Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGEMBANGAN DAN

TELAAH KURIKULUM

Dosen Pengampu :
Nancy Angelina purba,s.pd,M.pd

Disusun Oleh Kelompok 3


DINA JULIYANTI SITUMORANG ( 1901010012)
RUTH CHABRINA NAINGGOLAN (1901010013)
RISDEARNI SIPAYUNG (1901010014)
DEVI SRI AYUNI (1901010015)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
NOMENSEN PEMATANGSIANTAR 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunianya saya dapat menyelesaikan makalah tentang ‘’Landasan
Pengembangan Kurikulum’’ ini dengan baik meskipun banyak
kekurangannya. Dan juga saya berterimakasih kepada Ibu , Nancy Angelina
purba,s.pd,M.pd selaku dosen mata kuliah Pengambagan dan Telaah
Kurikulum telah memberikan tugas kepada saya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Landasan Pengembangan
Kurikulum. Dan juga saya menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya
buat, yang bersifat membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Daftar Isi

DAFTAR ISI
COVER
KATA
PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR
ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................
B. Rumusan
Masalah.........................................................................................
C.
Tujuan..............................................................................................................
...
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................
A. Pengertian landasan pengembangan
kurikulum...........................................
B. Macam-macam landasan pengembangan kurikulum..................................
BAB III
PENUTUP...............................................................................................
A.
Kesimpulan......................................................................................................
...
B.
Saran................................................................................................................
..
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang
cukup sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses dan
hasil pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam
pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, dalam
penyusunan kurikulum tidak dapat dikerjakan sembarangan. Penyusunan
kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan
atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Jika landasan
pendidikan, khususnya kurikulum yang lemah , yang akan ambruk adalah
manusia
Adapun beberapa landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum,
meliputi landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial budaya, dan
landasan perkembangan ilmu dan teknologi. Selain itu, makalah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran
Biologi maka kami menyusun makalah ini. Dan ditambah lagi dengan
fenomena pergantian kurikulum pendidikan beberapa tahun kebelakang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum ?
2. Macam-macam landasan pengembangan kurikulum ?
3. Apa saja Prinsip Pengembangan Kurikulum?
4. Apa saja Fungsi dan Peranan Pengembangan Kurikulum?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengembangan kurikulum.
2 untuk mengetahui prinsip pengembangan dan untuk mengetahuifungsi
dan peranan pengembangan kurikulum
3. untuk mengetahui prinsip pengembangan kurikulim
4. untuk mengetahui fungsi dan peranan pengembangan kurikulum

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Pengembangan Kurikulum


Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting
dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan
tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan,
akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang
harus dimiliki setiap siswa. Karena begitu pentingnya fungsi dan peran
kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jejang manapun
harus didasarkan pada asas-asas tertentu.
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan
rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta
bagaimana cara mempelajarinya. Namun demikian, persoalan
mengembangkan isi dan bahan pelajaran serta bagaimana cara belajar siswa
bukanlah suatu proses yang sederhana, sebab menentukan isi atau muatan
kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingin dicapai;
sedangkan menentukan tujuan erat kaitannya dengan persoalan sistem nilai
dan kebutuhan masyarakat. Persoalan inilah yang kemudian membawa kita
pada persoalan menentukan hal-hal yang mendasar dalam proses
pengembangan kurikulum yang kemudian kita namakan asas-asas atau
landasan pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan yang sangat kompleks, yang
memerlukan dasar-dasar pertimbangan bagi pengambilan keputusan yang
mendalam dan mendasar. Seperti halnya dalam menentukan tujuan
pendidikan yang harus dicapai oleh suatu sekolah, harus ditindaklanjuti
dengan pengambilan keputusan yang cermat dalam menentukan mata
pelajaran serta konten atau bahan ajar yang yang harus dimasukan dalam
kurikulum. Dan perlu pula ditetapkan rekomendasi dalam memilih kegiatan
pembelajaran dan pengalaman belajar yang dapat menunjang pencapai
tujuan-tujuan umum dan tujuan-tujuan khusus pendidikan dan
pembelajaran. Untuk itu, maka pentingnya ditetapkan landasan-landasan
pendidikan yang mendasari pengembangan kurikulum. Dengan adanya
landasan yang jelas, yang kemudian dipahami dengan baik oleh para
pengembang kurikulum, maka

diharapkan akan terjadi sinkronisasi antara apa yang diharapkan ,


direncanakan dengan apa yang secara nyata dilaksanakan disekolah maupun
dikelas.
Fungsi asas atau landasan pengembangan kurikulum adalah seperti fondasi
sebuah bangunan. Apa yang akan terjadi seandainya sebuah gedung yang
menjulang tinggi berdiri diatas fondasi yang rapuh? Ya, tentu saja bangunan
itu tidak akan tahan lama. Oleh sebab itu, sebelum sebuah gedung dibangun,
terlebih dahulu disusun fondasi yang kokoh. Semakin kokoh fondasi sebuah
gedung, maka akan semakin kokoh pula gedung tersebut.
Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan yang sangat kompleks, yang
memerlukan dasar-dasar pertimbangan bagi pengambilan keputusan yang
mendalam dan mendasar. Seperti halnya dalam menentukan tujuan
pendidikan yang harus dicapai oleh suatu sekolah, harus ditindaklanjuti
dengan pengambilan keputusan yang cermat dalam menentukan mata
pelajaran serta konten atau bahan ajar yang harus dimasukan dalam
kurikulum. Dan perlu pula ditetapkan rekomendasi dalam memilih kegiatan
pembelajaran dan pengalaman belajar yang dapat menunjang.

