Anda di halaman 1dari 24

Accelerating the world's research.

PENGEMBANGAN KURIKULUM
REVISI MAKALAH
sabilun najah

Related papers of the best related papers 

Irma Dillah El-Syrief

Mutiara Fanty

Koko widyatama putra


PENGEMBANGAN KURIKULUM

REVISI MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
PAI Dosen Pengampu : Dr. H. Abdul Rahman,
M.Ag

Oleh :

Husni Mubarok ( NIM: 1600118028 )


Sapuan ( NIM: 1600118037)
Sukron Makmun ( NIM: 1600118038)

PROGRAM PASCASARJANA
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2018
PENGEMBANGAN KURIKULUM

I. PENDAHULUAN

Dalam kegiatan proses pembelajaran, kurikulum sangat dibutuhkan sebagai


pedoman untuk menyususn target dalam proses belajar mengajar. Karena dengan
adanya kurikulum maka akan memudahkan setiap pengajar dalam porses belajar
mengajar, maka dengan itu perlu untuk diketahui apa arti dari kurikulum itu. Yang
dimaksud dengan kurikulum adalah suatu usaha untuk menyampaikan asas-asas
dan ciri-ciri yang penting dari suatu rencana dalam bentuk yang sedemikian rupa
sehingga dapat dilaksanakan guru disekolah.
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan kurikulum maka perlu untuk
diketahui bagaimana perkembangan kurikulum. Karena seperti halnya tekhnologi
dalam suatu zaman, selalu terjadi perkembangan, begitu juga halnya dengan
perkembangan kurikulum. Untuk itu maka penulis mencoba untuk membahas
tentang perkembangan kurikulum.

II. PERMASALAHAN
Dari latar belakang masalah tersebut maka permasalahan yang bisa
dimunculkan adalah :

1. Prinsip-prinsip apa saja yang terdapat dalam pengembangan kurikulum?


2. Bagaimanakah yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan kurikulum?
4. Bagaimana yang dimaksud dengan artikulasi dan hambatan dalam
pengembangan kurikulum?
5. Model-model apa saja yang dipakai dalam pengembangan kurikulum?

1
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengembangan Kurikulum
Pengembangan berasal dari kata dasar “kembang”, mendapat imbuhan
“pe-an”, yang berarti “proses, cara, perbuatan mengembangkan”1. Dalam
bahasa Inggris, istilah pengembangan digunakan kata “development” (noun)
yang berasal dari kata “develop” (verb) yang artinya “grow larger, fuller, or
more mature, organized”2.
Proses pengembangan kurikulum, terdapat tiga kegiatan yang selalu
terkait dan tidak dapat dipisahkan, yakni desain, implementasi, dan evaluasi.
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang tiada henti (ongoing
process) antara berbagai komponen, yaitu: orientations, development,
implementation dan evaluation.3
Senada dengan Saylor dan Miller & Seller, Sukmadinata menjelaskan
bahwa pengembangan kurikulum bisa dilakukan dengan langkah-langkah : (1)
identifikasi kebutuhan pendidikan, (2) analisis dan pengukuran kebutuhan, (3)
penyusunan desain kurikulum, (4) validasi kurikulum, (5) implementasi
kurikulum, (6) evaluasi kurikulum.4
Dalam konteks Indonesia, pengembangan kurikulum sebelum 2004
menempatkan para pengembang ide kurikulum dan konstruksi kurikulum
berbeda dengan pelaksana kurikulum. Pengembangan dokumen (curriculum
construction) dilakukan di tingkat nasional oleh sejumlah ahli, sedangkan
implementasi kurikulum dilakukan pelaksana kurikulum (pengawas, kepala
sekolah, guru) diberbagai satuan pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia
dengan kondisi belajar dan lingkungan kerja yang beragam. Setelah 2004, para
pengembang ide kurikulum tetap dilakukan oleh sejumlah kecil para ahli di
tingkat nasional tetapi pengembang dokumen kurikulum dan pelaksana

