Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KURIKULUM PAI DI MTS YANG DILIHAT DARI PERSPEKTIF TUJUAN


DAN EVALUASI

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Pengembangan Kurikulum

Dosen pengampu : Dr. H., Abdul Majid., M.Pd.

Disusun oleh:

1. Triastati (2021010101)

2. Farah Falabiba (2021010104)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN JAWA TENGAH
WONOSOBO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai
penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Wonosobo, 29 Mei 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di dalam teori kurikulum terdapat empat pendekatan yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu: pendekatan subjek akademis, pendekatan humanis,
pendekatan teknologis, dan pendekatan rekonstruksi sosial.1 Kurikulum merupakan
suatu pedoman pembelajaran yang di dalamnya memuat beberapa mata pelajaran.
Salah satu mata pelajaran tersebut adalah Pendidikan Agama Islam. Pendidikan
Agama Islam memiliki karakteristik tersendiri, untuk itu penting melakukan
pengembangan. Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islamdilakukan dengan
cara memilih di antara keempat pendekatan tersebut. Berdasarkan perkembangan
kurikulum yang selalu maju dan terarah kurikulum Pendidikan Agama Islam
berorientasi pada pendekatan humanis.

Pengembangan kurikulum berdasarkan pendekatan humanis adalah bertolak


dari ide memanusiakan manusia. Hal ini dimaksudkan dalam rangka memberi peluang
kepada setiap individu menjadi lebih humanis. Ada beberapa cara yang dilakukan
untuk menjadi lebih humanis. Cara-cara tersebut antara lain mengaktualisasikan alat-
alat potensial dan potensi-potensi dasar manusia sehingga mampu meningkatkan
kualitas hidup yang bermakna.

Manusia mempunyai bermacam-macam alat potensial dengan berbagai


kemampuannya yang sangat unik. Mengembangkan alat-alat potensial seoptimal
mungkin dapat difungsikan sebagai sarana bagi pemecahan masalah-masalah hidup
dan kehidupan. Diperankannya alat-alat potensial manusia dapat juga
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya manusia dan
pengembangan sikap iman dan takwa kepada Allah Swt. Untuk itu, alat-alat potensial
dan berbagai potensi dasar manusia harus ditumbuhkembangkan secara optimal dan
terpadu melalui proses pendidikan sepanjang hayat agar tercapai tujuan pendidikan
sesuai dengan nilai-nilai dan pendekatan-pendekatan berjiwa humanis.Pendidikan
melalui pendekatan humanis merupakan suatu proses menginspirasi adanya langkah-
langkah menuju keberhasilan pembelajaran. Berikut diuraikan beberapa pendekatan
humanis yang dapat dibangun dalam rangka mengaktualisasikan potensi-potensi dasar
manusia sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif.

Kurikulum Pendidikan Agama Islam dikembangkan bertolak pada kebutuhan


dan minat peserta didik yang mendorong peserta didik mengaktualisasikan alat-alat
potensial dan potensi-potensi dasar serta mendorongnya untuk mampu mengemban
amanah baik sebagai ábdullahmaupun khālifah.

Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam dilakukan oleh guru


dengan melibatkan siswa misalnya dalam penentuan tujuan dan pemilihan tema-tema
pembelajaran. Pendekatan humanis dalam pengembangan kurikulum Pendidikan
Agama Islam lebih cocok diterapkan dalam rangka pendalaman dan penghayatan serta
pengamalan nilai-nilai akidah dan akhlak Islam untuk menyadari fungsi dan tujuan
hidupnya sebagai khālifah. Nilai-nilai akidah dan akhlak dikembangkan melalui
proses keterpaduan antara pengetahuan, perasaan atau penghayatan dan tindakan
sehingga peserta didik memiliki karakter sebagai seorang muslim dan mukmin yang
saleh. Dalam hal ini peranan guru dalam mengembangkan kurikulum Pendidikan
Agama Islam berdasarkan pendekatan humanis sangat difungsikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perspektif tujuan?
2. Apa yang dimaksud kurikulum yang dilihat dari perspektif tujuan?
3. Apa yang dimaksud evaluasi kurikulum PAI?
4. Apa tujuan dan fungsi dari evaluasi kurikulum PAI?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian persektif tujuan
2. Untuk mengetahui kurikulum yang dilihat dari perspektif tujuan
3. Untuk mengetahui pengertian evaluasi kurikulum PAI
4. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi adanya evaluasi kurikulum PAI
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Perspektif Tujuan


Kata perspektif berasal dari Bahasa Latin “perspicere” yang artinya “gambar,
melihat, pandangan”. Jika dilihat secara bahasa, perspektif adalah sudut pandang yang
digunakan untuk memahami atau memaknai permasalahan tertentu. Sebab, manusia
adalah makhluk sosial yang kerap mempunyai pendapat dan juga pandangan yang
berbeda ketika berhadapan dengan suatu hal. Oleh karena itu, seringkali ada
perbedaan perspektif yang memicu terjadinya perbedaan pendapat juga.

Dalam berbagai bidang, perspektif memiliki arti yang cenderung berbeda-beda


yang disesuaikan dengan tujuan masing-masing. Dalam kehidupan sehari-hari,
perspektif kadang menjadi salah satu acuan dalam menentukan keputusan untuk
menyelesaikan sesuatu yang sedang dia pikirkan atau kerjakan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), arti perspektif adalah sudut pandang manusia dalam
memilih opini dan kepercayaan mengenai suatu hal. Perspektif disebut juga dengan
point of view.

Pengertian Perspektif Menurut Para Ahli


Di bawah ini adalah beberapa pengertian perspektif menurut para ahli, antara lain:
1. Pengertian Perspektif Menurut Martono
Menurut Martono, perspektif adalah sebuah cara pandang yang seseorang
pakai ketika melihat suatu fenomena ataupun masalah yang sedang terjadi.

2. Pengertian Perspektif Menurut Sumaatmadja dan Winardit


Menurut Sumaatmadja dan Winardit, perspektif adalah cara pandang dan juga
cara berperilaku seseorang terhadap suatu masalah ataupun kegiatan. Dalam hal
tersebut, Ia menyiratkan bahwa manusia akan selalu memiliki perspektif yang
digunakan untuk memahami sesuatu.

3. Pengertian Perspektif Menurut Joel M. Charon


Menurut Joel M. Charon, perspektif adalah sebuah kerangka yang bersifat
konseptual, perangkat nilai, perangkat asumsi, dan juga perangkat gagasan yang
nantinya akan mempengaruhi persepsi dan tindakan yang akan diambil dalam situasi
tertentu.

B. Kurikulum Dilihat dari Perspektif Tujuan


Pendidikan adalah aktivitas yang dilakukan dengan tujuan tertentu yang ingin
dicapai, sehingga pendidikan dilakukan dengan suatu perencanaan yang matang.
Tujuan pendidikan itu sendiri memiliki dua fungsi, memberi arah dan merupakan
sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Dalam bahasa Inggris,
istilah tujuan terdapat dalam beberapa kata, yaitu: aims, purposes, goals, dan
objectives. The Oxford English Dictionary mengartikan aims sebagai perbuatan yang
menentukan cara berkenaan dengan tujuan yang diharapkan. Goals adalah tujuan yang
ditargetkan dengan pengerahan upaya yang sungguh-sungguh.Objectives adalah
tujuan pengantar ke tujuan umum. Jelasnya, aims adalah tujuan umum, sedangkan
objectives merupakan tujuan khusus. Purposes adalah sinonim bagi ketiga istilah di
atas. The Oxford English Dictionary mendefinisikan purposes dengan “salah satu
ketentuan berkenaan dengan hal-hal yang akan dilakukan atau yang akan dicapai”.
Tujuan dalam perspektif pendidikan adalah segala sesuatu target-target yang
ditetapkan untuk dicapai melalui aktivitas pendidikan.

Tujuan akan membimbing dan mengarahkan setiap langkah dan tindakan agar
selalu berada dalam alur yang benar dan tidak menyimpang, maka di samping sebagai
penentu arah, tujuan juga berperan sebagai pengawasan dan pengontrolan aktivitas
dalam pendidikan. Tujuan adalah segala sesuatu yang dicapai. Segala sesuatu ini
dapat berupa benda kongkrit baik yang berupa barang maupun tempat, atau dapat juga
berupa hal-hal yang sifatnya abstrak, misalnya cita-cita yang mungkin berupa
kedudukan atau pangkat/jabatan maupun sifat-sifat luhur. Dengan kata lain tujuan
dapat berupa hal-hal sederhana dapat pula berupa hal-hal yang kompleks.

Tujuan berfungsi sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan spesifik


(objectives), kegiatan belajar, implementasi kurikulum, evaluasi untuk medapatkan
balikan (feedback). Sebagai contoh, menurut Komite Pengembangan kurikulum
Amerika Serikat, terdapat sepuluh tujuan umum (goals), yaitu keterampilan dasar
(Basic skills), konseptualisasi diri, pemahaman terhadap orang lain,penggunaan
pengetahuan yang telah terkumpul untuk menginterpretasikan dunia (lingkungan
kehidupan), belajar berkelanjutan, kesehatan mental dan fisik, partisipasi dalam dunia
ekonomi, produksi, dan konsumsi, warga masyarakat yang bertanggungjawab,
kreativitas, dan kesiapan menghadapi perubahan (coping with change).
Aims adalah pernyataan tujuan secara umum (luas) yang menunjukkan
harapan yang ingin dicapai dalam terminologi sikap/perilaku yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kurikulum dari tujuan pendidikan
nasional merupakan sebuah pernyataan yang mendeskripsikan sebuah harapan hidup
yang meliputi beberapa bagan nilai yang diambil secara sengaja maupun tidak dari
bagian ilmu filsafat. Mengenai makna Goals, Zais menyatakan bahwa goals adalah
kurikulum dari tujuan institusional lebih mengarah pada hasil yang ingin dicapai oleh
sekolah, yang menunjukkan sebuah gambaran yang spesifik dari sebuah sekolah, dan
merupakan bagian dari sistem sekolah. Serta menunjukkan sasaran jangka lebih
panjang dari pertimbangan penilaian kelas. Sedangkan objectives menurut Zais adalah
tujuan yang berada pada tataran instruksional yang terlihat dalam setiap materi dan
pokok bahasannya.

Menurut Oemar Hamalik, tujuan yang masih bersifat umum tersebut harus
diuraikan lagi ke dalam subtujuan (subgoals) yang lebih operasional.Untuk itu,
pengembangan kurikulum di Indonesia tidak dapat juga terlepas dari tujuan
pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 tentang
Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 (UU Sisdiknas) pasal (3), yang menyebutkan
bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
secara bertanggung jawab.
Tujuan pengembangan kurikulum juga harus memperhatikan tujuan
institusional (tujuan lembaga/satuan pendidikan), tujuan kurikuler (tujuan bidang
studi), dan tujuan instruksional (tujuan pembelajaran).Di sisi lain dapat ditegaskan
bahwa tujuan pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari tujuan pendidikan itu
sendiri, sebab kurikulum merupakan ujung tombak ideal dari visi, misi dan tujuan
pendidikan sebuah bangsa.Secara makro, jika di lihat dari beberapa landasan
pengembangan kurikulum pada dasarnya tujuan pengembangan kurikulum mengacu
kepada paradigma pergeseran filsafat pendidikan, perubahan dan pergeseran sosial
dan pengembangan pengetahuan seperti pengembangan sains dan teknologi. Dapat
juga dikatakan bahwa pengembangan kurikulum bertujuan untuk menyikapi persoalan
sosial yang datang seiring perputaran waktu.

Tujuan pembelajaran pendidikan Agama Islam dapat diartikan sebagai tujuan


praktis dari tujuan pendidikan Islam yang menekankan peserta didik untuk menguasai
keterampilan atau kemampuan tertentu sesuai dengan tuntunan ajaran Agama Islam
untuk dapat meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman
peserta didik tentang agama Islam baik secara teori maupun praktis dalam kehidupan
sehari-hari.

C. Definisi Evaluasi Kurikulum PAI


Menurut Oemar Hamalik evaluasi adalah sebuah sistem yang terdiri dari
komponen-komponen masukan, proses, dan produk. Dimana komponen masukan
terdiri dari beberapa aspek yaitu mahasiswa yang dinilai, perlengkapan instrumen
yang digunakan dalam penilaian, biaya yang disediakan dan informasi tentang
mahasiswa. Sedang komponen proses meliputi program penilaian, prosedur dan
teknik penilaian, teknik penganalisaan data, dan kriteria penentuan kelulusan. Dan
komponen produk merupakan hasil-hasil penilaian yang berguna untuk pembuatan
keputusan dan sebagai bahan balikan. Dengan demikian maka dapat disimpulkan
sistem penilaian atau evaluasi merupakan komponen atau bagian terpenting dari
sistem pembelajaran. Oleh karena itu pengadaan evaluasi merupakan keharusan untuk
dilaksanakan. Hal ini berfungsi sebagai pusat informasi tentang proses pembelajaran
maupun keberhasilan studi para mahasiswa. Sedang tujuan dari diadakannya evaluasi
adalah sebagai pengidentifiaksian apakah mahasiswa sudah mampu dalam
pengetahuan, pemahaman dan penguasaan bahan yang disajikan dalam mata kuliah.

Secara konkrit salah satu cara dalam pengukuran tingkat keberhasilan


pembelajaran PAI dilakukan penilaian dengan cara mahasiswa ditugaskan untuk
membuat laporan aktivitas keagamaan ditempat tinggal masing-masing. Sedangkan
untuk komponen-komponen yang dinilai pada saat proses pembelajaran didalam lokal
pembelajaran disusun dalam format khusus dan diberikan kepada setiap kelompok
pada pertemuan pertama. Komponen tersebut melalui penyajian makalah,
penyampaian gagasan, cara bertanya, cara menjawab, cara pengambilan kesimpulan,
keterampilan menjadi moderator, dan keterampilan menjadi notulen. Lebih spesifik
Zainul Muhibbin, dkk. menjelaskan tentang bentuk-bentuk evaluasi PAI yang
digunakan diperguruan tinggi umum dapat diuraikan sebagai berikut: (1)keikutsertaan
dalam mentoring (2)sikap Islam (akhlak) dalam konkrit salah satu cara dalam
pengukuran tingkat keberhasilan pembelajaran PAI dilakukan penilaian dengan cara
mahasiswa ditugaskan untuk membuat laporan aktivitas keagamaan ditempat tinggal
masing-masing. Sedangkan untuk komponen-komponen yang dinilai pada saat proses
pembelajaran didalam lokal pembelajaran disusun dalam format khusus dan diberikan
kepada setiap kelompok pada pertemuan pertama.

Komponen tersebut melalui penyajian makalah, penyampaian gagasan, cara


bertanya, cara menjawab, cara pengambilan kesimpulan, keterampilan menjadi
moderator, dan keterampilan menjadi notulen. Lebih spesifik Zainul Muhibbin, dkk.
menjelaskan tentang bentuk-bentuk evaluasi PAI yang digunakan diperguruan tinggi
umum dapat diuraikan sebagai berikut: (1)keikutsertaan dalam mentoring (2)sikap
Islam (akhlak) dalam perilaku sehari-hari (3)penilaian terhadap pelaksanaan tugas-
tugas (4)keaktifan mengikuti kuliah, diskusi dan presentasi makalah (5)ujian tulis.

Jika dikaitkan antara pengertian evaluasi pendidikan dengan pendidikan Islam,


maka evaluasi itu berarti suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu
pekerjaan di dalam pendidikan Islam yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi
tentang pencapaian dan kemajuan siswa. Pada setiap tahap atau unit pembelajaran
yang didasarkan pada kriteria keberhasilan tertentu (tingkat ketuntasan bekajar), hasil
evaluasi ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan siswa yang boleh melanjutkan
ke materi selanjutnya dan siswa yang belum mencapai ketuntasan menapatkan
perbaikan (remidi). Secara garis besar hasil evaluasi dapat digunakan antara lain
untuk menentukan kenaikan kelas, pengembangan program dan penyempurnaan
pelayanan baik pelayanan kegiatan belajar mengajar maupun pelayanan lainnya
seperti kegiatan diluar kelas yang bermanfaat untuk menyelaraskan dan
mengembangkan kematangan siswa.

D. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kurikulum PAI


Tujuan evaluasi kurikulum yaitu untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan
pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Indikator
kinerja yang akan dievaluasi yaitu efektivitas program. Dalam arti luas, evaluasi
kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa dan menilai kinerja kurikulum secara
keseluruhan yang ditinjau dari beberapa aspek, yaitu efektivitas, relevansi, efisiensi,
dan kekayaan (feasibility) program.

Sedangkan fungsi evaluasi kurikulum, dapat digunakan sebagai alat bantu


dalam pelaksanaan kurikulum yang berfungsi dalam usaha memperbaiki program,
dan menentukan tindak lanjut pengembangan kurikulum. Evaluasi dalam
pengembangan kurikulum dimaksudkan untuk keperluan:
1. Perbaikan program
Evaluasi bersifat konstruktif karena informasi hasil evaluasi dijadikan input
bagi perbaikan pengembangan program kurikulum. Jadi, evaluasi dipandang sebagai
tolak ukur hasil pengembangan sistem.
2. Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak
Pada fase perkembangan kurikulum diperlukan pertanggungjawaban sosial,
ekonomi, dan moral berupa kekuatan dan kelemahan kurikulum serta upaya untuk
memperbaikinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata perspektif berasal dari Bahasa Latin “perspicere” yang artinya “gambar,
melihat, pandangan”. Jika dilihat secara bahasa, perspektif adalah sudut pandang yang
digunakan untuk memahami atau memaknai permasalahan tertentu. Sebab, manusia
adalah makhluk sosial yang kerap mempunyai pendapat dan juga pandangan yang
berbeda ketika berhadapan dengan suatu hal. Oleh karena itu, seringkali ada
perbedaan perspektif yang memicu terjadinya perbedaan pendapat juga.

Tujuan pendidikan Agama Islam dan tujuan pembelajaran, maka dapat


disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran pendidikan Agama Islam dapat diartikan
sebagai tujuan praktis dari tujuan pendidikan Islam yang menekankan peserta didik
untuk menguasai keterampilan atau kemampuan tertentu sesuai dengan tuntunan
ajaran Agama Islam untuk dapat meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan
dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam baik secara teori maupun praktis
dalam kehidupan sehari-hari.

Evaluasi kurikulum PAI adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk


menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan Islam yang
dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian dan kemajuan siswa
yang didasarkan pada kriteria keberhasilan dan hasilnya digunakan sebagai dasar
untuk menentukan siswa yang boleh melanjutkan ke materi selanjutnya dan siswa
yang belum mencapai ketuntasan menapatkan perbaikan (remidi).

Tujuan dan fungsi dari evaluasi kurikulum PAI yaitu untuk memeriksa dan
menilai kinerja kurikulum secara keseluruhan yang ditinjau dari beberapa aspek, yaitu
efektivitas, relevansi, efisiensi, dan kekayaan (feasibility) program. Dan fungsi
pengembangan kurikulum ditujukan untuk perbaikan program, pertanggungjawaban
pada berbagai pihak, serta penentuan tindak lanjut hasil pengembangan.
Daftar Pustaka

https://katadata.co.id/agung/berita/629073fac7320/perspektif-adalah-sudut-pandang-
berikut-arti-dan-jenisnya

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-perspektif/

Umar Tirtaraharja dan La Sula, Pengantar Pendidikan, 37.

Abdurrahman Saleh ‘Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an,


terjemahan: H.M.Arifin, Cet. 1 (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), 131-133. Lihat juga
Ramayulis,

Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Cet. Ke-2 (Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2008), 188.

Amin, A. Rifqi. 2014.Sitem Pembelajaran Pendiidkan Agama Islam Pada Perguruan


Tinggi Umum. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Umar dkk. 2016. Pengembangan Kurikulum Penidikan Agama Islam Transformatif.


Yogyakarta: CV Budi Utama.

Rahayu Juwarini. 2020. “Evaluasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam”,


Paper(Online), dalam www.academia.edu, diakses 26 April 2020
.
Lismina. 2017. Pengembangan Kurikulum. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai