Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum sebagai sebuah rancangan pendidikan mempunyai kedudukan

yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat

pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan

kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa

menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.

Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses menyusun

rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara

mempelajarinya. Namun demikian, persoalan mengembangkan isi dan bahan pelajran

serta bagaimana cara belajar siswa bukanlah suatu proses yang sederhana, sebab

menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan

yang ingin dicapai, sedangkan menentukan tujuan, erat kaitannya dengan persoalan

sistem nilai dan kebutuhan masyarakat. Persoalan inilah yang kemudian membawa

kita pada persoalan menentukan hal-hal yang mendasar dalam proses pengembangan

kurikulum yang kemudian kita namakan asas-asas atau landasan pengembangan

kurikulum.1

1
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Cet. 5; Jakarta: Kencana, 2013), h. 32.

1
Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para

penyusun kurikulum atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai

kurikulum ideal, akan tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar

pertimbangan oleh para pelaksana kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan

para guru serta pihak-pihak lain yang terkait dengan tugas-tugas pengelolaan

pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan instrumen dalam melakukan pembinaan

terhadap implementasi kurikulum di setiap jenjang pendidikan. Penyusunan dan

pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Dibutuhkan

berbagai landasan yang kuat agar mampu dijadikan dasar pijakan dalam melakukan

proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga dapat memfasilitasi tercapainya sasaran

pendidikan dan pembelajaran secara lebih efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah

Berdasar dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang

menjadi rumusan masalah pokok adalah Perkembangan Kurikulum di Indonesia.

Sebagai rumusan sub-sub masalah yang akan dikaji adalah,

1. Bagaimana Hakikat dan Prinsip Pengembangan Kurikulum?

2. Bagaimana Landasan Pengembangan Kurikulum?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat dan Prinsip Pengembangan Kurikulum

Pada hakikatnya pengembangan kurikulum itu merupakan usaha untuk

mencari bagaimana rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu

dalam suatu lembaga. Pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian nilai-

nilai umum, konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang akan menjadi isi

kurikulum yang disusun dengan fokus pada nilai-nilai tadi. Adapun selain

berpedoman pada landasan-landasan yang ada, pengembangan kurikulum juga

berpijak pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Bab X tentang kurikulum, pasal 36

ayat 1 bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar

nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Suatu kurikulum

diharapkan memberkan landasan, isi dan menjadi pedoman bagi pengembangan

kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntunan dan tantangan

perkembangan masyarakat.

3
Setiap pengembangan kurikulum, selain harus berpijak pada sejumlah

landasan, juga harus menerapkan atau menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Dengan

adanya prinsip tersebut, setiap pengembangan kurikulum diikat oleh ketentuan atau

hukum sehingga dalam pengembangannya mempunyai arah yang jelas sesuai dengan

prinsip yang telah disepakati. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum adalah

sebagai berikut:2

1. Prinsip Relevansi

Prinsip relevansi berkenaan dengan kesesuaian antara komponen tujuan,

isi, strategi, dan evaluasi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki

kurikulum,yaitu relevansi keluar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri.

Relevansi keluar yaitu tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam kurkulum

hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat.

Adapun relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian antara komponen-komponen

kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian. Relevansi ini

menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.

2
Hamalik, Pengembangan Kurikulum: Dasar-dasar dan Perkembangannya
(Bandung:Mandar Maju,1990), h.13.

4
2. Prinsip Fleksibilitas

Prinsip fleksibilitas berkenaan dengan kebebasan/keluwesan yang

dimiliki guru dalam mengimplementasikan kurikulum dan adanya alternatif pilihan

program pendidikan bagi siswa sesuai dengan minat dan bakatnya.

3. Prinsip Kontinuitas

Prinsip kontinuitas berkenaan dengan adanya kesinambungan materi

pelajaran antarberbagai jenis dan jenjang sekolah serta antartingkatan kelas.

Perkembangan dan proses belajar berlangsung secara berkesinambungan, tidak

terputus-putus atau terhenti-henti.

4. Prinsip Praktis dan Efisiensi

Kurikulum harus mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana

dan biayanya juga murah. Tepat pelaksanaannya dan menghasilkan sesuatu dengan

tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya.

5. Prinsip Efektifitas

Keberhasilan pelaksanaan kurikulum harus diperhatikan, baik kuantitas

maupun kualitas. Keberhasilan kuntitas ditinjau dari komponen-komponen

kurikulum, seperti tujuan, isi, proses belajar, dan evaluasi. Sedangkan keberhasilan

kualitasnya dilihat dari hasil pelaksanaan kurikulum yang ada.

5
6. Prinsip Khusus

Adapun prinsip khusus yang harus diperhatikan dalam mengembangkan

kurikulum, antara lain: prinsip keimanan, nilai dan budi pekerti luhur, penguasaan

integrasi nasional, keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinetika, kesamaan

memperoleh kesempatan, abad pengetahuan dan teknologi informasi, pengembangan

keterampilan hidup, berpusat pada anak, serta pendekatan menyeluruh dan kemitraan.

B. Landasan Pengembangan Kurikulum

Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh

terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam

pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat

dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-

landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang

mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat

dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya,

akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.

Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional

dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan

lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan

6
tekhnologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan

pendidikan. Pengembangan kurikulum berlandaskan faktor-faktor sebagai berikut:3

1. Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk

merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan

dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.

2. Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.

3. Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karekteristik

perkembangan peserta didik.

4. Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi

(interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan

lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis).

5. Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di bidang

ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.

6. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sesuai dengan sistem

nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa.

Keenam faktor tersebut saling kait-mengait antara satu dengan yang

lainnya.

1. Filsafat dan tujuan pendidikan nasional

3
Kaber. A, Pengembangan Kurikulum(Jakarta: P2LPTK, 2007), h.11.

7
Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita masyarakat.

Berdasarkan cita-cita tersebut terdapat landasan, mau dibawa kemana pendidikan

anak. Dengan kata lain, filsafat pendidikan merupakan pandangan hidup masyarakat.

Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk merancang tujuan pendidikan, prinsip-

prinsip pembelajaran, serta perangkat pengalaman belajar yang bersifat mendidik.

Filsafat pendidikan dipengeruhi oleh dua hal pokok, yakni (1). Cita-cita masyarakat,

dan (2). Kebutuhan peserta didik yang hidup di masyarakat.

Nilai-nilai filsafat pendidikan harus dilaksanakan dalam perilaku sehari-

hari. Hal ini menunjukkan pentingnya filsafat pendidikan sebagai landasan dalam

rangka pengembangan kurikulum.

2. Sosial budaya dan agama yang berlaku di masyarakat

Keadaan sosial budaya dan agama tidaklah terlepas dari kehidupan kita.

Keadaan sosial budayalah yang sangat berpengaruh pada diri manusia, khususnya

sebagai peserta didik. Sikap atau tingkah laku seseorang sebagian besar dipengaruhi

oleh interaksi sosial yang membuat seseorang untuk bertingkah laku yang sesuai

dengan kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar. Agama yang membatasi tingkah

laku kita juga sangat besar pengaruhnya dalam membuat suatu kurikulum.

3. Perkembangan Peserta didik yang menunjuk pada karateristik

perkembangannya

8
Setiap peserta didik pasti mempunyai karateristik yang berbeda. Dengan

keadaan peserta didik yang memiliki perbedaan dalam hal kemampuan beradaptasi

atau dalan hal perkembangan, tentunya juga ikut ambil bagian dalam melandasi

terwujudnya kurikulum yang sesuai dengan harapan. Kurikulum akan dibuat

sedemikian rupa untuk mengimbangi perkembangan peserta didiknya.

4. Kedaaan Lingkungan

Dalam arti yang luas, lingkungan merupakan suatu sistem yang disebut

ekosistem, yang meliputi keseluruhan faktor lingkungan, yang tertuju pada

peningkatan mutu kehidupan di atas bumi ini. Faktor-faktor dalam ekosistem itu,

meliputi:

1) Lingkungan manusiawi/interpersonal

2) Lingkungan sosial budaya/kultural

3) Lingkungan biologis, yang meliputi flora dan fauna

4) Lingkungan geografis, seperti bumi, air, dan sebagainya.

Masing-masing faktor lingkungan memiliki sumber daya yang dapat

digunakan sebagai modal atau kekuatan yang mempengaruhi pembangunan.

Lingkungan manusiawi merupakan sumber daya menusia (SDM), baik dalam jumlah

maupun dalam mutunya. Lingkungan sosial budaya merupakan sumber daya alam

9
(SDA). Jadi sumber daya yang ada saling terkait dengan pembangunan yang

berwawasan lingkungan.

5. Kebutuhan Pembangunan

Tujuan pokok pembangunan adalah untuk menumbuhkan sikap dan tekad

kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas

sumber daya manusia untuk mewujudkan kesejahteraan lahir batin yang lebih selaras,

adil dan merata. Keberhasilan pembangunan ditandai oleh terciptanya suatu

masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera.

Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut, maka dilaksanakan proses

pembangunan yang titik beratnya terletak pada pembangunan ekonomi yang seiring

dan didukung oleh pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, serta

upaya-upaya pembangunan di sektor lainnya. Hal ini menunjuk pada kebutuhan

pembangunan sesuai dengan sektor-sektor yang perlu dibangun itu sendiri, yang

bidang-bidang industri, pertanian, tenaga kerja, perdagangan, transportasi,

pertambangan, kehutanan, usaha nasional, pariwisata, pos dan telekomunikasi,

koperasi, pembangunan daerah, kelautan, kedirgantaraan, keuangan, transmigrasi,

energi dan lingkungan hidup.

Gambaran tentang proses dan tujuan pembangunan tersebut di atas

sekaligus menggambarkan kebutuhan pembangunan secara kesuluruhan. Hal mana

10
memberikan implikasi tertentu terhadap pendidikan di perguruan tinggi. Dengan kata

lain, penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi harus disesuaikandan diarahkan

pada upaya –upaya dan kebutuhan pembangunan, yang mencakup pembangunan

ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.

Penyelenggaraan pendidikan diarahkan untuk menyiapkan peserta didik menjadi

anggota masyarakat yang memiliki kemampuan keilmuan dan keahlian, yang bersifat

mendukung ketercapaian cita-cita nasional, yakni suatu masyarakat yang maju,

mandiri, dan sejahtera.

6. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi

Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan

tekhnologi dalam rangka mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan

bangsa. Dukungan iptek terhadap pembangunan dimaksudkan untuk memacu

pembangunan menuju terwujudnya masyarakat mandiri, maju dan sejahtera. Untuk

mencapai tujuan dan kemampuan-kemampuan tersebut, maka ada tiga hal yang

dijadikan sebagai dasar, yakni:

1) Pembangunan iptek harus berada dalam keseimbangan yang dinamis

dan efektif dengan pembinaan sumber daya manusia, pengembangan

sarana dan prasarana iptek, pelaksanaan penelitian dan pengembangan

serta rekayasa dan produksi barang dan jasa.

11
2) Pembangunan iptek tertuju pada peningkatan kualitas, yakni untuk

meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kehidupan bangsa.

3) Pembangunan iptek harus selaras (relevan) dengan nilai-nilai agama,

nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya, dan lingkungan

hidup.

4) Pembangunan iptek harus berpijak pada upaya peningkatan

produktivitas, efisiensi dan efektivitas penelitian dan pengembangan

yang lebih tinggi.

5) Pembangunan iptek berdasarkan pada asas pemanfaatannya yang

dapat memberikan pemecahan masalah konkret dalam pembangunan.

Penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan

tekhnologi dilaksanakan oleh berbagai pihak, yakni:

1) Pemerintah, yang mengembangkan dan memanfaatkan iptek untuk

menunjang pembangunan dalam segala bidang.

2) Masyarakat, yang memanfaatkan iptek itu untuk pengembangan

masyarakat dan mengembangkannya secara swadaya.

3) Akademisis terutama di lingkungan perguruan tinggi,

mengembangkan iptek untuk disumbangkan kepada pembangunan.

4) Pengusaha, untuk kepentingan meningkatan produktivitas.

12
Jadi pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan

dasar dalam setiap pengembangan kurikulum, menurut Nana Syaodih Sukmadinata

(1997) empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) Filosofis ;

(2) Psikologis; (3) Sosial-Budaya; dan (4) Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi.4

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas keempat

landasan tersebut.

1. Landasan Filosofis dalam Pengembangan Kurikulum

a. Manfaat Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran-

pemikiran filsafat untuk memecahkan permasalahan pendidikan. Dengan demikian

filsafat memiliki manfaat dan memberikan kontribusi yang besar terutama dalam

memberikan kajian sistematis berkenaan dengan kepentingan pendidikan. Nasution

(1982) mengidentifikasi beberapa manfaat filsafat pendidikan, yaitu:

1) Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa ke mana

anak-anak melalui pendidikan di sekolah? Sekolah ialah suatu

lembaga yang didirikan untuk mendidik anak-anak ke arah yang

dicita-citakan oleh masyarakat, bangsa, dan negara.

4
Syadih, S. Nana, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek (Bandung;
Rosdakarya,1997), h.35

13
2) Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang

dianut, kita mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang harus

dicapai. Manusia yang bagaimanakah yang harus diwujudkan

melalui usaha-usaha pendidikan itu?

3) Filsafat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat kepada

segala usaha pendidikan.

4) Tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik menilai usahanya,

hingga manakah tujuan itu tercapai.

5) Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi

kegiatan-kegiatan pendidikan.

b. Filsafat dan Tujuan Pendidikan

Pandangan-pandangan filsafat sangat dibutuhkan dalam

pendidikan, terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat akan

menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa. Untuk itu harus ada kejelasan

tentang pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan eksistensinya. Filsafat atau

pandangan hidup yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu

atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan sangat mempengaruhi tujuan

pendidikan yang ingin dicapai. Sedangkan tujuan pendidikan sendiri pada dasarnya

merupakan rumusan yang komprehensif mengenai apa yang seharusnya dicapai.

14
Tujuan pendidikan memuat pernyataan-pernyataan mengenai berbagai

kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik selaras dengan sistem

nilai dan falsafah yang dianutnya. Dengan demikian, sistem nilai atau filsafat yang

dianut oleh suatu komunitas akan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan

rumusan tujuan pendidikan yang dihasilkannya. Dengan kata lain, filsafat suatu

negara tidak bisa dipungkiri akan mempengaruhi tujuan pendidikan di negara

tersebut. Oleh karena itu, tujuan pendidikan di suatu negara akan berbeda dengan

tujuan pendidikan di negara lainnya, sebagai implikasi dari adanya perbedaan filsafat

yang dianutnya.

2. Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum

Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori psikologis yang mendasari

Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran Spencer, Ella

Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan

”karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan

referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada

suatu situasi”.5

5
Yulaelawati Ella, Psikologi Perkembangan (Bandung;Mizan, 2006),h.41

15
Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu:

a. Motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara

konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.

b. Bawaan; yaitu karakteristik fisisk yang merespons secara konsisten

berbagai situasi atau informasi.

c. Konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang.

d. Pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang;

e. Keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik

maupun mental.

Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap

perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan

cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri,

bawaan dan motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat

kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih

mudah dikembangkan Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan

ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan

dikembangkan.

Psikologi Belajar dan Pengembangan Kurikulum Psikologi belajar

merupakan suatu studi tentang bagaimana individu belajar. Pembahasan

tentang psikologi belajar erat kaitannya dengan teori belajar. Pemahaman tentang

16
teori-teori belajar berdasarkan pendekatan psikologis adalah upaya mengenali kondisi

objektif terhadap individu anak yang sedang mengalami proses belajar dalam

rangka pertumbuhan dan perkembangan menuju kedewasaannya. Pemahaman yang

luas dan komprehensif tentang berbagai teori belajar akan memberikan kontribusi

yang sangat berharga bagi para pengembang kurikulum baik di tingkat

makro maupun tingkat mikro untuk merumuskan model kurikulum yang diharapkan.

Pendekatan terhadap belajar berdasarkan satu teori tertentu merupakan asumsi yang

perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaannya berkaitan dengan aspek-aspek dan

akibat yang kungkin ditimbulkannya.

3. Landasan Sosial-Budaya dalam Pengembangan Kurikulum

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai

suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita

maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk

terjun kelingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata,

namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup,

bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik

formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan

masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan

budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.

17
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia

yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui

pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan

masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus

disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan

yang ada di masyakarakat.

Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki-sosial budaya

tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota

masyarkat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-

nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-

nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan

lainnya.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada

dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat

untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang

terjadi di sekitar masyarakat.

Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997) mengemukakan

bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam

peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan

demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbankan,

18
merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial-budaya dalam suatu

masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi dalam Pengembangan

Kurikulum

Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara

sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi

adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis

dalam kehidupan. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Sejak abad pertengahan

ilmu pengetahuan telah berkembang dengan pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan

pada masa kini banyak didasari oleh penemuan dan hasil pemikiran para filsuf purba

seperti Plato, Socrates, Aristoteles, John Dewey, Archimides, dan lain-lain.6

Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dimiliki manusia

masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan

yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan

dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang.

Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak

dihasilkan temuan-temuan baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti

kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan kehidupan lainnya. Ilmu pengetahuan

6
Nasution S, Asas-Asas Kurikulum (Cet. VI; Jakarta: Sinar Grafika, 2001),
h.57.

19
dan teknologi (IPTEK) bukan menjadi monopoli suatu bangsa atau kelompok

tertentu. Baik secara langsung maupun tidak langsung perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula terhadap pendidikan.

Perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal-balik dengan

pendidikan. Industri dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam alatalat

dan bahan yang secara langsung atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan

dan sekaligus menuntut sumber daya manusia yang handal untuk

mengaplikasikannya.

Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya

merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang

akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi

berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan

abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong

merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.

Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua

dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan

pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial,

ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai,

pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.

20
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat

yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dan standar mutu tinggi. Sifat

pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan

canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-

kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to

learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta menngatasi situasi

yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.

Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, terutama

dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan

manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan

mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk

kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.

Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat

hasil industri seperti televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya.

Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program

pendidikan, apalagi disaat perkembangan produk teknologi komunikasi yang semakin

canggih, menuntut pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan yang

memadai dari para guru dan pelaksana program pendidikan lainnya. Mengingat

pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan

perubahan masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya perubahan ilmu

21
pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan

pada ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara

langsung berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya

mencakup pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan media

pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung menuntut

dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki kemampuan

memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.

22
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman

maupun kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau

menggunakan landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi

serta berperan sesuai dengan tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan seperti

tercantum dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam

UU no. 20 tahun 2003.

Pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar

dalam setiap pengembangan kurikulum, yaitu:

1. Landasan Filosofis, yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, hakikat

manusia, hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak

dalam mengembangkan kurikulum. Asumsiasumsi filosofis tersebut

berimplikasi pada permusan tujuan pendidikan, pengembangan isi atau

materi pendidikan, penentuan strategi, serta pada peranan peserta didik

dan peranan pendidik.

2. Landasan psikologis, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari psikologi

yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Ada dua

23
jenis psikologi yang harus menjadi acuan yaitu psikologi perkembangan

dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan mempelajari proses dan

karaktersitik perkembangan peserta didik sebagai subjek pendidikan,

sedangkan psikologi belajar mempelajari tingkah laku peserta didik dalam

situasi belajar. Ada tiga jenis teori belajar yang mempunyai pengaru besar

dalam pengembangan kurikulum, yaitu teori belajar kognitif,

behavioristik, dan humanistic.

3. Landasan sosial budaya, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari

sosiologi dan antrofologi yang dijadikan titik tolak dalam

mengembangkan kurikulum. Karakterstik sosial budaya di mana peserta

didik hidup berimplikasi pada program pendidikan yang akan

dikembangkan.

4. Landasan ilmiah dan teknologi, adalah asumsi-asumsi yang bersumber

dari hasil-hasil riset atau penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan

yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.

Pengembangan kurikulum membutuhkan sumbangan dari berbagai kajian

ilmiah dan teknologi baik yang bersifat hardware maupun software

sehingga pendidikan yang dilaksanakan dapat menyesuaikan diri dengan

perkembangan ilmu pngetahuan dan teknologi.

24
B. Saran

Adapun saran dari penulis sebagai berikut melihat dari kesimpulan diatas

maka penulis merekomendasikan agar nantinya makalah Landasan Pengembangan

Kurikulum ini dapat ditingkatkan sehingga para pembaca paham dan mampu

memahami perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi di dunia pendidikan agar

dapat menyelesaikan permasalahan kurikulum itu sendiri serta dengan adanya

perubahan-perubahan yang terjadi dapat membuat para perangkat pendidikan

mempersiapkan diri dalam mengahadapi perubahan-perubahan terjadi baik dalam

wilayah kurikulum maupun diluar dari kurikulum itu sendiri. Tak lupa kritik dan

saran serta solusi dari pembaca agar kiranya makalah-makalah selanjutnya dapat

lebih baik dari sebelumnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik. Pengembangan Kurikulum: Dasar-dasar dan Perkembangannya. Bandung:

Mandar Maju, 2001

Kaber, A. Pengembangan Kurikulum. Jakarta: P2LPTK. 1988

Nasution, S. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Sinar Grafika. 2001

Syadih, S. Nana. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung:

Rosdakarya. 1997

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana. 2013

Yulaelawati Ella. Psikologi Perkembangan. Bandung;Mizan. 2006

26
27

Anda mungkin juga menyukai