Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran dalam suatu proses pendidikan akan berjalan
dengan baik dan lancar apabila suatu sekolah menerapkan kurikulum yang
baik dan benar pula. Pendidikan dapat berjalan dengan baik apabila kurikulum
dijadikan sebagai acuan utama dalam proses pembelajaran. Jadi kurikulum
berperan penting dalam pendidikan yang akan menentukan baik buruknya
(keberhasilan) suatu pendidikan.
Disamping itu dalam Kurikulum terdapat juga istilah Pengembanagan
Kurikulum yang mana pengembengan ini dibuat/dilaksanakan sebagai sarana
pendukung bagi kurikulum itu sendiri agar kurikulum dapat terlaksana dan
mencapai tujuan yang diinginkan oleh tiap-tiap lembaga
Dalam pelaksanaan Pengembangan Kurikulum dibutuhkan
perencanaan yang matang, Implementasi yang baik, Serta Evaluasi yang agar
pengembangan tersebut dapat beradaptasi di lembaga dan sesuai dengan
karakteristik sekolah dan siswa juga yang lebih penting lagi sesuai dengan
tujuan yang telah disepakati dan sesuai dengan visi misi sekolah, juga
lingkungan masyarakat
Berdasarkan uraian di atas, untuk lebih memahami dan mendalami
tentang Pengembangan kurikulum 2013, maka kami mengadakan observasi
langsung mengenaiPengembangan Kurikulum 2013 di MTs Al-kholafiyah
tekung

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perencanaan pengembangan kurikulum PAI di ,MTs, AL-
kholafiyah tekung?
2. Bagaimana Implementasi pengembangan kurikulum PAI di MTs. Al-
kholafiyah tekung ?
3. Bagaimana Evaluasi pengembangan kurikulum PAI di MTs. Al-
kholafiyah tekung

2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Perencanaan Pengembangan Kurikulum PAI
1. Pengertian-Pengertian Kurikulum
Pengertia kurikulum menurut definisi para ahli:
Pengertian Kurikulum menurut Daniel Tanner dan Laurel Tanner:
pengertian Kurikulum adalah pengalaman pembelajaran yang terarah dan
terencana secara terstruktur dan tersusun melalui proses rekontruksi pengetahuan
dan pengalaman secara sistematis yang berada di bawah pengawasan lembaga
pendidikan sehingga pelajar memiliki motivasi dan minat belajar.
Pengertian Kurikulum menurut Inlow (1966): pengertian kurikulum adalah
usaha menyeluruh di rancang khusus oleh sekolah dalam membimbing murid
memperoleh hasil dari pelajaran yang telah di tentukan.
Pengertian kurikulum menurut Crow and Crow: pengertian kurikulum
adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara
sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah.
Pengertian kurikulum menurut UU. No. 20 Tahun 2003: pengertian
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pengajaran serta cara yang di gunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.1

Dalam dunia pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sangat


penting. Hal ini tidak terlepas dari peran kurikulum dalam memberikan arah,
isi, maupun proses pendidikan sehingga dapat mencapai keberhasilan tujuan
yang diinginkan. Sesuai dengan kehendak zaman yang senantiasa mengalami
perubahan, maka kurikulum juga harus bersifat dinamis dan mampu
beradaptasi dengan perubahan. Karena itu mutlak diperlukan adanya
perbaikan dan penyempurnaan kurikulum dari waktu ke waktu, suatu hal yang
1
Sarinah, S.Ag., M.Pd,I, Pengantar Kurikulum, (Yogyakarta, Deepublish:2015) 12

3
kemudian dikenal dengan istilah pengembangan kurikulum. Berikut ini akan
diuraikan aspek-aspek yang terkait dengan pengembangan kurikulum.
Dari segi istilah, kurikulum memiliki berbagai definisi. Secara garis besar
kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yakni menurut pandangan
lama dan pandangan baru. Menurut pandangan lama atau pandangan
tradisional, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh
murid untuk memperoleh ijazah.2
Sejalan dengan perkembangan zaman maka pengertian kurikulum juga
mengalami perubahan menjadi lebih luas artinya. Kurikulum dalam
paradigma baru ini berarti semua kegiatan dan pengalaman potensial
(isi/materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di dalam kelas
maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan.3
Sedangkan menurut perspektif yuridis formal, yaitu menurut Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Bab I
Pasal 1 ayat 19).4
Pengembangan kurikulum pada hakekatnya adalah proses atau kegiatan
yang disengaja dan dipikirkan untuk menghasilkan sebuah kurikulum sebagai
pedoman dalam proses dan penyelenggaraan pembelajaran oleh guru di
sekolah. Pengembangan kurikulum bermakna mengarahkan kurikulum
sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai
pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam

2
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008)
3
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012)
4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Bandung: Fokusmedia, 2003)

4
sendiri dengan harapan agar siswa dapat menghadapi masa depannya dengan
baik.5
Pengembangan kurikulum mempunyai dua sisi, yaitu sisi kurikulum
sebagai pedoman yang kemudian membentuk kurikulum tertulis (writen
curriculum atau document curriculum) dan sisi kurikulum sebagai
implementasi (curriculum implementation) yaitu sistem pembelajaran.6
Pada dasarnya terdapat empat unsur yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan, yaitu :
a. Merencanakan, merancang dan memprogramkan bahan ajar dan
pengalaman belajar;
b. Karakteristik peserta didik;
c. Tujuan yang akan dicapai;
d. Kriteria-kriteria untuk mencapai tujuan.7
2. Landasan Pengembangan Kurikulum
Mengingat kedudukan kurikulum yang sangat penting dalam kegiatan
pendidikan, maka penyusunan kurikulum harus dilakukan dengan
pertimbangan yang matang dan analisa yang mendalam. Penyusunan
kurikulum haruslah berdasarkan landasan (asas-asas) yang kuat, yang
didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Ada
beberapa landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum, yaitu
landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial budaya serta
perkembangan ilmu dan teknologi.8

5
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 91.
6
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2008), 34.
7
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2008), 93
8
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktik,(Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997) 38

5
a. Landasan filosofis
Berfikir filsafat berarti berpikir secara menyeluruh, sistematis, logis
dan radikal. Berfikir menyeluruh mengandung arti bahwa filsafat bukan
hanya sekedar pengetahuan melainkan juga suatu pandangan yang dapat
menembus sampai di balik pengetahuan itu sendiri. Sistematis berarti
filsafat menggunakan berfikir secara sadar, teliti dan teratur sesuai
dengan hukum-hukum yang ada. Logis berarti proses berpikir filsafat
menggunakan logika dengan sedalam-dalamnya. Radical (radic = akar)
berarti berpikir sampai ke akar-akarnya.9
Filsafat dijadikan sebagai landasan dalam pengembangan kurikulum
mengandung arti bahwa penyusunan kurikulum hendaknya berdasar dan
mengacu pada falsafah bangsa yang dianut. Prinsip-prinsip ajaran
filsafat suatu bangsa, seperti kapitalisme, sosialisme, fasisme dan
sebagainya menjadi dasar dalam penyusunan kurikulum. Sebagai contoh
di negara Indonesia di mana ideologi bangsa adalah Pancasila, maka di
dalam penyusunan kurikulum yang dijadikan acuan adalah filsafat
pendidikan Pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan arah,
sedangkan pelaksanaannya melalui pendidikan.10 Demikian juga negara
dengan dasar filsafat yang berbeda, maka berbeda pula arah
pengembangan kurikulumnya.
Filsafat sebagai landasan pengembangan kurikulum menjawab
pertanyaan-pertanyaan pokok seperti : Hendak dibawa ke mana siswa
yang dididik? Masyarakat yang bagaimana yang hendak
diciptakanmelalui ikhtiar pendidikan, dan sebagainya.11Dalam hal ini
setidaknya ada empat fungsi filsafat dalam pengembangan kurikulum.
Pertama, filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan. Kedua,
9
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011)
47.
10
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 79.
11
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008) 43.

6
filsafat dapat menentukan isi/materi pelajaran yang harus diberikan.
Ketiga, filsafat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan.
Keempat, filsafat dapat menentukan tolok ukur keberhasilan proses
pendidikan.12
Dengan demikian bisa kita ketahui betapa strategisnya fungsi filsafat
dalam pengembangan kurikulum.
b. Landasan Psikologis
Kondisi psikologis merupakan karakteristik psiko-fisik seseorang
sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku
dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku-perilaku tersebut
merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak
maupun yang tidak tampak, perilaku kognitif, afektif dan psikomotor.13
Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antar individu, interaksi
ini membutuhkan saling pengertian dan pemahaman sehingga psikologi
secara umum sangat membantu. adanya keunikan dan perbedaan yang
sangat mendasar antara masing-masing individu dalam hal bakat, minat
maupun potensi juga juga memerlukan pemahaman psikologis.
Dalam pengembangan kurikulum setidaknya diperlukan dua
landasan psikologi, yaitu psikologi belajar dan psikologi perkembangan.
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajaritentang bagaimana
peserta didik melakukan perbuatan belajar.14 Sedangkan psikologi
perkembangan merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari
proses perkembangan individu, baik sebelum maupun sesudah kelahiran
berikut kematangan perilaku.15

12
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008)43
13
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997) 45
14
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011)
56.
15
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000), 3.

7
c. Landasan Sosial Budaya
Peserta didik berasal dari masyarakat dan merupakan bagian dari
masyarakat, karena itu pendidikan diadakan untuk mempersiapkan
peserta didik terjun dalam lingkungan masyarakat. Dengan demikan
maka penyusunan kurikulum hendaknya senantiasa mencerminkan
kebutuhan masyarakat, dimana salah satu ciri dari masyarakat adalah
senantiasa berkembang dan mengalami perubahan, sehingga kurikulum
dalam pendidikan pun senantiasa mengalami perkembangan. Dengan
adanya keunikan dari kebudayaan dan peradaban masing-masing
bangsa,maka suatu kurikulum pada prinsipnya mencerminkan
keinginan, cita-cita tertentu dan kebutuhan masyakat. Karena itu faktor
sosial budaya sangat penting dalam penyusunan kurikulum yang
relevan, karena kurikulum merupakan alat untuk merealisasikan sistem
pendidikan, sebagai salah satu dimensi dari kebudayaan.
d. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat


pesat, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi. Apabila
tidak mampu mengikuti laju perkembangan dan teknologi maka
seseorang dianggap “ketinggalan zaman.” Karena itu menjadi sangat
penting bagi kurikulum untuk mengantisipasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga mampu memberi bekal bagi peserta
didik untuk menyongsong masa depan

3. Konsep Pengembangan Kurikulum PAI


Menurut Towaf, kurikulum Pendidikan Agama Islam yang dirancang
oleh sekolah sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi atau
minimum informasi, tetapi pihak guru PAI seringkali terpaku pada
kurikulum itu sehinggasemangat untuk memperkaya kurikulum dengan
pengalaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh. Sebagai dampak dari

8
situasi tersebut, maka guru PAI kurang berupaya mengenali berbagai metode
yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran agama.Sehingga pelaksanaan
pembelajaran cenderung monoton.16
Hal inilah yang kemudian menimbulkan kurang berhasilnya lulusan
berlatar belakang agama dalam kompetisi di masyarakat.Oleh kemudian, para
ahli pendidikan mengadakan perubahan dalam sistem pendidikan
agama.Salah satu pembaharuan itu adalah dengan mengembangkan
kurikulum Pendidikan Agama Islam.
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya sangat kompleks karena
banyak faktor yang terlibat didalamnya. Tiap kurikulum didasarkan atas asas-
asas tertentu, yakni :
a. Asas filosofis, pada hakikatnya menentukan tujuan umum pendidikan.
b. Asas sosiologis, yang memberikan dasar untuk menentukan apa yang
akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Asas organisatoris, yang memberikan dasar dalam bentuk bagaimana
bahan pelajaran itu disusun, bagaimana luas dan urutannya.
d. Asas psikologis, memberikan prinsip-prinsip dasar tentang
perkembangan individu dalam berbagai aspek serta caranya belajar
agar bahan yang disediakan dapat dicernakan dan dikuasai anak
sesuai taraf perkembangannya.17
Setiap asas itu akan memunculkan kurikulum yang berbeda. Tidak
hanya itu, falsafah yang berbeda-beda, religius atau sekuler, demokratis atau
otoriter, juga akan mempunyai tujuan tersendiri dan menentukan kurikulum
yang diwujudkan.Oleh karena itu, dalam pengembangan kurikulum PAI, para
ahli kurikulum mempunyai rumusan-rumusannya sendiri.Rumusan-rumusan
kurikulum tersebut dapat bertolak dari satu asas ataupun mengintegrasikan
16
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 54.
17
Tantowi, Pendidikan Islam Ahmad di Era Globalisasi( Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002 ), 27.

9
dari semua asas yang ada sehingga pada kemudian muncul suatu
pengembangan dari kurikulum yang lama.18
Menurut Al-Syaibani, kurikulum Pendidikan Agama Islam mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:19
a. Kurikulum pendidikan agama Islam harus menonjolkan mata pelajaran
agama dan akhlak. Agama dan Akhlak itu harus diambil dari al-Qur’an
dan Hadis serta contoh-contoh dari tokoh terdahulu yang shaleh.
b. Kurikulum pendidikan agama Islam harus memperhatikan
pengembangan menyeluruh aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani,
akal dan rohani. Untuk pengembangan menyeluruh ini kurikulum harus
berisi mata pelajaran yang banyak sesuai dengan tujuan pembinaan
aspek tersebut.
c. Kurikulum pendidikan agama Islam memperhatikan keseimbangan
antara pribadi dan masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani, akal dan
rohani manusia. Keseimbangan itu tentulah bersifat relative karena tidak
dapat diukur secara obyektif.
d. Kurikulum pendidikan agama Islam memperhatikan juga seni halus,
yaitu pahat, ukir, tulis-indah, gambar dan sejenisnya. Selain iu,
memperhatikan juga pendidikan jasmani, keterampilan, teknik, dan
bahasa asing.
e. Kurikulum pendidikan agama Islam mempertimbangkan perbedaan-
perbedaan kebudayaan yang sering terdapat ditengah manusia karena
perbedaan tempat dan zaman. Kurikulum dirancang sesuai dengan
kebudayaan itu.
Melihat gambaran mengenai kurikulum pendidikan agama Islam
menurut al-Syaibani diatas, maka dalam pengembangan kurikulum
pendidikan agama Islam harus selalu mempertimbangkan komponen-