B. Macam-Macam Landasan Pengembangan Kurikulum


1. Landasan Filosofis
Pendidikan merupakan sebuah interaksi antara pendidik dan peserta didik.
Di dalam interaksi tersebut terlibat isi yang diinteraksikan serta proses
bagaimana interaksi berlangsung. Apa yang menjadi tujuan pendidikan,
siapa yang pendidik dan peserta didik, apa isi pendidikan dan bagaimana
proses interkasi tersebut merupakan pernyataan yang membutuhkan
jawaban yang mendasar, yang esensial yaitu jawaban-jawaban filosofis.
Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti cinta atau kebijakan (love of
wisdom). Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti dan
bijak, harus tahu atau berpengetahuan.
Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses berpikir, yaitu berpikir secara
sistemattis, logis, dan mendalam. Pemikiran demikian dalam filsafat sering
kali disebut sebagi pemikiran radikal, atau berpikir sampai ke akar-akarnya.
Secara. akademik, filsafat berarti upaya untuk menggambarkan dan
menyatakan suatu pandangan yang sistematis dan komprehensif tentang
alam

semesta dan kedudukan manusia di dalamnya. Berfilsafat berarti menangkap


sinopsis peristiwa-peristiwa yang simpang siur dalam pengalaman manusia.
Suatu cabang ilmu pengetahuan mengkaji satu bidang pengetahuan manusia,
daerah cakupannya terbatas. Filsafat mencakup keseluruhan pengetahuan
manusia, berusah melihat segala yang ada ini sebagai satu kesatuan yang
menyeluruh dan mencoba mengetahui kedudukan manusia di dalamnya.
Jadi, landasan filosofis sangat penting dalam pengembangan kurikulum
dalam mendapatkan sebuah konsep atau rancangan yang dipikirkan secara
sistematis, logis, dan mendalam sehingga mampu menuangkan konsep yang
lebih baik. Filsafat juga memberikan landasan-landasan dasar bagi ilmu.
Keduanya dapat memberikan bahan bagi manusia untuk membantu
memecahkan berbagai masalaha dalam kehidupannya.
Ada tiga cabang besar filsafat, yaitu metafisika (yang membahas segala
yang ada di alam ini), episteminologi (yang membahas kebenaran) dan
aksiologi (yang membahas nilai.
a. Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan proses analitis atas
hakikat fundamental mengenai keberadaan dan realitas yang menyertainya.
b. Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat,
karakter dan jenis pengetahuan.
c. Sosiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya.

Filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi oleh manusia


termasuk masalah-masalah pendidikan ini ynag disebut filsafat pendidikan .
walaupun dilihat sepintas, filsafat pendidikan ini hanya merupakan aplikasi
dari pemikiran-pemikiran filosogis untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan tetapi antara keduanya yaitu antara filsafat dan filsafat
pendidikan terdapat hubungan yang sangat erat. Menurut donald burter,
filsafat memberikan arah dan

metodologi terhadap praktik pendidikan, sedangkan praktik pendidikan


memberikan bahan-bahan bagi pertimbangan-pertimbangan filosofis.
Bahkan menurut john dewey filsafat dan filsafat pendidikan adalah sama,
sebagaimana juga pendidikan menurut Dewey sama dengan kehidupan.

2. Landasan psikologis
Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar-individu manusia, yaitu
antar peserta didik dengan pendidik dan juga antar peserta didik dengan
orang-orang yang lainnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya,
karena kondisi psikologisnya. Berkat kemampuan-kemapuan psikologis
yang lebih tinggi dan kompleks inilah sesungguhnya mausia menjadi lebih
maju, lebih banyak memiliki kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan
dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Kondisi psikologis merupakan karakteristik psiko-fisik seseorang sebagai
individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam interaksi
dengan lingkungannya, prilaku tersebut merupakan manifestasi dari ciri-ciri
kehidupannya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, prilaku
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kondisi psikologis setiap individu berbeda, karena peerbedaan tahap
perkembangannya, latar belakang sosial-budaya, juga karena perbedaan
faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya. Kondisi pun berbeda pula
bergantung pada konteks, peranan, dan status individu diantar individu-
individu yang lainnya. Interaksi yang tercipta dalam situasi pendidikan
harus sesuai dengan kondisi psikologis para peserta didik maupun kondisi
pendidiknya.
Peseta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses
perkembangan. Tugas utama yang sesungguhnya dari para pendidik adalah
membantu perkembangan peserta didik secara optimal. Karakteristik
perilaku individu pada tahap-tahap perkembangan, serta pola-pola
perkembangan individu menjadi kajian psikologi perkembangan
Perkembangan atau kemajuan-kemajuan yang dialami anak sebagian besar
terjadi karena usaha belajar, baik berlangsung melaui proses peniruan,
pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun pemecahana

