Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 2

Landasan dan Pendekatan Pengembangan Kurikulum


PGMI/SD

Dede Maulana1 Jannatu Sadiah Wahyuni2


Reni Nurul Asila3
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
1
dedemaulana080802@gmail.com 2janatusadiahw1@gmail.com
3
reniner3007@gmail.com

Abstracts

The Curriculum Foundation is the basis for creating a curriculum. The foundation has a very
important role. If it doesn't have a strong foundation, then the curriculum. This will be easily
swayed and what is at stake is the students produced by the educators themselves. The basic
aim of the curriculum in the teaching and learning process is so that the curriculum can function
and play a role in accordance with the educational demands that are to be produced as stated in
the formulation of national education objectives which have been outlined. The writing method
uses literature review by collecting various kinds of literature, including magazines, books,
websites. and others that are appropriate to the research topic. The benefit of this writing is as
a source or guide in developing an understanding of the foundations and approaches to
curriculum development. and can solve problems related to the foundation and approach to
curriculum development.

Keywords: Curriculum, Educators, Understanding

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Landasan pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan aspek-aspek
yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan pada waktu mengembangkan suatu
1
Kelompok 2
kurikulum satuan pendidikan, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
Pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut
pandang secara umum tentang peruses pengembangan kurikulum. Pengembangan
kurikulum itu sendiri, berkenaan dengan pengembangan kurikulum yang sifatnya sama
sekali baru (curriculum construction) maupun berupa penyempurnaan atau perbaikan
dari kurikulum yang telah atau sedang dilaksanakan saat ini (curriculum improvement).
Setiap kegiatan pengembangan kurikulum hendaknya menggunakan landasan
yang kuat sehingga akan melahirkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan. Melalui
kajian terhadap bidang-bidang yang menjadi landasan pengembangan kurikulum ini,
hal-hal yang bersifat normative dan ideal yang menjadi tumpuan tujuan
penyelenggaraan pendidikan dapat dianalisis, dan ini sangat bermanfaat untuk
mencegah agar program pendidikan yang lahir tidak mudah goyah dan berubah-ubah
karena rapuhnya fondasi yang mendasarinya.
Dengan demikian dalam mengembangkan kurikulum, terlebih dahulu harus
diidentifikasi dan dikaji secara selektif, akurat, mendalam dan menyeluruh landasan apa
saja yang harus dijadikan pijakan dalam merancang, mengembangkan, dan
mengimplementasikan kurikulum. Dengan landasan yang kokoh kurikulum yang
dihasilkan akan kuat, yaitu program pendidikan yang dihasilkan akan dapat
menghasilkan manusia terdidik sesuai dengan hakikat kemanusiannya, baik untuk
kehidupan masa kini maupun menyongsong kehidupan jauh kemasa yang akan datang.
Penggunaan landasan yang tepat dan kuat dalam mengembangkan kurikulum
tidak hanya diperlukan oleh para penyusun kurikulum ditingkat pusat (makro), akan
tetapi terutama harus difahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para pengembang
kurikulum ditingkat operasional (satuan pendidikan), yaitu para guru, kepala sekolah,
pengawas pendidikan (supervisor) dewan sekolah atau komite pendidikan dan para guru
serta pihak- pihak lain yang terkait (stacke holder).
Dengan diterapkannya kebijakan pemerintah (Depdiknas) yaitu pengembangan
kurikulum operasional dilakukan oleh setiap satuan pendidikan dengan program
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (KTSP), maka seluruh jajaran di setiap satuan
pendidikan harus memiliki pemahaman yang luas dan mendalam tentang landasan
pengembangan kurikulum, dan secara operasional harus dijadikan rujukan dalam
mengimplementasikan kurikulum di setiap satuan pendidikan yang dikelolanya.

2
Kelompok 2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dari landasan, pendekatan dan kurikulum ?
2. Apa saja landasan dalam perkembangan kurikulum ?
3. Apa saja yang termasuk pendekatan perkembangan kurikulum ?
1.3 Tujuan
Penelitian memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Agar mengetahui definisi dari landasan, pendekatan dan kurikulum.
2. Untuk memahami landasan perkembangan kurikulum.
3. Untuk memahami pendekatan perkembangan kurikulum.