18
Tantowi, Pendidikan Islam, 28.
19
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001 ), 67.

10
komponen kurikulum. Adapun komponen-komponen kurikulum yang selalu
dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum antara lain:
a. Tujuan
b. Bahan pelajaran
c. Proses belajar-mengajar
d. Penilaian20
Dalam pengembangan kurikulum, ada urutan-urutan komponen yang
dikembangkan.Biasanya dalam pengembangan kurikulum secara teoritis
dimulai dengan merumuskan tujuan kurikulum.Kemudian diikuti oleh
penentuan atau pemilihan bahan pelajaran. Selanjutnya menentukan proses
belajar mengajar serta yang terakhir membuat alat penilaian.Namun, adapula
yang menganjurkan agar setelah dirumuskan tujuan disusun alat evaluasinya,
kemudian bahan dan proses belajar-mengajarnya. Adapula yang memulai
dengan melihat bahan yang akan dipelajari dengan cara sering berpedoman
pada buku pelajaran yang dianggap serasi. Sesudah itu baru, ditentukan
tujuan yang akan dicapai berdasarkan bahan itu.kemudian pada akhirnya
dipikirkan proses belajar-mengajar dan cara penilaiannya.21
Dalam praktiknya, biasanya semua unsur itu dipertimbangkan tanpa
urutan yang pasti.Sekalipun telah dimulai dengan perumusan tujuan masih
ada kemungkinan perubahan atau tambahan setelah mempelajari bahan yang
di anggap perlu diberikan. Jadi, dalam proses pengembangannya tampak
proses menuju perpaduan dan penyempurnaan.22

20
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, 69.
21
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum:Teori dan Praktek ( Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008 ),72.
22
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, 73.

11
4. Tujuan Pengembangan kurikulum
Seperti yang dikemukakan diberbagai media masa bahwa melalui
pengembangan kurikulum kita akan menghasilkan insan yang produktif,
kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum
difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik,
berupa paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapt
didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap
konsep yang dipelajarinya secara kontekstual.
Tujuandalam pengembangan kurikulum harus jelas, karena tujuan kait
eratnya dengan arah dan sasaran yang harus dicapai dalam setiap upaya
pendidikan. Menurut bloom, tujuan pengembangan kurikulum ada 3 yang
harus dirumuskan, sebagaiamana berikut:23
a. Kognitif
Kognitif adalah kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir
seperti kemampuan mengingat dan memecahkan masalah.
Kemampuan kognitif ini ada 6 tingkatan, yaitu:
1) Pengetahuan(knowledge)
Tujuan ini menuntut siwa mengingat informasi yang sudah
dipelajari.
2) Pemahaman (comprehension)
Pemahaman bukan hanya mengingat fakta, melainkan juga
berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, dan
kemampuan menangkap arti atau makna suatu konsep.

3) Penerapan (application)
23
Hanun Asrohah & Ana Amin A., Pengembangan Kurikulum ..., 154-156.

12
Penerapan merupakan tujuan kognitif yang berhubungan dengan
kemampuan mengaplikasikan suatu bahan pelajaran yang sudah
dipelajari seperti teori, rumus, dalil, dan hukum – hukum.
4) Analisis
Analisis adalah kemampuan menguraikan suatu bahan pelajaran
ke dalam bagian-bagian serta hubungan antara bagian bahan
tertentu. Analisis berhubungan dengan kemampuan nalar.
5) Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian
kedalam suatu keseluruhan yang bermakna. Seperti merumuskan
tema.
6) Evaluasi
Tujuan ini berkenaan dengan kemampuan dalam memberikan
penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud dan kriteria
tertentu.
b. Domain afektif
Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi.
Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari
domain kognitif. Artinya, seseorang hanya akan memiliki sikap
tertentu terhadap suatu objek manakala telah memiliki kemampuan
kognitif tingkat tinggi. Menurut Krathwohl dan kawan-kawannya
dalam bukunya Taxonomi of Educational Objectives Affective Domain,
Domain afektif memiliki tingkatan yaitu :
1) Penerimaan
Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang
terhadap gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah. Seseorang
memiliki perhatian yang positif terhadap gejala-gejala tertentu
manakal mereka memiliki kesadaran tentang gejala, kondisi atau
kondisi yang ada. Kemudian mereka juga menunjukan kerelaan

13
untuk menerima, bersedia untuk memerhatikan gejala, atau
kondisi yang diamatinya itu. Akhirnya, mereka memiliki kemauan
untuk mengarahkan segala perhatiannya terhadap objek itu.
2) Merespon
Merespon atau menanggapi ditunjukan oleh kemauan untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tertentu seperti kemauan untuk
menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk mengikuti
diskusi, kemauan untuk membantu orang lain dan sebagainya.
Respon biasanya diawali dengan diam-diam, kemudian dilakukan
dengan sungguh-sungguh dan kesadaran, setelah itu baru
dilakukan dengan penuh kegembiraan dan kepuasan.
3) Menghargai
Tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuj memberi penilaian
atau kepercayaan kepada gejala atau suatu objek tertentu.
Menghargai terdiri dari penerimaan suatu nilai dengan keyakinan
tertentu seperti menerima adanya keasan atau persamaan hak
antara laki-laki dan perempuan; mengutamakan suatu nilai seperti
memiliki keyakinan akan kebenaran suatu ajaran tertentu, serta
komitmen akan kebenaran yang diyakininya dengan aktivitas.
4) Mengorganisasi
Tujuan yang berhubungan dengan organisasi ini berkenaan dengan
pengembangan nilai kedalam system organisai tertentu, termasuk
hubungan antar nilai dan tingkat prioritas nilai-nilai tersebut.
Tujuan ini terdiri dari mengkonseptualisasikan nilai, yaitu
memahami insur-unsur abstrak dari suatu nilai yang dimiliki
dengan nilai-nilai yang datang kemudian; serta mengorganisasi
suatu system nilai, yaitu nengembangkan suatu system nilai yang
saling berhubungan, konsisten, bulat dan termasuk nilai-nilai yang
lepas-lepas.

14
5) Karakterisasi Nilai
Karakterisasi nilai merupakan tujuan pengembangan kurikulum
yang mengadakan sintesis dan internalisasi system nilai dengan
pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang
dibangunkannya itu dijadikan pandangan ( falsafah ) hidup serta
dijadikan pedoman dalam bertindak dan berperilaku.

c. Domain Psikomotor
Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan
kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Ada tujuh tingkatan
yang termasuk kedalam domain ini :
1) Persepsi ( Perception )
Persepsi merupakan kemampuan seseorang dalam memandang
sesuatu yang dipermasalahkan. Persepsi pada dasarnya hanya
mungkin dimiliki oleh seseorang sesuai dengan sikapnya
2) Kesiapan ( Set )
Kesiapan berhubungan dengan kesediaan seseorng untuk melatih
diri tentang keterampilan tertentu yang direfleksikan dengan
perilaku-perilaku khusus.
3) Meniru ( Imitation )
Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempralktekan
dalam gerakan-gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya.
Kemampuan meniru tidak selamanya diikuti oleh pemahaman
tentang pentingnya serta makna gerakan yang dilakukannya.

4) Membiasakan ( habitual )

15
Kemampuanhabitual sudah merupakan kemampuan yang
didorong oleh kesadaran dirinya walaupun gerakan yang
dilakukannya masih seperti pola yang ada.
5) Menyesuaikan ( Adaptation )
yaitu kemampuan yang berhadaptasi gerakan atau kemampuan itu
sudah disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi yang ada.
6) Menciptakan ( Organization )
Tahap akhir dari keterampilan ini adalah tahap
mengorganisasikan, yakni kemapuan seseorang untuk berkreasi
dan mencipta sendiri suatu karya. Tahap ini merupakan tahap
puncak dari keseluruhan kemampuan, yang tergambardari
kemampuanya menghasilkan sesuatu yang baru.
1. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Sedangkan disebutkan bahwa dua prinsip pengembangan kurikulum
prinsip umum berkaitan dengan kebijakan dalam pengembangan
kurikulum secara makro dan prinsip khusus. Prinsip umum pengembangan
kurikulum terdiri dari lima prinsip, yaitu:24
a. Prinsip relevansi
Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu (a)
relevan dalam kurikulum sendiri (atau meminjam istilah fisika,
relevansi yang bersifat sentripetal), yakni ada kesesuaian atau
konsistensi antara komponenkomponen kurikulum yaitu antara tujuan,
isi, proses penyampaian, dan penilaian. Relevansi internal ini
menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum, dan (b) relevansi ke luar
(meminjam istilah fisika, relevansi yang bersifat sentrifugal) berbentuk
kesesuaian desain kurikulum dengan tuntutan perkembangan dan

24
Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk membantu memecahkan problematika belajar dan
mengajar dalam Syaiful S., Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Penting Untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran, Jurnal Administrasi Pendidikan, 126-127.

16
kebutuhan lapangan berdasarkan need analysis, dan kesesuaian mutu
lulusan dengan standar pengguna (standar kompetensi).
b. Prinsip fleksibilitas
yakni desain kurikulum memiliki sifat lentur atau fleksibel dalam
mengorganisir dan melayani kebutuhan pengguna (melalui program
efektif) dan keragaman kemampuan dan pengalaman peserta (melalui
pembelajaran variasi).
c. Prinsip continuitas
yaitu kesinambungan. Perkembangan dan proses belajar anak
berlangsung secara kesinambungan, tidak terputusputus atau berhenti-
henti.
d. Prinsip praktis
mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya
murah. Prinsip ini juga disebut efisien. Betapapun bagus dan idealnya
suatu kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan peralatan-
peralatan yang sangat khusus dan mahal pula biayanya, kurikulum
tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum bukan hanya
harus ideal tetapi juga praktis.
e. Prinsip efektivitasdan efisiensi.
Walaupun kurikulum harus murah dan sederhana tapi keberhasilannya
tetap harus memberi jaminan kualitas.
A. Implementasi Pengembangan Kurikulum
Implementasi adalah suatu proses penerapan, ide, konsep, kebijakan
atau inovasi dalam suatu tindakan praktis seingga memberikan dampak, baik
berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan
sikap.Implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum
tertulis dalam bentuk pembelajaran.25

25
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam
Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2007)

17
Mulyasa mengatakan bahwa “Instruction is thus the implementation of
curriculum plan, usually, but not necessarily, involving teaching in the sense
of student teacher interaction in an educational setting. Dalam hal ini berarti
guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika
peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar.26
Implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakuakan untuk
mrealisasikan apa-apa yang telah di susun dalam perencanaan sesuatu, jadi
dalam Implementsi pengembanagn kurikulum ini dapat disebut juga sebagai
penerapan perencanaan kurikulum yang telah disusun sedemikian rupa untuk
mencapai tujuan yang diingainkan sesuai denagn hasil petrencanaan
Implementasi Kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program
Implementasi yang efektif merupakan hasil dari interaksi antara
strategi implementasi, struktur kurikulum, tujuan pendidikan, dan
kepemimpinan kepala sekolah. Oleh karena itu, pengoptimalan implementasi
kurikulum diperlukan suatu upaya strategis untuk mensinergikan komponen-
komponen tersebut, terutama guru dan kepala sekolah dalam membudayakan
kurikulum.
kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya,
kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil
senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik
peserta didik, baik perkembangan intelektual , emosional serta fisiknya27.
Dalam pengimplementasian ini tidak lepas dari peran guru sebagai
implementer kurikulum.Dalam peran ini, kedudukan guru adalah sebagai
tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan
berbagai ketentuan yang ada. Peran guru dalam posisi ini adalah
melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran,
menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan

26
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi..., 100.
27
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007)

18
lingkungan sekolah, memanfaatkan media pembelajaran yang sesuai dengan
materi dan kondisi sekolah, menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan, mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode dan
teknik yang tepat), mengelola kelas dengan baik dan sesuai dengan alokasi
waktu yang tersedia, merefleksikan pelaksanaan proses pembelajaran yang
dilakukan, berkonsultasi dengan kepala madrasah ataupengawas untuk
mengatasi kendala yang dihadapi dan membantu kesulitan siswa dalam proses
belajar.
Proses implementasi kurikulum untuk semua mata pelajaran,
khususnya PAI, selalu menggambarkan keterkaitan proses dengan tujuan dan
isi, kejelasan teori belajar, keterkaitan dengan sosial, budaya, teknologi,
ketersediaan fasilitas, alokasi waktu, fleksibilitas, peran guru dan siswa,
peran evalusi dan perlunya feedback.
Faktor-faktor implementasi kurikulum merupakan kondisi yang akan
mempengaruhi keberhasilan implementasi kurikulum. Karenanya, kondisi
tersebut perlu mendapatkan perhatian. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi dalam implementasi kurikulum:28
1. Guru
Guru mempunyai peranan yang penting dalam implementasi
kurikulum. Peran guru tersebut terutama dalam menjadikan kurikulum
sebagai sesuatu yang aktual (actual curriculum) dalam kegiatan
pembelajaran. Altirchter (2005: 9) menyebutkan tiga faktor penting dari
guru sebagai faktor-faktor yang membatasi implementasi kurikulum, yaitu
(1) competencies and attitude; (2) decision-making participation; and (3)
quality of collegial relationship. Ketiga faktor yang dikemukakan
Altirchter tersebut menunjuk pada kompetensi, baik kompetensi
profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi ke pribadian maupun
kompetensi sosial.
28
Deitje Adolfien Katuuk, Manajemen Implementasi..., 17-20.

19
2. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia memerlukan perawatan,
pemeliharaan, dan pengembangan sehingga dapat dijamin ketersediaan
sarana dan prasarana tersebut secara berkelanjutan. Buku dan bahan ajar
memerlukan peninjauan kembali setiap tahun ajaran. Laboratorium baik
peralatan maupun bahan sudah harus dijamin selalui tersedia dalam
keadaan baik dan bermutu. Berbagai media pembelajaran yang ada
memerlukan perawatan dan perbaikan sehingga selalu siap dan dapat
digunakan.
3. Iklim dan Budaya
Setiap kurikulum baru memuat banyak hal yang baru. Inovasi-
inovasi baru dapat mencakup tema-tema yang diusung, tata kelola,
pendekatan dalam proses pembelajaran, muatan dan isi kurikulum, dan atau
sistem penilaian. Inovasi dan hal-hal baru tersebut membutuhkan
perubahan dalam pola pikir, sikap, dan juga iklim serta budaya sekolah.
4. Faktor peran kepala sekolah
Lima aspek penting dari peran kepala sekolah dalam implementasi
kurikulum:
a. Kemampuan kepala sekolah dalam mengorganisir kegiatan
pengembangan, seperti inservice training programmes,workshop, staff
development meetings and by inviting experts.
b. Mengembangkan strategi implementasi yang beragam untuk
membimbing guru.
c. Melakukan kolaborasi dengan pengguna (stakeholders) dalam menata
kelola perubahan kurikulum.
d. Melibatkan stakeholders dalam manajemen implementasi.
e. Melibatkan orang tua dalam implementasi.

B. Evaluasi Pengembangan Kurikulum

20
Evaluasi adalah kegiatan yang sistematis untuk mengidentifikasi,
mengklarifikasi dan mengaplikasikan suatu kriteria untuk menentukan
keberhasilan suatu program. Dengan demikian yang dimaksud dengan
evaluasi dalam makalah ini adalah kegiatan yang sistematis untuk
mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan informasi secara akurat dan
bermanfaat untuk menafsirkan keberhasilan suatu program, dan sebagai bahan
untuk membuat keputusan baru.
Menurut Morrison, evaluasi adalah perbuatan pertimbangan
berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat
dipertanggungjawabkan.29 Evaluasi kurikulum minimal berfokus pada empat
bidang, yaitu evaluasi terhadap penggunaan kurikulum, desain kurikulum,
hasil dari siswa dan sitem kurikulum.30
Taylor berpendapat bahwa evaluasi kurikulum minimal terjadi 2 kali,
yaitu pada awal dan akhir pengembangan kurikulum, agar dapat mengukur
perubahan dalam jangka waktu tersebut.31
Dan menurut Suharsimi evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpilkan
informasi tentang cara suatu bekerja, selanjutnya informasi tersebut digunakan
untuk menetukan alternative yang tepat dalam mengambil keputusan.32
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik dalam penentuan
kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan
keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan
oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang
kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan
sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala
sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya.
29
Oemar Hamalik, Dasr-daar Pengembangan Kurikulum..., 253.
30
Oemar Hamalik, Dasr-daar Pengembangan Kurikulum..., 254.
31
Oemar Hamalik, Dasr-daar Pengembangan Kurikulum..., 255.
32
Mulyasa, Implementasi Kurikulum, 112.

21
Objek evaluasi harus berhubungan dengan kegiatan nyata dan telah
terjadi karena tidak mungkin orang melakukan evaluasi terhadap sesuatu yang
masih dlam pikiran teoritis, kecuali orang tersebut melakukan penelitian.
Objek evaluasi harus bertitik tolak dari tujuan evaluasi itu sendiri. Hal ini
dimaksudkan agar apa yang dievaluasi relevan dengan apa yang diharapkan.
Objek evaluasi kurikulum dapat dilihat dari berbagai segi:
1. dimensi-dimensi kurikulum, mencakup dimensi rencana, dimensi
kegiatan dan dimensi hasil,
2. komponen-komponen kurikulum, mencakup tujuan, isi, proses
(metode, media, sumber lingkungan) dan evaluasi (formatif dan
sumatif) dan
3. tahap-tahap pengembangan kurikulum, mencakup tahap perencanaan
(silabus dan RPP), pelaksanaan (sekolah dan di luar sekolah),
monitoring dan evaluasi.33
Evaluasi pengenbangan kurikulum akan memberikan sejumlah
informasi yang penting bagi perncang dan pengembang kurikulum
menyangkut kelemeahan dan kekuayan sebuah kurikulum yang telah
dirancang dan diimplementasikan sehingga informasi ini akan sangan penting
dan berguna untuk pengembangan dan perubahan kurikulum dimasa yanag
akan datang sekaligus sebagai tolak ukur keberhasilan suatu pendidikan
Dalam melakukan evalausi pengembangan kurikulum menitik
beratkan pada pandangan bahwa keberhasilan program dippengeruhi oleh
berbagai factor diantaranya karakteristik peserta didik, lingkungan, tujuan
program, peralatan yang digunakan serta prosedur dan mekanisme
pelaksanaan pengembangan itu sendiri begitupn juga factor-faktor yang
mendukung ataupun yang menghambat terhadap program34.

33
Zainal arifin, konsep dan model pengembangan kurikulum (Bandung: PT remaja rosdakarya, 2011)
34
Abidain, Yunus, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, bandung, PT. Refrika Aditama

22
BAB III
PENYAJIAN DATA
Sebagai acuan kami melakukan observasi pengembangan kurikulum di MTs
AL-kholafiyah tekung, dengan menggunakan metode wawancara. Dalam segi lokasi
MTs ini berada di desa tekung Kecamatan tekung, MTs ini ada di bawah naungan
pondok pesantren AL-KHOLAFIYAH tekung selain itu ada beberapa lembaga
berupa MA,MI,dan TK dan semua lembaga tersebut di integralkan sama dengan
nama pondok pesantren itu sendiri,begitu juga dengan Mts nya. Selain madrasah ini
banyak madrasah-madrasah lainnya di kecamatan tekung.
A. Perencanaan Pengembangan Kurikulum
Perencanaan pengembangan kurikulum di MTs Al-kholafiyah ini dilakukaun
dengan cara rapat sekolah yang dimana melibatkan para guru mapel, Waka
Kurkulum, Kepala Sekolah, rapat ini biasanya dilakukan setiap awal tahun yaitu
setiap tahun ajaran baru.

”Perencanaan pengembangan kurikulum biasanya kami lakukan pada awal


ajaran baru bersamaan dengan rapat sekolah yang membahas tentang
kegiatan-kegiatan tambahanseperti extra,bimbel dan pelajaran tambahan /
khusus kelas 3 yg mempelajari mata pelajaran UN beserta simulasimengenai
ujian berbasis komputer,dan selama tahun ajaran kedepan, untuk
perencanaan kami tidak terlalu signifikan untuk merubah pengembangan
kurikulumnya, biasanya kami tetapkan kegiatannya seperti tahun lalu,”35

Jadi untuk perencanaan dilakukan pada saat awal tahun ajaran baru, begitupun
tidak terlalu banyak untuk melakukan perubahan pengembangannya, melainkan
sama seperti yang dilaksanakan pada tahun ajaran yang lalu

35
Wawancara Ninik qurotul Aini,s.pd (Waka Kurikulum ) Pada tanggal 28 Desember 2018

23
1. Latar Belakang
Latar belakang pada perencanaan pengembangan kurikulum di MTs
Al-kholafiyah ini tidak terlalu melenceng dengan visi dan misi sekolah ini
menyampaikan bahwa:

“Untuk latar belakang perencanaan pengembangan ini tidak jauh dengan


visi dan misi sekolah kami yaitu36:

Visi:
 Handal penguasaan iptek,iptaq dan nilai-nilai kepesantrenan
Misi:
 Menyelenggarakan pendidikan yg berkualitas dibidang IPTEK dan
IPTAQ
 Mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada student
learning dan bimbingan belajar yang efektiv
 meningkatkan pembinaan extrakurikuler dan pemberdayaan masjid
sebagai laboratorium dan praktek keagamaan

2. Konsep
Konsep Pengembangan kurikulum di MTs Al-kholafiyah ini dilakukan
dengan konsep memperkuat akhlak kepesantrenan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah,

“Madrasah ini merupakan madrasah yang berada di naungan pondok


pesantren, yang membuat madrasah ini berbeda dengan yang lain yaitu dari
sisi kegiatan maupun cara menilainya, kegiatan tidak hanya di pantau dari
sisi madrasah itu sendiri melainkan dari lembaga madrasah diniah pun juga
bisa ikut serta dalam mensuxeskan KBM, begitu juga dari segi penilaian
yaitu tidak hanya dinilai dari madrasah itu sendiri melainkan madrasah
diniah (MADIN) juga dapat memberikan nilai. Program ini di istilahkan
dengan program integral dan juga karena madrasah ini berada di naungan
pondok pesantren atau yayasan”37

36
Wawancara Ninik qurotul Aini,s.pd (Waka Kurikulum ) Pada tanggal 28 Desember 2018
37
Wawancara Ninik qurotul Aini,s.pd (Waka Kurikulum ) Pada tanggal 28 Desember 2018

24
3. Tujuan
Pengembangan kurikulum di madrasah ini bertujuan untuk menjadikan
siswa lebih membentuk karakter yang islami, dan qurani. Selain itu
pengembangan kurikulum di sini juga untuk mengefisienkan kegiatan belajar
mengajar madrasah, supaya para murid dapat mudah dalam memahami dan
menelaah pelajaran dengan mudah tanpa susah payah, seperti contoh dari
kegiatannya adalah pelatihan tilawah yang dilakukan setiap hari Sabtu Sore
kegiatan tersebut juga menunjang siswa untuk lebih memahami pelajaran Al-
Qur’an Hadits dalam segi bacaan bacaan Al-quran
Selain itu pengembangan di madrasah ini juga bertujuan untuk
mengembangkan potensi siswa dalam bakat dan minatnya agar bisa
memenuhi kebutuhan masyarakat pada umumnya semisal pengembangan
khitobah, dan latihan khutbah
“Kami mengembangkan kemampuan peserta didik dalam segi bakat dan
minat mereka ”38.
5. Landasan Pengembangan Kurikulum
Mengingat kedudukan kurikulum yang sangat penting dalam kegiatan
pendidikan, maka penyusunan kurikulum harus dilakukan dengan
pertimbangan yang matang dan analisa yang mendalam. Penyusunan
kurikulum haruslah berdasarkan landasan (asas-asas) yang kuat, yang
didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Ada
beberapa landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum, yaitu
landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial budaya serta
perkembangan ilmu dan teknologi.39

38
Wawancara Ninik qurotul Aini,s.pd (Waka Kurikulum ) Pada tanggal 28 Desember 2018
39
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktik,(Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997) 38

25
a. Landasan filosofis
Berfikir filsafat berarti berpikir secara menyeluruh, sistematis, logis
dan radikal. Berfikir menyeluruh mengandung arti bahwa filsafat bukan
hanya sekedar pengetahuan melainkan juga suatu pandangan yang dapat
menembus sampai di balik pengetahuan itu sendiri. Sistematis berarti
filsafat menggunakan berfikir secara sadar, teliti dan teratur sesuai
dengan hukum-hukum yang ada. Logis berarti proses berpikir filsafat
menggunakan logika dengan sedalam-dalamnya. Radical (radic = akar)
berarti berpikir sampai ke akar-akarnya.40
Filsafat dijadikan sebagai landasan dalam pengembangan kurikulum
mengandung arti bahwa penyusunan kurikulum hendaknya berdasar dan
mengacu pada falsafah bangsa yang dianut. Prinsip-prinsip ajaran
filsafat suatu bangsa, seperti kapitalisme, sosialisme, fasisme dan
sebagainya menjadi dasar dalam penyusunan kurikulum. Sebagai contoh
di negara Indonesia di mana ideologi bangsa adalah Pancasila, maka di
dalam penyusunan kurikulum yang dijadikan acuan adalah filsafat
pendidikan Pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan arah,
sedangkan pelaksanaannya melalui pendidikan.41 Demikian juga negara
dengan dasar filsafat yang berbeda, maka berbeda pula arah
pengembangan kurikulumnya.
Filsafat sebagai landasan pengembangan kurikulum menjawab
pertanyaan-pertanyaan pokok seperti: Hendak dibawa ke mana siswa
yang dididik?
Masyarakat yang bagaimana yang hendak diciptakanmelalui ikhtiar
pendidikan, dan sebagainya.42Dalam hal ini setidaknya ada empat fungsi
filsafat dalam pengembangan kurikulum. Pertama, filsafat dapat
40
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011)
47.
41
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 79.
42
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008) 43.

26
menentukan arah dan tujuan pendidikan. Kedua, filsafat dapat
menentukan isi/materi pelajaran yang harus diberikan. Ketiga, filsafat
menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan. Keempat, filsafat
dapat menentukan tolok ukur keberhasilan proses pendidikan.43
Dengan demikian bisa kita ketahui betapa strategisnya fungsi filsafat
dalam pengembangan kurikulum.
b. Landasan Psikologis
Kondisi psikologis merupakan karakteristik psiko-fisik seseorang
sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku
dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku-perilaku tersebut
merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak
maupun yang tidak tampak, perilaku kognitif, afektif dan psikomotor.44
Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antar individu, interaksi
ini membutuhkan saling pengertian dan pemahaman sehingga psikologi
secara umum sangat membantu. adanya keunikan dan perbedaan yang
sangat mendasar antara masing-masing individu dalam hal bakat, minat
maupun potensi juga juga memerlukan pemahaman psikologis.
Dalam pengembangan kurikulum setidaknya diperlukan dua
landasan psikologi, yaitu psikologi belajar dan psikologi perkembangan.
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajaritentang bagaimana
peserta didik melakukan perbuatan belajar.45 Sedangkan psikologi
perkembangan merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari
proses perkembangan individu, baik sebelum maupun sesudah kelahiran
berikut kematangan perilaku.46

43
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008)43
44
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997) 45
45
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011)
56.
46
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000), 3.

27
c. Landasan Sosial Budaya
Peserta didik berasal dari masyarakat dan merupakan bagian dari
masyarakat, karena itu pendidikan diadakan untuk mempersiapkan
peserta didik terjun dalam lingkungan masyarakat. Dengan demikan
maka penyusunan kurikulum hendaknya senantiasa mencerminkan
kebutuhan masyarakat, dimana salah satu ciri dari masyarakat adalah
senantiasa berkembang dan mengalami perubahan, sehingga kurikulum
dalam pendidikan pun senantiasa mengalami perkembangan. Dengan
adanya keunikan dari kebudayaan dan peradaban masing-masing
bangsa, maka suatu kurikulum pada prinsipnya mencerminkan
keinginan, cita-cita tertentu dan kebutuhan masyakat. Karena itu faktor
sosial budaya sangat penting dalam penyusunan kurikulum yang
relevan, karena kurikulum merupakan alat untuk merealisasikan sistem
pendidikan, sebagai salah satu dimensi dari kebudayaan.
d. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat
pesat, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi. Apabila
tidak mampu mengikuti laju perkembangan dan teknologi maka
seseorang dianggap “ketinggalan zaman.” Karena itu menjadi sangat
penting bagi kurikulum untuk mengantisipasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga mampu memberi bekal bagi peserta
didik untuk menyongsong masa depan.

28
B. Implementasi Pengembangan Kurikulum
Pelaksanaan Pengembangan kurikulum di MTs Al-kholafiyahdilakukan setiap
hari untuk kegiatan penunjang sebelum dan sesudah pelajaran. Dalam
pelaksanaannya madrasah ini melkukan kegiatan pembacaan asma’ul husna
setelah semua siswa masuk ke dalam kelas dan sebelum pelajaran dimulai, yang
bertujuan untuk pembentukan karakter islami kepada peserta didik. Selain
kegiatan penunjang sebelum peljaran dimulai di madrasah ini juga melakukan
sholat jama’ah dhuhur di masjid yang kebetulan lokasi sekolah tersebut
berdekatan dengan majid
Dalam bimbingan bakat dan minat di madrasah ini melakukan bebrapa
bimbingan yakni:

1. Bimbingan tilawah Al-Quran


Bimbingan tilawah dilakukan di dalam masjid dekat pondok pesantren dan
yang menjadi pembimbing adalah Ust. mahmub dan Ust. Saifur Rijal beliau
juga sebagai guru bahasa arab di MTs itu, bimbingan ini dilakukan dengan
cara belajar macam macam lagu dari tawasyaikh terlebih dahulu baru di
gunakan di ayat-ayat yang telah ditentukan, bimbingan ini diikuti oleh 23
siswi dan 12 siswa
2. Bimbingan khitobah dan khutbah jum’at
bimbingan khitobah dan khutbah ini di lakukan di tempat secara kondisional
dikelas siswa yang pada hari itu tidak di tepati untuk kegiatan . Dalam hal ini
bimbingan dilakukan oleh Bapak. M,Sholeh, sebagai pendamping siswa
khitobah dan ust Abdul aziz sebagai pendamping Khutbah Jum’at, yang
diikuti oleh 20 siswi dan30 siswa, bimbingan ini dilakukan dengan cara
sistem urut dimana pada setiap minggunya para siswa akan memperoleh
jadwal atau bagian yang sudah di tetapkan.

29
3. Bimbingan menulis Al-Qur’an (kaligrafi)
Bimbingan tulis Al-Qur’an sendiri dibina oleh Ust Romli, yang mana
dilakukan kegiatannya di kelas VIII, diikuti oleh 10 siswa dan 8 siswi,
bimbingan ini dilakukan dengan cara pembimbing memberikan sebuah
materi terlebi dahulu berupa kertas fotocopy yang berisi materi tentang
kaidah-kaidah khot arab yang kemudian ditulis kembali oleh siswa.
Masing-masing pengembangan tersebut dilakukan pada hari sabtu setelah
mata pelajaran jam pertama sesuai dengan bakat dan keinginan setiap siswa,
seluruh siswa diwajibkan untuk memilih salah satu dari pengembangan tersebut,
“Di Madrasah ini terdapat pengembangan bakat siswa yang di istilahkan
extrakurikuleryang dilaksanakan pada hari tertentu,seperti kaligrafi ceramah,
khutbah jum’at tilawah al qur’an dan bagi sisiwa yang tidak berminat maka
kami ikutkan di bimbingan pramuka, pengembanag ini bertujuan agar siswa
nantinya bisa beradaptasi di lingkungan masyarakat”47

47
Wawancara Ninik qurotul Aini,s.pd (Waka Kurikulum ) Pada tanggal 28 Desember 2018

30
C. Evaluasi Pengembangan Kurikulum
Evaluasi pengembanngan di madrasah ini dilakukan setiap 3 bulan sekali
Dalam evaluasi sekolah ini melakakan dengan cara tes yaitu mengadakan ujian
pada setiap pengembangannya. Pada ujian Pengembngan tilawah di uji langsung
oleh guru pendampingnya dengan proses sama seperti model perlombaan, pada
evaluasi pengembangan khitobah juga dilaksanakan ujian dengan model
perlombaan, dengan memakai konsep yang sama pada umumnya. Sedangkan
dalam pengembangan Kaligrafi proses evaluasi dilakukan dengan cara
pegumpulan kreasi setiap 3 bulan sekali dengan tema dan kriteria yang telah
ditentukan oleh pembimbing.
Tidak hanya itu penghargaan yang dapat berupa hadiah atau sertifikat juga
diberikan kepada siswa yang mendapatkan nilai terbaik dalam evaluasi ini, agar
menigkatkan semanagat belajar mereka dan memotifasi untuk lebih baik. Selain
itu evaluasi ini juga bisa ajang seleksi bagi siswa siswa yang pantas untuk
mengikuti perlombaan di tingkat daerah, kabupaten, maupun provinsi. Bapak
Abdulllah berkata:

“Kami lakukan kegiatan evaluasi seperti ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana pengimplementasian Pengembangan ini berjalan, sebagai seleksi siswa
yang berbakat, juga untuk memperbaiki kegiatan pengembangan yang belum
efisien”48

Evaluasi pengembangan ini juga dilakukan setiap kegiatan berlangsung oleh


guru pendamping, Waka Kurikulum dan Kepala sekolah memantau jalannya
kegiatan, supaya dapat mengetahui bagaimana jalannya bimbingan. Bapak
Abdullah menerangkan bahwa:

48
Wawancara Ninik qurotul Aini,s.pd (Waka Kurikulum ) Pada tanggal 28 Desember 2018

31
“biasanya kami lakukan pemantauan bersama bapak kepala sekolah mengenai
jalannya kegiatan bimbingan itu per kelas, agar kami tahu bagaimana kondisi
dan ketertiban siswa dalam mengikuti bimbingan tersebut”49

Setelah itu hasil evaluasi dirapatkan bersamaan dengan rapat bulanan, dengan
pokok bahasan ketercapaian target dalam setiap bimbingan yang di programkan.
Bukan hanya itu factor factor yang menjadi penghambat dan penunjang dalam
pengimlementasian pengembangan kurikulum tersebut.
Factor pendukung dalam pengembangan kurukulum di madrasah ini yaitu
seperti lokasi madrasah yang berdekatan dengan masjid sehingga lebih mudah
untuk para peserta didik melakukan sholat berjamaah, factor pendukung bagi
yang lain adalah kondisi masyarakat desa tekung yang sangat antusias dan
mendukung atas kegiatan yang dilakukukan oleh madrasah.
Untuk factor penghambat dalam pengembangan kurikulumnnya adalah dari
dalam (intern) seperti peserta didik yang melanggar tidak mengikuti kegiatan
ekstra atau kegiatan sholat jamaah, juga dalam tenaga pengejar bimbingan
kaligrafi di madrasah ini masih minim akan pengetahuannya tentang kaidah
kaidah tulisan yang artinya tidak maksimal dalam pembelajarannya, bapak
Abdullah Mengatakan:

“Untuk factor penghambat dan pendukungnya kami memiliki hambatan di


pengembangan tulis Al-Quran dimana tenaga pengajarnya kami tidak memiliki
yang profesional, juga dalam pelaksanaan sholat jamaah ada saja siswa yang
nakal, tidak ikut sholat berjamaah. Sedangkan pendukungnya adalah lokasi
sekolah kita ada di naungan pondok pesantren mempermudah kita untuk
menjalankan kegiatan keagamaan juga dukungan dari para ustadz-ustadz
pondok pesantren”50

49
Wawancara ninik qurotul Aini,s.pd (Waka Kurikulum ) Pada tanggal 28 Desember 2018
50
Wawancara ninik qurotul Aini,s.pd (Waka Kurikulum ) Pada tanggal 28 Desember 2018

32
BAB IV

ANALISIS DATA
Bab analisis data ini berisi tentang analisis dari penyajian data diatas dimana
kami akan mensingkronkan data dengan beberapa teori yang ada dalam teori
pengembangan kurikulum
A. Perencanaan Pengembangan Kurikulum
Analisis kami dalam perencanaan di madrasah Tsanawiyah tersebut sebagai
berikut,: MTs Al kholafiyah Merencanakan pengembangan kurikulum melalui
rapat intern sekolah yang mana didalamnya sudah dibahas latar belakang
perencanaan, teori perencanaaan, landasan perencanaan, tujuan perencanaan
sehinnga perencanaan tersebut sudah di diskusikan secara matang-matang oleh
para guru dan pihak pihak yang bersangkutan dalam perencanaan tersebut,
Dalam prencanaan pengembangannya dilakukan setiap awal tahun ajaran baru
dan dihadiri oleh kepala sekolah, wakakurikulum, waka kesiswaandan seluruh
dewan guru dan mapel
B. Implementasi Pengembangan Kurikulum
Pelaksanaan pengembangan kurikulum di madrasah ini dapat terlaksana
dengan baik sebagai mana jadwal yang telah di sepakati dalam rapat
perencanaaan pengembangan tersebut diamana kegiatan kegiatan itu meliputi :
1. Pembacaan Asmaul Husna sebelum pelajara dimulai
2. Sholat jamaah Dzuhur saat istirahat pelajaran
3. Pelatihan Tilawatil Qur’an
4. Pelatihan Khitobah dan Khutbah Jum’at
5. Pelatihan tulis Al-qur’an
6. Pramuka
Itulah kegiatan-kegiatan yang diprogramkan MTs. AL-kholafiyah tekung,
dimana kegiatan selain pembacaan asma’ul husna dan sholat jamaah tersebut
dilakukan pada hari sabtu setelah mata pelajaran jam pertama dilaksanakan yang

33
diistilahkan dengan Ekstra Kurikuler sebagai istilah pengembangan minat dan
bakat yang siswa ikuti tersebut.
C. Evaluasi Pengembangan Kurikulum
Yang kami tangkap dalam observasi tersebut bahawasanya evaluasi yang
dilakukan dalam pengembangan tersebut dilakukan setiap hari untuk melihat
perkembangan peserta didik dan kondisi proses pelaksanaan, setelah itu dibahas
dan dirapatkan untuk mendapat solusi dari permasalahan atau kendala itu
dilakukan pada rapat bulanan sekolah, lebih tepatnya dilakukan dalam 3 bulan
sekali.
Factor yang mendukung dalam pengembangan kurikulum di MTs Al-
kholafiyah tekung ini diantaranya :
1. Lokasi yang sudah ada masjid di pondok pesantren dan keikut sertaan
pengurus-pengurus keamanan membantu para guru untuk menata sof sof
ketika sholat berjamaah berlangsung sehingga para guru lebih mudah untuk
mengatur siswa .
2. Dukungan masyarakat sekitar dalam pelaksanaan kegiatan kegiatan
madrasah
Sedangkan factor yang menghambat dalam pelaksanaan pengembangan
kurikulum di MTs Al-kholafiyah tekung ini diantaranya :
1. Adanya beberapa siswa yang tidak ikut dalam kegiatan pengembangan
ekstra kurikuler.
2. Kurangnya tenaga pengajar bagi siswa yang ikut pelatihan tulis Al-Qur’an
(kaligrafi).

34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan kurikulum merupakan sarana untuk mengembangkan
potensi siswa dan juga untuk menunjang keberhasilan suatu target kurikulum
yang di pakai dalam suatu lembaga di MTs Al-kholafiyah ini menggunakan
pengembangan kurikulum untuk menunjang prestasi siswa, mengefektifkan
kegiatan pembelajaran, membentuk peserta didik yang beriman kuat dan
bertaqwa kepada Allah SWT, juga berguna bagi bangsa dan neagara terutama
dalam kehidupan bermasyarakat
Program pengembangan yang dilakukan di madrasah ini antara lain
pengembangan tilawah, khitobah dan khutbah jum’at, dan juga kaligrafi yang
dilakukan satu minggu sekali yaitu pada hari sabtu, sedangkan untuk kegiatan
hariannya adalah pembacaan asmaul husna sebelum pelajaran dimulai dan
sholat dzuhur berjamaah
MTs ini mengadakan rapat evaluasi pengembangan ini dalam 3 bulan
sekali bersamaan dengan rapat bulanan sekolah, untuk tahun ajaran ini
masalah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan pengembangan adalah
dari adanya peserta didik yang tidak ikut pelaksnaan sholat berjamah juga
tenagan pengejar di pengembangan tilis kaligrafi
Sedangkan untuk factor pendukungnya adalah lokasi yang memadai
yakni dekat dengan masjid sehingga memudahkan untuk pelaksanaan sholat
jamaah juga dikungan dari masyarakat sekitar.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Penulis
juga menyarankan kepada pembaca, agar membaca buku-buku yang berkaitan
dengan pengembangan kurikulum. Hanya kepada Allah kita memohon
pertolongan dan perlindungan, semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca sekalian.

35
DAFTAR PUSTAKA

Abidain, Yunus. 2013. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum


bandung: PT. Refrika Aditama
Dja’far Siddik. 2006. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Citapustaka.
Deitje Adolfien Katuuk, Manajemen Implementasi Kurikulum: Strategi Penguatan
Implementasi Kurikulum 2013, Jurnal Cakrawala Pendidikan, Februari 2014,
Th. Xxxiii, No. 1, 15-16.
Hamid Syarief. 1993.  Pengembangan Kurikulum. Pasuruan: Garoeda Buana Indah
Hery Widyastono.2014.Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah, , Jakarta:
Bumi Aksara.
Kunandar. 2000. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Oemar Hamalik. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar. 2012. Manajemen Pengembangan Kurikulum.Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa,E. 2017. Pengembangan dan Implementasi kurikulum 2013. Bandung: PT.
Remaja Rosydakarya.
Sukmadinata & Nana Syaodih.2010.Pengembangan Kurikulum: Teori dan
Praktik.Bandung: Rosdakarya.
Robert S. Zais, 1976. 7Curriculum Principles and Foundation, New York: Harper
dan Row Publisher.
Zainal arifin, konsep dan model pengembangan kurikulum (Bandung: PT remaja
rosdakarya, 2011)
hamalik, oemar. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. ( Bandung:  PT. REMAJA
ROSDAKARYA.2011.)
Zein, M, 1991 Asas dan Pengembangan Kurikulum,Yogyakarta: Sumbangsih offfset
Wawancara ninik qurotul Aini,s.pd(Waka Kurikulum ) Pada tanggal 28 Desember
2018

36

Anda mungkin juga menyukai