1
Abdul Rohman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Semarang: CV. Karya abadi
Jaya, 2015), hlm. 88
2
Abdul Rohman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Semarang: CV. Karya abadi
Jaya, 2015), hlm. 88
3
Abdul Rohman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Semarang: CV. Karya abadi
Jaya, 2015), hlm. 88
4
Abdul Rohman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Semarang: CV. Karya abadi
Jaya, 2015), hlm. 91

2
kurikulum adalah sama yaitu para guru, kepala sekolah bahkan komite
sekolah.5
B. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum

Sukmadinata mengelompokkan prinsip-prinsip pengembangan


kurikulum ke dalam dua hal, yakni prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip
khusus.6
Kurikulum dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang
dianutnya. Prinsip itu pada dasarnya merupakan kaidah yang menjiwai
kurikulum tersebut.7
1. Prinsip Umum
Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum:
a. Prinsip relevansi
Secara umum istilah relevansi diartikan sebagai kesesuain atau
keserasian pendidikan dengan tuntutan kehidupan masyarakat.
Artinya pendidikan dipandang relevan jika hasil perolehan
pendidikan itu bersifat fungsional. Ada dua macam relevansi
yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevan ke luar dan
relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar
maksunya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam
kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan
perkembangan masyarakat. Kurikulum menyiapkan siswa
untuk bisa hidup dan bekerja dalam masyarakat.
Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam yaitu ada
kesesuain atau konsistensi anatara komponen-komponen
kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan
penilaian.

5
Abdul Rohman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Semarang: CV. Karya abadi
Jaya, 2015), hlm. 92-93
6
Abdul Rohman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Semarang: CV. Karya abadi
Jaya, 2015), hlm. 100
7
Hafni Ladjid, pengembangan kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 9

3
b. Prinsip fleksibilitas
Fleksibilitas ini artinya lentur/tidak kaku dalam memberikan
kebebasan bertindak. Dalam kurikulum pengertian itu
dimaksudkan kebebasan dalam memilih program-program
pendidikan bagi murid dan mengembangkan program
pendidikan bagi para guru
c. Prinsip kontinuitas
Prinsip kontinuitas yaitu berkesinambungan. Perkembangan
dan proses belajar akan berlangsung secara berkesinambungan,
tidak terputus-putus atau berhenti-henti. Oleh karena itu,
pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum
juga hendaknya berkesinambungan anatar satu tingkat kelas,
dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan
jenjang lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan
pekerjaan.
d. Prinsip praktis
Yaitu mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana
dana biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip
efisien. Betapapun bagus dan idealnya suatu kurikulum kalau
menuntut keahlian-keahlian dan peralatan yang sangat khusus
dan mahal pula biayanya, maka kurikulum tersebut tidak
praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan
selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik
keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum
bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.
e. Prinsip Efektifitas
Dalam sajian bidang pendidikan prinsip efektifitas ini
dikaitkan dengan efektifitas guru mengajar dan efektifitas para
murid belajar. Implikasi prinsip ini dalam pengembanagan
kurikulum ialah mengusahakan agar setiap kegiatan kurikuler
membuahkan hasil tanpa ada kegiatan yang mubazir dan
terbuang percuma.

4
2. Prinsip Khusus
Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan
kurikulum:
a. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan
pendidikan. Perumusan komponen-komponen kurikulum
hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau
berjangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek
(tujuan khusus).
b. Prinsip berkenaan dengan isi pendidikan
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
pendidikan yang telah ditentukan para perencana kurikulum
perlu mempertimbangkan beberapa hal :
- Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam
bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana
- Isi bahan harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan
- Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis
dan siitematis
c. Prinsip berkenaan dengan pemilihan belajar mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya
memperlihatkan hal-hal sebagai berikut:
- Apakah metode/tekhnik belajar-mengajar yang digunakan
cocok untuk mengajar bahan pelajaran?
- Apakah metode/tekhnik tersebut memberikan kegiatan
yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan
individual siswa?
- Apakah metode/tekhnik tersebut memberikan urutan
kegiatan yang bertingkat-tingkat?
- Apakah metode tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk
mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?

5
- Apakah metode/tekhnik tersebut lebih mengaktifkan siswa,
atau mengaktifkan guru atau kedua-duanya?
- Apakah metode/tekhnik tersebut mendorong
berkembangnya kemampuan baru?
- Apakah metode/tekhnik tersebut menimbulkan jalinan
kegiatan belajar di sekolah dan di rumah, juga mendorong
pengunnan sumber yang ada dirumah dan di masayarakat?
- Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan
belajar yang menekankan “learning by doing” di samping
“learning by seeing and knowing”.
d. Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Proses belajar-mengajar yang baik perlu didukung oleh
pengunaan media dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat:
- Alat/media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah
semuanya sudah tersedia? Biala laat tersebut tidak ada apa
penggantinya?
- Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya
memperhatikan: bagaimana pembuatannya, siapa yang
membuat, pembiyaannya, waktu pembuatan?
- Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran,
apakah dalam bentuk modul, paket belajar, dan lain-lain?
- Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan
multi media.
e. Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan
penilaian Penilaian merupakan bagian integral dari
pengajaran :
- Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya langkah-
langkah sebagai berikut:
Rumusan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam
ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Uraiakan ke
dalam bentuk tingkah-tingkah laku murid yang dapat
diamati. Hubungkan dengna bahan peljaran. Tuliskan
butir-butir test.

6
- Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya
diperhatikan beberapa hal :
Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok
yang akan ditest?
Berapa lama waktu dibutuhkan untuk pelaksanaan test?
Apakah test tersebut berbentuk uaraian atau objektif?
Apakah test tersebut diadministrasikan oleg guru atau oleh
siswa?
- Dalam pengelohan suatu hasil penilaian hendaknya
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil test?
Apakah digunakan formula quessing?
Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak?
Skor standar apa yang digunakan?
Untuk apakah hasil-hasil test digunakan?

C. Pengembangan Kurikulum

Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut


berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum,
ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-
tokoh masyarakat.8

1. Peranan para administrator pendidikan


Para administrator pendidikan ini terdiri dari: direktur bidang
pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah,
kepala kantor kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah. Peranan
para administrator si tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam
pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum,
menyusun kerangka dasar seta program inti kurikulum

8
Prof. Dr. Nana Syaodil Sukmadinata, pengembangan kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdaarya,
1997), hlm. 155

7
2. Peranan para ahli

Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas perubahan


tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi
oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Oleh karena itu,
pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para
ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang
studi/disiplin ilmu.
Partisipasi para ahli pendidikan dan ahli kurikulum terutama sangat
dibutuhkan dalm pengembangan kurikulum pada tingkat pusat.
Apabila pengembanagan kurikulum sudah banyak dilakukan pada
tingkat daerah atau local, maka pertisipasi mereka pada tingkat
daerah, lokal bahkan sekolah juga sangat diperlukan, sebab apa yang
telah digarikan pada tingkat pusat belum tentu dapat dengan mudah
dipahami oleh para pengembangan dan pelaksana kurikulum di
daerah.
3. Peranan guru
Guru memegang peranan yang cukup penting baik di dalam
perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana,
pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya.
Peranan guru bukan hanya menilai perilaku dan prestasi belajar
murid-murid dalam kelas, tetapi juga menilai implementasi
kurikulum dalam lingkup yang lebih luas
4. Peranan orang tua murid
Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum
peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal: pertama dalam
penyusunan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum.
Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat
ikut seta, hanya terbatas kepada beberapa orang tua saja yang cukup
waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai.

8
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum sebagai
berikut :
1. Perguruan tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari perguruan tinggi.
Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang
dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu
pendidikan dan keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan)
2. Masyarakat
Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh
lingkungan masyarakat dimana sekolah tersebut berada. Isis kurikulum
hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan
kebutuhan masyarakat homogen atau heterogen, masyarakat kota atau desa,
petani, pedagang atau pegawai, dan sebagainya
3. Sistem nilai
Masalah utama yang dihadapi para pengembangan kurikulum menghadapi
nilai adalah, bahwa dalam masyarakat nilai itu tidak hanya satu.
Masyarakat umumnya heterogen dan multifaset.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengajarkan nilai :
- Guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada
dalam masyarakat
- Guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis, dan normal
- Guru berusaha menajdikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru
- Guru menghargai nilai-nilai kelompok lain
- Memahami dan menerima keberagaman kebudayaan sendiri

E. Artikulasi dan Hambatan Pengembangan Kurikulum

Artikulasi dalam pendidikan berarti “kesatupaduan dan koordinasi segala


pengalaman belajar”. Untuk merealisasikan artikulasi kurikulum, perlu meneliti
kurikulum secara menyeluruh, membuang hal-hal yang tidak diperlukan,

9
menghilangkan duplikasi, merevisi metode serta isi pengajaran, mengusahakan
perluasan dan kesinambungan kurikulum.9
Untuk menyusun artikulasi kurikulum diperlukan kerja sama dari
berbagai pihak: para administrator, kepala sekolah, TK sampai rektor
universitas, guru-guru dari setiap jenjang pendidikan, orang tua murid dan
tokoh-tokoh masyarakat.
Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan. Hambatan
pertama terletak pada guru. Guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan
kurikulum. Hal itu disebabkan beberap hal. Pertama kurang waktu. Kedua
kekurangsesuaian pendapat, baik antara sesama guru maupun dengan kepala
sekolah dan administrator. Ketiga karena kemampuan dan pengetahuan guru
sendiri.
Hambatan lain datang dari masyarakat. Untuk pengembangan
kurikulum dibutuhkan dukungan masyarakat baik dalam pembiayaan maupun
dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan atau kurikulum
yang sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari sekolah.
Keberhasilan pendidikan, ketetapan kurikulum yang digunakan membutuhkan
bantuan, serta input fakta dan pemikiran dari masyarakat.

F. Model-model Pengembangan Kurikulum

Pemilihan suatu model pengembangan kurikulunm bukan saja


didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan
pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem
pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang di anut serta model konsep
pendidikan mana yang digunakan.
1. The administrative model
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama
dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administrative
atau line staff karena inisisatif dan gagasan pengembangan datang
dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur
administrasi.
9
Ibid,. hlm. 160

1
Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, selama tahun-tahun
permulaan diperlukan pula adanya kegiatan monitoring,
pengamatan dan pengawasan serta bimbingan dalam
pelaksanaannya. Setelah berjalan beberapa saat perlu juga
dilakukan suatu evaluasi, untuk menilai baik valitidas komponen-
komponennya, prosedur pelaksanaan maupun keberhasilannya.

2. Tim grass roots model


Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama.
Insiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas
tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Dalam model
pengembangan kuruikulum yang bersifat grass roots seorang guru,
sekelompok guru atau keseluruhan guru suatu sekolah mengadakan
uapaya pengembangan kurikulum.

3. Beaucamph’ s system
Model pengembangan ini dikemukan oleh Beaucamp seorang ahli
kurikulum. Beaucamph mengemukakan lima hal dalam
pengembangan kurikulum :
a. Menetapkan arena atau lingkup wilyah yang akan dicakup oleh
kurikulum tersebut, apakah suaru sekolah, kecamatan,
kabupaten, propinsi atau seluruh Negara. Penetapan area ini
ditentukan oleh wewewang yang dimiliki oleh pengambil
kebijaksanaan dalam pengembangan kurikulum serta oleh tujuan
pengembangan kurikulum.
b. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta
terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori
orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum
yaitu :
- Para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat
pengembangan kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari
luar