masalah. Pendidik atau guru melakukan berbagai upaya, dan menciptakan


berbagi kegiatan dengan dukungan berbagai alat bantu pengajaran agar
anak-anak belajar. Cara belajar mengajar yang mana membutuhkan studi
sistematik dan mendalam. Studi demikian merupakan bidang pengkajian
dari psikologi belajar.
Jadi, minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan
kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Keduanya
sangat diperlukan, baik di dalam merumuskan tujuan, memilih, dan
menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode pembelajaran serta
teknik-teknik penilaian.
a. Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa
konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur sampai
dewasa.
1) Metode dalam psikologi perkembangan
Pengetahuan tentang perkembangan individu diperoleh meleui studi yang
bersifat longitudinal, cross sectional, psikoanalitik, sosiologik atu studi
kasus. Studi longitudinal menghimpun informasi tentang perkembangan
individu melalui pengamatan dan pengkajian perkembangan sepanjang masa
perkembangan, dari saat lahir sampai dengan dewasa. Metode cross
sectional yang dilakukan oleh Arnold Gessel dengan cara mempelajari
beribu-ribu anak dari berbagai tingkatan usia, mencatat ciri-ciri fisik dan
mental, pola-pola perkembangan dan kemampuan, serta prilaku mereka.
Studi psikoanalitik dilakukan oleh Sigmund freud. Studi ini lebih banyak
diarahkan mempelajari perkembangan anak pada masa-masa sebelumnya,
terutama pada masa kanak-kanak. Karena dapat mengganggu perkembangan
pada masa selanjutnya. Metode sosiologik digunakan oleh Robert
Havighurst. Ia mempelajari perkembangan anak dari tuntutan tugas-tugas
yang harus dihadapi dan dilakukan dalam masyarakat. Ada seperangkat
tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai individu dalam setiap tahap
perkembangan. Sedangkan metode

lainnya ialah studi kasus. Dengan mempelajari kasus-kasus tertentu, para


ahli psikologi perkembangan menarik beberapa kesimpulan tentang pola-
pola perkembangan anak.
2) Teori Perkembangan
Dikenal ada tiga teori atau pendekatan tentang pendekatan perkembangan
individu , yaitu pendekatan pentahapan (stage approach) atau perkembangan
individu berjalan melalui tahap-tahap perkembangan. Kedua, pendekatan
diferensial (diferential approach) melihat bahwa individu memiliki
persamaan dan perbedaan yang dibedakan atas jenis kelamin, ras, agama,
status sosial ekonomi dan sebagainya. Pengelompokan individu ada kalanya
juga didasarkan atas kesamaan karakteristiknya. Ketiga, pendekatan isaftif
( Isaftif approach) berusaha melihat karakteristik individu yang memiliki
sifat sifat individual yang hanya dimiliki oleh seorang individu dan tidak
dimiliki oleh individu lainnya.

b. Psikologi Belajar
Pengembangan kurikulum tidak akan terlepas dari teori belajar sebab, pada
dasarnya kurikulum disusun untuk membelajarkan siswa. Banyak teori yang
membahas tentang belajar sebagai proses perubahan tingkah laku namun
demikian setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat
manusia.
Menurut aliran belajar kognitif-wholistik, belajar pada hakikatnya adalah
pembentukan sosial antara kesan yang ditangkap panca indra dengan
kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon.
Dengan demikian bahwa proses belajar sangat tergantung pada adanya
rangsangan yang muncul dari luar diri atau faktor lingkungan. Menurut
aliran behavioristik belajar, pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi
antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk
bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon.
Dengan demikian menurut aliran behavioristik proses belajar sangat
bergantung pada adanya rangsangan atau stimulus yang muncul dari luar
diri

atau yang kita kenal dengan faktor lingkungan. Proses belajar dapat
dipelajari dari kegiatan yang dapat dilihat. Pada penilaian kognitif belajar
adalah kegiatan mental yang ada dalam diri setiap individu, kegiatan mental
itu memang tidak dapat dilihat secara nyata akan tetapi menurut aliran ini,
justru sesuatu yang ada dalam diri itulah yang menggerakan seseorang
mencapai perubahan tingkah laku.

3. Landasan Organisasi
Kurikulum merupakan rencana untuk kepentingan peserta didik, maka dari
itu bahan atau isi pelajaran harus dituangkan dalam organisasi tertentu agar
tujuan pendidikan dapat tercapai (Nasution, 1995) organisasi atau desain
kurikulum berkaitan erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Jenis-jenis organisasi kurikulum yang dimaksud sebagaimana dikemukakan
berikut ini:
a. Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran
Organisasi kurikulum jenis ini merupakan organisasi kurikulum yang paling
tua, tetapi higga kini masih menduduki tempat yang paling dominan.
Organisasi kurikulum yang subject centered ini memanfaatkan berbagai
disiplin ilmu yang telah disusun secara logis sistematis oleh para ahli dan
ilmuan dalam cabang ilmu masing-masing. Kurikulum ini bertujuan agar
peserta didik mengenal hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia
yang telah dikumpulkan sejak berabad-abad, agar mereka tak perlu mencari
dan menemukan kembali apa yang telah diperoleh generasi-genarasi
terdahulu.
Kurikulum berdasarkan subjek atau mata pelajaran ini sangat populer dan
mempunyai kedudukan yang kokoh sekalipun mengalami kritik-kritik yang
tajam. Kurikulum ini bertahan terus sebab mempunyai ciri-ciri yang tidak
dimiliki oleh kurikulum bentuk lain. Kurikulum ini memang banyak
mempunyai keuntungan, antara lain sebagai berikut :
1) Memberikan pengetahuan berupa hasil pengalaman generasi lampau
yang dapat digunakan untk menafsirkan pengalaman seseorang.

2) Mempunyai organisasi yang mudah sturkturnya, mudah diubah,


diperluas atau dipersempit, mudah disesuaikan dengan perkembangan baru
dalam ilmu pengetahuan.
3) Mudah dievaluasi bila perlu dengan menggunakan tes objektif yang
dapat dinilai secara otomatis dengan komputer sehingga memudahkan
penilaian ujian atau tes secara massal.
4) Telah diterima baik dan mudah dipahami oleh guru, orang tua, dan
peserta didik.
5) Mengandung logika tersendiri menurut disiplin masing-masing
memberikan pengetahuan secara sistematis dan karena itu memberikan
metode yang logis dan efektif untuk menguasi bahan pelajaran.