3
Kelompok 2
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Landasan Pendekatan dan Kurikulum
Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata curir
artinya pelari. Sedangkan kata curere artinya tempat berpacu atau jarak yang harus
ditempuh. Kemudian jarak yang harus ditempuh tersebut digunakan sebagai istilah
dalam pendidikan yang menjadi program sekolah yang harus dicapaioleh siswa.
Program tersebut berisi mata pelajaran-mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa
dalam masa tertentu, seperti SD/MI (enam tahun), SMP/MTS (tiga tahun) dan
seterusnya.Dengan demikian, secara terminologi istilah kurikulum berarti sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa di sekolah untuk
memperoleh ijazah. Pengertian kurikulum tersebut mengandung makna bahwa isi
kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran (subject matter) yang harus dikuasai siswa
untuk memperoleh ijazah.
Seiring perkembangan zaman, kini pengertian kurikulum kian bersifat lebih luas
dan beragam karena memerlukan pengembangan dan penyesuaian mendalam tentang
konsepsi kurikulum itu sendiri. Jika sebelumnya kurikulum diartikan sebagai sejumlah
mata pelajaran saja, maka hal tersebut diperjelas lagi bahwa kurikulum bukan hanya
sejumlah mata pelajaran melainkan terdiri dari interaksi belajar dan pengembangan
peserta didik, baik secara tertulis (explicitly) maupun tidak tertulis (hidden curriculum).
Landasan Kurikulum merupakan dasar untuk membuat suatukurikulum.
Landasan memiliki peranan yang sangat penting. Di Ibaratkan sebagai sebuah rumah
yang tidak menggunakan landasan atau pondasi yang kuat, maka ketika diterpa angin
yang kencang atau terjadi gempa, rumah tersebut akan mudah roboh. Begitu pula dengan
kurikulum, apabila tidak memiliki landasan yang kuat, maka kurikulum tersebut akan
mudah terombang-ambing dan yang menjadi taruhannya adalah peserta didik yang
dihasilkan oleh pendidik itu sendiri. Landasan kurikulum berperan peenting agar
kurikulum dapat berfungsi serta berperan sesuai dengan tuntutan pendidikan yang ingin
dihasilkan seperti tercantum dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yang telah
digariskan.
Pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang
tepat dengan mengikuti langkah- langkah pengembangan yang sistematis agar
memperoleh kurikulum yang lebih baik .Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk

4
Kelompok 2
kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Dengan demikian pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau
sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.

2.2 Landasan dalam Perkembangan Kurikulum


1. Landasan Filosofis
Adalah disiplin ilmu dasar yang membahas semua masalah manusia, termasuk
pendidikan, dan disebut filsafat pendidikan. Filsafat memberikan arahan dan
metode untuk praktik pendidikan, dan praktik pendidikan menyediakan bahan untuk
pemikiran filosofis, dan keduanya terkait erat. Inilah sebabnya mengapa landasan
filosofis menjadi landasan penting bagi pengembangan kurikulum.
Menurut Redja Mudyahardjo (2012), tiga sistem pemikiran filosofis yang
memiliki pengaruh besar terhadap keseluruhan pemikiran pendidikan, khususnya di
Indonesia, yaitu: idealisme, realisme, dan pragmatisme. Ia merangkum konsep tiga
aliran filsafat dan dampaknya terh-adap pendidikan sebagai berikut:
a. Idealisme
1) Konsep filosofis
• Metafisika (Nature of Reality): Realitas atau kenyataan yang
sebenarnya bersifat spiritual
• Antropologi (Kemanusiaan): Jiwa dikaruniai kemampuan
berpikir/akal. Kemampuan berpikir mengarah pada kemampuan
untuk memilih.Epistemologi (hakikat pengetahuan): pengetahuan
yang benar diperoleh melalui intuisi, diingat kembali melalui
pemikiran. Kebenaran hanya dicapai oleh segelintir orang bijak;
mayoritas hanya pada tingkat opini.
• Aksiologi (hakikat nilai): Kehidupan manusia diatur oleh kewajiban
moral. Hal-hal yang bersifat absolut/mutlak merupakan hakikat
darinilai itu sendiri.
2) Filsafat Pendidikan
• Tujuan pendidikan: Tujuan pendidikan formal dan nonformal
pertama-tama adalah pembentukan karakter dan kemudian
pengembangan bakat dan kebajikan sosial.
• Muatan pendidikan: Mengembangkan keterampilan berpikir
melaluipendidikan umum, dan mengembangkan kecakapan hidup
5
Kelompok 2
melalui pendidikan praktis.
• Metode pendidikan: Metode pendidikan yang dikembangkan adalah
metode dialektis/dialog, tetapi metode apa pun yang efektif untuk
mendorong pembelajaran dapat diterima (opsional). Cenderung
mengabaikan dasar fisiologis dalam belajar.
• Peran siswa dan pendidik: Siswa bebas mengembangkan bakat dan
kepribadiannya. Pendidik berkolaborasi dengan alam dalam
mengembangkan kompetensi keilmuan. Tugas utama pendidik
adalah menciptakan lingkungan di mana siswa dapat belajar
secara efektif.
b. Realisme
1) Konsep filosofis
• Metafisika (Essence of Reality): Realitas atau material
yangsebenarnya.
• Humanologi: Hakikat manusia adalah apa yang dapat
dilakukannya. Setiap manusia memiliki kemampuan berpikir
yang berbeda-beda dan kompleks.
• Epistemologi (hakikat pengetahuan): Pengetahuan diperoleh
melalui persepsi melalui penggunaan pikiran. Keaslian
pengetahuan dapat ditunjukkan dengan memeriksa
konsistensinya dengan fakta.
• Aksiologi (sifat nilai): Hukum alam mengatur perilaku manusia
secara alamiah; dan pada tingkat yang lebih rendah oleh
kebiasaan hidup yang dicoba dan diuji.
2) Filsafat Pendidikan
• Tujuan pendidikan: Kemampuan setiap pribadi untuk
menyesuaikan diri dalam kehidupan dan bertanggungjawab
penuh terhadap segala tindakannya.
• Konten pendidikan: kurikulum komprehensif yang memuat
semua pengetahuan.yang berguna untuk penyesuaian hidup dan
tanggung jawab sosial. Kurikulum memuat pendidikan umum
untukmengembangkan kemampuan berpikir, serta pendidikan
praktis untuk tujuan kerja.

6
Kelompok 2
• Metode pendidikan didasarkan pada pengalaman langsung atau
tidak langsung. Metode pengajaran harus logis, selangkah demi
selangkah. Pembiasaan adalah metode dasar yang digunakan
oleh penganut aliran realisme. Peran siswa dan pendidik:
Berkenaan dengan pembelajaran, peran siswa adalah memiliki
pengetahuan yang dapat diubah. Siswa dituntut untuk melatih
disiplin psikologis dan moral untuk setiap tingkat kebajikan.
2. Landasan Psikologi
Pendekatan psikologis membahas berbagai dimensi fenomenologis dan
perilaku, termasuk pribadi, sosial dan spiritual, serta memahami tahap kehidupan
perkembangan. Pada berbagai tahapan proses pendidikan, siswa mulai bersekolah
hingga berinteraksi dengan lingkungannya, baik fisik maupun sosial.Melalui
pendidikan, peserta didik diharapkan berperilaku fisik, mental, emosional, moral,
intelektual, dan sosial yang lebih baik.Pengembangan kurikulum harus didasarkan
pada asumsi yang diturunkan dari psikologi, termasuk penelitian tentang apa dan
bagaimana siswa berkembang dan bagaimana siswa belajar.
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Sedangkan
kurikulum adalah upaya menentukan program pendidikan untuk merubah perilaku
manusia. Oleh sebab itu dalam mengembangkan kurikulum harus dilandasi oleh
psikologi sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku peserta
didik itu harus dikembangkan.

Melalui penerapan landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum, tiada


lain agar upaya pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dengan hakikat
peserta didik, baik penyesuaian dari segi materi atau bahan yang harus
disampaikan, penyesuaian dari segi proses penyampaian atau pembelajarannya,
dan penyesuaian dari unsur-unsur upaya pendidikan lainnya. Karakteristik
perilaku setiap individu pada berbagai tingkatan

perkembangan merupakan kajian dari psikologi perkembangan, dan oleh


karena itu dalam pengembangan kurikulum yang senantiasa berhubungan dengan
program pendidikan untuk kepentingan peserta didik, maka landasan psikologi
mutlak harus dijadikan dasar dalam upaya pengembangannya. Perkembangan

7
Kelompok 2
yang dialami oleh peserta didik pada umumnyadiperoleh melalui proses belajar.
Guru atau pendidik selalu mencari upaya untuk dapat membelajarkan anak. Cara
belajar dan mengajar yang bagaimana agar dapat memberikan hal yang optimal
tentu saja memerlukan pemikiran mendalam, yaitu dilihat dari kajian psikologi
belajar.Pada hakikatnya setiap individu mengalami perkembangan, yaitu
perubahan-perubahan yang teratur sejak dari pembuahan sampai mati. Perubahan
pada individu dapat terjadi melalui proses kematangan (maturation), dan melalui
proses belajar (learning). Kedua model perubahan yaitu kemtangan dan karena
proses belajar. termasuk kedalam kajian psikologi, yaitu psikologi perkembangan
dan psikologi belajar. Oleh karena itu sangat naif, jika berbicara proses
mengembangkan suatu kurikulum baik pada tatanan kurikulum ideal maupun
kurikulum dalam dimensi operasional (pembelajaran) tidak memakai kajian
palkologis sebagai dasar pijakan atau landasan berpikir (konsep) maupun
dalam prakteknya.
3. Landasan Sosiologi
Basis sosiologis pengembangan kurikulum diturunkan dari asumsi sosiologis
yang menjadi titik tolaknya. Pengembangan kurikulum harus mengacu pada
landasan sosiologis, karena anak (siswa) berasal dari masyarakat tempat mereka
menerima pendidikan. Oleh karena itu, kehidupan sosial dan kehidupan budaya
memiliki ciri khasnya masing-masing, yang harus menjadi dasar dan titik tolak bagi
terselenggaranya pendidikan. Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi
manusia dengan orang-orang yang mengerti tentang ilmu pengetahuan. Dalam
konteks ini, peserta didik menghadapi budaya manusia, mengolah dan
mengembangkan sesuai dengan nilai budayanya sendiri, serta menumbuhkan
kemampuan menjadi manusia.

a) Masyarakat dan Kurikulum Masyarakat adalah sekelompok individu yang


mengorganisir diri ke dalam kelompok-kelompok yang berbeda, atau
sekelompok individu terorganisir yang menganggap diri mereka berbeda
dari kelompok atau masyarakat lain. Setiap masyarakat memiliki budayanya
masing-masing. Ini berarti bahwa pemikiran yang diyakini seseorang dan
bagaimana seseorang bereaksi terhadap lingkungannya sangat bergantung
pada budaya di mana ia tinggal.
b) Kebudayaan dan Kurikulum Beberapa faktor penting pengembangan

8
Kelompok 2
kurikulum dikaitkan dengan kebudayaan:
1. Individu dilahirkan dalam lingkungan budaya, baik dalam hal
kebiasaan, cita-cita, sikap, pengetahuan, keterampilan, dll. Semua itu
diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan budaya,
keluarga, masyarakat sekitar dan sekolah/lembaga pendidikan. Oleh
karena itu, sekolah atau lembaga pendidikan mempunyai tugas
khusus membekali siswa dengan pengalaman melalui suatu alat yang
disebut kurikulum.
2. Kurikulum seharusnya disesuaikan dengan aspek sosial dan budaya.
Aspek sosiologis berkaitan dengan situasi sosial yang sangat
beragam dalam masyarakat, seperti masyarakat industri, pertanian,
nelayan, dll. Persekolahan pada dasarnya bertujuan untuk mendidik
anggota masyarakat agar dapat berintegrasi, berinteraksi dan
beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya serta meningkatkan
kualitas
3. hidupnya sebagai makhluk budaya. Artinya kurikulum sebagai alat
untuk mencapai tujuan pendidikan harus menganut budaya bersama
seperti: nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan
4. Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kegiatan pendidikan memerlukan penggunaan produk industri seperti
televisi, radio, video, komputer dan peralatan lainnya. Menggunakan perangkat
yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program pendidikan sangatlah
penting, terutama karena perkembangan produk teknologi komunikasi yang
semakin kompleks membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang memadai,
serta keterampilan guru dan pelaksana program pendidikan lainnya. Mengingat
bahwa pendidikan adalah tentang mempersiapkan siswa untukmasa depan dan
masyarakat yang berubah dengan cepat, termasuk perubahan ilmu pengetahuan
dan teknologi.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak
langsung pada pengembangan kurikulum, antara lain pengembangan
konten/materi pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, dan
penggunaan sistem penilaian. Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan
membekali peserta didik dengan kemampuan memecahkan masalah karena
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

