DI SEKOLAH/ MADRASAH/PESANTREN
Disusun Oleh :
ASRIYAH
NIM : 2011000850
PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS JAWA BARAT
Kampus Pesantren Darussalam Kotak Pos 2 Tlp./Faks. ( 0265 ) 774376
Ciamis Jawa Barat 46271
Email : iaidciamis@plasa.com
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DAN
APLIKASINYA DI SEKOLAH/ MADRASAH/PESANTREN tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam juga semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW,
sang revolusioner dan pemimpin umat manusia.
Dalam pembuatan makalah ini, tentu tak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dosen Pengampu yang telah membimbing penulis selama ini. Tentunya makalah
ini, masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu penulis senantiasa mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin
Yaa Robbal „Aalamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Pendahuluan ...................................................................................................... 1
B. Pengertian .......................................................................................................... 2
C. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivisme.................................................4
D. Konstruksi Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky ............................................ 6
E. Teori Konstruktivisme dan Aplikasinya di Sekolah/Madrasah dan Pesantren..7
F. Kesimpulan ........................................................................................................ 9
REFERENSI .......................................................................................................... 9
ii
A. Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan, masih banyak yang menerapkan pembelajaran yang
bersifat teacher centred, yaitu pembelajaran berpusat pada guru. Guru yang aktif
dalam proses pembelajaran, sehingga siswa hanya duduk mendengarkan
penjelasan guru. Hal ini menyebabkan siswa hanya menerima transfer
pengetahuan dari seorang guru dan pencapaian hasil belajar kurang optimal.
Masalah tersebut kemudian memunculkan sebuah teori pembelajaran
kontruktivisme sebagai jawaban atas berbagai persoalan pembelajaran dalam
masa kontemporer. Di dalam model Pembelajaran kontruktivisme pengetahuan
tidak ditransferkan dari guru ke pada siswa, namun dibangun sendiri oleh siswa.
Dengan kata lain, teori konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan adalah
buatan kita sendiri. Pengetahuan merupakan salah satu hasil dari kontruksi
kognitif melalui kegiatan individu dengan membuat struktur, kategori, konsep dan
skema yang diperlukan untuk membuat pengetahuan tersebut.1
B. Pengertian
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara faktor-faktor yang
terlibat di dalamnya guna mencapai tujuan. Proses sederhana yang
menggambarkan interaksi unsur pendidikan dapat secara jelas dilihat dalam
proses belajar yang terjadi di lembaga pendidikan formal, tepatnya di kelas, yaitu
manakala guru mengajarkan nilai-nilai ilmu dan keterampilan kepada anak didik,
dan anak didik menerima pengajaran tersebut maka dari itu terjadilah apa yang
dinamakan proses belajar.
Menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dinyatakan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
2
mewujudkan suasana belajar mengajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
5
b. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali berhadapan
dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara
kuat maupun lemah.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar
bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu sendiri,
suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran
seseorang.
d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan
(disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.
e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan
lingkungannya.
f. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar:
konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan
yang dipelajari.
Dari pandangannya tersebut, dapat diambil sebuah makna bahwa belajar
dalam teori konstruktivisme merupakan suatu proses organik untuk menemukan
sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan fakta. Belajar itu suatu
perkembangan pemikiran dengan membuat kerangka pengertian yang berbeda.
D. Konstruksi Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky (1896-1934)
Teori belajar kokonstruktivistik merupakan teori belajar yang di pelopori
oleh Lev Vygotsky. Teori belajar ko-kontruktinvistik atau yang sering disebut
sebagai teori belajar sosiokultur merupakan teori belajar yang titik tekan
utamanya adalah pada bagaimana seseorang belajar dengan bantuan orang lain
dalam suatu zona keterbatasan dirinya yaitu Zona Proksimal Developmen (ZPD)
atau Zona Perkembangan Proksimal dan mediasi. Di mana anak dalam
perkembangannya membutuhkan orang lain untuk memahami sesuatu dan
memecahkan masalah yang dihadapinya.
Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat
perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan
masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan
6
sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau
melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu.
Berdasarkan teori Vygotsky, Yuliani (2005: 46) menyimpulkan beberapa
hal yang perlu untuk diperhatikan dalam proses pembelajaran, yaitu:
a. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya anak memperoleh kesempatan yang
luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya atau potensinya
melalui belajar dan berkembang.
b. Pembelajaran perlu dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya dari
pada perkembangan aktualnya.
c. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan
kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramentalnya.
d. Anak diberikan kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan
deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural untuk
melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah
e. Proses Belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi lebih
merupakan ko-konstruksi.
Inti dari teori belajar kokonstruktivistik ini adalah penggunaan alat berfikir
seseorang yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan sosial
budayanya. Lingkungan sosial budaya akan menyebabkan semakin kompleksnya
kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu.
7
belajar atau ta'lim mencakup kegiatan yang luas, tidak sekedar terkait
pengembangan pengetahuan saja, melainkan juga pengembangan keterampilan,
pembentukan sikap dan perilaku yang baik. Belajar tidak hanya mencakup aspek
pengetahuan yang sempit, namun juga meliputi berbagai pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang tercermin jelas dalam perilaku manusia di
setiap aspek kehidupan dan setiap tindakan.
Menurut Al- Attas bahwa konsep belajar menurutnya bahwa pengetahuan itu
dibagi ke dalam dua bagian, yakni al-'ilm yang menunjuk kepada pengetahuan
yang hanya dapat mungkin diterima oleh insan dengan daya usaha kerja amal
ibadah serta kesucian hidupnya, yakni dengan keihsanannya dan dengan khidmat
sejati ibadah kepada Tuhannya Yang Hak demi ridha-Nya belaka dan yang
kemungkinan dapat diterimanya itu bergantung kepada kehendak dan karunia
Allah Swt.
Refrensi:
Agus N Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan
Terpopuler, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), Cet. I, h. 13.
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu
Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), Cet.
II, h. 12-13.
Nata Abuddin, 2001, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Seri Kajian
Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
10