Selain memiliki keuntugan, organisasi kurikulum ini memiliki berbagai


kelemahan, yang antara lain dikemukakan berikut ini:
1) Terdapat kesenjangan antara pengalaman peserta didk dan
pengalaman umat manusia yang tersusun logis sistematis sehingga timbul
bahaya verbalisme.
2) Sering pengetahuan yang logis-sistematis itu tidak fungsional dalam
menghadapi masalah-masalah masyarakat dan tidak sesuai dengan minat,
kebutuhan serta masalah-masalah peserta didik dalam hidupnya.
3) Kurikulum ini memberikan pengetahuan lepas-lepas, sering berupa
fakta dan informasi yang perlu dihafal.

b. Kurikulum Gabungan
Pada dasarnya merupakan modifikasi dari kurikulum mata pelajaran yang
terpisah-pisah. Agar pengetahuan peserta didik tidak lepas maka diusahakan
hubungan diantara dua mata pelajaran atau lebih yang dapat dipandang
sebagai kelompok yang pada hakikatnya mempunyai hubungan yang erat.
Dalam menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lain dengan
memelihara identitas mata pelajaran, ada pula yang menyatupadukan mata
pelajaran dengan menghilangkan identitas mata pelajaran sehingga menjadi
bidang studi tertentu.(Nasution,1995).

1) Macam macam cara berkorelasi:


Antara dua matapelajaran diadakan hubungan secara insidental,yakni kalau
kebetulan ada kaitannya dengan mata pelajaran lain.
2) Hubungan yang lebih erat terdapat apabila suatu pokok atau masalah
tertentu diperbincangkan dalam berbagai mata pelajaran.
3) Beberapa mata pelajaran disatukan, difusikan dengan menghilangkan
batas masing masing.
4) Kurikulum terpadu (integrated curriculum)
Ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum terpadu (integrated curriculum)
diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Berdasarkan filsafat pendidikan demokratis.
b) Berdasarkan psikologis belajar Gestalt.
c) Berdasarkan landasan sosiologis dan sosio-kultural.
d) Berdasarkan kebutuhan perkembangan peserta didik.
e) Ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada.
f) Sistem pencapaiannya dengan menggunakan sistem pengajaran unit
atau tematik.
g) Peran guru sama aktifnya dengan peran peserta didik.

4. Landasan Sosiologi
Salah satu fungsi sekolah erat hubungannya dengan kebutuhan masyarakat.
Sekolah sejak mulanya didirikan oleh masyarakat untuk kepentingan
masyarakat demi kelanjutan hidup, perkembangan, dan kebahagiaan
masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat mendirikan sekolah untuk
kepentingan masyarakat agar hidup terus dan senantiasa meningkatan mutu
kehidupannya. Faktor itulah yang harus dipertimbangkan dalam
pengembangan kurikulum, disini juga harus dijaga keseimbangan antara
kepentingan peserta didik sebagai individu dengan kepentingan peserta
didik sebagai anggota masyarakat, dan ini dapat dicapai apabila dicegah
kurikulum yang semata-mata bersifat sosiety-centered.
Kurikulum sekolah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan harus
senantiasa relevan dengan situasi dan kondisi masyarakat masa kini. Bahkan
tuntutan dan kemungkinan yang bakal terjadi pada masayarakat genenrasi
yang

mendatang idealnya telah dipertimbangkan dalam pengembangan


kurikulum, karena masyarakat senantiasa tumbuh dan berkembang berkat
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Landasan sosiologis dalam pengembangan kurikulum, dalam konteks ini
pengembang kurikulum 2004, pada dasarnya sebagai upaya perubahan
dalam menanggapi berbagai perkembangan dalam masyarakat, baik
masyarakat dunia maupun masyarakat lokal yang saat ini berhadapan
dengan perubahan yang begitu cepat (Muhamad, 2004).
Pada dasarnya, kurikulum harus mampu mengembangkan manusia sehingga
mereka memiliki karakteristik dan sifat-sifat yang diperlukan baik oleh
dirinya sebgai suatu pribadi maupun oleh masyarakat, bangsa, dan negara.
Konsekuensinya, kurikulum dikembangan berdasarkan nilai yang berlaku di
masyarakat landasan sosial dan budaya merupakan salah satu landasan yang
seharusnya menjadi kepedulian utama dalam proses pengembangan
kurikulum.

5. Landasan Ilmu Dan Teknologi


Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni termasuk salah satu
landasan pengembangan kurikulum. Bahkan termasuk landasan yang tidak
kalah pentingnya dengan landasan-landasan yang lainnya. Alasannya,
pesatnya perkembangan iptek, secara otomatis akan mempengaruhi pola
pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek kehidupan. Hal ini sangat
berpengaruh besar terutama dalam dunia pendidikan dituntut untuk
mengadakan inovasi-inovasi dalam berbagai aspeknya, diantaranya fasilitas
pendidikan, personal pendidikan, pengelolanya, standar mutunya, termasuk
dalam kurikulumnya.
Pendidikan melalui pengembangan kurikulum, harus mampu mengantisipasi
dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan dimana
iptek sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan masyarakat. Oleh
karena itu, menuntut penyempurnaan-penyempurnaan kurikulum secara
berkala dan berkesinambungan sejalan dengan kemajuan ipteks.
Penyempurnaan kurikulum dengan pertimbangan kemajuan ipteks tentunya
meliputi seluruh komponen kurikulum, baik dalam menentukan tujuan, isi,
pengalaman belajar, dan evaluasinya. Yang tidak kalah pentingnya,
penyempurnaan kurikulum

tersebut tidak hanya dalam dimensi dokumen tetapi harus ditindaklanjuti


dalam implementasinya.

6. Landasan Historis
Landasan historis berkaitan dengan formula program-program sekolah pada
waktu lampau yang masih hidup sampai sekarang atau yang pengaruhnya
masih berat pada kurikulum saat ini (Johnson, 1968). Kurikulum yang
dikembangkan saat ini harus mempertimbangkan apa yang telah dilakukan
dan apa yang telah dicapai melalui kurikulum sebelumnya. Begitu pula
selanjutnya, perlu mempertimbangkan kurikulum yang ada sekarang waktu
mengembangkan kurikulum di masa depan. Umumnya, pengembangan
kurikulum yang dalam proses perbaikan, tentu tidak akan mulai dari nol tapi
berdasarkan hasil evaluasi kurikulum sebelumnya. Dengan demikian hasil
evaluasi terhadap komponen-komponen kurikulum sebelumnya menjadi
dasar pertimbangan yang berharga dan pengaruh terhadap upaya-upaya
perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang akan datang.

7. Landasan Yuridis
Landasan yuridis atau landasan hukum pengembangan kurikulum pada
umumnya adalah Undang-Undang dan Peraturan-peraturan Pemerintah yang
saat ini sedang berlangsung. Berikut ini dikemukakan beberapa Undang-
Undang dan Peraturan Pemerintah yang melandasi kurikulum di Indonesia :
a. Undang-Undang Dasar tahun 1945 dalam pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945 tercantum tujuan nasional yaitu memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia. Pasal 31 UUD NRI tahun 1945 menyatakan
bahwa setiap (1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan; (2)
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan
nasional yang diatur dalam Undang-Undang; (3) setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; (4)
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan

nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan dalam rangka


mencerdasakna kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang.
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional. Pada Bab II pasal 2 menyatakan bahwa “pendidikan
nasional berdasarkan pancasila dan UUD NKRI 1945 Pasal 3 menyatakan
bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan pengetahuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman.
c. Undang-Undang RI No. 23 tahun 2000 tentang perlindungan anak,
pada ketentuan umum, didkemukakan bahwa (1) anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan;
(2) perlindungan anak segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak
dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, berpartisifasi
secara optimal sesuai dengan harakat martabat kemanusiaan, serat mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
d. Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen,
menyatakan bahwa guru dan dosen mempunyai fungsi, peran, dan
kedudukan yang sangat strategis dalam pembangun nasional dalam bidang
pendidikan. Dalam Pasal 20 dikemukakan bahwa dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, guru berkewajiban : (a) merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai evaluasi
hasil pembelajaran; (b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi
akademik dan potensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan. Teknologi, dan seni; (c) bertindak objektif dan tidak
diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan
kondisi fisik tertentu, atau latar belakaang keluarga dan status ekonomi
peserta didik dalam pembelajaran; (d) menjunjung tinggi Peraturan
Perundang-Undangan, hukum, dan kode etik guru serta nilai-nilai agama
dan etika; (e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
e. Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan. Bab II Pasal 2 dikemukakan bahwa

(1) lingkungan standar pendidikan meliputi: (a) standar isi; (b) standar
proses; (c) standar kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan tenaga
kependidikan; (e) standar sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g)
standar pembiayaan; (h) standar penilaian pendidikan. Pasal 3
mengemukakan bahwa standar nasional pendidikan berfungsi sebagai dasar
dalam perencanaan, pelaksanaaan, dan pengawasan pendidikan. Dalam
rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Pasal 4 satndar
nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat.

C. Prinsip Pengembangan Kurikulum


Terdapat banyak prinsip yang mungkin digunakan dalam pengembangan
kurikulum. Macam-macam prinsip ini bisa dibedakan dalam dua kategori
yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum biasanya digunakan
hampir dalam setiap pengembangan kurikulum dimanapun. Di samping itu,
prinsip umum ini merujuk pada prinsip yang harus diperhatikan untuk
dimiliki oleh kurikulum sebagai totalitas dari gabungan komponen-
komponen yang membangunnya.
Prinsip khusus artinya prinsip yang hanya berlaku ditempat tertentu
dan situasi tertentu. Prinsip khusus ini juga merujuk pada prinsip-prinsip
yang digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum
secara tersendiri, misalnya prinsip yang digunakan untuk mengembangkan
komponen tujuan, prinsip untuk mengembangkan komponen isi kurikulum
dan prinsip prinsip yang mengembangkan komponen-komponen kurikulum
lainnya.

1. Prinsip Umum
Sukmadinata (2012: 150-151) menjelaskan bahwa terdapat lima prinsip
umum pengembangan kurikulum, yaitu : prinsip relevansi, fleksibelitas,
kontinuitas, praktis atau efisiensi dan efektivitas.
a. Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian. Prinsip relevansi ada dua
jenis yaitu relevansi eksternal (eksternal relevance) dan relevansi internal.
(internal relevance) artinya bahwa kurikulum itu harus sesuai dengan
tuntutan dan kebutuhan masyarakat, baik tuntutan dan kebutuhan
masyarakat yang ada pada masa kini maupun kebutuhan yang di prediksi
pada masa yang akan datang. Intinya, bahwa kurikulum itu harus bisa
menyiapkan program belajar bagi anak untuk menyiapkan anak agar bisa
memenuhi harapan dan situasi kebutuhan dan kondisi kehidupan masyarakat
tempat dimana ia berada. Agar kurikulum bisa memenuhi konsep relevansi
eksternal, seorang pengembang kurikulum harus memiliki pengetahuan dan
wawasan tentang kehidupan masyarakat pada masa kini dan masa datang.
Sedangkan relevansi eksternal (eksternal relevance) yaitu kesesuaian
antar komponen kurikulum itu sendiri. Kurikulum merupakan suatu sistem
yang di bangun oleh sub sistem atau komponen tujuan, isi, metode, dan
evaluasi yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, belajar dan
kemampuan siswa. Suatu kurikulum yang baik adalah yang memenuhi
syarat relevansi internal, yaitua danya koherensi dan konsistensi antar
komponennya. Ketidak sesuaian antar komponen-komponen ini akan
menyebabkan kurikulum tidak akan bisa mencapai tujuannya secara
optimal. Implikasi dari prinsip ini yaitu seorang pengembang kurikulum
harus bisa paham betul tentang jenis dan hakikat dari tujuan kurikulum, isi
kurikulum, metode pembelajaran, dan sistem evaluasi.
b. Prinsip Relevansi
Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur, tidak
kaku, terutama dalam hal pelaksanaannya. Pada dasarnya kurikulum
didesain untuk mencapai suatu tujuan tertentu sesuai dengan jenis dan
jenjang pendidikan tertentu. Meskipun demikian dalam hal strategi yang
didalamnya mencakup metode atau teknik, kurikulum harus fleksibel.
Dalam kurikulum harus terdapat suatu sistem tertentu yang mampu
memberikan alternatif dalam pencapaian tujuannya melalui berbagai metode
atau cara-cara tertentu yag sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu, tempat
dimana kurikulum di terapkan.
c. Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas artinya kurikulum itu dikembangkan secara
berkesinambungan. Kesinambungan ini meliputi sinambung antar kelas,
maupun sinambung antar jenjang pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar
proses pendidikan atau belajar siswa bisa maju secara sistematis, pendidikan
pada kelas atau jenjang yang lebih rendah harus menjadi dasar dan
dilanjutkan pada kelas dan jenjang yang ada di atasnya.
Dengan demikian akan terhindar dari tidak terpenuhinya kemampuan
prasyarat awal siswa (prerequisite) untruk mengikuti pendidikan pada kelas
atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, juga terhindar dari adanya
pengulangan-pengulangan program dan aktivitas belajar yang tidak perlu
(negatively over laping) yang bisa menimbulkan pemborosan waktu, tenaga,
dan dana. Untuk itu, perlu adanya kerjasama diantara para pengembang
kurikulum dari berbagai kelas dan jenjang pendidikan.
d. Prinsip Praktis atau Efisiensi
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan prinsip praktis dan
mudah diterapkan di lapangan. Kurikulum harus bisa diterapkan dalam
praktek pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Oleh karena
itu dalam proses pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum
harus memahami terlebih dahulu situasi dan kondisi tempat dimana
kurikulum itu akan digunakan, meskipun gambaran situasi dan kondisi
situasi tempat itu
tidak detail betul akan tetapi paling tidak gambaran umumnya harus
diketahui. Pengetahuan akan tempat ini akan memandu pengembang
kurikulum untuk mendesain kurikulum yang memenuhi prinsip praktis,
memungkinkan untuk diterapkan.
Salah satu kriterianya praktis itu adalah efisien, tidak mahal. Hal ini
mengingat sumber daya pendidikan, personil, dana, fasilitas, keberadaannya
terbatas. Meskipun harus memenuhi prinsip murah tetapi tidak
diterjemahkan sesuatu yang murahan, akan tetapi merujuk pada pengertian
bahwa kurikulum itu harus dikembangkan secara efisien, tidak boros, sesuai
dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Ini menyiratkan bahwa akan
terdapat keragaman tingkat kemampuan di berbagai daerah dan sekolah
penyelenggara pendidikan yang sifatnya relatif.
e. Prinsip Efektivitas
Prinsip ini merujuk pada pengertian bahwa kurikulum itu selalu
berorientasi pada tujuan tertentu yang ingin dicapai. Kurikulum bisa
dikatakan adalah instrumen untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu jenis
dan karakteristik tujuan yang ingin dicapai harus jelas. Kejelasan tujuan
akan mengarah dalam pemilihan dan penentuan isi, metode dan sistem
evaluasi serta model konsep kurikulum yang akan digunakan. Disamping itu
juga mengarahkan dan memudahkan dalam implementasi kurikulum.
Masih dalam kaitannya dengan prinsip – prinsip umum
pengembangan kurikulum, Oliva (1992:31-45) dalam (Komaruddin dan
Kurniawan 2011:69-70) mengajukan sepuluh prinsip yang disebutnya
Axiom, untuk mewadahi keberagaman karakteristik tipe prinsip
pengembangan kurikulum diatas. Adapun kesepuluh prinsip (axioms)
pengembangan kurikulum yang diajukan oliva yaitu:
Ø Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dan
bahkan diperlukan.
Ø Kurikulum merupakan produk dari masa yang bersangkutan.
Ø Perubahan kurikulum masa lalu sering terdapat secara bersamaan bahkan
tumpang tindih dengan kurikulum yang terjadi masa kini.
Ø Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil sebagai akibat dan jika
ada perubahan pada orang-orang atau masyarakat.
Ø Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerjasama kelompok.
Ø Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses menentukan
pilihan dari sekian alternatif yang ada.
Ø Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak akan pernah
berakhir.
Ø Pengembangan kurikulum akan berhasil jika dilakukan secara
komprehensif, bukan aktifitas bagian per bagian yang terpisah.
Ø Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan dengan
mengikuti suatu proses yang sistematis.
Ø Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari kurikulum yang ada.

