Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
Diah Ayu Andina
NPM. 2013034039
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
A. Pengertian Pendidikan......................................................................... 2
B. Pendekatan Pendidikan........................................................................ 3
C. Batasan Pendidikan.............................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
B. Pendekatan Pendidikan
1. Pendekatan Reduksionisme
a. Pendekatan Pedagogisme
Pendekatan ini termasuk pendekatan yang sudah kuno sehingga titik tolaknya
bertumpu dari teori Nativisme dari Schopenhauer yang berpendapat bahwa
sesungguhnya peserta didik sejak awal telah mempunyai potensi yang siap
3
dikembangkan sehingga tugas pendidikan adalah mengembangkan potensi secara
optimal. Hakekat pendidikan dengan demikian merupakan kegiatan pengembangan
potensi peserta didik.
b. Pendekatan Filosofis
c. Pendekatan Religius
d. Pendekatan Psikologis
e. Pendekatan Negativis
4
pertumbuhan anak. Dalam kegiatan ini sangat penting dihindarkan adanya intervensi
hal-hal yang merugikan pertumbuhan peserta didik. Hakekat pendidikan adalah
mengisolasikan hal negatif dari siswa agar perkembangannya wajar. Mungkin sistem
sekolah dengan menggunakan asrama merupakan contoh pendekatan dari aliran ini
tentang hakekat pendidikan.
f. Pendekatan Sosiologis
2. Pendekatan Holistik
5
Berbeda dengan pendekatan reduksionisme yang menggunakan orientasi
utilitas serta partial, maka dalam pendekatan holistik ini akan diorientasikan secara
komprehensif akan hakekat pendidikan.
C. Batasan Pendidikan
Pendidikan yang diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke
generasi yang lain merupakan proses transformasi budaya. Dalam proses ini terdapat
tiga bentuk transformasi, yaitu :
1. Nilai-nilai yang masih cocok diteruskan seperti nilai rasa tanggung jawab;
2. Nilai-nilai yang kurang cocok diperbaiki, seperti nilai dalam adat istiadat;
3. Nilai-nilai yang tidak cocok untuk diganti, seperti nilai yang dahulu ditabukan,
diganti dengan transparansi contohnya masalah pendidikan seks.
1. Pembentukkan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang telah
dewasa;
2. Pembentukkan pribadi bagi mereka yang telah dewasa atas usaha mereka sendiri.
6
Pendidikan bermakna sebagai proses penyiapan warga negara diartikan sebagai
kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara
yang baik. Warga negara yang baik adalah penafsiran suatu bangsa berdasarkan
falsafah hidup bangsa yang bersangkutan.
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja dapat diberi makna sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga peserta didik memiliki bekal dasar untuk
bekerja.
Perlunya hak atas pekerjaan telah ditegaskan pada Pasal 27 ayat (2) UUD
1945 yang berbunyi bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaannya dan
penghidupannya yang layak bagi kemanusiaan.
7
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
2. Orang yang membimbing (pendidik).
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
khususannya, serta berpartisipasi dalam menyelanggarakan pendidikan.
Dalam menyampaikan materi tentang ilmu pengetahuan yang diampu oleh
setiap pendidik.
8
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara.
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode atau kurikulum).
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman cara
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
memberikan makna bahwa di dalam kurikulum terdapat panduan interaksi
antara pendidik dan peserta didik. Alat dan metode merupakan suatu cara
yang digunakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan
dibedakan atas dua :
a. Yang bersifat preventif, yaitu yang bermaksud mencegah terjadinya hal-
hal yang tidak dikehendaki misalnya larangan, pembatasan, peringatan
bahkan juga hukum.
b. Yang bersifat kreatif, yaitu yang bermaksud memperbaiki, misalnya
ajakan contoh, nasehat, dorongan, pemberian kepercayaan, saran,
penjelasan, bahkan juga hukuman.
7. Kesesuaian dengan situasi dan kondisi saat digunakannya alat tersebut Tempat
di mana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).
Lingkungan pendidikan sering dijabarkan dengan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
9
Tujuan pendidikan ini merupakan tingkatan yang tertinggi. Pada tujuan ini
digambarkan harapan masyarakat atau negara tentang ciri-ciri seorang manusia yang
dihasilkan proses pendidikan atau manusia yang terdidik. Adapun yang dimaksud
dengan tujuan pendidikan nasional adalah tujuan umum yang hendak dicapai oleh
seluruh bangsa Indonesia dan merupakan rumusan kualifikasi terbentuknya setiap
warga negara yang dicita-citakan bersama.
Perumusan tujuan pendidikan nasional tersebut dapat memberikan arah
yang jelas bagi setiap usaha pendidikan di Indonesia. Untuk dapat mencapai tujuan
pendidikan nasional tersebut, dibutuhkan adanya lembaga-lembaga pendidikan yang
masing-masing mempunyai tujuan tersendiri, yang selaras dengan tujuan nasional.
Oleh karena itu, setiap usaha pendidikan di Indonesia tidak boleh bertentangan
dengan tujuan pendidikan nasional, bahkan harus menopang atau menunjang
tercapainya tujuan tersebut.
b. Tujuan Intitusional
Tujuan Institusional adalah tujuan pendidikan yang akan di capai oleh
suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan Institusianal itu sendiri harus bersumber
dari tujuan umum pendidikan dan merupakan penjabaran tujuan umum yang telah
digariskan oleh negara.
Tujuan institusional adalah perumusan secara umum pola perilaku dan
pola kemampuannya yang harus dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan yang
berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan tugas yang harus dipikul oleh setiap lembaga
dalam rangka menghasilkan lulusan dengan kemampuan dan keterampilan tertentu.
c. Tujuan Kurikuler
Tujuan Kurikuler yaitu untuk mencapai pola perilaku dan pola
kemampuan serta keterampilan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu lembaga, yang
sebenarnya merupakan tujuan intitusional dari oleh bagan pendidikan tersebut. Atau
dapat juga diartikan sebagai tujuan yang ingin dicapai dari suatu bidang studi pada
suatu sekolah/lembaga pendidikan, yang masih bersifat umum.
10
Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang dirumuskan secara formal pada
kegiatan kurikuler yang ada pada lembaga-lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler
sifatnya lebih khusus jika dibandingkan dengan tujuan institusional, tetapi tidak boleh
menyimpang dari tujuan institusional. Seperti misalnya, tujuan kurikulum di sekolah-
sekolah ada mata pelajaran kewarganegaraan yang berbeda dibandingkan dengan
SMP.
d. Tujuan instruksional
Adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa
dan anak didik sesudah melewati kegiatan instruksional yang bersangkuatan dengan
berhasil. Tujuan Instruksional merupakan tujuan yang hendak dicapai setelah selesai
proses belajar mengajar/program pengajaran. Tujuan tersebut merupakan penjabaran
dari tujuan kurikuler, yang merupakan perubahan sikap atau tingkah laku secara jelas.
Tujuan Instruksional dapat dibagi menjadi dua, yaitu Tujuan Instruksional Umum
(TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
Tujuan pendidikan harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan
Nasional untuk mengakomodasikan berbagai tuntutan peran yang multi dimensional.
Secara umum, pendidikan harus mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan
anggota masyarakat yang sehat dan cerdas dengan: Kepribadian kuat, religius dan
menjunjung tinggi budaya luhur, Kesadaran demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Kesadaran moral hukum yang tinggi dan ,
Kehidupan yang makmur dan sejahtera.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Dengan belajar tentang pengertian dan unsur-unsur pendidikan maka kita bisa
tahu bagaimana bagaimana hakikat pendidikan yang sesungguhnya dan pentingnya
pendidikan dalam proses pembentukan karakter suatu bangsa. Oleh karena itu sebagai
generasi muda seharusnya kita dapat berusaha lebih giat lagi untuk memajukan
pendidikan di negara ini dengan terus berkarya. Tingkatkan rasa kepedulian terhadap
pendidikan terutama dalam diri masing-masing. Jangan hanya karena tingginya biaya
pendidikan bisa menghambat kita untuk memperoleh suatu pendidikan, karena pada
hakikatnya kita bisa mendapatkan pendidikan dimana saja, kapan saja, dan dengan
siapa saja tanpa dibatas oleh ruang dan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Kadir, Abdul, dkk. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Group.