1
- Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan
guru-guru terpilih
- Para professional dalam sistem pendidikan
- Professional lain dan tokoh-tokoh masyarakat
c. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini
berkenaan dengan posedur yang harus ditempuh dalam
merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus,
memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan
dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum.
d. Implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan langkah
mengimplementasikan atau melaksanakan kurikulum yang
bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan
yang menyeluruh, baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas,
bahan maupun biaya, di samping kesiapan manajerial dari
pimpinan sekolah atau administrator setempat.
e. Evaluasi kurikulum. Langkah ini minimal mencakup empat hal,
yaitu :
- Evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru
- Evaluasi desain kurikulum
- Evaluasi hasil belajar siswa
- Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum

4. The demonstration model ( ktsp – menuju k13- k16


Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots, datang dari
bawah. Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau
sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud
mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya berskala
kecil, hanya mencakup suatu atau beberapa sekolah, suatu
komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen
kurikulum. Karena sifatnya ingin mengubah atau mengganti
kurikulum yang ada, pengembangan kurikulum sering mendapat
tantangan dari pihak-pihak tertentu.

1
5. Taba’ s inverted model
Taba menggunakan pendekatan akar rumput (grass-roots approach)
bagi perkembangan kurikulum. Taba percaya kurikulum harus
dirancang oleh guru dan bukan diberikan oleh pihak berwenang.
Menurut Taba guru harus memulai proses dengan menciptakan
suatu unit belajar mengajar khusus bagi murid-murid mereka
disekolah dan bukan terlibat dalam rancangan suatu kurikulum
umum. Menghindari penjelasan grafis dari modelnya, Taba
mencantumkan lima langkah urutan untuk mencapai perubahan
kurikulum, sebagai berikut :
a. Membuat unit percontohan yang mewakili peringkat kelas atau
mata pelajaran. Langkah ini sebagai penghubung antara teori
dan praktek.
b. Menguji unit percobaan
Uji ini diperlukan untuk mengecek validitas dan apakah materi
tersebut dapat diajarkan dan untuk menetapkan batas atas dan
batas bawah dari kemampuan yang diharapkan.
c. Revisi dan konsolidasi
Unit pembelajaran dimodifikasi menyesuaikan dengan
keragaman kebutuhan dan kemampuan siswa, sumber daya yang
tersedia dan berbagai gaya mengajar sehingga kurikulum dapat
sesuai dengan semua tipe kelas.
d. Pengembangan kerangka kerja
Setelah sejumlah unit dirancang, perencana kurikulum harus
memeriksa apakah ruang lingkup sudah memadai dan urutannya
sudah benar.
e. Memasang dan menyebarkan unit-unit baru
Mengatur pelatihan sehingga guru-guru dapat secara efektif
mengoperasikan unit belajar mengajar di kelas mereka.

1
6. Roger’ s interpersonal relation model
Model pengembangan kurikulum rogers adalah kurikulum yang
dikembangkan hendaknya dapat mengembangkan individu secara
fleksibel terhadap perubahan-perubahan dengan cara melatih diri
berkomunikasi secara interpersonal.10
Ada beberapa model yang dikemukakan Rogers yaitu jumlah dari
model yang paling sederhana sampai dengan yang komplit. Model-
model tersebut disusun sedemikian rupa sehingga model yang
berikutnya sebenarnya merupakan penyempurnaan dari model-
model sebelumnya. Adapun model tersebut dikemukakan sebagai
berikut :
a. Model I (Model Yang Paling Sederhana)
Menggambarkan bahwa kegiatan pendidikan semata-mata
terdiri atas kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran) dan
ujian. Hal ini berdasarkan asumasi bahwa pendidikan adalah
evaluasi, dan evaluasi adalah pendidikan, serta pengetahuan
adalah akumulasi materi dan informasi.
Model ini mengabaikan cara-cara (metode) dalam proses
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dan urutan atau
organisasi bahan pelajaran secara sistematis.
b. Model II
Model II dilakukan dengan menyempurnakan model I yaitu
tentang metode dan organisasi bahan pelajaran.
Dalam pengembangan kurikulum pada model II sudah
dipikirkan pemilihan metode yang efektif bagi berlangsungnya
proses belajar. Di samping itu bahan pelajaran juga sudah
disusun secara sistematis, dari yang mudah ke yang lebih sukar
dan juga memperhatikan luas dan dalamnya bahan pelajaran.
Akan tetapi model II belum memperhatikan masalah teknologi
pendidikan yang sangat menunjang keberhasilan kegiatan
pengajaran.