2. Prinsip Khusus
Sebagaimana telah disebutkan dimuka, bahwa prinsip khusus
berkenaan dengan prinsip yang hanya berlaku ditempat tertentu dan situasi
tertentu. Prinsip khusus ini merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan
dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum secara khusus
(tujuan, isi, metode dan evaluasi) satu wilayah dengan wilayah lainnya, satu
jenis jenjang pendidikan dengan jenis dan jenjang pendidikan lainnya
memiliki karakteristik yang berbeda dalam beberapa aspek. Perbedaan ini
tentu bisa mengakibatkan adanya penggunaan prinsip-prinsip yang khas
sesuai dengan situasi dan kondisi setempat dan karakteristik jenis dan
jenjang pendidikan tersebut.
Disamping prinsip-prinsip umum yang dijelaskan dimuka. Prinsip-
prinsip pengembangan kurikulum khusus lainnya yaitu merujuk pada
prinsip-prinsip pengembangan komponen-komponen kurikulum, yang mana
antara satu komponen dan komponen lainnya memiliki prinsip yang tidak
sama. Dibawah ini akan diuraikan beberapa prinsip pengembangan
kurikulum khusus yang berkaitan dengan pengembangan komponen-
komponen kurikulum merujuk pada tulisan Sukmadinata (2012: 152-154)
antara lain sebagai berikut:
a. Prinsip Yang Berkenaan Dengan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau jangka
panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (khusus). Perumusan tujuan
pendidikan bersumber pada:
Ø Ketentuan dan kebijakan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam
dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan, dan stategi
pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan.
Ø Survai mengenai persepsi orang tua/ masyarakat tentang kebutuhan
mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka.
Ø Survai tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu,
dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media
massa.
Ø Survai tentang manpower (sumber daya manusia/ tenaga kerja).
. Prinsip Yang Berkenaan Dengan Pemilihan Isi Pendidikan
Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan untuk menentukan isi
pendidikan kurikulum, yaitu:
Ø Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam perbuatan hasil
belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil
belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar.
Ø Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
Ø Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan
sistematis. Ketiga ranah belajar, yaitu kognitif, sikap, dan keterampilan,
diberikan secara simultan dalm urutan situasi belajar
c. Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Proses Belajar Mengajar
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan kegiatan proses belajar
mengajar:
Ø Apakah metode/teknik belajar mengajar yang digunakan cocok untuk
mengajarkan bahan pelajaran?
Ø Apakah metode/teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi
sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa?
Ø Apakah metode/teknik tersebut dapat memberikan urutan kegiatan yang
bertingkat-tingkat?
Ø Apakah metode/teknik tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk
mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?
Ø Apakah metode/teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa, atau
mengaktifkan guru atau kedua-duanya?
Ø Apakah metode/teknik tersebut mendorong berkembangnya kemampuan
baru?
Ø Apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar di
sekolah dan di rumah, juga mendorong penggunaan sumber belajar yang ada
di rumah dan masyarakat?
Ø Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang
menekankan “learning by doing” disamping “learning by seeing and
knowing”.
d. Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Media Atau Alat Pengajaran
Beberapa prinsip yang dapat dijadikan pegangan untuk memilih dan
mengunakan media dan alat bantu pembelajaran.
Ø Alat/media apa yang diperlukan? Apakah semuanya sudah tersedia? Bila
alat tersebut tidak ada, apakah ada penggantinya?
Ø Kalau ada yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan bagaimana
membuatnya, siapa yang membuat, pembiayaannya, serta waktu
pembuatannya?
Ø Bagaimana pengorganisasian alat dan bahan pelajaran, apakah dalam
bentuk modul, paket belajar, dan lain-lain?
Ø Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
Ø Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.
e. Prinsip Yang Berkenaan Dengan Penilaian
Penilain merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran.
Setidaknya ada tiga fase yang harus diperhatikan ketika merencanakan alat
penilaian, menyusun alat penilaian, dan pengelolaan hasil penilaian.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam fase perencanaan penilaian
yaitu:
Ø Bagaimanakah karakteristik kelas, usia, tingkat kemampuan kelompok
yang akan di tes?
Ø Berapa lama waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan tes?
Ø Apakah tes tersebut berbentuk uraian atau pilihan?
Ø Berapa banyak butir tes yang perlu disusun?
Ø Apakah tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau murid?
Dalam penyusunan alat penilaian sebaiknya mengikuti langkah-langkah
berikut:
Ø Rumusan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Ø Uraikan ke dalam bentuk tingkah laku murid yang dapat diamati.
Ø Hubungkan dengan bahan pelajaran.
Ø Tuliskan bitir-butir tes.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan hasil
penilaian.
Ø Norma penilaian apa yang akan digunakan dalam pengelolaan hasil tes.
Ø Apakah digunakan formula guessing?
Ø Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak?
Ø Skor standard apa yang akan digunakan?
Ø Untuk apakah hasil tes digunakan?

D. Fungsi dan Peranan Pengebangan Kurikulum


1. Fungsi Kurikulum
a. Fungsi kurikulum bagi guru
Bagi guru baru sebelum mengajar pertama-tama yang perlu dipertanyakan
adalah kurikulumnya. Setelah kurikulum didapat pertanyaan berikutnya
adalah Garis-Garis Besar Program Pengajaran. Setelah Garis-Garis Besar
Program Pengajaran ditemukan, barulah guru mencari berbagai sumber
yang bahan yang relevan atau yang telah ditentukan oleh Depdiknas. Sesuai
dengan fungsinya bahwa kurikulum adalah sebagai alat untuk mencapai
tujuan pendidikan, maka guru mestinya mencermati tujuan pendidikan yang
akan dicapai oleh lembaga pendidikan dimana ia bekerja. Maka fungsi
kurikulum bagi guru adalah antara lain:
Ø Sebagai pedoman kerja dalam menyusun atau mengorganisasikan
pengalaman belajar siswa
Ø Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan
anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang dibutuhkan.
b. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina sekolah
Kepala sekolah merupakan administrator dan supervisor yang mempunyai
tanggungjawab kurikulum. fungsi kurikulum kepala sekolah dan para
pembina sekolah lainnya adalah;
Ø Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi yakni
memperbaiki situasi belajar
Ø Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam
menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak ke arah yang lebih
baik.
Ø Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam
memberikan bantuan kepada guru atau pendidik agar dapat memperbaiki
situasi mengajar.
c. Fungsi kurikulum bagi orangtua anak didik
Kurikulum bagi orang tua mempunyai fungsi agar orangtua dapat
berpartisipasi membantu usaha sekolah dalam memajukan putri-putrinya.
Bantuan yang dimaksud dapat berupa konsultasi langsung dengan sekolah
atau guru mengenai masalah-masalah yang menyangkut anak–anak mereka.
Bantuan yang berupa materi dari para orangtua dapat melalui lembaga BP3
dengan membaca dan memahami kurikulum sekolah, para orangtua tersebut
dapat mengetahui pengalaman belajar yang diperlukan anak–anak mereka
dengan demikian partisipasi orangtua ini pun tidak kalah pentingnya dalam
menyukseskan proses belajar mengajar disekolah.
d. Fungsi kurikulum bagi sekolah
Fungsi kurikulum dalam hal ini dapat dibagi menjadi dua jenis tertentu,
yakni;
1. Pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan Pemahaman
kurikulum yang digunakan oleh suatu sekolah tertentu, sekolah pada
tingkatan diatasnya dapat melakukan penyesuaian di dalam kurikulumnya,
yakni:
Ø Jika sebagian dari kurikulum sekolah bersangkutan telah diajar pada
sekolah yang berada di bawahnya, maka sekolah dapat meninjau kembali
atas perlu tidaknya bagian tersebut diajarkan
Ø Jika keterampilan–keterampilan tertentu yang diperlukan dalam
mempelajari kurikulum suatu sekolah belum diajarkan pada sekolah yang
berada di bawahnya. sekolah dapat mempertimbangkan dalam memasukkan
program tentang keterampilan–keterampilan itu ke dalam kurikulum nya.
2. Penyiapan Tenaga Kerja
Jika suatu sekolah berfungsi menyiapkan tenaga pendidik bagi sekolah yang
berada di bawahnya, maka perlu sekali sekolah tersebut memahami
kurikulum sekolah yang berada di bawahnya, maka perlu sekali sekolah
tersebut memahami kurikulum sekolah yang berada di bawahnya.
3. Peranan kurikulum
Pada dasarnya kurikulum merupakan refleksi dari kebudayaan dimana
kurikulum itu berada. Dengan memperhatikan struktur suatu kebudayaan,
lebih memperjelas lagi untuk membedakan suatu kurikulum yang satu
dengan yang lainnya yaitu kurikulum yang menggambarkan hal-hal yang
bersifat pendidikan umum dan yang bersifat pendidikan khusus.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting
dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan
tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan,
akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang
harus dimiliki setiap siswa. Pengembangan kurikulum pada hakikatnya
adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang
harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya.
Namun demikian, persoalan mengembangkan isi dan bahan pelajaran serta
bagaimana cara belajar siswa bukanlah suatu proses yang sederhana, sebab
menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta
tujuan yang ingin dicapai; sedangkan menentukan tujuan erat kaitannya
dengan persoalan sistem nilai dan kebutuhan masyarakat. Macam-macam
landasan pengembangan kurikulum adalah landasan filosofis, landasan
psikologis, landasan organisasi, landasan sosialisasi, landasan ilmu dan
pengetahuan, landasan teori, dan landasan yuridis. Prinsip Prinsip
pengembangan kurikulum adalah prinsip umum dan prinsip khusus. Fungsi
dan peranan pengembagan kurikulum adalah fungsi kurikulum bagi
guru,fungsi kurikulum bagi kepala sekolah,fungsi kurikulum bagi orang tua
anak didik dan fungsi kurikulum bagi sekolah

B. Saran
Demikian makalah ini dalam mata kuliah Kurikulum Pembelajaran yang
diampu oleh IBU Nancy Angelina purba,s.pd,M.pd yang tentunya masih
jauh dari kesempurnaan. Saya sadar bahwa makalah ini merupakan proses
dalam menempuh pembelajaran, untuk itu saya mengharapkan kritik serta
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Harapan
pemakalah semoga makalah ini dapat dijadikan suatu ilmu yang bermanfaat
bagi kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Sholeh. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Lely, Halimah. (2010). Pengembangan Kurikulum. Bandung : RIZQI Press.

Sanjaya, Wina. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Prenada


Media Group.

Sukmadinata, Nana. (2008). Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai