Anda di halaman 1dari 19

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Pendekatan & Model Kurikulum PAI”
Dosen Pengampu : Prof.Dr.H.Ahmad Tafsir, MA.

Oleh

FAHMI AHMAD FAUZI 2011000855

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID)
CIAMIS JAWA BARAT
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kita berbagai macam
nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik
kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua
cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada Bapak Prof.Dr.H.Ahmad Tafsir,
MA. selaku dosen mata kuliah “Pendekatan & Model Kurikulum PAI” serta teman-teman
sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga
makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Saya menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal yang
lainnya kepada dosen serta teman-teman sekalian, untuk itu besar harapan saya kritik dan
sarannya yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain
waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah- mudahan apa
yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman- teman, serta orang lain yang
ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul Landasan
Pengembangan Kurikulum PAI sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah
ada.

Ciamis, Januari 2022


Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................1
C. Maksud dan Tujuan .........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................2
A. Pengertian Landasan Kurikulum PAI...............................................................2
B. Landasan Pengembangan Kurikulum PAI.......................................................3
1. Landasan Teologis (Agama) ........................................................................3
2. Landasan Filosofis.........................................................................................4
3. Landasan Psikologis......................................................................................5
4. Landasan Sosial Budaya................................................................................6
5. Landasan Pengetahuan dan Teknologi..........................................................10
BAB III PENUTUP .................................................................................................13
A. Kesimpulan ......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Landasan yang kokoh dan kuat sangat diperlukan dalam sebuah kurikulum, hal ini
bukan tanpa alasan apabila dikaji secara mendalam, kurikulum memiliki yang sangat
strategis dalam sebuah kegiatan pendidikan, kurikulum merupakan sebuah rangcangan dan
pedoman pendidikan yang memiliki posisi yang sangat sentral, kurikulum sangat
menentukan arah dan tujuan akhir dari sebuah pendidikan.
Landasan pengembangan kurikulum diperlukan oleh berbagai pihak tidak hanya
diperlukan bagi para penyusun kurikulum atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga
sebagai kurikulum ideal, akan tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar
pertimbangan oleh para pelaksana kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan para guru
serta pihak-pihak lain yang terkait dengan tugas-tugas pengelolaan pendidikan, sebagai
bahan untuk dijadikan instrument dalam melakukan pembinaan terhadap implementasi
kurikulum disetiap jenjang pendidikan. Penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak bisa
dilakukan secara sembarangan. Dibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar mampu
dijadikan dasar pijakan dalam melakukan proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga
dapat memfasilitasi tercapainya sasaran pendidikan dan pembelajaran secara lebih efektif
dan efisien.
Oleh karena itu kurikulum dalam pendidikan perlu mempunyai perhatian yang besar
baik bagi pemerintah sebagai penanggung jawab umum atau pihak sekolah yang turun
langsung mengimplementasikan kurikulum tersebut ke peserta didik, dengan berlandaskan
pada teologis, filosofis, psikologis, sosiologis dan sosio-budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi serta bersifat dinamis agar tujuan pendidikan bisa tercapai sesuai dengan yang
diharapkan.
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Landasan Kurikulum PAI?
2. Apa Landasan Pengembangan Kurikulum PAI?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan kurikulum PAI
2. Untuk mengetahui apa landasan pengembangan kurikulum PAI

1
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Landasan Kurikulum PAI
Landasan pengembangan kurikulum mempunyai peranan yang sangat krusial, sehinga
apabila kurikulum diibaratkan menjadi sebuah bangunan gedung yang tidak mengunakan
landasan atau fondasi yang kuat, maka saat diterpa angin atau terjadi goncangan, bangunan
gedung tadi akan simpel roboh. Demikian jua halnya dengan kurikulum, apabila tidak
mempunyai dasar pijakan yang bertenaga, maka kurikulum akan praktis terombang-ambing
serta yang akan di pertaruhkan ialah manusia (peserta didik) yg dihasilkan oleh pendidikan itu
sendiri. Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum
sang pengembang kurikulum (curriculum developer) dan aktivitas yg dilakukan supaya
kurikulum yang didapatkan dapat sebagai bahan ajar serta acuan yang dipergunakan buat
mencapai tujuan pendidikan nasional. Kurikulum artinya alat buat mencapai pendidikan yang
bergerak maju. Hal ini berarti bahwa kurikulum wajib senantiasa dikembangkan serta
disempurnakan agar sinkron dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.
Pengertian landasan Menurut Hornby c. s. dalam “The anvance leaner’s dictionari of
current English” mengemukakan definisi landasan sebagai berikut : “faoundation …. that on
which an idea or belief rest an underlying principle’s as the foundations of religious belief
the basis or starting point…”. Yang diartikan sebagai suatu gagasan atau kepercayaan yang
menjadi sandaran, sesuatu prinsip yang mendasari sesuatu. Contohnya dalam agama Islam
yang menjadi landasan utama umat muslim dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT
adalah al-qur’an dan sunnah. Sedangkan Menurut Soedijarto, “Kurikulum adalah segala
pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa
atau mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu
lembaga pendidikan”. Juga dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta carayang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pedidikan tertentu.
Ada beberapa landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum diantaranya Robert
S. zais mengemukakan empat landasan pengembangan kurikulum, yaitu : “Philosopy and
nature of knowledge, society and culture, the individual dan learning theory”. Sedangkan S.
Nasution berpendapat dalam bukunya “ Pengembangan Kurikulum” yaitu asas filosofis yang
pada hakikatnya menentukan tujuan umum pendidikan, asas sosiologis yang memberikan
dasar untuk menentukan apa yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat,

3
kebudayaan, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, asas organisatoris yang

4
5

memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana bahan pelajaran itu disusun, bagaimana
luas dan urutannya dan asas psikologis yang memberikan prinsip-prinsip tentang
perkembangan anak dalam berbagai aspek serta caranya belajar agar bahan yang disediakan
dapat dicernakan dan dikuasai oleh anak sesuai dengan taraf perkembangnnya.
Landasan itu sama dengan dasar-dasar. Seringkali istilah pembinaan dan pengembangan
dalam pemakaiannya menyatu dan kabur. Pembinaan menunjukkan pengertian bahwa suatu
upaya atau kegiatan mempertahankan, penyempurnaan dan perbaikan yang telah ada
dianggap baik berdasarkan suatu ukuran/kriteria tertentu mencapai sasaran yang diharapkan.
Sedangkan Pengembangan di sini menunjukkan pada kegiatan yang menghasilkan alat,
sistem atau cara baru melalui langkah-langkah penyusunan, pelaksanaan dan
penyempurnaan atas dasar penilaian yang dilakukan selama kegiatan pengembangan
tersebut.
Dengan demikian landasan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, landasan,
suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan
kurikulum yang dinamis.
B. Landasan Pengembangan Kurikulum PAI
Landasan Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam, pada hakikatnya adalah
faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para pengembang kurikulum
ketika hendak mengembangkan atau merencanakan suatu kurikulum lembaga pendidikan.
Landasan-landasan tersebut antara lain :
1. Landasan Teologis (Agama)
Landasan teologis merupakan landasan yang berdasarkan nilai-nilai ketuhanan,
apabila dalam agama islam maka landasan ini menggunakan Al Qur’an dan As Sunah
sebagai dasar. Landasan ini bersifat mutlak dan menyeluruh. Pada prinsipsipnya dalam
pendidikan Islam penyusunan kurikulum harus senantiasa sejalan dan sejalin dengan
muatan-muatan Al Qur’an yang berupa Kalamulloh dan disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW yang diterjemahkan dalam As Sunnah. berikut ini muatan-mautan Al
Qur’an dan As Sunnah yang dapat dijadikan pegangan dasar Pengembangan kurikulum:

a. “Carilah segala apa yang telah dikaruniakan Allah kepadamu mengenai


kehidupan di akhirat dan janganlah kamu melupakan nasib hidupmu di dunia
dan berbuatlah kebaikan sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu”.
(Q.S. Al-Qisas : 77).3
b. Sabda Rasulullah : Barangsiapa yang menginginkan dunia, maka hendaklah ia
menguasai ilmunya dan barang siapa menghendaki akhirat (kebahagiaan hidup
6

di akhirat) hendaklah ia menguasai ilmunya, dan barangsiapa menghendaki


keduanya, maka hendaklah ia menguasai ilmu keduanya. (Hadist Nabi).
Apabila mengacu kepada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem
Pendidikan Nasional maka dasar-dasar kurikulum diatas dapat diaplikasikan dalam
pengembangan kurikulum pendidikan formal yang terdapat pada kurikulum pendidikan
agama Islam.
Dasar kurikulum secara umum dapat ditarik secara khusus ke dalam kurikulum
Pendidikan Agama Islam yang tentunya al-Qur’an sebagai dasar pokoknya. Selain itu
dalam konteks agama pengembangan kurikulum hendaknya berlandaskan pada
Pancasila terutama sila pertama yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang secara
langsung memberikan gambaran bahwa di Indonesia hidup berketuhanan merupakan
sebuah keharusan dan menjalankan aturan agama masing-masing merupakan sebuah
kewajiban.
2. Landasan Filosofis
Secara Leksikal Kata filsafat berasal dari Yunani kuno, yaitu philosophia (philore
= cinta, senang, suka, dan Sophia = Kebaikan, kebijaksanaan atau Kebenaran).
Menurut akar katanya, filsafat berarti cinta akan kebenaran. Dengan demikian, Menurut
Zainal Arifin (2014) filsuf adalah orang yang cinta akan kebenaran, berusaha untuk
mendapatkanya, memusatkan perhatian padanya, dan menciptakan sikap positif
terhadapnya. Seorang Filsuf senantiasa mencari hakikat sesuatu, berusaha
menghubungkan antara sebab dan akibat serta melakukan penafsiran atas pengalaman-
pengalaman manusia. Berfikir filsafat berarti berfikir secara menyeluruh, sistematis,
logis, dan radikal.

Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti “cinta akan kebijaksanaan”. Hal ini
menunjukan orang belajar berfilsafat bertujuan untuk menjadikannya sebagai pribadi
yang mengerti kebijakan dan selalu berbuat secara bijak, selain itu ia juga harus
berpengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses berfikir, yaitu berpikir
secara sistematis, logis, dan mendalam.menurut Nana Sukmadinata (2015) filsafat
berarti upaya untuk menggambarkan dan menyatakan suatu pandangan yang sistematis
dan komprehensif tentang alam semesta dan kedudukan manusia di dalamnya.
Dalam pendidikan Islam dasar Filosofis yang diterapkan harus senantiasa
berdasarkan pada wahyu Tuhan dan tuntunan Nabi Muhammad SAW serta warisan para
ulama. Menurut islam filsafat pendidkkan merupakan filosofi pendidikan yang dijiwai
oleh ajaran dan nilai-nilai Islam atau yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan
7

nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya yaitu Al-Qur’an dan
Hadits.
Filsafat yang mendasari pengembangan kurikulum sangat mendasari penentuan
tujuan pendikan artinya jika kurikulum yang dikembangkan menggunakan dasar filsafat
klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) sebagai pijakan utamanya maka
tujuan kurikulum lebih banyak di arahkan pada pencapaian penguasaan materi dan
cenderung menekankan pada upaya pengembangan aspek intelektual atau aspek
kognitif. Namun Apabila kurkulum yang dikembangkan menggunakan filsafat
progresivisme sebagai landasan utama maka tujuan pendidikan lebih diarahkan pada
proses pengembangan dan aktualisasi diri peserta didik dan lebih berorientasi pada
upaya pengembangan aspek afektif. Kemudian apabila pengembangan kurikulum
dengan menggunakan filsafat rekontruktivisme maka tujuan pendidikan banyak
diarahkan pada upaya pemecahan masalah sosial yang krusial dan peningkatan
kemampuan bekerjasama. Sementara kurikulum yang dikembangkan dengan dasar
filosofi teknologi pendidikan dan teori pendidikan teknologis, maka tujuan pendidikan
lebih di arahkan pada pencapaian kompetensi.
3. Landasan Psikologis
Landasan pengembangan kurikulum tidak mungkin dilepaskan dari landasan
psikologi karena pada dasarnya pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh kondisi
kejiwaan individu yang terlibat di dalamnya. Untuk itu, paling tidak dalam
pengembangan kurikulum diperlukan dua landasan psikologi, yaitu psikologi
perkembangan dan psikologi belajar. Kedua landasan ini dianggap penting terutama
dalam memilih dan menyusun isi kurikulum, proses pembelajaran dan hasil belajar
yang diinginkan.
Pendidikan bekenaan dengan perilaku manusia sebab melalui pendidikan
diharapkan adanya perubahan pribadi menuju kedewasaan, baik fisik,
mental/intelektual, moral maupun sosial. Kurikulum sebagai program pendidikan sudah
pasti berkenaan pula dengan seleksi dan organisasi bahan yang secara ampuh dapat
mengubah prilaku manusia. Namun harus diingat pula bahwa perubahan prilaku pada
manusia tidak seluruhnya sebagai akibat Intervensi dari program pendidikan tetapi
juga sebagai akibat kematangan dirinya dan faktor lingkungan yang
membentuknya diluar program pendidikan yang diberikan di sekolah.
Kondisi psikologis setiap individu berbeda, karena perbedaan tahap
perkembangannya, latar belakang social-budaya, juga karena perbedaan faktor-faktor
8

yang dibawa dari kelahirannya. Kondisi ini pun berbeda pula bergantung pada konteks,
peranan, dan status individu diantara individu-individu yang lainnya. Interaksi yang
tercipta dalam situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologis para peserta
didik maupun kondisi pendidiknya.
Jadi, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nana Syaodih Sukmadinata bahwa
minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu
(1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Keduanya sangat diperlukan,
baik di dalam merumuskan tujuan, memilih dan menyusun bahan ajar, memilih
dan menerapkan metode pembelajaran serta teknik-teknik penilaian.
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji
tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek
perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang
berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-
teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang
semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari
pengembangan kurikulum.
4. Landasan Sosial-Budaya
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial
hubungan antar individu dengan individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut
juga ilmu masyarakat. Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-
asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan
kurikulum. Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju
manusia yang berbudaya. Pendidikan merupakan proses sosialisasi dan pewarisan
budaya dari generasi ke generasi selanjutnya dalam upaya meningkatkan harkat dan
martabat manusia, baik sebagai individu, kelompok masyarakat, maupun dalam konteks
yang lebih luas yaitu budaya bangsa. Oleh karena itu anak didik dihadapkan pada
budaya, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya.
S. Nasution mengemukakan: “mendidik anak dengan baik hanya mungkin jika kita
memahami masyarakat tempat mereka hidup. Oleh karena itu, setiap pembina
kurikulum harus senantiasa mempelajari keadaan, perkembangan, kegiatan, dan
9

aspirasi masyarakat.”

Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan peserta didik hidup
dalam kehidupan masyarakat. Asumsinya adalah peserta didik berasal dari masyarakat,
dididik oleh masyarakat, dan harus kembali ke masyarakat. Ketika peserta didik
kembali kemasyarakat tentu ia harus di bekali dengan sejumlah kompetensi, sehinga ia
dapat berbakti dan berguna bagi masyarakat. Kompetensi yang dimaksud adalah
sejumlah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang di peroleh peserta didik
melalui berbagai kegiatan dan pengalaman belajar di sekolah. Kegiatan dan pengalaman
belajar tersebut diorganisasi dalam pendekatan dan format tertentu yang disebut
dengan kurikulum. Berdasarkan alur pemikiran ini, maka sangat logis jika
pengembangan kurikulum berlandaskan pada kebutuhan masyarakat. Di samping
itu, dasar pemikiran lain adalah kurikulum merupakan bagian dari pendidikan, dan
pendidikan merupakan bagian dari masyarakat. Dengan demikian, sangat wajar apabila
pengembangan kurikulum harus memperhatikan kebutuhan masyarakat dan harus
ditunjang oleh masyarakat.

Pendidikan sebagai proses budaya adalah upaya membina dan mengembangkan


daya cipta, karsa, dan rasa manusia menuju ke peradaban manusia yang lebih luas dan
tinggi, yaitu manusia yang berbudaya. Semakin meningkatnya perkembangan sosial
budaya manusia, akan menjadikan tuntutan hidup manusia semakin tinggi pula, untuk
itu diperlukan kesiapan lembaga pendidikan dalam menjawab segala tantangan yang
diakibatkan perkembangan kebudayaan tersebut. Oleh karena itu, sebagai antisipasinya
lembaga pendidikan harus menyiapkan anak didik untuk hidup secara wajar sesuai
dengan perkembangan sosial budaya masyarakatnya, untuk itu diperlukan inovasi-
inovasi pendidikan terutama menyangkut kurikulum.
Kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat saat ini,
dan bahkan harus dipersiapkan untuk mengantisipasi kondisi-kondisi yang bakal terjadi,
dan hal ini juga menjadi tugas dari seorang guru untuk dapat membina dan
melaksanakan kurikulum, agar apa yang diberikan kepada anak didiknya berguna dan
relevan dengan kehidupan dalam masyarakat.
Mendidik anak dengan baik hanya mungkin dilakukan jika kita memahami
masyarakat tempat ia hidup, karena itu setiap pembina kurikulum harus senantiasa
mempelajari keadaan, perkembangan, kegiatan, dan aspirasi masyarakat. Salah satu ciri
masyarakat adalah perubahannya yang sangat cepat seiring perkembangan ilmu
10

pengetahuan. Perubahan-perubahan itu secara otomatis memberikan tugas yang lebih


luas dan berat kepada lembaga pendidikan, karena anak yang saat ini memasuki sekolah
dasar (SD) akan menghadapi dunia yang sangat berbeda dengan masyarakat 15 atau 20
tahun kedepan saat anak tersebut menyelesaikan studinya di universitas misalnya.
Perubahan masyarakat mengharuskan kurikulum untuk senantiasa ditinjau kembali.
Kurikulum yang baik pada suatu saat, bisa jadi sudah tidak lagi sesuai dalam keadaan
yang sudah berubah. Sebagai contoh, dalam kehidupan bermayarakat, anak harus
dididik untuk menghargai jasa orang lain, karena di zaman yang semakin maju manusia
tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, begitu pula dalam kehidupan berbangsa,
setiap negara tidak bisa lepas dari ketergantungan dengan negara lain, untuk itu anak
harus dididik dalam hubungan manusia dengan dunia internasional.
Alasan lain mengapa kurikulum harus berlandaskan sosial budaya adalah bahwa
pengajaran akan mencapai hasil sebaik-baiknya bila didasarkan atas interaksi murid
dengan sekitarnya. Apa yang dipelajari anak hendaknya hal-hal yang juga terdapat
dalam masyarakat, karena itu berguna bagi kehidupan anak sehari-hari. Kurikulum itu
seharusnya merupakan sesuatu yang hidup dan dinamis, mengikuti dan turut serta
menentukan perkembangan masyarakat di lingkungan sekolah. Dan karena keadaan
masyarakat di tiap daerah itu berbeda, maka hendaknya setiap sekolah di daerah diberi
kebebasan pada batas tertentu untuk menentukan kurikulum sendiri menyesuaikan
dengan kebutuhan masyarakatnya, dengan pertimbangan hal berikut:
a. Keadaan fisik lingkungan (iklim, mata pencaharian, luas daerah, topografi
daerah, keadaan tanah dan kekayaan alam).
b. Penduduk (jumlahnya, mata pencahariannya, susunan penduduknya, dan
latar belakang pendidikannya).
c. Organisasi-organisasi masyarakat, manusia tidak hidup sendiri, tetapi
membentuk kelompok dan organisasi yang mempunyai tujuan dan problem
masing-masing.
Adapun cara menggunakan masyarakat dalam pelajaran adalah dengan hal-hal
berikut:
a. Karyawisata. murid-murid dapat dibawa ke luar kelas untuk mempeajari berbagai
hal.
b. Menggunakan orang sebagai sumber. dalam tiap masyarakat betapapun kecilnya
pasti terdapat orang-orang yang mempunyai pengalaman, kecakapan atau
pengetahuan yang khusus.
c. Pengabdian masyarakat. murid diharapkan tidak hanya memperhatikan dan
11

mempelajari, tetapi juga turut serta dalam usaha-usaha memperbaiki keadaan


masyarakat.
d. Pengalaman kerja dalam masyarakat.
Sedangkan tugas yang harus dihadapi oleh para pengembang kurikulum adalah:
a. Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat seperti dirumuskan
dalam undang-undang, peraturan, keputusn pemerintah, dan sebagainya.
b. Menganalisis masyarakat tempat sekolah berada.
c. Menganalisis syarat dan tuntutan terhadap tenaga kerja.
d. Menginterpretasi kebutuhan individu dalam rangka kepentingan masyarakat.
Pada ahirnya keputusan yang akan diambil tentang kurikulum akan bergantung
pada bagaimana para pengembang kurikulum memandang dunia tempat ia hidup,
bereaksi terhadap berbagai kebutuhan yang dikemukakan oleh berbagai golongan
masyarakat, dan juga oleh falsafah hidup dan pendidikannya.
Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia
yang berbudaya. Dalam konteks itulah anak didik dihadapkan dengan budaya manusia,
dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya, serta dipupuk kemampuan
dirinya menjadi manusia berbudaya. Kebudayaan adalah hasil, cipta, karsa dan rasa
manusia. Pendidikan sebagai proses budaya adalah upaya membina dan
mengembangkan cipta, karsa, dan rasa.
Proses pembudayaan tidak terjadi dalam keadaan vakum, tetapi dalam keadaan
selalu berinteraksi dengan lingkungan budaya yang oleh Linton dapat dibagi menjadi
tiga kategori, yakni: (a) budaya umum dan (b) budaya khusus.
Budaya Umum mencakupi nilai-nilai, kepercayaan dan kebiasaan yang
dianut oleh orang-orang dewasa pada umumnya dari satu suku bangsa, atau bangsa-
bangsa di dunia yang mencakupi prilaku kehidupan sehari-hari yang teramati, misalnya,
bahasa, cara berpakaian, makanan, kesenian, cara mendidik anak, agama yang dianut,
kehidupan sosial, politikdan perekonomian.
Sedangkan Budaya Khusus mencakupi unsur-unsur budaya yang berkembang
hanya dalam kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat, yang sifatnya vokasional
(kejuruan), unsur khusus dari setiap kebudayaan umum akan terdapat didalamnya.
Misalnya bahasa secara universal setiap manusia mempunyai bahasa, namun bahasa
tersebut untuk setiap masyarakat/negara berbeda satu sama lain.9
Isi pendidikan (kurikulum) adalah kebudayaan manusia yang senantiasa
12

berkembang. Baik kebudayaan umum/universal maupun kebudayaan khusus yang


sesuai dengan masyarakat setempat. Kebudayaan universal terutama bahasa, religi, dan
sistem pengetahuan serta teknologi, adalah unsur-unsur utama isi kurikulum secara
umum, sedangkan unsur kebudayaan khusus masuk sebagai isi kurikulum dalam bentuk
kurikulum muatan lokal.

Di sinilah pentingnya guru, para pembina dan pelaksanaan kurikulum dituntut


lebih peka mengantisiasi perkembangan masyarakat, agar apa yang diberikan kepada
siswa relevan dan bermanfaat bagi kehidupan siswa di masyarakat. Apa yang telah
diprogramkan dalam kurikulum secara nasional, tidak berarti barang mati, mengingat
penerapan konsep-konsep yang ada di dalamnya harus sesuai dengan kehidupan
masyarakat setempat. Kurikulum tidak hanya dipandang sebagai isi, tetapi juga dapat
digunakan sebagai media, sumber belajar dan atau pendekatan belajar. Teori, prinsip,
konsep, hukum yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada dalam
kurikulum, penerapannya harus disesuaikan dengan kondisi sosial budaya di masyarakat
setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai anak lebih bermakna dalam hidupnya.
Dengan demikian, adanya Perealisasian Kurikulum Muatan lokal saya pikir
sangatla efektif dalam mengembangkan kebudayaan dan potensi-potensi yang ada pada
daerah tersebut, tetapi pada pelasanaanya hanya sebagian kecil saja sekolah yang
mewujudkan kurikulum muatan lokal tesebut ini seharusnya menjadi acuan agar budaya
dapat di lestarikan shingga kurikulum di indonesia kaya akan budayanya.
5. Landasan pengetahuan dan teknologi
Pada Dasarnya Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah produk dari kebudayaan.
Kebudayaan manusia yang terkait dengan ilmu dan teknologi pada saat ini telah
mencapai tingkatan yang sangat tinggi. Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi
dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia
melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada
pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru
antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global
dan lokal. Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang
berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan
canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi
dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam
mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu
13

dan antisipatif terhadap ketidak pastian. Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu
merubah tatanan kehidupan manusia.

Ilmu pengetahuan juga dapat dipahami sebagai seperangkat pengetahuan yang


disusun secara sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan
teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah- masalah
dalam kehidupan. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Teknologi banyak
digunakan dalam berbagai bidang kehidupan.Tujuannya adalah untuk menciptakan
suatu kondisi yang efektif, efisien dan sinergis terhadap pola perilaku manusia.
Perkembangan yang begitu cepat pada beberapa dekade terakhir adalah perkembangan
teknologi transportasi, komunikasi, dan informatika, serta media cetak.Perkembangan
teknologi terbesar dalam pertengahan abad ke- 20 berkenaan dengan penjelajahan luar
angkasa.Temuan-temuan dibidang fisika, kimia, dan matematika
mengembangkan teknologi ruang angkasa dan kemiliteran.
Perkembangan IPTEK, baik secara langsung maupun tidak langsung menuntut
perkembangan pendidikan. Pengaruh langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah memberikan isi atau materi atau bahan yang akan disampaikan dalam
pendidikan. Pengaruh tak langsung adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknolgi menyebabkan perkembangan masyarakat, dan perkembangan masyarakat
menimbulkan problem baru yang menuntut pemecahan dengan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan baru yang dikembangkan dalam pendidikan. Oleh karena itu,
kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan
sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup manusia.
Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan
temuan-temuan baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti kehidupan
sosial, ekonomi, budaya, politik, dan kehidupan lainnya. Ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) bukan menjadi monopoli suatu bangsa atau kelompok tertentu. Baik
secara langsung maupun tidak langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut berpengaruh pula terhadap pendidikan. Perkembangan teknologi industri
mempunyai hubungan timbal-balik dengan pendidikan. Industri dengan teknologi maju
memproduksi berbagai macam alat-alat dan bahan yang secara langsung atau tidak
langsung dibutuhkan dalam pendidikan dan sekaligus menuntut sumber daya manusia
14

yang handal untuk mengaplikasikannya.


Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil
industri seperti televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya. Penggunaan alat-
alat yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, apalagi disaat
perkembangan produk teknologi komunikasi yang semakin canggih, menuntut
pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan yang memadai dari para guru dan
pelaksana program pendidikan lainnya. Mengingat pendidikan merupakan upaya
menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin
pesat termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi
terhadap pengembangan kurikulum yang didalamnya mencakup pengembangan
isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan
system evaluasi. Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat
membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang
dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan
masalah pendidikan.
Dengan adanya landasan pengembangan IPTEK Implikasinya adalah
pengembangan kurikulum harus dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk lebih banyak menghasilkan teknologi baru sesuai dengan
perkembangan zaman. Perkembangan kurikulum harus difokuskan pada kemampuan
peserta didik untuk mengenali dan merevitalisasi produk teknologi yang telah
lama dimanfaatkan masyarakat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Landasan Kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, landasan, suatu asumsi, atau
prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis,
karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya
kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya
memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara
mendalam.
Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman maupun
kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau menggunakan
landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi serta berperan
sesuai dengan tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan seperti tercantum dalam rumusan
tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam UU no. 20 tahun 2003.
Pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam setiap
pengembangan kurikulum, yaitu: Landasan Filosofis, Landasan psikologis, Landasan Sosial-
Budaya dan Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

15
DAFTAR PUSTAKA

Arifin , Zainal (2014) Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung :


Remaja Rosda Karya

Sudjana, Nana (1996) Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah,


Bandung :Sinar Baru Algensindo
Sukmadinata, Nana Syaodhi (1996) Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,
Bandung : Remaja Rosda Karya

Suwito (2018) Kaya gagasan miskin kesulitan, Tanggerang: Hak Cipta Suwito

Reksoatmodjo, Tedjo Narsoyo (2010) Pengembangan Kurikulum Pendidikan


Teknologi dan Kejuruan, Bandung:Refika Aditama

Tim Pengembangan MKDP (2015) Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Rajawali


Pers
Kementerian Agama Republik Indonesia (2010) Al Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta:
Lentera Abadi

16

Anda mungkin juga menyukai