Anda di halaman 1dari 19

Pendidikan sebagai ilmu dan Seni

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalh ini dengan judul Pendidikan sebagai Ilmu dan
Seni.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Landasan
Pendidikan. Walaupun demikian, dalam menyelesaikan makalah ini, kami menghadapi kendala
tetapi atas bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
bak pepatah tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca agar tugas ini menjadi lebih sempurna. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.

Bandung, Maret 2012

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................. i
DAFTAR ISI ....... . ii
BAB I PENDAHULUAN .... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
D. Sistematika Penulisan ............................................................................. 3
E. Prosedur Pemecahan Masalah ................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ...................................................... 4


A. Pengertian Pendidikan .............................................................................. 4
B. Definisi, Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu ............................................ 5
C. Definisi, Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu Pendidikan ......................... 9
D. Pendidikan (Mendidik) sebagai Seni ....................................................... 9
BAB III PENUTUP ............................. 10
A. Kesimpulan .............................................. 10
B. Saran ....................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
Mendidik adalah proses panjang dan sistematis yang harus ditempuh untuk menjadikan
seseorang menjadi manusia yang terdidik. Mendidik berbeda dengan mengajar yang dapat
diartikan sebagai proses transfer ilmu pengetahuan kepada peserta ajar yang mengandalkan pada
acuan kurikulum, metode pembelajaran yang digunakan seorang pengajar, dan sebagainya.
Mendidik mengandung makna dan tujuan yang lebih besar dan subsantif sebagai upaya
perubahan tingkah laku dan moral atitude siswa didik ke arah yang lebih baik.
Anak didik tidak hanya disiapkan agar siap bekerja, tetapi juga bisa menjalani kehidupannya
secara nyata. Anak didik haruslah berpikir dan pikirannya itu dapat berfungsi dalam hidup
sehari-hari. Kebenaran adalah gagasan yang harus dapat berfungsi nyata dalam pengalaman
praktis. John Dewey (1859 1952)
Beberapa mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah yang selama ini dianggap
mengandung nilai pendidikan perilaku misalnya Pendidikan Agama, Moral Pancasila, Ilmu
Pengetahuan Sosial, dan muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Pendidikan
lingkungan hidup diarahkan pada pentingnya aspek sikap dan perilaku siswa didik untuk
memahami pentingnya lingkungan bagi kehidupan serta bagaimana mencintai dan menjaga
lingkungan menjadi suatu nilai yang tertanam dalam keseharian mereka.
Secara formal, pendidikan lingkungan hidup menjadi salah satu alternatif yang rasional
untuk memasukkan pendidikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum. Hal ini ditegaskan dengan
penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) tahun 1996 yang kemudian direvisi
pada bulan Juni 2005. Penandatanganan MOU tersebut harus dihargai sebagai usaha untuk
mengupayakan bagaimana kecintaan terhadap lingkungan dapat dijadikan sebagai muatan
pendidikan bagi siswa didik sejak usia dini pada pendidikan formal. Karena bagaimanapun,
usaha sadar yang lebih terstruktur dan tersistem dalam suatu aturan formal dapat menjadi
kekuatan bersama untuk mencapai tujuan pendidikan lingkungan hidup selama pada tarap
implementasinya dilakukan secara individu dan berkesinambungan.

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan lingkungan hidup yang diajarkan pada tingkat sekolah dasar dan menengah
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mengisyaratkan pentingnya kreativitas
dalam mengembangkan pembelajaran. Alam adalah sumber belajar yang tidak akan pernah habis
untuk dieksplorasi, dikembangkan dan dijadikan media pembelajaran yang menarik bagi siswa
didik. Alam mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, tentang nilai-nilai, tentang kebaikan dan
keburukan yang dikomunikasikan dengan bahasanya sendiri. Perkembangan teknologi informasi
yang makin pesat telah menggeser pola perilaku anak yang lebih banyak dipengaruhi oleh media
elektronik dibanding berelasi dengan alam lingkungannya. Magnet televisi, game komputer,
bermain-main dengan handphone adalah keprihatinan mendalam yang terjadi pada anak-anak.
Tanpa disadari, telah begitu banyak yang terlewati oleh anak dari keagungan Tuhan dan kearipan
alam dan lingkungan yang menjadi ruang hidup mereka.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang belakang masalah di atas, penulis merumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut.
1.

C. Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1.

D. Prosedur Pemecahan Masalah


Makalah ini disusun dengan menggunakan metode deskriptif. Metode ini dimaksudkan
untuk menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan kompreherensif. Selain itu, kami
juga menggunakan metode studi pustaka. Metode ini diperoleh dengan cara membaca berbagai
literatur atau sumber yang relevan dengan tema makalah.
Data tersebut diolah dengan teknik analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan data serta
mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema makalah.

E. Sistematika Penulisan
Pada Bab I Pendahuluan, menguraikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan, rumusan
masalah, sistematika penulisan dan prosedur pemecahan masalah dari isi makalah kami.

Pada Bab II Pembahasan, menguraikan mengenai


Pada Bab III Penutup, menguraikan menngenai kesimpulan dan saran untuk melengkapi
makalah kami.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
1. Definisi Pendidikan Secara Umum
Definisi pendidikan menurut para ahli, diantaranya adalah :
Menurut Juhn Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal
ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang
muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan
kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang
belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar
potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis,
harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat
pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-
masalah pendidikan.

2. Langeveld

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan


yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau
lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya
sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan
oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan
sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.

3. John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan


fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama
manusia.

4. J.J. Rousseau
Pendidikan adalah memberi kita perbe

kalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita
membutuhkannya pada waktu dewasa.

5. Carter V.Good

a. Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching.

b. The systematized learning or instruction concerning principles and


methods of teaching and of student control and guidance; largely replaced
by the term education.

Pendidikan ialah:

a. Seni, praktik, atau profesi pengajar.

b. Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan


prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid;
dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.

6. Ki Hajar Dewantara

Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun


maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya.

7. Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui


kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa
yang akan datang.

8. Menurut UU No. 20 tahun 2003

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN SENI


A. TUJUAN

Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan dapat memahami ilmu pendidikan, praktek
pendidikan sebagai aplikasi ilmui pendidikan, dan pendidikan sebagai seni.

B. DESKRIPSI MATERI

Studi ilmiah antara lain telah menghasilkan ilmu pendidikan. Orang dapat menjadi pendidik
(khususnya pendidik profesional) dengan mempelajari ilmu pendidikan. Dalam praktek pendidikan
diaplikasikan ilmu pendidikan, tetapi praktek pendidikan juga adalah seni.

Definisi, Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu.

Istilah ilmu berasal dari kata alima (bahasa Arab) yang berarti pengetahuan. Di dalam bahasa Latin
dikenal pula kata scire yang juga berarti pengetahuan. Ada berbagai jenis pengetahuan, jenis
pengetahuan dikelompokan orang menjadi: revealed knowledge, intuitif knowledge, rational
knowledge, empirical knowledge, dan authoritative knowledge; di pihak lain ada juga yang
mengelompokan jenis pengetahuan menjadi: commonsense knowledge, scientific knowledge,
philosophical knowledge, dan religious knowledge. Secara etimologis ilmu adalah pengetahuan,
karena itu semua pengetahuan tersebut di atas adalah ilmu.

Secara substansial dan operasional ilmu menunjuk kepada tiga hal, yaitu: (1) bodies of knowledge,
(2) a body of systematic knowledge, dan (3) scientific method. Ilmu mengandung arti cara kerja
ilmiah dan hasil kerja ilmiah. Ilmu adalah pengetahuan ilmiah yang dihasilkan melalui metode
ilmiah.

Ilmu memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Objek studi ilmu meliputi berbagai hal sebatas yang dapat dialami manusia. Setiap ilmu
memiliki objek material dan objek formal. Beberapa disiplin ilmu mungkin memiliki objek
material yang sama, tetapi setiap disiplin ilmu mempunyai objek formal yang berbeda. Objek
studi setiap disiplin ilmu bersifat spesifik.
2. Metode ilmiah adalah prosedur pemecahan masalah yang cermat dan terencana. Metode
ilmiah merupakan gabungan dari pendekatan rasional dan empiris. Kerangka studinya
merupakan proses logico-hypotetico-verifikasi, atau menggunakan kerangka berpikir
deduktif-induktif (scientific method). Namun demikian, metode ilmiah dapat bersifat
kuantitatif dan atau kualitatif.

3. Isi ilmu dapat berupa konsep, aksioma, postulat, prinsip, hukum teori, dan model. Dalam hal
ini isi ilmu bersifat objektif, deskriptif, dan disajikan secara rinci dan sistematis.

4. Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksikan, dan mengon-trol.

Berbagai jenis ilmu antara lain diklasifikasikan orang ke dalam: natural sciences
(naturwissenschaften), dan human sciences (geisteswissenschaften). Klasifikasi lain adalah: natural
sciences, social sciences, behavioral sciences, dan formal sciences. Ada pula yang
mengklasifikasikan ilmu menjadi: ilmu murni dan ilmu terapan.

Definisi, Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu Pendidikan.

Ilmu penididkan adalah sistem pengetahuan tentang fenomena pendidikan yang dihasilkan melalui
riset dengan menggunakan metode ilmiah.

Ilmu pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Objek Studi: Objek material ilmu pendidikan adalah manusia (manusia sebagai makhluk
Tuhan yang berbeda hakiki dengan benda, tumbuhan dan hewan); sedangkan objek
formalnya adalah fenomena pendidikan, yaitu fenomena mendidik dan fenomena lain yang
berhubungan dengan kegiatan mendidik.

2. Metode: Ilmu pendidikan mengguanakan metode kualitatif dan atau metode kuantitatif.
Penggunaan metode tersebut tergantung pada masalah atau objek penelitiannya.

3. Isi Ilmu Pendidikan: Sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, ilmu pendidikan dapat berupa konsep,
aksioma, postulat, prinsip, hukum, teori, dan model. Dalam hal ini ilmu pendidikan bersifat
objektif, deskriptif, preskriptif (normatif), yang disajikan secara rinci dan sistematis. Ilmu
pada umumnya bersifat deskriptif, tetapi ilmu pendidikan tidak hanya bersifat deskriptif,
melainkan juga preskriptif/normatif.
4. Fungsi ilmu pendidikan: menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol.

5. Ilmu pendidikan menggunakan ilmu-ilmu lain sebagai ilmu bantu. Sekalipun demikian,
menurut M.J. Langeveld (1980), sebagai ilmu yang bersifat otonom ilmu pendidikan
berperan sebagai tuan rumah, sedangkan ilmu-ilmu lain merupakan tamunya.

M.J. Langeveld mengklasifikasi ilmu pendidikan (Ilmu Mendidik) terbagi atas:

a. Ilmu Mendidik Teoritis, yang meliputi:

1) Ilmu Mendidik Sistematis.

2) Sejarah Pendidikan.

3) Ilmu Perbandingan Pendidikan.

b. Ilmu Mendidik Praktis, yang meliputi:

1) Didaktik/Metodik.

2) Pendidikan dalam Keluarga.

3) Pendidikan Agama Islam (Lembaga Keagamaan).

Sedangkan Redja Mudyahardjo (2001) mengklasifikasi Ilmu Pendidikan sebagai berikut:

a. Ilmu Pendidikan Makro:

1) Ilmu Pendidikan administratif.

2) Ilmu Pendidikan Komparatif.

3) Ilmu Pendidikan Historis.

4) Ilmu Pendidikan Kependudukan.

b. Ilmu Pendidikan Mikro:

1) Ilmu Mendidik Umum yang meliputi:

a) Pedagogik Teoritis.

b) Ilmu Pendidikan Psikologis.

c) Ilmu Pendidikan Sosiologis.


d) Ilmu Pendidikan Antropologis.

e) Ilmu Pendidikan Ekonomik.

2) Ilmu Mendidik Khusus:

- Ilmu Persekolahan.

- Ilmu Pendidikan Luar Sekolah.

- Ilmu Pendidikan Luar Biasa/Orthopedagogik.


Pendidikan (Mendidik) sebagai Seni

Pendidikan antara lain dapat dipelajari melalui ilmu pendidikan, namun demikian pendidikan
(praktek pendidikan atau mendidik) juga adalah seni. Alasanya bahwa praktek pendidikan melibatkan
perasaan dan nilai yang sebenarnya di luar daerah ilmu(ilmu yang berparadigma positivisme).
Sehubungan dengan itu, Gilbert Highet (1954) mengibaratkan praktek pendidikan sebagaimana orang
melukis sesuatu, mengarang lagu, menata sebuah taman bunga, atau menulis surat untuk sahabat.
Sedangkan menurut Gallagher (1970) seni mendidik itu merupakan: (1) keterampilan jenius yang
hanya dimiliki beberapa orang; dan (2) mereka tidak dapat menjelaskan secara sistematis bagaimana
mereka mempraktekan keterampilan itu.

Praktek pendidikan diakui sebagai seni, impilkasinya fungsi mendidik yang utama adalah
menghasilkan suatu karya yang utuh, unik, sejati (bukan pura-pura atau dibuat-buat, anak tidak boleh
dikorbankan sebagai kelinci percobaan), dan tiap pihak memperoleh manfaat. Selain itu, pendidik
harus kreatif , skenario atau persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, yang lebih
penting adalah improvisasi. Pendidik harus memperhatikan minat, perhatian, dan hasrat anak didik.

Pengakuan pendidikan sebagai seni, tidak harus menggoyahkan pengakuan bahwa pendidikan dapat
dipelajari secara ilmiah. Idealnya, pendidikan adalah aplikasi ilmu (ilmu pendidikan) tetapi sekaligus
pula adalah seni.

Pendidikan sebagai ilmu dan seni


A. Alasan Pentingnya Status Keilmuan Pendidikan
Suatu disiplin dapat dipandang sebagai pengetahuan ilmiah apabila disiplin tersebut memiliki
status keilmuan yang jelas, karena status keilmuan yang jelas akan memperkokoh keberadaan
atau eksistensi disiplin ilmu tersebut, manakala disiplin tersebut mendapat pengujian secara
ilmiah.
Suatu disiplin ilmu dapat dilakukan pengujian empiris apabila disiplin ilmu tersebut memiliki
kejelasan, yaitu:
1. Memiliki kejelasan dalam obyek yang menjadi garapan penyelidikannya atau jelas mengenai
obyek studinya.
2. Jelas dalam menggunakan metodologi penyelidikannya, baik itu metodologi yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif, bahkan mungkin gabungan dari keduanya.
3. Jelas mengenai isi atau substansi dari ilmu tersebut.
4. Jelas mengenai fungsinya dalam mengatasi atau memecahkan salahsatu aspek masalah yang
dihadapi dalam kehidupan manusia.

B. KONSEP PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN


1. Konsep Pengetahuan
Imu pengetahuan sering diartikan sebagai segala sesuatu yang kita kenal atau kita ketahui
mengenai suatu hal atau obyek. Pengetahuan dapat juga dijelaskan sebagai hasil dari mengetahui
obyek-obyek di alam nyatamenurut akal dengan jalan pengamatan.
Titus (1959) mengungkapkan ada 4 jenis pengetahuan atau kebenaran yang dapat diperoleh atau
dimiliki manusia, yaitu:
1. Pengetahuan biasa atau awam yang sering disebut common sense knowledge atau
pengetahuan akal sehat.
2. Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) atau secara singkat orang menyebutnya dengan
sains.
3. Pengetahuan filsafat (philosophical knowledge) atau dengan singkat saja disebut filsafat.
4. Pengetahuan religi (pengetahuan agama) pengetahuan yang bersumber dari agama, tang
mencakup pengetahuan mengenai hakekat perilaku sebagai pengungkapan supernatural melalui
wahyu yang diterima utusannya yang terpilih.
Pengetahuan biasa atau awam (common sense knowledge), yaitu
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dan kebiasaan hidup sehari-hari. Pengetahuan
biasa atau awam (common sense knowledge) memiliki ciri-ciri:
1. common sense cenderung menjadi biasa dan tetap, atau bersifat peniruan serta pewrisan dari
masa lampau.
2. common sense maknanya sering kabur atau samara dan memiliki pengertian ganda
(ambiguitas).
3. common sense merupakan suatu kebenaran atau kepercayaan yang tidak teruji atau tidak
pernah diuji kebenarannya.
Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) adalah terjemahan dari kata science, yaitu
seperangkat pengetahuan yang tersusun secara sistematis mengenai fenomena, termasuk cara
menyusun dan memperluas dan cara mengujinya menurut kriteriayang obyektif dan diakui
masyarakat ilmuwan, yang sering disebut ilmu pengetahuan.
Dalam kehidupan sehari-hari, secara awam ilmu pengetahuan atau disingkat dengan ilmu, sering
dijelaskan dengan makna atau pengertian yang sama dengan segala yang kita ketahui. Jadi secara
etimologis baik ilmu maupun science berarti pengetahuan. Namun, secara terminologis dalam
pandangan dan konteks akademis, istilah ilmu atau science itu adalah sekumpulan pengetahuan
yang mempunyai karakteristik (ciri-ciri) dan syarat-syarat tertentu, sehingga disebut ilmu
pengetahuan.
Ilmu sendiri mempunyai arti sebagai suatu pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat dipergunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan,
ilmu ekonomi, dsb.
Sedangkan ilmu pengetahuan merupakan seperangkat atau sejumlah pengetahuan yang disusun
menurut suatu sistem berpikir kritis (karena itu karakternya sistemik), dan teratur (secara
sistematis) yaitu menerapkan pola piker dan pola kerja tertentu, menerapkan suatu
pendekatan/metode penelitian tertentu (metode ilmiah atau penelitian ilmiah), dengan tujuan
untuk memperoleh pemahaman tenteng suatu hal atau masalah agar masalah tersebut dapat dicari
solusinya, terutama alas an mengapa hal itu terjadi, sehingga pada akhirnya manusia dapat
meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.

2. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan


Berdasarkan isi pengetahuannya ilmu diklasifikasi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Ilmu-ilmu kealaman (natural sciences) seperti: fisika, kimia, biologi, dan astronomi.
2. Ilmu-ilmu sosial (social science) seperti: sosiologi, ekonomi, politik, dsb.
3. Ilmu-ilmu kemanusiaan (humanities) seperti: filsafat, bahasa, dan seni.
Berdasarkan jenisnya ilmu pengetahuan dikelompokkan ke dalam:
1. Matemetika (ilmu murni)
2. Ilmu-ilmu kealaman (natural sciences)
3. Ilmu-ilmu sosial (social science)
4. Ilmu-ilmu tingkah laku (behavioral sciences)
5. Kelompok ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora)
Berdasarkan sifat, (ragam dan atribut) pengetahuan, ditemukan klasifikasi ilmu sebagai berikut:
1. Karl Pearson, mengelompokkan ilmu menjadi:
a. abstract sciences, terdiri atas matematika dan filsafat
b. concrete sciences, mencakup fisika, biologi, kimia, dsb
2. William C. Kneale, mengelompokkan ilmu menjadi:
a. apriori sciences, terdiri atas matematika dan filsafat
b. aposteriori sciences, terdiri atas fisika, sosiologi, ekonomi, dsb
3. Wilson Gee, mengelompokkan ilmu menjadi:
a. descriptive sciences, terdiri atas psikologi, sosiologi, dsb
b. normative sciences, terdiri atas ilmu pendidikan dan filsafat
4. Rudolf Carnapp, mengelompokkan ilmu menjadi:
a. formal sciences, terdiri atas matematika
b. factural sciences, terdiri atas fisika
5. Wilhem Windelband, mengelompokkan ilmu menjadi:
a. nomothetic sciences, terdiri atas fisika dan kimia
b. idiografic sciences, terdiri atas ilmu pendidikan dan sosiologi
6. Hugo Munsterberg, mengelompokkan ilmu menjadi:
a. theoretical sciences, terdiri atas matematika
b. practical sciences, terdiri atas ilmu pendidikan