9
Kelompok 2
2.3 Pendekatan Pengembangan Kurikulum
1. Pendekatan Kemampuan / Kompetensi
Kompetensi adalah hubungan yang terintegrasi secara unik antara pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai, yang tercermin dalam pola pikir dan tindak. Ciri
utama metode kompetensi adalah hukum berpikir dan sistematisasi, dan tujuan
penilaian lebih dititik beratkan pada derajat penguasaan dan kemampuan
pembaharuan diri (regeneration ability). Tata cara penggunaan pendekatan ini
meliputi:
a) Menetapkan standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki lulusan setiap
jenis dan jenjang pendidikan.
b) Menetapkan seperangkat kompetensi yang diharapkan lulusan.
c) Menentukan bentuk pendidikan, jumlah pengalaman belajar yang diperoleh
melalui mata pelajaran dan kegiatan lain yang relevan,dan
d) pengembangan silabus.
2. Pendekatan subjek akademik
Pendekatan yang berorientasi pada bidang pelajaran/ mata pelajaran seperti:
PPKn, agama, bahasa Indonesia, sejarah, matematika, IPA, IPS, dll, seperti yang
kita temukan dalam sistem pendidikan sekolah dan universitas saat ini.
3. Pendekatan humanistik
Menurut Somantrie Abdullah, dalam pendekatan humanis, prioritas diberikan
pada pengalaman belajar yang disesuaikan dengan minat, kebu-tuhan, dan
kemampuan anak.
4. Pendekatan teknologis Pendekatan ini digunakan karena derasnya arus informasi
yang masuk ke dalam kehidupan masyarakat seperti telepon, radio, televisi,
internet, dll. Pendidikan harus menggunakan teknologi untuk meningkatkan
kualitas, kompetensi dan relevansinya dengan kehidupan sehari-hari.
5. Pendekatan Rekonstruksionis Pendekatan bertitik tolak pada kondisi yang terjadi
di lingkungan dan berupaya untuk memperbaikinya. Misalnya: masalah hak
minoritas, kesetaraan gender, perdamaian dan kesejahteraan. Menurut
pengembang dan penggunaannya, kurikulum dapat dibagi menjadi:
a) Kurikulum nasional yang ditulis oleh tim pembangunan nasional dan
digunakan di seluruh negeri.
b) Kurikulum negara bagian (state course), yaitu disiapkan oleh negara

10
Kelompok 2
bagian, seperti negara bagian Amerika Serikat.
c) Kurikulum sekolah yang berawal dari keinginan untuk melakukan
diferensiasi kurikulum.
2.4 Prinsip Pengembangan Kurikulum
Negara-negara di dunia mengalami perubahan kurikulum, demikian juga Indon-
esia mengalami perkembangan dan perubahan kurikulum. Menurut Dr. Wina
Sanjaya salah satu prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi adalah
menitikberatkan pada beberapa aspek dasar jati diri bangsa Indonesia. Menurut Prof.
Nana Syaodih Sukmadinata prinsip umum pengembangan kurikulum yaitu :
1. Kesesuaian/Relevansi: Pendidikan dianggap relevan jika sesuai dengan kebutuhan
hidup, atau jika hasil yang diperoleh dari pendidikan bersifat fungsional dan
bermanfaat bagi kehidupan anak, meliputi:
a) Relevan dengan lingkungan
b) Relevan dengan perkembangan kehidupan sekarang dan masa depan
c) Relevan dengan tuntutan dunia kerja.
2. Kelenturan/Fleksibilitas: kurikulum harus mampu menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi terutama dalam hal:
a) Pemilihan program Pendidikan
b) Mengembangkan program pengajaran
3. Berkesinambungan/Kontinuitas: pengembangan kurikulum yang berkesinambungan
sangat dibutuhkan, terutama mencakup.
a) Berbagai tingkat sekolah
b) Berbagai program studi
4. Tepat guna/efisiensi: kurikulum harus tepat guna mencakup waktu, sarana, prasarana,
biaya, dan tenaga.
5. Daya guna/Efektivitas: berkaitan dengan kesesuaian perencanaan dan pelaksanaannya,
yang mencakup.
a) Guru mengajar dengan effektif
b) Siswa belajar dengan effektif

2.5 Model-model Perkembangan Kurikulum


Untuk melakukan pengembagan kurikulum ada berbagai model pengembangan kurik-
ulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya. Model-model

11
Kelompok 2
pengembangan kurikulum tersebut sering kali dinamakan dengan nama ahli yang
melontarkan gagasan tentang model pengembangan kurikulum tersebut. Berikut ini akan
diuraikan tentang beberapa model pengembangan kurikulum.
1. Model Administratif (Line-Staff)
Model Administratif atau garis-komado (line-staff) merupakan pengembangan
kurikulum yang paling awal dan mungkin yang paling dikenal (Zais, 1976 : 47; Nana
Sy. Sukmadinata, 1988 : 179). Model pengembangan urikulum iniberdasarkan pada
cara kerja atasan-bawahan (top-down) yang dipandang efektif dalam pelaksanaan
perubahan, termasuk perubahan kurikulum,Pengembangan kurikulum dilaksanakan
sebagai berikut:
a) Atasan membentuk tim yang terdiri atas para pejabat yang berwenang (pengawas
pendidikan, kepala sekolah, dan pengajar inti).
b) Tim merencanakan konsep rumusan tujuan umum dan rumusan falsafah yang
diikuti.
c) Dibentuk beberapa anggota kerja yang anggotanya terdiri atas spesialis kurikulum
dan staf pengajar yang bertugas untuk merumuskan tujuan khusus, GPBB, dan
kegiatan belajar.
d) Hasil kerja dari butir 3 direvisi oleh tim atas dasar pengalaman atau hasil dari try
out.
e) Setelah try out yang dilakukan oleh beberapa kepala sekolah dan telah direvisi
seperlunya, baru kurikulum tersebut diimplementasikan.
2. Model Grass-Roots
Model penegmbangan kurikulum ini merupakan kebalikan dari model administratif
dilihat dari sumber inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum. Bila model
administratif semua inisiatid dan upaya pengembangan kurikulum dari atas, maka
model grass-roots semua inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum dari bawah.
Juga bisa dikatakan, model administratif bersifat top-down (atasan-bawahan)
sedangkan model grass-roots adalah bottom-up (dari bawah ke atas).
Langkah-langkah pelaksanaan model pengembangan kurikulum sebagai berikut:
a) Inisiatif pengembangan datangnya dari bawah (para pengajar).
b) Tim pengajar dari beberapa sekolah ditambah narasumber lain dari orang tua didik
atau masyarakat luas yang relevan.
c) Pihak atasan memberikan bimbingan dan dorongan.
d) Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah dirintisnya diadakan
12
Kelompok 2
lokakarya untuk mencari input yang diperlukan.
3. Model Roger
Rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum yang disebut Model
Relasi Interpersonal Roger (Rogers Interpersonal Relation Model). Rogers lebih
mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum daripada rancangan pengembangan
kurikulum tertulis, yakni melalui aktivitas dan interaksi dalam pengalaman
kelompok intensif yang terpilih. Adapun langkah-langkah dalam model Rogers sebagai
berikut.
a) Diadakannya kelompok untuk mendapat hubungan interpersonal di tempat yang
tidak sibuk.
b) Kurang lebih dalam satu minggu para peserta saling tukar pengalaman, di bawah
pimpinan staf pengajar.
c) Kemudian diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas lagi dalam satu
sekolah, sehingga hubungan interpersonal akan menjadi lebih sempurna. Yaitu
hubungan antara guru dengan guru, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan
peserta didik dalam suasana yang akrab.
d) Selanjutnya pertemuan diadakan dengan mengikutsertakan anggota yang lebih luas
lagi, yaitu dengan mengikutsertakan para peagawai administarasi dan orang tua
peserta didik. Dalam situasi yang demikian diharapkan masing-masing orang akan
lebih akrab, sehingga memudahkan dalam pemecahan problem sekolah yang
dihadapi.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan penyusunan kurikulum akan lebih
realistis, karena didasari oleh kenyataan yang diaharapkan
4. Model Arah Terbalik (Taba’s Inverted Model)
Model arah terbalik ini dikembangkan oleh Hilda Taba atas dasar data induktif
yang disebut model terbalik, karena biasanya pengembangan kurikulum didahului
oleh konsep-konsp yang datangnya dari atas secara deduktif. Sebelum melaksanakan
langkah-langkah lebih lanjut terlebih dahulu mencari data dari lapangan dengan cara
mengadakan percobaan, kemudian disusun teori atas dasar hasil nyata, baru diadakan
pelaksanaan. Langkah-langkahnya sebagai berikut.
a) Mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan, menentukan materi, menemukan
penilaian,memperhatikan luas dan dalamnya bahan, kemudian disusunlah suatu
unit kurikulum.
b) Mengadakan try out.
13
Kelompok 2
c) Mengadakan revisi atas dasar try out.
d) Menyusun kerangka kerja teori.
e) Mengemukakan adanya kurikulum baru yang akan didesiminasikan.
5. Model Action Research yang Sistematis
Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum
merupakan perubahan sosial. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
penyusunan kurikulum ini yaitu adanya hubungan antara manusia, keadaan organisasi
sekolah, situasi masyarakat, dan otoritas ilmu pengetahuan. Adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut:
a) Adanya problem proses belajar mengajar yang perlu diteliti.
b) Mencari sebab-sebab terjadinya problem dan sekaligurs dicari pemecahannya.
Kemudian menentukan putusan apa yang perlu diambil sehubungan dengan
masalah yang timbul tersebut.
c) Melaksanakan putusan yang telah diambil.

