BAB I `
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
secara fisik maupun psikis. Sedangkan di katakan potensial, karena pada diri
Selanjutnya manusia juga di sebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa
daya, karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan
sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri, yang sudah tersimpan sebagai
potensi bawaannya. Karena itu bimbingan yang tidak searah dengan potensi yang
mengenai perkembangan jiwa keagamaan dari tingkat usia dewasa dan usia lanjut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sikap jiwa keagamaan pada orang dewasa dan usia lanjut?
BAB II
PEMBAHASAN
menjadi tiga. Yaitu dewasa awal (young adult) berkisar 21-40 tahun, dewasa
madya (middle adult), dan dewasa akhir/lanjut (older adult) berkisar 60 tahun
pencarian tentang agama sebagai sebuah kebutuhan jiwa. Pada masa dewasa
madya, seseorang cenderung sudah mulai fokus dengan keyakinan agama yang
yang ia miliki. Sedang pada masa dewasa akhir/lanjut sikap keagaman cenderung
bersifat kepasrahan atas keputusan Tuhan serta semakin kuat dalam beragama.2
logis. Dan ekspresinya adalah bercirikan tetap (istiqomah), artinya sudah tidak
lagi ikut-ikutan. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak percaya agama pun akan
oleh Charlotte Buchler dengan kata-kata :”Perasaan saya tidak enak tetapi tidak
ingin sesuatu , tetapi tidak tahu ingin akan apa” adapun dalam periode adolesen, ia
mengemukakan dengan kata-kata.”Saya hidup dan saya tahu untuk apa”. (Crijns
masih labilnya kehidupa anak-anak ketika menginjak usia menjelang remaja dan
usia remaja mereka. Sebaliknya saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya
kemantapan jiwa mereka :”Saya hidup dan saya tahu untuk apa”, menggambarkan
bahwa di usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah
menyadari makna hidup. Dengan perkataan lain, orang dewasa telah memahami
pilihnya. Orang dewasa sudah memiliki identitas yang jelas dan kepribadian yang
mantap.
tentang tanggung jawab sosial moral, ekonomis dan keagamaan (M. Buchori:145)
pada masa adolesen anak-anak berusaha untuk mencapai suatu cita-cita yang
abstrak. Di usia dewasa biasanya seseorang sudah mamiliki sifat kepribadian yang
stabil. Stabilisasi sifat-sifat kepribadian ini antara lain terlihat dari cara bertindak
dan bertingkah laku yang agak bersifat tetap (tidak mudah berubah-ubah) dan
mempunyai tanggung jawab terhadap system nilai yang dipilihnya, baik system
nilai yang bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-
norma lain dalam kehidupan. Pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan atas
keberagamaan seorang di usia dewasa sulit untuk di ubah. Jika pun terjadi
perubahan mungkin proses itu terjadi setelah didasarkan atas pertimbangan yang
matang.
didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu sikap keberagamaan ini
tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama bagi orang dewasa sudah
4. Tingkat ketaatan beragama di dasar kan atas pertimbangan dan tanggung jawab
berkembang.
beberapa aspek baik itu aspek psikologis maupun biologis. Usia lanjut adalah
masa yang dimaksud, dimana gejala psikis akan mempengaruhi aspek kejiwaan
penelitian yang dilakukan oleh Cavan menjadi penting. Dari hasil penelitiannya,
yang semakin meningkat pada usia lanjut. Dan beberapa ahli psikologi
tampak menonjol pada usia lanjut ketika kehidupan seksual mulai berakhir.7
Secara garis besar ciri-ciri jiwa keagamaan pada usia lanjut adalah :8
4. Si kap keagamaan cenderung mengarah pada kebutuhan saling cinta antar sesame
dan tidak secara tiba-tiba. Secara umum terdapat dua factor yang menyebabkan
adanya hambatan : 9
Yaitu factor yang ada dalam diri sendiri, hali ini pun masih terbagi dua :
secara rasional dalam menerima ajaran. Bagi mereka yang mampu menerima
Sebaliknya bagi mereka yang kurang mampu menerima secara rasio akan lebih
maka akan semakin mantap dalam beragama. Ia akan stabil dalam mengerjakan
agama.
Jauh dari Tuhan, oaring yang hidupnya jauh dari Tuhan akan merasa lemah dan
b. Faktor Luar
Yaitu beberapa kondisi dan situasi lingkungan yang tidak member kesempatan
perkembangan dari apa yang telah ada. Factor tersebut antara lain tradisi agama
ataupun pendidikan yang diterima. Kultur masyarakat yang sudah dikuasai tradisi
tertentu oleh sebagian orang terasa sebagai belenggu. Oleh karenanya pendidikan
agama.
Kejahatan, mereka yang pernah melakukan kejahatan dan merasa berdosa akan
BAB III
PENITUP
A. Kesimpulan
.
1. Pada masa dewasa, motivasi beragama pada orang dewasa cenderung
system nilai yang bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber
bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-
ikutan.
keagamaan yang semakin meningkat pada usia lanjut. Dan beberapa ahli
sesame manusia, serta sifat-sifat luhur, timbul rasa takut pada kematian
yang meningkat.
yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern terdiri dari kapasitas dan
DAFTAR PUSTAKA