Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN TAMAN SISWA


MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPUN : Nur Basuki, S.Pd., M.Pd., M.Pd.T

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


1. FATTIYA AULIA RAMADHANI 5213144010
2. WINNA TRIVERA BR GINTING 5213144020
3. JIHAN ALIZA ALDHA 5213144027
4. AMORINA DANI SUMILIR BERU PERANGIN ANGIN 5213144003
5. IRENIZA SALSABILLA 5213144007

PRODI TATA RIAS


JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGRI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan rahmatNya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulisan
makalah ini merupakan tugas dari Dosen mata kuliah filsafat pendidikan. Dimana berisi
tentang.Peran Guru Tentang Pendidikan Taman Siswa

Kami mengucapkan Terimakasih kepada Bapak Dosen Nur Basuki, S.Pd., M.Pd., M.Pd.T
yang telah mengarahkan dan membimbing kami dalam penyusunan makalah ini, begitu juga
kepada teman teman yang ikut serta membantu sampai makalah kami ini selesai.

Besar harapan kami agar makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca, menambah wawasan dan
bernilai baik. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kami mengharapkan kritikan dan saran dari teman-teman, dosen, ataupun pembaca agar
makalah kami selanjutnya bisa kamu susun dengan baik. Akhir kata kami ucapkan
Terimakasih.

Medan, 20 November 2021

Kelompok 3

1.
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………… i

Kata Pengantar ………………………………………………………………... 1

Daftar Isi …………………………………………………………………… 2

Bab I Pendahuluan …………………………………………………………….. 3

A. Latar Belakang Penulisan ……………………………………………… 3


B. Tujuan Penulisan ……………………………………………………….. 4
C. Manfaat Penulisan……………………………………………………….. 4

Bab II Pembahasan…………………………………………………………….. 5

A. Pengertian Peran dan Pendidikan ………………………………………….. 5


B. Peran Guru dalam Pendididkan Taman Siswa ……………………………… 6
C. Prinsif Pendidikan Taman Siswa…………………………………………….. 7

Bab III Penutup…………………………………………………………………. 10

A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 10
B. Saran ……………………………………………………………………….. 10
C. Daftar Pustaka………………………………………………………………. 11

2.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pada Dasarnya Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu
bangsa. Ibarat investasi yang menghasilkan sesuatu, pendidikan pun merupakan kegiatan
menginvestasikan manusia dalam jangka waktu yang sangat Panjang. Konsep pendidikan
Ki Hadjar Dewantara dapat dikatakan sebagai pendidikan humanis. Pendidikan humanis
tidak dapat terlepas dari kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil budidayanya manusia.
Manusia adalah mahkluk hidup yang diberi kemampuan akal. Jika merujuk dari
pemikiran/definisi Aristoteles, maka manusia adalah animale rationale.Rationale
merupakan differentia, yaitu ciri hakiki yang melekat pada manusia yang membedakan
manusia dengan animal(genus) yang lain. Dengan akal pikir inilah manusia menciptakan
kebudayaan (propia = sifat khusus manusia, yaitu hakikat dari suatu spesies sebagai akibat
dari sifat pembeda yang dimilikinya). Oleh karena itu kebudayaan merupakan hasil budi
(cipta, karsa, rasa). Kebudayaan merupakan salah satu hasil kedudukan kodrat manusia
sebagai makhluk yang otonom. Otonomi manusia terimplementasi pada kebudayaannya.
Kebudayaan adalah wujud manusia sebagai mahluk yang otonom (menentukan dirinya
sendiri)

Sedangkan kebudayaan bangsa adalah kebudayaan yang timbul sebagai buahusaha


budidaya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat di daerah-
daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai “kebudayaan bangsa”. Usaha kebudayaan
harus menuju ke arah kemajuan adab, kebudayaan dan persatuan bangsa, dengan tidak
menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing, yang dapat memperkembangkan atau
memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan
Indonesia.

Pendapat tersebut di atas semakin menguatkan bahwa konsep pendidikan Ki


Hadjaradalah humanismekarena tidak dapat lepas dari kebudayaan bangsa Indonesia yang
beradab atau peri kemanusiaan. Kemanusiaan atau humanisme Ki Hadjar Dewantara tidak
berdasar pada kebudayaan saja (sekuler), tetapi bersendi pada agama yang diarahkan pada
“keselamatan dan kebahagiaan baik material (jasmani) dan rohaniah (batin), material dan
spiritual secara harmoni.

3
Ki Hadjar tidak memisahkan pendidikan yang bersifat batiniah dan lahiriah. Pendidikan
dalam aspek batiniah (pengajaran agama) ini sejalan dengan ide-ide pendidikan religius.
Pendidikan religius dalam konsep pendidikan Ki Hadjar sebenarnya tampak dalam konsep-
konsep pendidikan humanisme sebagaimana telah dijelaskan di atas. Semua pandangan
humanisme di atas secara implisit terdapat pandangan pendidikan religius, sehingga konsep
atau pemikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah humanisme-religius.

Dalam proses pendidikan formal dan non formal, pendidik memegang peran yang
sangat penting dan menentukan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidik merupakan
orang dewasa baik secara kodrati (orang tua) maupun secara profesi (menjadi pendidik
karena tugas jabatan) bertanggung jawab dalam menumbuhkembangkan anak didik. Pada
pendidikan formal, pendidik lebih dikenal dengan sebutan guru. Sesuai dengan istilah jawa,
guru “digugu dan ditiru”. Falsafah ini menegaskan, tugas guru adalah memberi ilmu yang
diterima oleh peserta didik. Selain itu, pembimbing dan pengarah peserta didik agar
mengembangkan potensinya serta pemberi contoh bagi peserta didik. Pada makalah ini
akan dibahas apa peran guru dalan Pendidikan taman siswa menurut Prespektif Ki hajar
Dewantara

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Pendidikan?
2. Bagaimana Konsep Pendididkan Ki Hajar dewantara?
3. Apa Itu Pendidikan Taman Siswa?
4. Apa Peran Guru Dalam Pendidikan Taman Siswa?

C. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Untuk Mengetahui pengertian Pendidikan
2. Untuk Mengetahui Konsep Pendidikan KI Hajar Dewantara
3. Untuk Mengetahui Pendidikan Taman Siswa
4. Untuk Mengetahui Peran Guru Dalam Pendidikan Taman Siswa

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Peran dan Pendidikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah “perangkat tingkah yang diharapkan
dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat”.1 Peran tidak dapat dipisahkan
dengan status (kedudukan), walaupun keduanya berbeda akan tetapi saling berhubungan erat
antara satu dengan yang lainnya, karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.
Peran dan status bisa diibaratkan seperti dua sisi mata dari satu mata uang yang sama, dan
kelekatannya sengat terasa sekali. Seseorang dikatakan berperan atau memiliki peranan karena
dia (orang tersebut) mempunyai status dalam masyarakat, walaupun kedudukan itu berbeda
antara satu orang dengan orang lain, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan
statusnya

Pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie, yang berarti “pendidikan”,
orang yang tugasnya membimbing atau mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri
sendiri disebut paedagogos, Istilah ini berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya
membimbing, memimpin) Beberapa ahli mengartikan pendidikan sebagai berikut:

1. M. Ngalim Purwanto: pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan
dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaan.M.
2. Alisuf Sabri: pendidikan itu adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu
atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak atau peserta didik secara
teratur dan sistematis ke arah kedewasaan.
3. Hasbullah: dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Istilah pendidikan atau peadagogie berarti bimbingan atau pertolongan
yang diberikan secara sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak agar menjadi
dewasa.
4. Nurani Soyomukti: pendidikan adalah segala suatu dalam kehidupan yang
memengaruhi pembentukan berfikir dan bertindak individu. Kurun waktu kehidupan
yang panjang dan saling berkaitan dengan perubahan-perubahan cara berfikir
masyarakat juga turut menjadi pembentuk seorang individu.
5
B. Peran Guru Dalam Pendidikan Taman Siswa

Pendidikan Taman Siswa yang humanis-religius (Pendidikan humanis


religius merupakan sebuah konsep keagamaan yang menempatkan manusia sebagai
manusia, serta upaya humanisme terhadap ilmu-ilmu agama dengan tetap memperhatikan
tanggung jawab atas ungkapan Hablun Min Allah dan Hablun Min An-
Nasdiimplementasikan dalam praksis Pendidikan) .

Oleh karena pendidikan itu sebagai tuntunan kepada anak, maka guru berperan penting
dalam pendidikan di dalam perguruan taman siswa. Pendidikan tidak memakai syarat
paksaan. Pedagogik dapat disamakan dengan “panggulawentah”, yang dapat diartikan
sebagai Momong, Among, dan Ngemong. Kita hanya diharuskan mencampuri kehidupan
anak, jika ternyata anak sudah berada pada jalan yang salah. Dasar pendidikan yang dipakai
bukan perintah, hukuman, dan ketertiban, tetapi tertib dan damai dan tata tentrem. Akan
tetapi, hal ini bukan berarti membiarkan (“nguja”). Kita harus mengamati-amati (menjaga)
agar anak bertumbuh menurut kodratnya. Tugas orang tua dan guru adalah menjadi
fasilitator dalam tumbuh kembang anak sebagaimana kodratnya.

Ki Hadjar menolak hukuman berdiri di muka kelas,jika anak datang terlambat.


Hukuman semacam ini tidak setimpal dengan perbuatannya. Manusia pada hakikatnya
tidak dapat dimasukkan dengan peraturan, peraturan yang dibuat manusia tidak sempurna.
Manusia bukan untuk peraturan,tetapi peraturan itu dibuat untuk ketertiban, bukan
mengorbankan kemanusiaannya. Tertib dan damai adalah dasar pendidikan yang khas
Indonesia. Hal ini akan mengantarkan pada kemerdekaan yang sejati, yaitu lahirnya tiada
terperintah, batinnya bisa memerintah sendiri dan dapat berdiri sendiri karena kekuatan
sendiri.

Peranan guru dalam melaksanakan sistem among yaitu

1. Mengenali kodrat anak-anak dengan tidak melupakan segala keadaan yang


mengelilingi;

b) Memberi tuntunan dan menyokong anak-anak di dalam tumbuh dan berkembang


karena kodrat iradatnya sendiri;

6
c) Melenyapkan segala yang merintangi pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi
karena kodrat iradatnya;

d) Mendekatkan anak-anak kepada alam dan masyarakatnya

C. Prinsip Pendidikan Taman Siswa

Taman siswa adalah nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara (nama
aslinya Suwardi Suryaningkat) pada tanggal 3 Juli 1922. Sekolah ini merupakan perwujudan
perjuangan Ki Hadjar dan teman-temannya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat
Indonesia. Prinsip-prinsip dasar Taman Siswa menjadi pondasi pendidikan nasional hingga
saat ini.Dalam menjalankan perannya tersebut di atas, guru dalam menjalankan fungsinya dapat
memposisikan diri sebagai pemimpin dengan melaksanakan:

1. Tut Wuri Handayani


2. Ing Madya Mangun Karsa
3. Ing Ngarso Sung Tuladha.

Prinsip utama pengajaran di Taman Siswa adalah tutwuri handayani yang artinya
berjalan di belakang. Seorang guru (pamong) harusnya memberikan ruang kebebasan pada
siswa untuk mengekspresikan potensi dirinya dalam belajar. Jika memang dibutuhkan, guru
akan memberikan pertolongan atau peringatan ketika siswa menyimpang dari tujuan utama dan
mengalami suatu bahaya. Seorang guru tidak mendoktrin atau memaksa siswa melakukan
sesuatu yang tidak sesuai dengan kecenderungan dasar dirinya yang positif. Untuk itu guru
harus mengenal bagaimana karakter dan potensi siswa-siswanya sehingga dapat mengarahkan
mereka secara tepat tanpa harus mendoktrin, memaksa atau menekan.
Prinsip pengajaran yang kedua adalah ing madya mangun karsa yang artinya bersama
siswa membangun semangat. Pada prinsip ini guru harus dapat membangun kedekatan dan
berinteraksi secara intens dengan para siswanya dalam rangka memberi mereka semangat
belajar. Proses belajar yang sungguh-sungguh dan konsisten adalah suatu proses yang berat
dan membutuhkan tekad kuat. Dalam hal ini tugas guru adalah memompa semangat ke dalam
jiwa mereka. Bahwa mereka bisa melalui semua tugas berat dan berhasil.

7
Memotivasi siswa tidak cukup hanya dengan memberi mereka nasehat dan ujar-ujar di depan
kelas. Guru harus lebih dekat pada siswa. Mau berinteraksi dengan mereka di manapun,
mendengarkan keluh kesah dan permasalahan yang mereka hadapi dan secara hati-hati
memberikan solusi yang bijak. Dalam interaksi seperti itu siswa akan lebih mau mendengar.
Prinsip pengajaran yang ketiga adalah ing ngarsa sung tuladha artinya di depan
memberi teladan. Perlu diketahui bahwa apa yang guru ucapkan dan instruksikan kepada siswa
belum berdaya dorong jika tanpa bukti. Guru harus membuktika semua ucapannya dengan
menjadi teladan. Guru mengajarkan kejujuran dan kedisiplinan tidak hanya dengan petuah
tetapi juga sikap jujur dan disiplin dalam kehidupan sehari-harinya. Konsistensi antara ucapan
dan perbuatan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi jiwa dan kepribadian siswa.
Sekolah membutuhkan sarana dan biaya, itu benar adanya. Namun prinsip Ki Hadjar
Dewantara untuk pemenuhan sarana sekolah harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat
sekitarnya. Karena sekolah dengan sarana bagus namun pada akhirnya tidak dapat dijangkau
oleh rakyat menurut Ki Hadjar akan menyeleweng dari tujuan awal pendidikan. Oleh
karenanya di zaman itu banyak berdiri sekolah taman siswa yang kondisinya sangat sederhana
namun dengan antusias diikuti oleh masyarakat.
Taman Siswa juga memiliki Trilogi yang berisi pendidikan yang humanis-religiusjuga
sebagai berikut ini.

1. Tringa: ngerti, ngarsa, nglakoni, mengingatkan agar terhadap segala ajaran hidup
atau cita-cita diperlukan pengertian, kesadaran, dan kesanggupan untuk melaksanakan.

2. Trihayu: mamayu hayuning salira(membahagiakan diri sendiri), mamayu hayuning


bangsa(membahagiakan hidup bangsa), dan mamayu hayuning manungsa
(membahagiakan hidup manusia umumnya).

3. Tripantangan:penyalahgunaan kekuasaan yang dimiliki, pelanggaran kesusilaan,


khususnya mengenai kewanitaan, penyelewengan mengenai keuangan. Pendapat
tersebut di atas tampak bahwa pendidikan berpusat pada anak, maksudnya orientasi
pendidikan adalah perkembangan anak sesuai dengan kodratnya.

8
Pendidikan Ki Hadjar memberi fokus pada terwujudnya kebahagiaan individu, bangsa,
dan kemanusiaan pada umumnya. Kebahagiaan ini terkait dengan nilai-nilai kebaikan yang
harus dimengerti (moral knowing), disadari (moral feeling), dan dilaksanakan (moral action).

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pendidikan Tamansiswa kali pertama didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara (Suwardi


Suryaningrat) pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Perguruan Tamansiswa merupakan
institusi pendidikan yang berkonstribusi terhadap perwujudan kemerdekaan bangsa.

Guru dalam menjalankan fungsinya dapat memosisikan diri sebagai pemimpin dengan
melaksanakan yaitua : Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mangun Karsa, Ing Ngarso Sung
Tuladha. Tut Wuri Handayanijangan dimaknai lepas dari konsep Ing Ngarso Sung Tulodo
(di depan harus menjadi teladan), Ing Madya Mangun Karso (di tengah memberi motivasi).
Ketiga asas pendidikan ini harus dimaknai secara utuh, holistik. Demikian pula tut wuri
handayanijustru merupakan sebuah konsep yang berlawanan dengan konsep komando.
Artinya, manusia tidak lagi dapat dikemudikan dari luar atau dari atas, tetapi dari dalam.

B. SARAN

Penulis menyadari akan kekurangan pada makalah ini, penulis berharap adanya kritikan
dan saran baik dari teman teman, sahabat dan Dosen dan para pembaca lainnya, yang
membangun dalam pembuatan makalah selanjutnya agar lebih baik lagi.

10.
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34695/1/Agus%20Setiawan-FITK

http://www.teoriuntukguru.com/2016/01/taman-siswa.html

EBOOK FILSAFAT PENDIDIKAN.pdf

11.

Anda mungkin juga menyukai