Anda di halaman 1dari 15

MUQADDIMAH ANGGARAN DASAR

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kemuhammadiyahan 1

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Dosen Pengampu : Adi Saputra, M. Pd.

Kelompok: 3 (Tiga)

Oleh :

Dira Anggraini D. A (200141809)

Dwi Tiara Amanda (200141812)

Elza Maulita (200141817)

Jelang Sasi Ramadani (200141842)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMAMDIYAH BANGKA BELITUNG

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT.Atas Rahmat dan Ridho- Nya.
Shalawat dan salam dihaturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta para
sahabat yang telah memperjuangkan Islam, sehingga kita bisa merasakan
indahnya iman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah kemuhammadiyahan 1.


Penulis menyadari bahwa penyelesaian makalah ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan,bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Fadillah Sabri, S. T.,M. Eng selaku Rektor Universitas Muhammadiyah


Bangka Belitung.

2. Romadon, S.T., M. Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru


Sekolah Dasar.

3. Adi Saputra, M. Pd. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah


kemuhammadiyahan 1.

Penulis menyadari berbagai kelemahan dan kekurangan dalam penulisan


makalah ini.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas, dan
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan, khususnya di Universitas
Muhammadiyah Bangka Belitung.Akhir kata, saran dan kritik yang membangun,
penulis harapkan demi perbaikan danpengembangan makalah ini.

Pangkalanbaru, 24 September 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar belakang.......................................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................2
D. Manfaat..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
A. Pengertian Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.................3
B. Sifat-sifat Manusia................................................................................4
C. Tipe-tipe Manusia.................................................................................6
D. Fungsi Manusia.....................................................................................7
E. Tanggung Jawab Manusia dan Pertanggung Jawaban Manusia...........8
BAB III PENUTUP.........................................................................................10
A. Kesimpulan..........................................................................................10
B. Saran ...................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah ialah uraian pembukaan


anggaran dasar, yang berisi uraian tentang tujuan pokok yang diperjuangkan
oleh persyarikatan Muhammadiyah. Muqaddimah anggaran dasar memuat
pokok-pokok yang sangat fundamental. Di dalamnya tertuang pandangan
hidup, tujuan hidup, serta cara dan alat untuk mencapai tujuan. Muqaddimah
anggaran dasar Muhammadiyah pada hakikatnya merupakan kesimpulan dari
perintah dan ajaran Al Qur’an dan As Sunnah. Isinya tentang pengabdian
manusia kepada Allah SWT, amal dan perjuangan bagi setiap muslim.

Pemikiran dasar ideologi Persyarikatan yang menjiwai


gerak Muhammadiyah terumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah. Konsep ideologi ini digali dan disistematisasi dari
pemikiran Kiai Ahmad Dahlan oleh Ki Bagus Hadikusumo dan kolega sejak
1945. Pada Tanwir 1951, Muqaddimah ini disahkan setelah disempurnakan
oleh tim beranggotakan Prof Farid Ma’ruf, Mr Kasman Singodimedjo, Buya
Hamka, Zain Jambek. Muqaddimah ini memberi gambaran tentang
pandangan Muhammadiyah mengenai kehidupan manusia di muka bumi,
cita-cita yang ingin diwujudkan, dan cara-cara yang dipergunakan untuk
mewujudkan cita-cita tesebut muqaddimah anggaran dasar menjiwai segala
gerak dan usaha muhammadiyah dan proses penyusunan sistem kerja sama
yang dilakukan untuk mencapai tujuannya.

Oleh sebab itu dalalam makalah ini akan membahas tentang apa
pengertian dari muqaddimah anggaran dasar muhammadiyah, sifat-sifat
manusia, tipe-tipe manusia, fungsi manusia, serta tanggung jawab manusia
dan pertanggungjawaban manusia.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari muqaddimah anggaran dasar muhammadiyah?

2. Bagaimana sifat-sifat manusia?

3. Bagaimana tipe-tipe manusia?

4. Apa fungsi manusia?

5. Apa tanggung jawab manusia dan pertanggung jawaban manusia?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari muqaddimah anggaran dasar


muhammadiyah

2. Untuk mengetahui sifat-sifat manusia

3. Untuk mengetahui tipe-tipe manusia

4. Untuk mengetahui fungsi manusia

5. Untuk mengetahui tanggung jawab manusia dan pertanggung jawaban


manusia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah

Muqaddimah anggaran muhammadiyah adalah doktrin ideologi


muhammadiyah yang memberikan gambaran tentang pandangan
muhammadiyah mengenai kehidupan manusia di muka bumi. Sebagai sebuah
doktrin ideologi, muqaddimah anggaran dasar muhammadiyah menjiwai
segala gerak dan usaha muhammadiyah. Sementara itu landasan dasar
organisasi muhammadiyah salam setiap gerak langkahnya adalah al-quran
dan sunnah Rasulullah SAW.

Berbagai pandangan tentang manusia yang telah melahirkan


perbedaan strategi pembangunan biasanya berawal pada filosofi dan budaya
masyarakat. Misalnya saja, masyarakat yang memandang manusia dalam
ukuran yang materialistic tentu akan memiliki strategi yang berbea dengan
merekan yang menitikberatkan pada nilai-nilai rohaniah. Dan masyarakat
yang memandang manusia dalam dimensi rohani dan jasmani tentu akan
mengembangkan strategi pembangunan yang ketiga.

Oleh karena itu, suatu pemahaman tentang manusia dilihat dari


pandangan islam jelas sangat diperlukan oleh para ahli dan praktisi yang
berminat dalam merumuskan strtegi dan rencana pembangunan masa depan
untuk dunia muslim. Dan sesungguhnya, tanpa pemahaman seperti itu, maka
kajian ini akan menjadi sangat sukar atau bahkan sama sekali tidak mungkin.
Pada kajian ini memang tidak dilakukan analisa banding dengan system
lainnya (baik Barat maupun Timur) karena lingkup kajian ini memang hanya
dibatasi pada pandanga islam saja.

3
B. Sifat-sifat Manusia

Pada pendahuluan yang ditulis untuk bukunya: Human Nature And


Conduct, John Dewey berpendapat bahwa manusia oleh para sarjana Barat
telah dipandang dengan penuh kecurigaan, dengan takut, dengan pandangan
yang asam, dan kadangkala memang dengan antusiasme terhadap
kemampuannya, tetapi ini pun berbeda dalam kenyataan dan perwujudannya.
Merupakan suatu anggapan bahwa moralitas hanyalah suatu kemubaziran
apabila itu tidak menyatu dengan kelemahan manusia. Dalam tulisannya, “
beberapa penulis dengan konsepsi yang jenius telah memojokkan para ahli
teologi yang demi keluruhan ilia telah merendahkan manusia. Tanpa ragu ahli
teologi memandang manusia dalam sisi yang lebih suram ketimbang orang-
orang pagan ataupun golongan sekuler ”. ((Dewey, 1947:1))

Berbeda dengan itu, ((M. Asad, 1947: 19, 20)) merangkumkan sifat
manusia menurut ajaran islam dengan kata-katanya sebagai berikut : “ di
antara semua agama, hanya islam saja yang mengemukaan kemungkinan
tercapainya kesempurnaan, manusia di dunia ini. Islam tidak pernah
menundanya hingga kita dapat menindas keinginan jasmaniah, seperti pada
ajaran Kristen. Atau islm yang tidak menjanjikan rantai kelahiran terus
menerus, yang menuju ke arah kesempurnaan, sebagaimana diajarkan oleh
Hindu. Atau juga tidak seperti ajaran Budha yang mengajarkan bahwa
kesempurnan hanya dapat dicapai melalui menafikan hubungan diri dan
emosi dengan duni di sekelilingnya. TIDAK!!!! Islam menjamin bahwa
manusia mungkin mencapai kesempurnaan dalam kehidupannya di dunia,
dengan cara memanfaatkan semua kemungkinan yang ada di dalam
kehidupan.

Dalam hubungannya dengan manusia, memang ada tiga aliran pikiran,


yaitu:

1. Pertama, mereka yang meletakkan moralitas yang berakar pada


kebebasan nurani, yaitu sesuatu yang misterius yang terletak di dalam

4
kepribadian. Aliran ini menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk
mengubah lembaga adalah dengan memurnikan hati manusia, dan
apabila hal tersebut sudah dilaksanakan, maka perubahan lembaga
beserta lingkungannya akan terjadi dengan sendirinya ((Dewey,
1957))

2. Kedua, tidak mau menerima adanya kekuatan dari dalam manusia, dan
oleh karenanya mereka mengabaikan kebebasan moral dan etika.
Kelompok ini berpendapat, bahwa seseorang berkembang menjadi
dirinya karena pengaru kekuatan eksternal yang mengelilinginya.
Manusia adalah makhluk yang dapat dibentuk, oleh karena itu kita
tidak dapat melakukan sesuatu sebelum lembaganya sendiri berubah.
((Dewey, 1957))

3. Satu alternative yang diharapkan dapat menjembatani kedua


pandangan tersebut ditawarkan oleh Dewey (1957:110) bahwa semua
tindakan merupakan hasil interaksi antara unsur-unsur manusia dan
lingkungannya, alam dan sosial. Leih jauh ia menyatakan bahwa
kemajuan manusia dicapai melalui dua jalur, dan kebebasan tersebut
dapat ditemukan pada jenis interaksi tersebut yang akan melahirkan
lingkungan yang diisi dengan manusia dan pilihan untuk melakukan
sesuatu. Kekuatan dan kebenaran ada di dalam dan juga di luar
manusia.

Ayat- ayat Al-Quran melukiska manusia dengan cara istimewa dan


tanpa kompromi. Manusia tidak lahir dalam keadaan baik atau jahat, tetapi
kebebasan yang dimilikinyalah yang menjadikannya baik atau buruk. Apabila
ia mengembangkan kekuatan tersebut, dan kemudian menggunakannya untuk
kemanfaatan moral dan material bagi kemanusiaan, maka ia sikatakan baik.
Sebaliknya, apabila ia gagal menggunakan sumber daya tersebut, atau
menyalahgunakannya dengan cara yang merugikan kemanusiaan, maka
tindakannya disebut buruk. Karena itu dapat dinyatakan, secara difinitif Al-

5
Quran menolak pandangan bahwa manusia memiliki pola perilaku yang
mapan dan kaku, karena padangan tersebut jelas mengabaikan kebebasannya
untuk memilih.

Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk moral, yang mampu


membedakan antara yang baik dan yang buruk, serta memiliki kebebasan
untuk memilih keduanya. Tidak ada petunjuk pasti tentang kebaikan dan
keburukan yang melekat pada diri manusia. Al-quran memepringatkan akan
adanya manusia yang berdoa (memohon) bagi kejahatan (syarr) dan juga
memohon bagi kebaikan (khair) ((Quran, 17-11)). Apabila manusia telah
dilengkapi dengan kemampuan untuk menilai baik dan buruk, dan
membedakan antara yang enar dan yang salah, tanpa bantuan wahyu ilahi,
maka lembaga kerasulan jelas akan kehilangan kegunaannya.

C. Tipe-tipe Manusia

Dengan berbagai cara, al-quran telah menyebut manusia sebanyak 391


kali. Namun demikian, para sarjana muslim umumnya mengelompokkan
manusia ke dalam tiga kategori sebagai berikut:

1. Mereka yang hidup hanya untuk dunia dan kesenangannya. Mereka


ini adalah orang yang berkeyakinan dan berperilaku materialis. Al-
quran menyebut mereka sebagai golongan dahriyyin, yaitu orang-
orang yang lekat dengan doktrin materialistic, ateis, tidak
mempercayai akhirat dimana manusia akan diminta
pertanggungjawabannya atas kebaikan dan keburukan yang
dilakukannya.

2. Mereka yang tidak memiliki pandangan jelas tentang keperiadaannya.


Al-quran menyebutnya sebagai: orang yang akan merugi di hari
kiamat. Mereka yang masuk dalam kelompok ini (walaupun diantara
mereka percaya kepada Tuhan dan hari kiamat, secara teratur pergi ke
tempat ibadah) sepenuhnya memisahkan keyakinan dan pelaksanaan
agama dari kehidupan nyata sehari-hari.

6
3. Mereka yang menerima kehidupan dunia sebagai tempat menanam
benih bagi kehidupan di akhirat. Menurut islam, kelompokini disebut
mukminin, atau orang yang percaya. Yaitu mereka yang sudah
mengetahui intisari dari makna kehidupan di dunia nyata dan di
akhirat, serta mampu menghubungkan keduanya. Mereka ini bukan
termasuk kelompok yang memohon (kelak di akhirat).

Pemberian kategori manusia yang ketiga, tidak sepenuhnya


menggambarkan kepertapaan (asetisisme). Islam memerintahkan para
pelakunya untuk mencari pengetahuan, untuk memperbaiki setiap lingkungan
kehidupannya, untuk menghasilkan modernisasi dan membangun, dan untuk
menyumbang peradaban masa kini. Hanya ada dua batasan bagi aktivitas
seperti itu, yaitu:

1. Tidak boleh satu pun upaya tersebut merugikan manusia

2. Semua upaya tersebut harus dilaksanakan dengan cara yang memberi


manfaat bagi ummat manusia, khususnya apabila digunakan dan
diterapkan sesuai dengan standar moral dan etika islam.

Diantara semua ciptaan di muka bumi, manusialah yang terbaik dan


terhormat. Manusia, dalam pandangan islam adalah makhluk yang memiliki
identitas istimewa. Ia bukan malaikat tetapi juga bukan setan. Ia dapat
terjatuh sehingga berkualitas seperti setan. Ia dengan keluhuran rohaniannya,
juga dapat mencapai kualitas kemalaikatan. Dalam spektrumnya yang alami,
yang merupakan tarikan anatara setan dan malaikan, ia mengandung sifat
antara kebaikan dan kejahatan, yang mungkin saja tidak asing bai sifatnya
atau tidak berasal dari luar.

D. Fungsi Manusia

Menurut ajaran islam fungsi dasar manusia adalah beribadah, yang


memiliki konsep pengertian lebih luas dibanding dengan mengabdi atau
melayani. Setiap muslim selalu berfikir bahwa beribadah adalah kepatuhan

7
kepada Allah di dalam segal segi kehidupan. Menurut (Ahmad Saqr (1979:
29)), ibadah bukan hanya berarti shalat, berpuasa, memberi zakat, dan
melaksanakan haji saja, tetapi juga semua apek kehidpan, seperti: makan,
tidur, belajar mempelajari alam semesta, penyelidikan ilmiah, berusaha
melakukan kegiatan olahraga dan pengetahuan. Termasuk juga di dalamnya
adalah menacri nafkah bagi keperluan hidup keluarga. Semua upaya dan
kegiatan manusia, sepanjang duniatkan untuk mencari keridhaan Allah SWT,
maka hasil tersebut dinamakan ibadah.

Karena manusia adalah makhluk termulia di bumi ini, maka segala


sesuatu memang disediakan untuknya. Di antara tugas sekunder manusia,
yaitu memanfaatkan alam dan tenaga yang dikandungnya guna mmenuhi
keperluan dan kebutuhannya dan juga teman-tamannya. Hubungan manusia
terhadap alam adalah sebagai pemanafaat dan bukan sebagai saingan. Al-
quran (2 : 29) menyatakan; “ Ia yang menciptakan bagimu apa yang ada di
Bumi semuanya”.

Di samping tugas utama manusia yaitu beribadah, dan yang


sekundernya memanfaatkan alam, maka tugas manusia yang lain adalah
bekerja, mengajar, dan belajar, mewujudkan keadilan, memerintah sesuai
dengan hukum Allah, dan bertindak sebagai wakil-Nya di muka bumi.
Mislanya islam mengajak manusia untuk menggunakan sumber daya materi
dan insani semata-mata untuk melahirkan kebajikan, keadilan, dan
perdamaian, yang membuat pelaksanaan fungsinya menjadi lebih mudah.
Kemjuan material boleh saja, tetapi bukan semata-mata untuk itu. Hal-hal
tersebut justru harus digunakan untuk melahirkan masyarakat yang terhormat,
tenang dan adil, yang akan mewujudkan keselamatan bagi manausia baik di
dunia maupun kelak di akhirat.

E. Tanggung Jawab Manusia dan Pertanggung Jawaban Manusia

Dalam hal kualitas dan fungsi manusia, Allah telah mempersiapkan


manusia untuk memikul tanggung jawab tersebut. Tanggung jawab ini,

8
sebagaimana dengan jelas dinyatakan di dalamAl-quran, adalah kepercayaan
yang ditawarkan-Nya kepada Manusia.

Sungguh, kami telah tawarkan amanat kepada langit dan bumi dan
gunung. Tapi mereka enggan memikulnya. Karena takut mengkhianatinya.
Tapi manusia (bersedia) memikulmya. Ia sungguh dzalim dan booh sekali
(Al-Quran: 33 : 72)

Menanggapi ayat diatas, (Ali Abdul Kader (1973) )menyatakan bahwa


kepercayaan ini tiada lain adalah tanggung jawab yang mana manusia
diputuskan untuk menanggungnya, karena manusia memiliki kebebasan
memilih dan intelektualitas yang dimilikinya. Tanggung jawa ini berpusat
pada kepatuhan kepada perintah Tuhan, dan menjauhi larangannya.

Manusia memiliki jiwa, sehingga ia dapat merasakn hal-hal yang


rohaniah. Ia memiliki jasmani yang memungkinkannya untuk hidup dalam
alam materi, dan memanfaatkan benda-benda yang dapat diperolehnya.
Spritualitas manusia merupakan hal yang esensial, yang melayani sifat
manusia dengan acra efektif. Apabila manusia tidak dilengkapi dengan
kemampuan rohaniah, nilai moral, dan kemampuan intelektual, maka ia tidak
akan dapat bertahan lebih baik disbanding dengan lebah.

Oleh karena itu, setiap manusia hanya bertanggung jawab atas


tindakannya sendiri. Baik dosa ataupun kebaikan, kedunya bukan sifat yang
dapat diturunkan, yang tentu saja tidak dapat dipindahkan dari satu orang ke
orang lain, atau dianggap terbawa dalam “darah” atau “sifat” manusia. Al-
Quran sangat memperhatikan hal ini, termasuk dalam (2 : 123), (6 : 164), dan
(53 : 38 – 42).

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Muqaddimah anggaran muhammadiyah adalah doktrin ideologi


muhammadiyah yang memberikan gambaran tentang pandangan
muhammadiyah mengenai kehidupan manusia di muka bumi. Sebagai sebuah
doktrin ideologi, muqaddimah anggaran dasar muhammadiyah menjiwai
segala gerak dan usaha muhammadiyah. Sementara itu landasan dasar
organisasi muhammadiyah salam setiap gerak langkahnya adalah al-quran
dan sunnah Rasulullah SAW.

Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk moral, yang mampu


membedakan antara yang baik dan yang buruk, serta memiliki kebebasan
untuk memilih keduanya. Tidak ada petunjuk pasti tentang kebaikan dan
keburukan yang melekat pada diri manusia. Al-quran memepringatkan akan
adanya manusia yang berdoa (memohon) bagi kejahatan (syarr) dan juga
memohon bagi kebaikan (khair) ((Quran, 17-11)). Apabila manusia telah
dilengkapi dengan kemampuan untuk menilai baik dan buruk, dan
membedakan antara yang enar dan yang salah, tanpa bantuan wahyu ilahi,
maka lembaga kerasulan jelas akan kehilangan kegunaannya.

Dengan berbagai cara, al-quran telah menyebut manusia sebanyak 391


kali. Namun demikian, para sarjana muslim umumnya mengelompokkan
manusia ke dalam tiga kategori sebagai berikut:

1. Mereka yang hidup hanya untuk dunia dan kesenangannya.

2. Mereka yang tidak memiliki pandangan jelas tentang keperiadaannya.

3. Mereka yang menerima kehidupan dunia sebagai tempat menanam


benih bagi kehidupan di akhirat.

10
B. Saran

Diharapkan kepada para pembaca khususnya peserta didik baik


pelajar maupun mahasiswa, para pendidik agar mengetahui tentang organisasi
pertandingan, mempelajari dengan seksama dan dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Buraey, Muhammad. A. 1986. Islam : Landasan alternative pembangunan.


Jakarta: CV. Rajawali

https.kemuhammadiyahan.com

12

Anda mungkin juga menyukai