A. Pengertian Epistemologi
Istilah epistemologi didalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “Theory of
knowledge”. Epistemologi berasal dari kata “episteme” dan “logos”. Episteme berarti
pengetahuan dan logos berarti teori. Ada beberapa pengertian epistemologi yang
diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya
epistemologi itu. Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Istilah
epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti teori.
Menurut Musa Asy’arie, epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai
hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk
menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu.
Menurut Dagobert D.Runes, epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber,
struktur, metode-metode dan validitas pengetahuan. Sementara itu, Azyumardi Azra
menambahkan, bahwa epistemologi sebagai “ilmu yang membahas tentang keaslian,
pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan”.
Jadi, Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula
atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan.
3. Epistemologi Pragmatisme.
Menurut kaum pragmatisme tidaklah dikatakan pengetahuan, jika tidak
membawa pada perubahan bagi kehidupan manusia. Jadi nilai pengetahuan dilihat
dari kadar instrumentalianya yang akan membawa pada akibat-akibat, baik yang,
setelah atau yang akan dihasilkan oleh ide pikiran dalam dunia pengalaman nyata.
Menurut kaum pragmatisme, guru harus mengonstruksi situasi belajar dengan
menempatkan problem tertentu yang pemecahannya akan membawa siswa pada
pemahaman yang lebih baik akan lingkungan sosial dan fisik mereka.
Konsekuensinya, menggantikan struktur tradisional tentang subjek materi baik guru
maupun kelas harus meramalkan apakah pengetahuan itu memberikan manfaat dalam
pemecahan problem tertentu yang sedang mereka diskusikan, seperti transportasi
sepanjang sejarah, persoalan-persoalan seksual saat ini ataupun persoalan kehidupan
masyarakat Indonesia saat ini. Sehingga menjadikan ini lebih bermakna bagi subjek
didik dan akan semakin mudah dikuasai ketika mereka dapat memanfaatkannya
sebagai alat yang dapat memuaskan kebutuhan dan kepentingan mereka dalam
menghadapi realitas. Menurut kaum pragmatis, seorang anak selalu belajar secara
alamiah karena memang ia adalah makhluk yang secara natural selalu ingin tahu
tentang sesuatu. Ia senantiasa akan mempelajari apapun yang ia rasakan ataupun yang
ia pikirkan. Oleh karena itu guru harus menghidupkan spiritinquiry ini agar tampil
dalam realitas pembelajaran. Mengajar subjek didik dari subjek materi telah jelas
baginya merupakan suatu kebutuhan nyata bagi subjek didik dalam melaksanakan
kegiatan belajar. Tugas penting guru adalah menolong dan membimbing subjek
didiknya agar mampu mempelajari apa yang ia rasakan dan yang merangsang jiwa
ingin tahunya yang selalu tumbuh. Kaum pragmatisme juga meyakini bahwa subjek
didik harus belajar dari keingintahuan, sementara guru mesti merangsang
keingintahuan itu tampil dalam proses inquiry.
4. Epistemologi Eksistensialisme.
Epistemologi Eksistensialisme adalah suatu eksistensi yang dipilih dalam
kebebasan. Bereksistensi berarti bereksistensi dalam suatu perbuatan yang harus
dilakukan oleh setiap orang bagi dirinya sendiri. Pilihan bukanlah soal konseptual
melainkan soal komitmen total seluruh pribasi individu. Berangkat dari kebebasan
sebagai corak bereksistensi, demikian tidak menempatkan individu ke dalam realitas
yang abstrak tetapi individu dilihat sebagai satu pribadi yang sungguh hadir dan
konkrit. Oleh karena itu, dalam mengambil keputusan, hanya yang konkrit yang dapat
mengambil keputusan atas diriku bukan orang lain. Orang lain tidak berhak untuk
menentukan pilihan dalam mengambil suatu keputusan atas apa yang dilakukan.
Barang siapa yang tidak berani mengambil keputusan, maka ia tidak bereksistensi
dalam arti yang sebenarnya. Hanya orang yang berani mengambil keputusan yang
dapat bereksistensi dengan mengambil keputusan atas pilihanya sendiri, maka dia
akan menentukan kemana arah hidupnya.
D. Landasan Epistemologi.
Landasan epistemology ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan ilmu
dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan
pengetahuan yang di dapatkan lewat metode ilmiah.Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah,
sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-
syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu
yakni tercantum dalam metode ilmiah
E. Aliran-Aliran Epistemologi
Ada beberapa aliran yang berbicara tentang ini, diantaranya :
1. Empirisme
Kata empiris berasal dari kata yunani empieriskos yang berasal dari kata empiria,
yang artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan
melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata yunaninya, pengalaman
yang dimaksud ialah pengalaman inderawi. Manusia tahu es dingin karena manusia
menyentuhnya, gula manis karena manusia mencicipinya. John locke (1632-1704)
bapak aliran ini pada zaman modern mengemukakan teoritabula rusa yang secara
bahasa berarti meja lilin. Maksudnya ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong
dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia
memiliki pengetahuan. Mula- mula tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama-
lama sulit, lalu tersusunlah pengetahuan berarti.berarti, bagaimanapun kompleks
(sulit)-nya pengetahuan manusia, ia selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman
indera. Sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukan pengetahuan yang
benar. Jadi, pengalaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar.
Karena itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini adalah metode
eksperimen. Kesimpulannya bahwa aliran empirisme lemah karena keterbatasan
indera manusia. Misalnya benda yang jauh kelihatan kecil, sebenarnya benda itu kecil
ketika dilihat dari jauh sedangkan kalau dilihat dari dekat benda itu besar.
2. Rasionalisme
Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian
pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia,
menurut aliran ini, menmperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap
objek. Bapak aliran ini adalah Descartes (1596-1650). Descartes seorang filosof yang
tidak puas dengan filsafat scholastic yang pandangannya bertentangan, dan tidak ada
kepastian disebabkan oleh kurangnya metode berpikir yang tepat. Dan ia juga
mengemukakan metode baru, yaitu metode keragu-raguan. Jika orang ragu terhadap
segala sesuatu, dalam keragu-raguan itu jelas ia sedang berpikir. Sebab, yang sedang
berpikir itu tentu ada dan jelas ia sedang erang menderang. Cogito Ergo Sun (saya
berpikir, maka saya ada).
Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat
membawa orang kepada kebenaran. Yang benar hanya tindakal akal yang terang
benderang yang disebut Ideas Claires el Distictes (pikiran yang terang benderang dan
terpilah-pilah). Idea terang benderang inilah pemberian tuhan seorang dilahirkan (
idea innatae = ide bawaan). Sebagai pemberian tuhan, maka tak mungkin tak benar.
Karena rasio saja yang dianggap sebagai sumber kebenaran, aliran ini disebut
rasionlisme. Aliran rasionalisme ada dua macam , yaitu dalam bidang agama dan
dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama , aliran rasionalisme adalah lawan dari
otoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajran agama. Adapun dalam
bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan dari empirisme dan sering berguna dalam
menyusun teori pengetahuan .
3. Positivisme
Tokoh aliaran ini adalah august compte (1798-1857). Ia menganut paham
empirisme. Ia berpendapat bahwa indera itu sangat penting dalam memperoleh
pengetahuan. Tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan
eksperimen. Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat eksperimen. Eksperimen
memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Misalnya untuk mengukur jarak kita harus
menggunakan alat ukur misalnya meteran, untuk mengukur berat menggunakan
neraca atau timbangan misalnya kiloan . Dan dari itulah kemajuan sains benar benar
dimulai. Kebenaran diperoleh dengan akal dan didukung oleh bukti empirisnya. Dan
alat bantu itulah bagian dari aliran positivisme. Jadi, pada dasarnya positivisme
bukanlah suatu aliran yang dapat berdiri sendiri. Aliran ini menyempurnakan
empirisme dan rasionalisme.
4. Intuisionisme
Henri Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak hanya
indera yang terbatasa, akal juga terbatas. Objek yang selalu berubah, demikian
bargson. Jadi, pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap. Intelektual atau akal
juga terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia mengonsentrasikan
dirinya pada objek itu, jadi dalam hal itu manusia tidak mengetahui keseluruhan
(unique), tidak dapat memahami sifat-sifat yang tetap pada objek. Misalnya manusia
menpunyai pemikiran yang berbeda-beda. Dengan menyadari kekurangan dari indera
dan akal maka bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki
manusia, yaitu intuisi.
5. Kritisme
Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana seseorang ahli
pemikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme
dengan empirisme. Seorang ahli pikir jerman Immanuel Kant (1724-18004) mencoba
menyelesaikan persoalan diatas, pada awalnya, kant mengikuti rasionalisme tetapi
terpengaruh oleh aliran empirisme. Akhirnya kant mengakui peranan akal harus dan
keharusan empiris, kemudian dicoba mengadakan sintesis. Walaupun semua
pengetahuan bersumber pada akal (rasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari
pengalaman (empirime).
Jadi, metode berpikirnya disebut metode kiritis. Walaupun ia mendasarkan diri
dari nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari bahwa adanya persoalan-
persoalan yang melampaui akal.
6. Idealisme
Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dapat dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil
dari kata idea yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini dimiliki oleh plato
dan pada filsafat modern.
Idealisme mempunyai argumen epistemologi tersendiri. Oleh karena itu,
tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi tergantung pada spirit tidak
disebut idealisme karena mereka tidak menggunakan argumen epistemologi yang
digunakan oleh idealisme. Idealisme secara umum berhubungan dengan rasionalisme.
Ini adalah mazhab epistemologi yang mengajarkan bahwa pengetahuan apriori atau
deduktifdapat diperoleh dari manusia denganakalnya[6]
F. PENGARUH EPISTEMOLOGI
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu
peradaban, sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua
aspek studi manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologi dari
masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu
suatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu dipandang dari
keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologilah yang menentukan
kemajuan sains dan teknologi. Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara, karena
didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang
pandai merekayasa fenomena alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung
oleh kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam
merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada teknologi. Meskipun
teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi
sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi.
Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir dan berkreasi
menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang canggih
adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis, yaitu pemikiran dan perenungan yang
berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa yang harus
disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya.
G. EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN
Epistemologi diperlukan dalam pendidikan antara lain salah satunya dalam
hubungannya dengan penyusunan dasar kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan
pada anak didik, diajarkan di sekolah dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan dan cara
menyempaikannya seperti apa? Semua itu adalah epistemologinya pendidikan. Lahirnya
KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) adalah salah satu usaha baik dari pemerintah untuk
memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Baik dari segi kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Melihat kondisi ini, dilihat dari sudut epistemologi adalah seharusnya pengetahuan
apa yang harus diberikan kepada anak didik?. Hal ini tentu terkait dengan pengetahuan kita
akan kebutuhan yang diperlukan anak didik. Harus mengetahui dan memahami berbagai
kemampuan atau kelebihan atau kecerdasan yang dimiliki anak. tidak bisa semua siswa
diberlakukan sama.
H. EPISTEMOLOGI SAIN
Pada bagian ini diuraikan obyek pengetahuan sain, cara memperoleh pengetahuan
sain dan cara mengukur benar-tidaknya pengetahuan sain.