C. KARAKTERISTIK DAN KRITERIA ILMU PENGETAHUAN


Randall dan Buchker mengemukakan 3 ciri umum ilmu pengetahuan, yaitu:
1. Hasil sains bersifat akumilatif dan merupakan milik bersama.
2. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak, dan bisa terjadi kekeliruan, karena yang
menyelidikinya adalah manusia.
3. Sains bersifat objektif.
Selanjutnya Ralph Ross dan Ernest van den Haag mengemukakan cirri-ciri ilmu, yaitu:
1. Bersifat rasional
2. Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh pancaindera.
3. Bersifat umum
4. Bersifat akumulatif
Menurut paradigma baru (pasca Thomas Kuhn)criteria khas suatu ilmu baik ilmu pengetahuan
maupun ilmu sosial adalah sbb:
1. Ada objek formal
2. Ada metode kerja yang diakui sesame ilmuwan
3. Ada sosok jaringan substanif pengetahuan
4. Terdapat teknik yang mapan dan perlengkapan yang diakui
1. Landasan Ilmu
Landasan ilmu berkenaan dengan titik tolak atau gagasan-gagasan yang dijadikan sandaran atau
tempat berpijak para ilmuwan dalam kegiatan ilmiahnya dan berguna bagi perkembangan
pemikiran selanjutnya dalam memahami fenomena baik fenomena alam maupun fenomena
sosial.
2. Obyek Studi Ilmu
Obyek studi ilmu adalah suatu kenyataan (realitas) atau bidang yang menjadi bahan pengkajian
dan penyelidikannya. Obyek ilmu pengetahuan dibedakan menjadi dua jenis yaitu obyek material
dan byek formal.
3. Metode Ilmu
Metode ilmu yang sering juga disebut metode ilmiah merupakan prosedur kerja sistematis yang
terencana dan cermat melalui pengalaman dengan menggunakan kerangka pemikiran tertentu.
Tujuannya adalah untuk memperoleh suatu ilmu yang valid dan reliable.
Prosedur metode ilmiah merupakan langkah-langkah sistematis, yakni mulai tahap pertama,
kedua dan seterusnya, tanpa melompat-lompat dan setiap tahap harus dilaksanakan secara
ketat,cermat sesuai dengan aturan dan ketentuannya, karena itulah ilmu sering juga disebut suatu
disiplin atau disiplin ilmu.
Yuyus S.Suriasumantri (1985) menjelaskan langkah-langkah ilmiah yang pada umumnya
dilakukan sebagai berikut:
1) Perumusan masalah
2) Penyusunan kerangka berpikir.
3) Perumusan hipotesis
4) Pengujan Hipotesis
5) Penarikan kesimpulan
4. Fungsi Ilmu
Pada garis besarnya para ilmuwan mengakui bahwa ilmu pengetahuan mempunyai tiga fumgsi
utama yaitu menjelaskan, memprediksi dan mengontrol terhadap semua fenomena kehidupan
sesuai dengan bidang garapan atau obyek studinya masing-masing.

D. PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN


1. Konsep Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan merupakan seperangkat pengetahuan, pendapat atau pandangan mengenai
fenomena/gejala pendidikan yang disusun secara sistematis sebagai hasil pemikiran kritis dengan
menggunakan metode riset tertentu.
2. Karakteristik Ilmu Pendidikan
Salah satu ciri ilmu pendidikan adalah memiliki landasan keilmuan yang tepat, ilmu yang
bersifat normative, dan ilmu bersifat teoritis praktis, memiliki obyek material dan formal,
memiliki sistematika yang jelas dan memiliki metode yang bias dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
a. Landasan Ilmu Pendidikan
Ilmu Pendidikan hanya akan dapat berdiri kokoh dan berkembang pesat apabila berlandaskan
agama, pandangan hidup, filsafat hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Obyek Ilmu Pendidikan
Obyek ilmu pendidikan seperti halnya obyek ilmu pengetahuan yang lainnya pada umumnya
terdiri atas obyek material dan obyek formal. Obyek material ilmu pendidikan adalah manusia,
sedangkan oyek formal ilmu pendidikan menurut D. Sudjana (2006) adalah perkembangan
pengalaman manusia sebagai makhluk individual, social dan unik sepanjang hayatnya yang dapat
dan harus dibelajarkan sehingga terwujud sikap dan prilaku yang kondusif untuk meningkatkan
kualitas hidup dan kehidupannya.
c. Metode Ilmu Pendidikan
Metode penelitian yang digunakan ilmu pendidikan terdiri atas metode kuantitatif, dan metode
kualitatif bahkan menggabungkan keduanya.
d. Isi Ilmu Pendidikan
Isi ilmu pendidikan merupakan suatu struktur pengetahuan yang antara lain memuat postulat,
asumsi, konsep teori, generalisasi, hokum, prinsip, dan model.
e. Fungsi Ilmu Pendidikan
Seperti juga ilmu-ilmu lainnya, pendidikan sebagai ilmu pengetahuan memiliki fungsi
menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol gejala atau fenomena pendidikan.
f. Cabang-cabang Ilmu Pendidikan
Terdapat berbagai macam ilmu pendidikan yang diklasifikasikan oleh beberapa ahli seperti M.J.
Langeveld, Redja Mudyahardjo, madjid Noor, dll.

E. Menididik Sebagai Seni dan Teknik


Ilmu penddikan itu termasuk kepada teknologi, siapapun yang menguasai materi ajaran atau
didikan serta alat dan metodanya tentu akan berhasil dengan efektif menjadi guru atau pendidik.

F. Mempelajari Seni Didik dan Teknik Pendidikan secara Ilmiah


Memang masih banyak terbuka kemungkinan bagi ilmu pengetahuan pendidikan sebagai suatu
penghampiran ilmiah dalam ilmu pendidikan. Agaknya suatu pengecualian adalah penelitian dan
pengembangan lebih lanjut atas metoda ceramah sebagai metode terpisah.

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN SENI & LANDASAN FILOSIFIS


PENDIDIKAN

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN SENI


A. Studi Pendidikan
Studi pendidikan adalah upaya yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka
memahami pendidikan atau menghasilkan system konsep pendidikan. Studi pendidikan dapat
dilakukan melalui kegiatan membaca buku tentang pendidikan, diskusi tentang pendidikan
,penelitian ilmiah tentang pendidikan, dan berfilsafat tentang pendidikan. Contoh studi
pendidikan : seorang mahasiswa UPI sedang membaca buku Landasan Pendidikan,
Sekelompok orang sedang berdiskusi atau melaksanakan seminar dengan tema Peranan sekolah
dalam Memebina Integrasi Bangsa,
Metode kerja dalam studi pendidikan. Studi pendidikan dapat dilakukan orang melalui metode
atau cara kerja tertentu, yaitu : (1) metode kerja awam, (2) metode ilmiah, dan (3) metode
filsafiah.
B. Ilmu Pendidikan
Istilah ilmu berasal dari kata alama (bahasa arab) yang artinnya pengetahuan. Dalam bahasa latin
dikenal kata scire (sebagai asal kata science) juga berarti pengetahuan. Jenis pengetahuan
diklasifiksikan orang menjadi : revealed knowledge, intuitif knowledge, rational knowledge,
empirical knowledge, dan authoritative knowledge.
Ilmu pendidikan berdasarkan definisi ilmu sebagaimana dikemukakan diatas, kita dapat
mendefinisikan ilmu pendidikan sebagai system pengetahuan tentang fenomena pendidikan yang
dihasilkan melalui penelitian dengan menggunakan metode.
Karakteristik ilmu pendidikan. Ilmu pendidikan antara lain memiliki karakteristik sebagai berikut
:
a. Objek studi; Objek studi ilmu meliputi berbagai hal sebatas yang dapat dialami manusia.
Setiap ilmu memiliki objek material dan objek formal tertentu.
b. Metode ; Ilmu menggunakan metode ilmiah, demikan pula ilmu pendidikan. Ilmu pendidikan
menggunakan metode kualitatif dan / atau metode kuantitatif. Penggunaan metode tersebut
tergantung kepada sifat masalah dan objek penelitiannya.
c. Isi: Isi ilmu juga ilmu pendidikan dapat berupa konsep, aksioma, postulat, prinsip, hukum
teori, dan model yang disusun secara sistematis.
d. Fungsi: Ilmu adalah menjelaskan, memprediksikan, dan mengontrol
e. Ilmu pendidikan menggunakan ilmu-ilmu lain dalam mempelajarai pendidikan.
Sistematika ilmu pendidikan, Mengacu kepada sistematika pedagogic dari M.J. Langeveld,
Madjid Noor dan J.M Daniel (1987) mengklasifikasikan ilmu pendidikan menjadi sebagai
berikut :
a) Ilmu pendidikan Teoritis
b) Ilmu Pendidikan Praktis
c) Ilmu Pendidikan Luar Biasa /Orthopedagogik.
C. Praktik Pendidikan
Praktik pendidikan adalah upaya yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka
memfasilitasi peserta didik agar peserta didik mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
1. Praktek Pendidikan Sebagai Panduan Ilmu dan Seni
Pendidikan sebagai panduan ilmu dan seni dikemukakan oleh A.S Neil.Menurutnya Mendidika
dan mengajar bukanlah hanya suatu ilmu, tapi adalah seni. Mendidik yang diartikan sebagai seni
ialah sebagaimana kita dapat hidup dengan anak-anak dan dapat mengerti anak-anak sehingga
seolah-olah kita menjadi seperti anak-anak.Gramophone dapat menyajikan pelajaran dengan
baik, tetapi hal seperti itu tidak dapat menemukan suatu hubungan yang vital dengan anak-anak.
Pandangan bahwa mengajar (mendidik) tidaklah seni semata, tetapi juga ilmu dikemukakan pula
oleh Charles Silberman. Silberman antara lain menyatakan : yakin mengajar-sepert praktek
kedokteran-banyak merupakan suatu seni, yang memerlukan latihan bakat dan kreativitas. Tetapi
seperti kedokteran, mengajar adalah juga atau hendaknya menjadi sebuah ilmu, karena
berkenaan dengan suatu perbendaharaan teknik-teknik, prosedur-prosedur, dan kecakapan-
kecakapan yang dapat dipelajari dan diterangkan secara sistematis, dan oleh karena itu
ditransmisikan dan dikembangkan (Redja Musyahardjo).
Demikianlah, pandangan pendidikan sebagai seni tidak perlu dipertentangkan dengan pandangan
pendidikan sebagai ilmu. Pendidik memerlukan ilmu pendidikan dalam rangka memahami dan
mempersiapkan suatu praktek pendidikan, namun dalam prakteknya pendidik harus kreatif,
scenario atau persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, pendidik perlu melakukan
improvisasi.
LANDASAN FILOSIFIS PENDIDIKAN
Didalam khasanah teori pendidikan terdapat berbagai aliran filsafat pendidikan antara lain
Idelisme, Realisme, Pragmatisme, Scholatisme, konstruksivisme, dll. Namun demikian kita
mempunyai filsafat pendidikan nasional tersendiri, yaitu Pancasila.
1. Idealisme dan Realisme
a. Konsep Filsafat Umum Idealisme
Para filsuf Idealisme mengklaim bahwa hakikat realitas bersifat spiritual. Hal ini sebagaimana
dikemukakan Plato, bahwa dunia yang kita lihat, kita sentuh dan kita alami melalui indera
bukanlah dunia yang sesungguhnya, melainkan suatu dunia bayangan (a copy world).
b. Implikasi terhadap Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi (self) siswa.
Sebab itu, sekolah hendaknya menekankan aktifitas-aktifitas intelektual, pertimbangan-
pertimbangan moral, pertimbangan-pertimbangan estetis, realisasi diri, kebebasan,
tanggungjawab, dan pengendalian diri demi mencapai perkembangan pikiran dan diri pribadi
(Callahan and Clark, 1983). Dengan kata lain pendidikan bertujuan untuk membantu
pengembangan karakter serta mengembangkan bakat manusia dan kebajikan social (Edward
J.Power, 1982).
2. Realisme
a. Konsep Filsafat Umum
Jika filsuf Idealisme menekankan pikiran, jiwa/spirit/roh sebagai hakikat realitas, sebaliknya para
filssuf Realisme bahwa dunia terbuat dari sesuatu yang nyata, substansial dan material yang
hadir dengan sendirinya (entity).
b. Implikasi terhada Pendidikan
Tujuan pendidikan. Pendidikan bertujuan agar para siswa dapat bertahan hidup di dunia yang
bersifat alamiah, memperoleh keamanan dan hidup bahagia.

Anda mungkin juga menyukai