Anda di halaman 1dari 8

LANDASAN DAN ASAS PERKEMBANGAN KURIKULUM

BAHASA ARAB

DISUSUN OLEH :
 M. DONI
 M. AGUNG SAPUTRA
 SITI NURJANNATIN
 MITA SRI WAHYUNINGSIH
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, wa sholatu was salamu ‘ala asyrofil anbiya’i wal mursalin wa
‘ala alihi wa ashhabihi ajma’in amma ba’du.
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah menerangi dan memnuhi
hati kita dengan keimanan. Yang mana keimanan adalah nikmat yang terbesar bagi kita.
Sholawat dan salam kita sanjung sajikan untuk baginda kita nabi besar Muhammad SAW,
seorang rasul yang telah menggandeng tangan kita menuju jalan kebenaran dan penuh dengan
kasih sayang Allah.
Tugas ini merupakan persembahan hasil diskusi pemikiran dan pencarian informasi dari
berbagai sumber, pillihan judul dan bahannya disesuaikan dengan silabus dan atas perintah
dosen mata kuliah yang bersangkutan difakultas pendidikan agama islam.
Dalam penyelesaian tugas ini, kami menyadari banyak dapat kekurangan, kepada semua
pihak kami harapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kepada teman dan sahabat yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini kami
ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya.
Daftar Isi
Kata
pengantar………………………………………………………………………………………
…… i
Daftar
isi………………………………………………………………………………………………
……. i
BAB I Hakikikat pengembangan kurikulum ……………………………1
A. Rentangan Kegiatan (Range of Activity)……………………………. 2
B. Tujuan kelembagaan (Institusional Purpose)……………………… 2
BAB II PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM………5
A. Prinsip Relevansi……………………………………………………. 5
B. Prinsip Fleksibilitas………………………………………………… 5
C. Prinsip Kontinuitas………………………………………………… 6
D. Efektifitas………………………………………………………………. 6
E. Efisiensi…………………………………………………………………. 6
BAB III LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM………………7
A. Landasan Filosofi dalam Pengembangan Kurikulum…………. 7
B. Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum……… 7
a. Psikologi Anak ……………………………………………………… 7
b. Psikologi belajar……………………………………………………… 8
C. Landasan Sosiologis Teknologis dalam Pengembangan Kurikulum.8
BAB IV ……..
PENUTUP……………………………………………………………………………. 9
A. Kesimpulan………………………………………………………………………. 9
BAB I
Hakikikat pengembangan kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam
system pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang
harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan
pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Oleh karena begitu
pentingnya fungsi dan peran kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jenjang
manapun harus didasarkan pada asas-asas tertentu.
Orientasi pengembangan kurikulum menurut Seller menyangkut enam aspek, yaitu:
1. Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan. Artinya, hendak dibawa ke
mana siswa yang kita didik itu.
2. Pandangan tentang anak: apakah anak dianggap sebagai orgenisme yan aktif atau
pasif.
3. Pandangan tentang proses pembelajaran: apakah proses pembelajaran itu dianggap
sebagao proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubanh perilaku anak.
4. Pandangan tentang lingkungan: apakah lingkungan belajar harus dikelola secara
formal, atau secara bebas yang dapat memungkinkan anak bebas belajar.
5. Konsepsi tentang peranan guru: apakah guru harus berperam sebagai instruktur yang
bersifat otoriter, atau guru dianggap sebagai fasilitator yang siap member bimbingan
dan bantuan pada anak didik untuk belajar.
6. Evaluasi belajar: apakah mengukur keberhasilam ditentukan dengan tes atau nontes.

A. Rentangan Kegiatan (Range of Activity)


Pengembangan is kurikulum biasanya diawali dengan rancangan kebijakan
kurikulum, rancangan bdang studi, program pembelajaran, unit pengajaran, dan rencana
pembelajaran. Kebijakan kurikulum merupakan otoritas pemegang kebijakan pendidikan.
Kebijakan kurikulum memuat tentang apa yang harus diajarkan dan berfungsi sebagai
pedoman bagipara pengembang kurikulum lebih lanjut. Kebijakan kurikulum pada dasarnya
merupakan keputusan yang ditentukan dari hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Menentukan kebijakan kurikulum harus dilaksanakan secara hati-hati, sebab akan
memengaruhi berbagai kebijakan pendidikan lainnya. Misalnya, mengenai isi dari setiap
disiplin ilmu yang perlu dikuasai oleh anak didik dalam jenjang tertentu, kebutuhan social
macam apa yang harus dikuasai anak didik serta pengalaman belajar yang bagaimana yang
harus dimiliki anak didik. Hal ini tentu saja didasari pada pengkajian yang komperensif.
Rancangan program studi meliputi kegiatan-kegiatan menentukan tujuan, urutan serta
kedalaman materi dalam setiap bidang studi, misalnya rancangan bidang studi matematika,
bahasa, IPA, dan lain sebagainya.
Rancangan program pengjaran adalah kegiatan merancang aktivitas belajar dalam setiap
bidang studi untuk satu tahun, satu semester atau, satu caturwulan. Program pengajaran
tersebut selanjutnya dijabarkan pada rencana pembelajaran, yang dirancang lebih khusus
untuk jangka waktu tertentu. Bias jadi program yang lebih khusus itu adalah program
pembelajaran untuk satu kali pertemuan dalam proses pembelajaran
B. Tujuan kelembagaan (Institusional Purpose)
Tujuan kelembagaan sama artinya dengan visi dan misi sekolah. Pengembangan
kurikulum selamanya harus sejalan dengan visi dan misi sekolah yang bersangkutan, karena
kurikulum pada hakikatnya disusun untuk mencapai tujuan sekolah.
Setiap jenis sekolah akan memiliki visi dan misi yang berbeda. Jenis sekolah kejuruan,
misalnya akan berbeda dengan sekolah umum. Sekolah kejuruan yang memiliki visi dan misi
untuk memersiapkan anak didik memiliki keterampilan sesuai dengan lapangan pekerjaan
tertentu, maka mengembangkan isi kurikulum akan lebih tepat dilakukan melalui analisis
pekerjaan (job analysis), bukan melalui analisis disiplin ilmu. Sebaliknya, sekolah yang
memiliki visi dan misi untuk mempersiapkan anak didik dapat mengikuti pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi, maka analisis disiplin ilmu, seperti pemahaman fakta, konsep teori
dan sebagainya, akan lebih cocok dibandingkan dengan penentuan isi kurikulummelalui
analisis tugas atau analisis pekerjaan. Dengan demikian, visi dan misi sekolah harus menjadi
pertimbangan utama dalam menentukan isi kurikulum. Sehingga, pengalaman belajar yang
dilakukan siswa di sekolah, akan menjamin pencapaian tujuan sekolah yang bersangkutan.
Lewton (1978) menggmbarkan bahwa yang seharusnya menjadi sumber landasan kurikulum
meliputi landasan filosofiis, sosialcutural, dan psikologis. Pengembangan landasan
kurikulum terdiri atas 3 sumber yakni:
1. Studi tentang hakikat dan nilai pengetahuan (studies of nature and vakue of
knowledge) sebagai aspek filosofis.
2. Studi tentang kehidupan (studies of life) sebagai aspek social-bidaya.
3. Studi tentang siswa dan teori-teori belajar (studies of learners and learning theory)
sebagai aspek psikologi.

Selanjutnya ia menjelaskan bahwa peran landasan dalam pengembangan adalah sebagai


berikut:
1. Pengembang kurikulum pertama kali harus memiliki pandangan yang jelas tentang
hakikat ilmu pengetahuan dan hakikat nilai (sebagai landasan filosofis).
2. Pandangan folisofis tersebut kemudian disusun dalam konteks pemahaman
pengembang kurikulum tentang masyarakat dan kebudayaannya serta kebutuhuan
masyarakat pada masa yang akan dating (landasan sosiologis dan budaya)
3. Aspek psokologis yakni hakikat siswa dna bagaiman mereka belajar akan
berkontribusi dalam membangun suatu kurikulum (landasan psikologis).
4. Secara keseluruhan ketiga landasan tersebut akan menjadi sumber bagi pengembang
dalam menentukan keputusan tentang kurikulum yang akan disusun.
5. Berdasarkan keputusan, selanjutnya para pengembang dapat menentukan keputusan
tentang tugas-tugas kurikulum.
6. Ketika sumber-sumber menjadi landasan kurikulum dan konsep kurikulum telah
menghasilkan isi kurikulum itu sendiri, maka selanjutnya kita dapat menentukan
bagaimana hasil akhir kurikulum yang dibutuhkan.
BAB II
PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. Prinsip Relevansi
Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat hidup
sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam bidang
pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat.
Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum harus relevan
dengan kebutuhan masyarakat. Inilah yang disebut dengan prinsip relevansi.
Ada dua macam relevansi, yaitu relevansi internal dan relevansi eksternal. Relevansi internal
adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian antara komponen-komponennya,
yaitu keserasian antara tujuan yang harus dicapai, isi, materi, atau pengalaman belajar yang
harus dimiliki siswa, strategi atau metodeyang digunakan serta alat penilaian untuk melihat
ketercapaian tujuan. Relevansi internal ini menunjukkan keutuhan suatu kurikulum.
Ada 3 macam relevansi eksternal dalam pengembangan kurikulum: Pertama, relevan dengan
lingkungan hidup peserta didik. Kedua, relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang
maupun dengan yang akan datang. Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan situasi dan
kondisi yang sedang berkembang. Ketiga, relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan. Artinya,
bahwa apa yang diajarkan di sekolah harus mampu memenhi dunia kerja.
B. Prinsip Fleksibilitas
Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan
kondisi kenyataan yang ada. Bias saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan guru
yang kurang, latar belakang atau kemampuan dasar siswa , yang rendah, atau mungkin sarana
dan prasarana yang ada di sekolah tidak memadai. Kurikulum harus bersifat lentur atau
fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus bias dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada.
Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit diterapkan.
Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi: Pertama, fleksibel bagi guru, yang artinya kurikulum
harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya
sesuai dengna kondisi yang ada. Kedua, fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus
menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
C. Prinsip Kontinuitas
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa oerlu dijaga saling keterkaitan dan kesinambungan
antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan.
D. Efektifitas
Prinsip efektifitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan
dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat dua siis efektifitas dalam suatu
pengembangan kurikulum.
E. Efisiensi
Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan biaya
yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.
BAB III
LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Ada tiga landasan pengembangan kurikulum, yakni landasan filosofil, psikologis, dan
landasan sosiologis-teknologis. Ketiga landasan tersebut diuraikan di bawah ini.

A. Landasan Filosofi dalam Pengembangan Kurikulum


Filsafat berasal dari kata Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan “Sophia”. Philos,
artinya cinta yang mendalam¸dan Sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan. Tujuan
pendidikan harus mengandung ketiga hal berikut:
Autonomy: artinya memberik kesadaran, pengetahuan dan kemampuan yang prima kepada
setiap individu dan kelompok untuk dapat mandiri dan hidup bersama dalam kehidupan yang
lebih baik.

Equity: artinya pendidikan harus memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk
dapat berpartisipasi dalam kebudayaan dan  ekonomi.

Survival: artinya pendidikan bukan saja harus dapat menjamin terjadinya pewarisan dan
memperkaya kebudayaan dari generasi ke generasi akan tetapi juga harus memberikan
pemahaman akan saling ketergantungan antara manusia.

B. Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum


Secara psokologis, anak didik memiliki keunikan dan perbedaan-perbedaan baik
perbedaan minat, bakat, maupun potensi yang dimilikinya sesuai dengan tahapan
perkembangannya. Dengan alasan itulah, kurikulum harus memperhatikan kondisi psikologis
perkembangan dan belajar anak.

a. Psikologi Anak
Salah satu hal yang perlu diketahui tentang anak, adalah masa-masa perkembangan
mereka. Menurut Piaget, perkembangan intelektual setiap individu berlangsung dalam
tahapan-tahapan tertentu. Yaitu 4 fase sebagai berikut:

1. Sensorimotor, baru lahir-2 tahun;


2. Praoperasional, 2-7 tahun;
3. Operasional konkret, 7-11 tahun; dan
4. Operasional formal, 11- 14 tahun ke atas.

b. Psikologi belajar
Perkembangan kurikulum tidak akan terlepas dari teori belajar. Sebaba, pada dasarnya
kurikulum disusun untuk membelajarkan siswa. Banyak teori yang membahas tentang belajar
sebagai proses perubahan perilaku. Namun, demikian, setiap teori itu berpangkal dari
pandangan tentang hakikat manusia.

C. Landasan Sosiologis – Teknologis dalam Pengembangan Kurikulum


Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar mereka dapat berperan aktif
di masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam proses
pendidikan di sekolah harus relevan dengan tuntuan masyarakat. Dengan demikian dalam
konteks ini, sekolah bukan hanya berfungsi untuk mewariskan kebudayaan dan nilai-nilai
suatu masyarakat, akan tetapi juga sekolah berfumngsi untuk mempersiapkan anak didik
falam kehidupan masyarakat. Oleh Karena itu, kurikulum bukan hanya berisi berbagai nilai
suatu masyarakat akan tetapi bermuatan segala sesuatu yang dibutuhkan masyarakat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran sangat penting. Landasan
pengembangan kurikulum seperti sebuah pondasi bangunan. Persoalan mengembangkan isi
dan bahan pelajaran serta bagaiman cara belajar siswa bukanlah suatu proses yang sederhana,
sebab menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan
yang ingin dicapai. Sedangkan menentukan tujuan erat kaitannya dengan persoalan system
nilai dan keutuhan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai