Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Mengurai dan menganalisis Konsep Kurikulum Pendidikan Jasmani


Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum
Penjas
Dosen Pengampu : Defri Mulyana M.,Pd

Oleh :
Muhammad Iqbaal Rizqulloh 192191105 Kelas 2C

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, sebagai pencipta
atas segala kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Mengurai dan menganalisis Konsep
Kurikulum Pendidikan Jasmani ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Telaah Kurikulum Penjas
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Defri Mulyana M.,Pd selaku dosen mata kuliah Telaah Kurikulum Penjas
yang telah memberi bimbingan dan materi makalah.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah.
3. orangtua yang telah memberikan dukungan doa, dan moril.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Tasikmalaya, April 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………….………..……………………………............


DAFTAR ISI…………………………………….........………………….............
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………..………………………..............
B. Rumusan Masalah …………………………………………............
C. Tujuan Makalah……………………………………………….........
D. Kegunaan Makalah….………………………………………...........
E. Prosedur Makalah………………………………………….............
BAB II ISI
A. Pembahasan ............................................................................
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.     LatarBelakang

Telaah kurikulum adalah suatu aktivitas ilmiah yang memiliki keterkaitan erat
dengan proses pengembangan kurikulum. Keduanya tidak terpisahkan dan
hubungan antar keduanya adalah seperti gigi roda yang tergambar nantinya dalm
tulisan ini. Pada tahun 70 an dunia evaluasi kurikulum di Amerika serikat
didominasi oleh persaingan dua kelompok metodologi yaitu kuantitatif dan
kualitatif. Pada waktu itu tradisi kuantitatif sudah berakar dalam evaluasi
kurikulum, mendapat tantangan yang cukup keras dari tradisi kualitaif. Pandangan
mengenai kebenaran ilmiah yang bersifat universal yang dianut tradisi kulitatif
mendapat tantangan dari pandangan filosofi fenomenologi yang mengakui adanya
“ myriad of truth”. Kekuatan metodologi kualitatif yang memiliki vaiditas tinggi
dalam menghasilkan data tentang proses walaupun berlaku untuk suatu tempat.

Secara legal Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan


Nasional telah menberikan dasar bagi pelaksanaan evaluasi kurikulum. Pasal 55
UU nomor 20 tahun 2003 menyebutkan  “ evaluasi dilakukan dalam rangka
pengendalian  mutu pendidikan  secara Nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.

Sedangkan pasal 59 ayat (2) menyebutkan: “ masyarakat dan/atau organisasi


profesi dapat membentuk lembga yang mandiri untuk melakukan evaluasi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 58.

Amerika serikat adalah Negara paling maju dalam organisasi profesi evaluasi.
Secara Khusus Amerika serikat memiliki organisasi yang dinamkan American
Evoluatin Associ ation (AEA). Anggota tersebut memiliki berbagai latar belakang
bidang spesialisasi dari evaluasi kurikulum, evaluasi pendidikan, evaluasi
program sosial, evaluasi kebijakan, evaluasi program bisnis, program kesehatan,
dll. Keseluruhan proses pengembangan kurikulum di atas memperlihatkan ruang
lingkup yang harus menjadi fokus evaluasi kurikulum pada tingkat nasional,
daerah, dan satuan pendidikan.
B.     RumusanMasalah
penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
a. Apa Itu Pengertian Pendidikan Jasmani ?
b. Apa Itu Asumsi Dasar Program Pendidikan Jasmani ?
c. Apa itu Karakteristik Program Pendidikan Jasmani ?
d. Apa Itu Ruang Lingkup Materi Pendidikan Jasmani ?
e. Apa Itu Isu kurikulum pendidikan jasmani ?
C.     TujuanMakalah

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan


tujuan untuk :
a. Mengetahui Apa Itu Pengertian Pendidikan Jasmani ?
b. Mengetahui Apa Itu Asumsi Dasar Program Pendidikan Jasmani ?
c. Mengetahui Apa itu Karakteristik Program Pendidikan Jasmani ?
d. Mengetahui Apa Itu Ruang Lingkup Materi Pendidikan Jasmani ?
e. Mengetahui Apa Itu Isu kurikulum pendidikan jasmani ?

D. KegunaanMakalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis
maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai penambah
wawasan tentang Mengurai dan menganalisis Konsep Kurikulum Pendidikan
Jasmani makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan tentang Mengurai dan
menganalisis Konsep Kurikulum Pendidikan Jasmani
2. pembaca, sebagai media informasi tentang Mengurai dan menganalisis
Konsep Kurikulum Pendidikan Jasmani
E. ProsedurMakalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan
menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data
teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi
pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai
literature yang relevan dengan makalah. Data tersebut diolah dengan teknik
analisis melalui kegiatan mengeksposisikan data dalam konteks tema makalah
tersebut.
BAB II
ISI

A. PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Jasmani


Pendidikan jasmani adalah salah mata pelajaran di sekolah yang
merupakan media pendorong perkembangan keterampilan motorik,
kemampuan fisik, pengetahuan, sikap sportifitas, pembiasaan pola hidup
sehat dan pembentukan karakter (mental, emosional, spiritual dan sosial)
dalam rangka mencapai tujuan sistem pendidikan Nasional.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan satu mata ajar
yang diberikan di suatu jenjang sekolah tertentu yang merupakan salah
satu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas
jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk bertumbuh dan perkembangan
jasmani, mental, sosial dan emosional yang serasi, selaras dan seimbang
(Depdiknas, 2006:131).

B. Asumsi Dasar Program Pendidikan Jasmani


Asumsi dasar program pendidikan jasmani merupakan pijakan yang
kokoh yang dapat dipertanggung jawabkan dalam membuat dan
menyelenggarakan program penjas Adang Suherman, 2000: 53-54. Tiga
asumsi dasar program penjas meliputi :
1. Program pendidikan jasmani dan program olahraga mempunyai
tujuan yang berbeda. Pembuatan progam olahraga terutama
ditujukan untuk mereka yang betul- betul mempunyai keinginan
atau tertarik untuk mengkhususkan diri pada salah satu atau
beberapa cabang olahraga dan berkeinginan untuk memperbaiki
kemampuanya agar dapat berkompetisi dengan orang yang lain
yang mempunyai keinginan dan minat yang sana pula. Sebaliknya,
pembuatan program pendidikan jasmani ditujukan untuk setiap
anak didik dari mulai anak yang berbakat sampai anak yang sangat
kurang keterampilannya dari anak yang tertarik dan tidak tertarik
sama sekali.
2. Anak-anak bukanlah ’miniature’ orang dewasa Kemampuan,
kebutuhan, perhatian, dan minat anak-anak berbeda dari
kemampuan, kebutuhan, minat dan perhatian orangtua. Oleh
karena itu, sudah barang tentu kurang cocok apabila pembelajaran
dikonotasikan seperti menuangkan air dari gelas yang satu ke gelas
yang lainya atau para guru cukup dengan memberikan program
aktifitas jasmani atau olahraga untuk orang dewasa kepada anak-
anak. Anak-anak membutuhkan program yang secara khusus
dibuat sesuai dengan minat, kemampuan, dan kebutuhanya
Developmentally Appropriate Practice (DAP).
3. Anak-anak yang kita ajar sekarang tidak akan menjadi dewasa pada
kehidupan sekarang. Para pendidik mempunyai tantangan yang
cukup besar dalam mempersiapkan anak didik di masa yang akan
datang, yang belum bisa di definisikan dan 20 dimengerti secara
jelas. Atau paling tidak dalam berbagai aspek, dunia tersebut
mungkin akan sangat berbeda dengan dunia yang ada sekarang.
Program pendidikan jasmani yang ada sekarang berusaha
memperkenalkan anak didik pada dunia yang ada sekarang dan
juga sekaligus mempersiapkan anak didik untuk hidup dalam dunia
yang belum pasti di masa yang akan datang. Dengan kata lain
program tersebut berusaha membantu siswa belajar bagaimana
belajar Learning how to learn dan membantu siswa menyenangi
proses discoveri dan eksplorasi tantangan-tantangan baru dan
berbeda dalam domain fisik.

C. Karakteristik Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani


1. Developmentally Appropriate Practices (DAP)
Maksudnya adalah tugas ajar yang memperhatikan perubahan
kemampuan anak dan tugas ajar yang dapat membantu mendorong
perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus
sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang sedang
belajar. Tugas ajar yang sesuai ini harus mampu mengakomodasi
setiap perubahan dan perbedaan karakteristik setiap individu serta
mendorongnya ke arah perubahan yang lebih baik.
2. Instructionally appropriate practices (IAP)
Maksudnya adalah tugas ajar yang diberikan diketahui merupakan
cara-cara pembelajaran yang paling baik. Cara pembelajaran
tersebut merupakan hasil penelitian atau pengalaman yang
memadai yang memungkinkan semua anak didik memperoleh
kesempatan dan keberhasilan belajar secara optimal. Untuk
memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang karakteristik
pembelajaran penjas tersebut, berikut ini dipaparkan komponen-
komponen kurikulum yang harus dilihat kesesuaiannya.

D. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Jasmani


Menurut BNSP (2006:513), ruang lingkup mata pelajaran pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Permainan dan olahraga. Meliputi olahraga tradisional, permainan,
eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor, dan
manipulatif, atletik, kasti, rounders, sepakbola, bolabasket,
bolavoli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri serta
aktivitas lainnya.
2. Aktivitas pengembangan. Meliputi: mekanika sikap tubuh,
komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta
aktivitas lainnya.
3. Aktivitas senam. Meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan
tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai serta
aktivitas lainnya.
4. Aktivitas ritmik. Meliputi: Gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan
senam aerobik serta aktivitas lainnya.
5. Aktivitas air. Meliputi: permainan di air, keselamatan air,
keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.
6. Pendidikan luar sekolah. Meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan
lingkungan, berkemah, menjelajah dan mendaki gunung.
7. Kesehatan. Meliputi: penanaman budaya hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan
tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih
makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cedera,
mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam
kegiatan P3K dan UKS.

E. Isu Kurikulum Pendidikan Jasmani


Beberapa isu yang muncul dalam kurikulum Pendidikan Jasmani
khususnya tingkat SMA/MA dapat kita telusuri berdasarkan beberapa
sudut pandang sebagai berikut:
1. Isu Program.
 Memaksakan diri mengajar olahraga yang untuk beberapa
siswa mungkin belum saatnya karena persyaratan fisik dan
koordinasinya belum memadai sehingga PBM kurang DAP.
 Berpegang teguh bahwa penguasaan keterampilan olahraga
merupakan tujuan utama dari Pendidikan Jasmani di
SMA/MA.
 Kurang memperhatikan tujuan yang bersifat afeksi seperti
kesenangan dan keceriaan.
 Kurang menyadari bahwa olahraga merupakan media untuk
mencapai tujuan pendidikan pada umumnya.
 Kurang memperhatikan aspek gerak dasar siswa yang
bermanfaat bagi keterlibatannya dalam berbagai aktivitas
sehari-hari untuk mengisi waktu luang dan berpartisipasi
dalam berbagai aktivitas fisik di sekolah maupun di
masyarakat danpembentukan gaya hidup yang sehat.
2. Isu Proses Pembelajaran.
 Pengembangan dan variasi aktivitas belajar yang diberikan
cenderung miskin dalam hal pengembangan tujuan secara
holistic dan cenderung didasarkan terutama pada minat,
perhatian, kesenangan, dan latar belakang gurunya. Dengan
kata lain, aktivitas belajar cenderung kurang didasarkan
pada karakteristik anak didiknya, misal, terdiri dari
sejumlah permainan olahraga untuk orang dewasa.
 Aktivitas Pendidikan Jasmani yang diperoleh siswa
cenderung terbatas. Siswa berpartisipasi pada permainan
dan aktivitas yang jumlahnya relatif terbatas. Demikian
juga kesempatan dan waktu aktif belajar untuk
mengembangkan konsep dasar dan keterampilan gerakpun
terbatas. Hasil penelitian Lutan dkk. (1992)
mengungkapkan bahwa aktif belajar siswa SMA berkisar
1/3 dari seluruh alokasi Penjas.
 Siswa diharuskan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas
penjas, namun aktivitas tersebut kurang membantu siswa
memahami dampaknya bagi peningkatan kebugaran
jasmani dan gaya hidup sehatnya di masa yang akan datang.
 Peranan unik dari Pendidikan Jasmani, yaitu belajar gerak
dan belajar sambil bergerak, cenderung kurang dipahami
oleh para pengajar dan kurang tercermin dalam
pembelajaran.
 Siswa kurang mendapat kesempatan untuk
mengintegrasikan aktivitas Pendidikan Jasmani dengan
pengalaman-pengalaman pendidikan pada bidang bidang
lainnya.
 Guru kurang mengembangkan aspek afektif karena kurang
melibatkan aktivitas yang dapat mengembangkan
keterampilan sosial, kerjasama, dan kesenangan siswa
terhadap Pendidikan Jasmani.
 Guru cenderung masih kurang memperhatikan kesempatan
pemberian bantuan kepada siswa agar mengerti emosi-
emosi yang dirasakannya pada waktu melakukan aktivitas
Pendidikan Jasmani.
 Siswa disuruh untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang
terlalu mudah atau terlalu sukar yang dapat menyebabkan
mereka bosan, frustrasi, atau melakukannya dengan salah.
 Jumlah siswa dalam pelajaran penjas lebih dari jumlah
siswa dalam kelas yang sebenarnya, misal, mengajar empat
kelas sekaligus.
 Siswa disuruh mengikuti pelajaran lain karena alasan-
alasan lain atau sebagai hukuman atas perbuatannya dalam
pelajaran Pendidikan Jasmani.
 Proporsi jumlah waktu aktif belajar sangat terbatas sebab
siswa harus menunggu giliran, memilih team, terbatasnya
peralatan, atau karena permainan gugur yang
padaumumnya siswa yang lamban yang gugur.
3. Isu Penilaian.
 Pelaksanaan penilaian belum begitu nampak terintegrasi
dalam sebuah proses belajar mengajar. Pengecekan
terhadap pemahaman siswa dan pemberian umpan balik
yang memadai dalam rangka meningkatkan penguasaan
materi oleh siswa sebagai salah satu bentuk evaluasi,
nampaknya belum merupakan bagian yang menyatu dalam
sebuah proses belajar mengajar. Guru merasa dikejar-kejar
oleh bahan yang harus tuntas pada pertemuan itu tanpa
memperhatikan apakah siswa sudah saatnya menerima
materi berikutnya atau belum. Untuk itu seringkali guru
memberikan evaluasi harian yang sifatnya formalitas saja,
asal menyampaikan tanpa dijadikan umpan balik untuk
perbaikan proses berikutnya.
 Materi evaluasi terkadang kurang kurang relevan dengan
materi yang diberikan pada proses belajar mengajar.
Kecenderungan untuk mengambil materi evaluasi dari
bang-bang soal dari luar sekolah atau dari soal
sebelumnnya tanpa terlebih dahulu direvisi atau disesuaikan
dengan materi belajar yang sudah diberikan, memang
merupakan cara yang cepat. Namun apabila hal itu tidak
dilakukan dengan teliti, bisa jadi akan melemahkan
validitas dan reliabilitas soalnya. Suatu soal yang valid
pada kelompok siswa sekolah tertentu belum tentu valid
untuk sekolah tempat kita mengajar. Tingkat keterampilan
siswa, fokus pembelajaran, dan relevansi materi evaluasi
seringkali merupakan aspek pokok validitas instrumen.
 Situasi pelaksanaan evaluasi. Dalam situasi ujian tes tulis di
kelas, hasil tes mungkin hanya diketahui oleh yang dites
dan gurunya. Sementara itu, dalam tes penampilan di
lapangan, hasil tes diketahui oleh semua orang. Semua
siswa tahu siapa yang larinya paling lambat, siapa yang
skor shootingnya paling rendah, dsb. Keadaan ini sedapat
mungkin dihindari oleh para guru Penjas sehingga dapat
memelihara kondisi perasaan siswa agar tetap positif.
 Alokasi waktu pelajaran Penjas di sekolah amat terbatas
untuk mengadakan pengetesan. Alokasi waktu pelajaran
Penjas rata-rata satu kali per minggu, selama 2 x 45 menit
dalam setiap semester (kurang lebih enam bulan) dengan
pertemuan sebanyak 12 kali. Pengetesan sering
menggunakan waktu yang cukup lama. Untuk melakukan
satu butir tes kesegaran jasmani saja, missal tes lari 2,4 km
(tes aerobik) diperlukan satu pertemuan bahkan kadang
lebih.
 Masalah lain adalah evaluasi seolah-olah hanya dapat
dilakukan oleh ahli statistik, sebab statistik diperlukan
untuk pengolahan data. Bila demikian guru harus bekerja
ekstra keras, menyisihkan waktu dan mengeluarkan tenaga
yang lebih banyak, dan konsentrasi penuh pada evaluasi.
4. Isu Jumlah dan Karakteristik
Guru penjas di SMA/MA sering dihadapkan dengan
masalah jumlah siswa yang cukup banyak mulai dari Kelas X
sampai Kelas XII, bahkan ditambah dengan siswa dari kelas
paralel. Lebih rumit lagi karena yang dipelajari adalah sesuai
dengan kemampuan fisik dan perkembangan mental yang berbeda-
beda. Guru Penjasorkes harus menangani siswa sebanyak 400
sampai 500 perminggunya.
5. Isu Sarana dan Pembelajaran Penjas.
Kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran penjas
merupakan salah satu isu yang cukup merata dan sangat terasa oleh
para pelaksana penjas di lapangan. Pada umumnya sekolah-sekolah
di Indonesia pada setiap jenjang pendidikannya selalu dihadapkan
dengan permasalahan kekurangan sarana dan prasarana ini. Tidak
sedikit sekolah di Indonesia, khususnya di daerah perkotaan tidak
memiliki tempat atau lahan untuk melakukan aktivitas jasmani,
khususnya yang berkaitan dengan olahraga misalnya lapangan.
Walaupun ada, jumlahnya tidak proporsional dengan jumlah siswa,
seringkali ditambah dengan kualitasnya yang kurang memenuhi
tuntutan pembelajaran.
Sarana dan prasarana ini meliputi alat-alat, ruangan, dan
lahan untuk melakukan berbagai aktivitas Pendidikan Jasmani,
termasuk olahraga. Idealnya sarana dan prasarana ini harus
lengkap, tidak hanya yang bersifat standar dengan kualitas yang
standar pula, tetapi juga meliputi sarana dan prasarana yang
sifatnya modifikasi dari berbagai ukuran dan berat ringannya.
Modifikasi ini sangat penting untuk melayani berbagai kebutuhan
tingkat perkembangan belajar anak didik di sekolah bersangkutan
yang terkadang sangat beragam karakteristik kemampuannya.
6. Isu Keberhasilan Kurikulum Penjas
Keberhasilan kurikulum Pendidikan Jasmani pada setiap
jenjang pendidikan sampai saat ini masih dirasakan samar. Ukuran
yang digunakan oleh setiap orang dalam menafsirkan keberhasilan
program masih bersifat samara dan cenderung bersifat lokal belum
menyeluruh sebagaimana tercantum dalam tujuannya. Namun
demikian salah satu indikator yang mungkin dapat kita telusuri
adalah karakteristik para lulusannya.
Untuk itu kita dapat bercermin pada karakteristik lulusan
Pendidikan Jasmani yang dijadikan patokan di beberapa negara
maju, misalnya seperti yang dikemukakan oleh NASPE (National
Association for Sport and Physical Education, 1992) yang intinya
adalah sebagai berikut:
a. Memiliki keterampilan-keterampilan yang penting untuk
melakukan bermacam-macam kegiatan fisik.
b. Bugar secara fisik.
c. Berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas jasmani.
d. Mengetahui akibat dan manfaat dari keterlibatandalam aktivitas
jasmani.
e. Menghargai aktivitas jasmani dan kontribusinya terhadap gaya
hidup yang sehat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pendidikan jasmani adalah salah mata pelajaran di sekolah yang merupakan
media pendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik,
pengetahuan, sikap sportifitas, pembiasaan pola hidup sehat dan
pembentukan karakter (mental, emosional, spiritual dan sosial) dalam rangka
mencapai tujuan sistem pendidikan Nasional.
2. Asumsi dasar program pendidikan jasmani merupakan pijakan yang kokoh
yang dapat dipertanggung jawabkan dalam membuat dan menyelenggarakan
program penjas.
3. Sehubungan dengan anggapan dasar tersebut di atas, maka program dan
penyelenggaraan program Pendidikan Jasmani hendaknya mencerminkan
anggapan dasar tersebut di atas. Dua pedoman yang sering digunakan untuk
dapat mencerminkan anggapan dasar tersebut antara lain adalah
“Developmentally Appropriate Practices” (DAP) dan “Instructionally
Appropriate Practices” (IAP).
4. Menurut BNSP (2006:513), ruang lingkup mata pelajaran pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan adalah sebagai Permainan dan olahraga,
Aktivitas pengembangan, Aktivitas senam, Aktivitas ritmik, Aktivitas
air, Pendidikan luar sekolah, Kesehatan
5. secara teoritis kita menyadari bahwa pembuatan dan pelaksanaan kurikulum
Pendidikan Jasmani cenderung diarahkan dalam membantu anak didik untuk
tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan pendidikan. Namun demikian
harapan tersebut tidak selalu dapat dengan mudah terwujud dalam
pelaksanaannya.
 Isu Program
 Isu Proses Pembelajaran
 Isu Penilaian
 Isu Jumlah dan Karakteristik Siswa
 Isu Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjas
 Isu Keberhasilan Kurikulum Penjas
B. Saran
Sebagai mahasiswa pendidikan Sebagai warga negara yang baik, demi
memajukan pendidikan bangsa tentunya kita harus mendukung keputusan
pemerintah dalam mengambil keputusan untuk mengubah sistem
kurikulum yang sudah ada sebelumnya menjadi kurikulum baru jauh lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Winarno. 2009. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bandung: Ganecsa


Exacta.
Depdiknas. 2006. Permendiknas.No.22 tentang Tujuan Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.
BNSP. 2006. Ruang Lingkup Penjasorkes. Jakarta: Depdiknas.
Sukintaka. 2004. Teori Pendidikan Jasmani Filosofi Pembelajaran dan
Masa Depan. Bandung: Yayasan Nuansa Cendikia.
Samsudin. 2008. Penbelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan(SD/MI). Jakarta: Litera.
Firmansyah, H. 2009. Hubungan Motivasi Berprestasi Siswa dengan
Hasil Belajar Pendidikan Jasmani. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Volume
6 No. 1.
Rosdiani, Dini. 2013. Model Pembelajaran Langsung Dalam Pendidikan
Jasmani Dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta.
Mlyanto, Respaty. 2014. Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung:
UPI. 
Suryobroto, Agus S. 2004. Diklat Sarana dan Prasarana Pendidikan
Jasmani. Yogyakarta: FIK UNY.
Suherman, Adang. 2009. Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan
Jasmani. Bandung: UPI.

Anda mungkin juga menyukai