbaiki lingkungan
26. Senjata pemusnah massal harus dihilangkan
Ditetapkannya tanggal 5 Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat global mengenai kondisi lingkungan. Dengan begitu masyarakat
diharapkan mampu mengambil atau mencetuskan tindakan positif demi melindungi lingkungan, alam
sekitar, dan bumi sebagai planet yang dihuni.
Hal itu sangat sesuai karena adanya simbiosis yang saling berkaitan antara manusia dan
lingkungan. Dimana kondisi lingkungan bergantung terhadap cara manusia mengelolanya dan
kehidupan manusia juga tergantung pada kondisi lingkungan. Sehingga wajar jika manusia memiliki
tugas untuk menjaga alam sekitar.
Hari Lingkungan Hidup Sedunia memiliki makna yang dalam mengenai kesadaran individu
untuk mengambil tindakan demi kelangsungan bumi. Hari Lingkungan Hidup Dunia dirayakan dalam
banyak hal di negara-negara seperti Kenya, Selandia Baru, Polandia, Spanyol, India, Amerika Serikat,
dan Indonesia. Kegiatan meliputi banyak hal seperti, demonstrasi jalanan dan parade, konser,
penanaman pohon, dan kampanye pembersihan. Di banyak negara, acara tahunan ini digunakan untuk
meningkatkan perhatian dan tindakan politik terhadap perbaikan lingkungan.
Pada Tahun 2020 sendiri, tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia adalah “Time For Nature”
yang mengajak seluruh penduduk dunia untuk menyadari bahwa makanan yang dimakan, air yang
diminum, dan ruang hidup di planet yang ditinggali adalah sebaik-baiknya manfaat dari alam (nature)
sehingga harus kita jaga kelestariannya.
Di Indonesia sendiri melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( KLHK ) RI,
Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau World Environmental Day ( WED ) diperingati tahun ini
terfokus pada Keanekaragaman Hayati. Keanekaragaman Hayati sendiri mencakup kekayaan spesies
dan kompleksitas ekosistem, sehingga dapat memengaruhi komunitas organisme, perkembangan dan
stabilitas ekologi.
Demikian Sejarah Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang dirayakan setiap tanggal 5 Juni.
Meskipun memiliki perayaan resmi, tetapi keberlangsung lingkungan harus dilakukan secara bersama
dan menjadi tanggung jawab bersama.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan Adapun yang menjadi kesimpulan dari tulisan diatas, sebagai berikut :
1.Pembangunan yang mengandalkan teknologi dan industri dalam mempertahankan tingkat
pertumbuhan ekonomi seringkali membawa dampak negatif bagi lingkungan hidup manusia.
2.Pencemaran lingkungan akan menyebabkan menurunnya mutu lingkungan hidup, sehingga akan
mengancam kelangsungan mahluk hidup, terutama ketenangan dan ketentraman hidup manusia.
3.Adanya pengertian dan persepsi yang sama dalam memahami pentingnya lingkungan hidup bagi
kelangsungan hidup manusia akan dapat mengendalikan tindakan dan prilaku manusia untuk lebih
mementingkan lingkungan hidup. 4.Kemauan untuk saling menjaga kelestarian dan kesimbangan
lingkungan hidup merupakan itikad yang luhur dari dalam diri manusia dalam memandang hakekat
dirinya sebagai warga dunia.
Saran. 1.Sebaiknya dalam mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan yang dilakukan
oleh dunia industri tidak hanya bertujuan meningkatkan keuntungan ekonomi semata, harus pula
diiringi dengan kemauan untuk menyisihkan biaya bagi penelitian dan pemeliharaan lingkungan
hidup. 2.Perlu dilibatkan masyarakat dalam pengawasan pengolahan limbah buangan industri agar
lebih intens dalam menjaga mutu lingkungan hidup. Ikhtiar ini merupakan salah satu bentuk
partisipasi dan pengawasan bial untuk memelihara kelestarian lingkungan hidup.
DAFTAR ISI
https://www.academia.edu/39082308/
MASALAH_LINGKUNGAN_HIDUP_DI_INDONESIA_DAN_DUNIA_SAAT_INI
https://dlh.semarangkota.go.id/5-dampak-kerusakan-lingkungan-di-semarang/
http://p3ejawa.menlhk.go.id/article25-sejarah-hari-lingkungan-hidup-sedunia.html
https://www.academia.edu/9132287/Makalah_Pendidikan_Lingkungan_Hidup