14
Kelompok 2

III. KESIMPULAN
Landasan Kurikulum merupakan dasar untuk membuat suatu kurikulum. Landasan
memiliki peranan yang sangat penting. Apabila kurikulum tidak memiliki landasan yang
kuat, maka kurikulum terebut akan mudah terombang-ambing dan yang menjadi taruhannya
adalah peserta didik yang dihasilkan oleh pendidik itu sendiri. Pendekatan adalah cara kerja
dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah- langkah
pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik. kurikulum
berarti sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa di sekolah
untuk memperoleh ijazah.Pengertian kurikulum tersebut mengandung makna bahwa isi
kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran (subject matter) yang harus dikuasai siswa untuk
memperoleh ijazah.
Terdapat empat landasan dalam perkembangan kurikulum yaitu : Landasan filosofis,
landasan psikologi, landasan sosiologi dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendekatan pengembangan kurikulum dibagi menjadi lima, yaitu : Pendekatan
kemampuan atau kompetensi, pendekatan subjek akademik, pendekatan humanistik,
pendekatan teknologis dan pendekatan rekonstruksionis.
Terdapat lima prinsip-prinsip perekembangan kurikulum yaitu :
kesesuaian/relevansi,kelenturan/fleksibelasi,berkesinambungan/kontiunitas,tepatguna/efisi
ensi,daya guna/efektivitas.
Adapun lima model-model perkembangan kurikulum yaitu: Model Administratif,
model grass roots,model roger, model arah terbalik,Model Action Research yang Sistematis

15
Kelompok 2

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. PT. Remaja : Bandung.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Jaenal Arifin. 2011. Konsep dan model pengembangan kurikulum konsep, Teroi, Prinsip,
Prosedur, Komponen pendekatan, Model, Evaluasi, dan inovasi. Remaja Rodaskarya;
Bandung.
Rosdakarya Hamalik Oemar. 2009. Proses Belajar Mengejar. PT Bumi Aksara: Jakarta.
Wina Sanjaya. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik pengembangan
kurikulum tingkat satuan Pendidikan (KTSP),. Kencana Prenada Media Grup; Jakarta.
Nana Syaodih Sukamdinata “Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek”.Bandung:
Remaja Rosda karya, 2006

16

Anda mungkin juga menyukai