10
Sukmadinata, N. S, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. (Bandung, 1997), hlm. 34

1
c. Model III
Model III menyempurnakan model II. Dalam model III
memasukkan unsur teknologi pendidikan. Hal ini berdasarkan
pertimbangan bahwa teknologi pendidikan merupakan faktor
yang sangat menunjang dalam keberhasilan kegiatan belajar
mengajar.
Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada bahan
pelajaran hanya akan sampai pada model III. Padahal masih ada
satu lagi masalah pokok yang harus diperhatikan, yaitu yang
berkaitan dengan masalah tujuan.
d. Model IV
Pengembangan kurikulum merupakan penyempurnaan model
III, yaitu dengan memasukkan unsur tujuan ke dalamnya.
Tujuan itulah yang bersifat mengikat semua komponen yang
lain, baik metode, organisasi bahan, teknologi pengajaran, isi
pelajaran maupun kegiatan penilaian yang dilakukan.

Menurut Rogers manusia berada dalam proses perubahan (becoming


developing, changing), sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan
potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada hambatan-
hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk membantu
memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut. Pendidikan
juga tidak lain merupakan upaya guru untuk memperlancar dan
mempercepat perubahan tersebut. guru serta pendidik lainnya bukan
pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka
hanayalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak.
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers :
a. Pemilihan target dari sistem pendidikan
b. Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif
c. Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu
kelas atau unit pelajaran

1
d. Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok11

7. The systematic action-research model


Model perkembangan ini didasarakan pada asumsi bahwa
perkembangan kurikulum merupakan perubahan social. Hal itu
mencakup suatu proses yang melibatkan kepribaddaian orang tua,
siswa guru, struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan
kelompok dari sekolah dan masyarakat.

8. Emerging technical models


Perkembanngan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-
nilai efesien efektifitas dalam bisnis, juga mempengaruhi
perkembangan model-model kurikulum. Tumbuh kecenderungan
baru yang didasarkan atas hal itu, di antaranya :
a. The behavioral analysis model
Yaitu menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan. Suatu
perilaku/kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi
perilaku-perilaku yang sederhana yang tersusun secara hierarkis.
Siswa mempelajari perilaku-perilaku tersebut secara berangsur-
angsur mulai dari yag sederhana menuju yang lebih kompleks.
b. The system analysis model berasal dari gerakan efesien bisnis.
Langkah pertama dari model ini adalah menentukan spesifikasi
perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah
kedua adalah menyusun instrument untuk menilai ketercapaian
hasil-hasil belajar tersebut. Langkah ketiga, mengindentifikasi
tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang
diperlukan. Langkah keempat, membandingkan biaya dan
keuntungan dari beberapa program pendidikan.
c. The computer-based model
Suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan
komputer. Pengembangannya dimulai dengan mengindentifikasi

11
M. Ahmad, dkk, Pengembangan Kurikulum, (Bandung, CV Pustaka Setia, 1997) hlm. 50

1
seluruh rumusan unit-unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah
memilki rumusan tentang hasil-hasil yang diharapkan.

9. Model Ralp Tyler


Sebagai bapak pengembang kurikulum, Tyler telah menanamkan
atas perlunya hal yang lebih rasional, sistematis, dan pendekatan
yang berarti dalam tugas mereka. Tetepi pendapat tyler sering
dipandang rendah oleh beberapa penulis sesudahnya.
Beberapa penulis lain berpendapat bahwa tyler tidak menjelaskan
sumber tujuan secara memadai. Tetapi, sebenarnya tyler telah
membahas hal itu dalam satu buku utuh. Dia telah menguraikan dan
menganalisis sumber-sumber tujuan yang datang dari anak didik,
mempelajari kehidupan kontemporer, mata pelajaran yang bersifat
akademik, filsafat, dan psikologi belajar.12 Model pengembangan
kurikulum menurut tyler adalah sebagai berikut :
a) Menentukan tujuan. Dalam menentukan tujuan pendidikan
melalui langkah-langkah sebagai berikut: mempelajari siswa
sebagai sumber tujuan, mempelajari kehidupan kontemporer
dilingkungan masyarakat, penentuan tujuan berdasarkan
tinjauan filosofis, peninjauan tujuan berdasarkan tinjauan
psikologis.
b) Menentukan pengalaman belajar. Ada 5 prinsip pengalaman
belajar, yaitu : memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berbuat tingkah laku yang menjadi tujuan, pengalaman belajar
harus menyenangkan bagi siswa, siswa harus terlibat dalam
belajar, diberikan beberapa pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan pendidikan, pengalaman belajar yang disediakan dapat
menghasilkan beberapa kemampuan, yaitu: kemampuan
berfikir, memperoleh informasi, mengembangkan sikap sosial,
mengembangkan minat.

12
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jakarta, Gaya Media, 1999) hlm.
36-37

1
c) Pengorganisasian pengalaman belajar.
d) Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar sisa
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dan mengetahui.

10. Model D.K. Wheeler


Pendekatan yang digunakan Wheeler dalam pengembangan
kurikulum memiliki bentuk rasional. Setiap langkah merupakan
pengembangan secara logis terhadap yang terdahulu, lebih umum
mengerjakan suatu langkah tertentu tidak dapat dilakukan sebelum
langkah-langkah sebelumnya telah selesai.
Hal ini dapat dilihat dari 5 langkah berikut yang tampak sekali
bahwa elemen-elemennya merupakan perkembangan daripada
elemen dari Tyler dan Taba, tapi hanya dipresentasikan dengan acak
agak berbeda.
Langkah-langkah Wheeler :
a. Seleksi maksud, tujuan dan sasaran
b. Seleksi pengalaman belajar untuk membantu mencapai maksud,
tujuan dan sasaran.
c. Seleksi isi melalui tipe-tipe tertentu dari pengalaman yang
mungkin ditawarkan.
d. Organisasi dan integrasi dari pengalaman belajar dan isi yang
berkenaan dengan proses belajar mengajar.
e. Evaluasi dari setiap fase atau masalah tujuan-tujuan.
Kontribusi Wheeler terhadap pengembangan kurikulum adalah
untuk menekankan hakekat lingkaran daripada elemen-eleman
kurikulum. Kurikulum proses disini tampak lebih sederhana,
memberikan suatu indikasi bahwa langkah-langkah dalam
lingkaran bersifat continyu atau berkelanjutan memiliki makna
responsif terhadap perubahan-perubahan pendidikan yang ada.
Pendapat Wheeler tentang proses kurikulum menekankan pada
saling ketergantungan antara satu elemen terhadap elemen-

1
elemen kurikulum lain, dan telah menempatkan test dengan
waktu yang baik.13

11. Model Pengembangan Kurikulum Audery dan Nicholls


Mereka mengembangkan suatu pendekatan yang tegas atau jelas
yang mencakup elemen-elemen kurikulum secara jelas tetapi
ringkas. Nicholls menitik beratkan pada pendekatan yang rasional
dari pengembangan kurikulum, khususnya dimana kebutuhan untuk
kurikulum baru muncul dari perubahan-perubahan situasi.
Audery dan Nicholls mendefinisikan pekerjaan Tyler, Taba dan
Wheeler dengan penekanan kurikulum proses yang siklus atau
berbentuk lingkaran dan kebutuhan untuk langkah awal yaitu,
analisis situasi. Keduanya mengungkapkan bahwa sebelum elemen-
elemen lebih jelas dalam proses diambil atau dilakukan, konteks dan
situasi yang mana keputusan-keputusan kurikulum dibuat
memerlukan pertimbangan yang mendetail dan serius.
Langkah-langkah dalam proses perkembangan kurikulum Nicholls
adalah :
a. Analisis situasi
b. Seleksi tujuan
c. Seleksi dan organisasi isi
d. Seleksi dan organisasi metode
e. Evaluasi
Pada analisis situasi merupakan suatu tindakan yang disengaja
untuk memaksa para pengembang kurikulum agar lebih
responsif terhadap lingkungan mereka dan secara khusus untuk
kebutuhan anak didik.
Dengan menerapkan analisis situasi sebagai titik permulaan,
maka model ini akan memberikan dasar data yang mana tujuan-
tujuan yang lebih efektif mungkin akan dikembangkan.

13
Abdullah Idi, dkk, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, hlm 42-43

1
Model ini fleksibel terhadap perubahan-perubahan situasi
sehingga hubungan perubahan-perubahan dilihat untuk elemen-
elemen pada model berikutnya.14

IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua
pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum
terintregasi filsafat, nila-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan.
Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu,
pendidik, penjabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya.
Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum, yaitu prinsip umum dan prinsip
khusus. Didalam prinsip khusus terdapat beberapa macam
pengembangannya yaitu; (a) prinsip relevansi, (b) prinsip fleksibilitas, (c)
prinsip kontinuitas, (d) prinsip praktis, (e) prinsip efektifitas. Adapun prinsip
khusus yaitu; (a) prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, (b) prinsip
berkenaan dengan isi pendidikan, (c) prinsip berkenaan dengan pemilihan
proses belajar mengajar, (d) prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat
pengajaran, (e) prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
Pengembangan kurikulum dalam mengembangkan suatu kurikulum
banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli
pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang
tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum yaitu; (a)
perguruan tinggi, (b) masyarakat, (c) sistem nilai. Artikulasi dalam pendidikan
berarti “kestupaduan dan koordinasi segala pengalaman belajar”. Untuk
merealisasikan artikulasi kurikulum, perlu meneliti kurikulum secara
menyeluruh, membuang hal-hal yang tidak diperlukan, menghilangkan
duplikasi, merevisi metode serta isi pengajaran, mengusahakan perluasan dan
kesinambungan kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa
hambatan. Hambatan pertama terletak pada guru. Guru kurang berpartisipasi

14
Ibid.., hlm 44

2
dalam pengembangan kurikulum. Hal itu disebabkan beberap hal. Pertama
kurang waktu. Kedua kekurangsesuaian pendapat, baik antara sesama guru
maupun dengan kepala sekolah dan administrator. Ketiga karena kemampuan
dan pengetahuan guru sendiri.
Hambatan lain datang dari masyarakat. Untuk pengembangan kurikulum
dibutuhkan dukungan masyarakat baik dalam pembiayaan maupun dalam
memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan atau kurikulum yang
sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari sekolah. Keberhasilan
pendidikan, ketetapan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan,
serta inputfakta dan pemikiran dari masyarakat.
Model-model perkembangan kurikulum yaitu; (a) the administrative
model, (b) tim grass roots model, (c) beaucamph’ s system, (d) The
demonstration model, (e) taba’ s inverted model, (f)roger’ s interpersonal relation
model, (g) the systematic action-research model, (h) emerging technical, (i)
models model Tyler, (j) model D.K. Wheeler , (k) model Audery dan Nicholls

B. Saran
Setelah mempelajari tentang perkembangan kurikulum maka kami
harapakan bagi setiap pembaca untuk dapat memahaminya dan dapat
mempelajarinya lebih detail dari berbagai literature lainnya.

2
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rohman, 2015, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Semarang: CV. Karya
abadi Jaya

Abdullah Idi, 1999, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Jakarta, Gaya Media
Pertama

Hafni Ladjid, 2005, pengembangan kurikulum, Jakarta: Quantum Teaching

M. Ahmad, dkk, 1997, Pengembangan Kurikulum, Bandung, CV Pustaka Setia

Prof. Dr. Nana Syaodil Sukmadinata, 1997, pengembangan kurikulum, Bandung:


Remaja Rosdaarya

Anda mungkin juga menyukai