Jawab :
2. Apa makna yang dapat anda konstruksi dari dasar-dasar pendidikan dalam
pemikiran Ki Hadjar Dewantoro ?
Jawab :
Jawab :
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Prof. Dr. Achmad Lufti,
M.Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
DAFTAR ISI
Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 2
1.4 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 2
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pendidikan di Zaman Klasik Hingga Modern…………………. 3
2.2 Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang Pendidikan Nasional………… 4
2.3 Pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam Mewujudkan Pendidikan 5
Emansipatoris …………………………………………………………
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 8
3.2 Saran……………………………………………………………………. 8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 9
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pendidikan emansipatoris diharapkan akan menguatkan pendidikan karakter pada diri
peserta didik, yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bertujuan untuk memenuhi hak-hak umat Islam dalam memperoleh pendidikan
religiusitas dari negara (Aswir & Misbah, 2018).
Pada masa orde baru, kebijakan pemerintah tentang pendidikan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan politik yang bersifat sentralistik. Sentralistik artinya
seluruh masyarakat harus menunjukkan mono loyalitas yang tinggi, baik secara
ideologis, politis, birokrasi, maupun hal-hal yang bersifat teknis. Pendidikan pada
zaman orde baru adalah sistem doktrinisasi, artinya sistem yang memaksakan paham-
paham pemerintahan prde baru agar mengakar pada benak anak. Hal ini
diimplementasikan sejak sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi yang berisi
penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) yang berisi tentang
hafalan butir-butir Pancasila. Kekurangan dari pendidikan orde baru ini adalah kukuh
menolak segala bentuk budaya asing, baik itu memiliki nilai yang naik ataupun buruk
(Bagja Hidayat, 2010).
Pada tahun 1998, dimulailah masa reformasi atau masa perubahan. Perubahan
yang paling signifikan adalah adanya otonomi daerah termasuk otonomi
Pendidikan. Pada masa ini, Pendidikan diberikan ruang kebebasan untuk dapat
berkembang hingga saat ini.
Sistem pendidikan saat ini yang telah mencanangkan pendidikan yang
memerdekakan. Yang sebelumnya pendidikan berpusat pada guru yang mana guru
terlalu fokus mengejar target materi yang harus tersampaikan di kelas, sekarang justru
terfokus pada kebutuhan belajar anak didik. Fokus pembelajaran disesuaikan dengan
minat, bakat dan potensi yang dimiliki peserta didik agar pembelajaran dapat bersifat
holistik dan meaningful.
Pendidikan yang memerdekakan percaya bahwa setiap anak itu sebagai
makhluk yang secara kodrat itu diciptakan sempurna dengan akal, emosi dan
potensinya, dimana kesadaran masing-masing dapat menciptakan kehendak untuk
menuntun menjadi manusia yang semestinya. Serta mengembalikan manusia pada
kodratnya sebagai mahkluk yang punya kehendak bebas dalam menentukan jalan
hidupnya. Guru tidak membatasi anak justru guru mendukung, mengarahkan dan
menuntun dalam mengaktualisasikan potensi yang dimiliki setiap anak.
4
2.2. Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang Pendidikan Nasional
Menurut KHD Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat
zaman. Pada kodrat alam, kita sebagai pendidik harus memberikan teladan yang baik
dengan harapan siswa dapat meneladaninya demi membentuk karakter siswa misanya
bersikap sopan dan ramah terhadap sesama baik di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan masyarakat. Sedangkan kodrat zaman yaitu, pada pendidikan global
menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad 21 apalagi
ditengah situasi pandemi ini anak dituntut untuk bisa menguasai IT sebagai salah satu
sarana untuk mensukseskan pendidikan di Indonesia.
Kita sebagai Pendidik atau guru, harus melaksanakan dasar kerja pendidik
seperti yang diungkapkan Ki Hajar, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan
memberi teladan), Ing Madya Mangun Karso (di tengah membangun semangat,
kemauan), Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan). Dalam
pelaksanaanya, pendidik harus berkolaborasi dengan berbagai pihak baik pihak
sekolah, keluarga maupun masyarakat (Tri Pusat Pendidikan).
5
dibutuhkan untuk membebaskan umat manusia dari berbagai belenggu yang berupa
ekonomi, sosial, politik dan belenggu-belenggu lainnya.
6
Humanis lebih menekankan bagaimana manusia mampu berinteraksi dan berelasi
dengan manusia yang lain.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Dengan mengetahui sistem-sistem pendidikan pada era klasik dan modern, kita
dapat membedakan sistem pendidikannya sehingga menjadi suatu pembelajaran
di masa yang akan datang untuk menjadi lebih baik lagi. Pendidikan yang
dulunya pembelajaran berpusat pada guru, yang mana guru lebih aktif untuk
mengejar target berupa materi yang harus dikuasai oleh siswa. Pendidikan yang
sekarang lebih terfokus pada kebutuhan siswa dan siswa aktif mencari sumber
informasi serta mandiri dalam membangun konsep sendiri.
3.1.2 Pemikiran emansipatoris Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan, yaitu dengan
menginterpretasikan pendidikan sebagai penuntun, yang mana penuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar mereka menjadi manusia
yang mandiri dan bertanggung jawab atas hidupnya serta mencapai
kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Peserta didik sebagai mahkluk yang
memiliki potensi untuk memahami diri sendiri sesuai kodratnya.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada pembaca mengetahui historisitas
pendidikan nasional masa lampau hingga masa kini dan mewujudkan pendidikan
emansipatoris. Sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan nasional serta mampu
menjawab tantangan masa kini dan masa depan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Aswir, & Misbah, H. (2018). No Perkembangan Pendidikan Agama Islam Masa Orde
Lama. Photosynthetica, 2(1), 1–13. http://coretan-rossi.blogspot.com/
Bagja Hidayat, D. U. M. arif zulkifli. (2010). Hatta: Jejak Yang Melampaui Zaman.
Series Buku Tempo: Bapak Bangsa, 80.