Nama Mahasiswa:
4. Ridho Nugraha
TAHUN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat(3)
mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Atas
dasar amanat tersebut telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan Pasal 3 menegaskan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan profil
kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi lulusan. Dalam
penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa standar
kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau dicapainya dari
suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui isi Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi
Lulusan.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara Permendikbud No. 20 Tahun 2016 dengan
Permendikbud No. 54 Tahun 2013.
3. Untuk mengetahui penerapan Permendikbud No. 20 Tahun 2016 dalam pembelajaran
di MI/SD.
BAB II
PEMBAHASAN
D. Landasan Yuridis
Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah yang digunakan sebagai acuan
utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian
pendidikan,standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Dengan
diberlakukanya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah yang memuat tentang Tingkat Kompetensi dan Kompetensi
Inti sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Kompetensi Inti
meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Ruang
lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata pelajaran dirumuskan
berdasarkan Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah yang merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran
pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk
mencapai kompetensi lulusan. Dengan diberlakukanya Peraturan Menteri ini,
maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013 Tentang
Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan yang
merupakan kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan
sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar
dan pendidikan menengah. Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri ini,
maka Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
H. Kelebihan
1. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan
YME, berkarakter, jujur, dan peduli, bertanggungjawab, pembelajar sejati sepanjang
hayat, dan sehat jasmani dan rohani
2. Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
3. Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak.
I. Kekurangan
Empat standar yang masih sangat rendah, yaitu standar sarana dan prasarana, standar
proses, standar kompetensi lulusan, dan standar pendidik dan tenaga kependidikan.
Beberapa permasalahan pencapaian standar kompetensi lulusan, terutama pada
pengalaman pembelajaran di SD yaitu :
1. pengalaman belajar seni budaya lokal, komunikasi lisan maupun tulisan, serta
keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis dan berhitung masih
rendah.
2. Pada standar sarana dan prasarana, satuan pendidikan banyak yang terkendala
masalah Izin Mendirikan Bangunan (IMB), kepemilikan laboratorium yang
belum sesuai, tempat ibadah yang belum sesuai, serta keberadaan UKS, gudang,
serta ruang sirkulasi yang tidak sesuai dengan ketentuan
3. rendahnya penguasaan mata pelajaran oleh guru, kualifikasi akademik tenaga
kependidikan yang masih rendah dan belum sesuai.
4. Rendahnya pencapaian SNP pada komponen yang masih rendah perlu
mendapat perhatian agar mutu pendidikan dapat dicapai secara utuh.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan sektor penting pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara.
Program pendidikan sering kali menjadi program unggulan setiap pergantian masa
pemerintahan. Upaya pencapaian pemerataan pendidikan bagi seluruh warga negara
Indonesia terus dilakukan. Namun tugas bidang pendidikan tidak hanya pada pencapaian
kuantitas pendidikan, akan tetapi juga pada kualitas pendidikan yang diberikan kepada
para calon penerus bangsa. Karenanya penyelenggaraan pendidikan agar tetap bermutu
harus berada pada koridor acuan standar yang ditetapkan. Standar diperlukan agar proses
pendidikan memiliki tujuan yang jelas. Standar dibuat untuk menilai pencapaian visi
pendidikan, agar dapat mengikuti tuntutan globalisasi, serta untuk terus meningkatkan
kualitas. Sehingga, Standar menjadi patokan dalam menentukan acuan penyelenggaraan
pendidikan dalam upaya mencapai tujuan.
B. SARAN
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, disarankan agar pemerintah sebagai
pemegang kebijakan, dapat meningkatkan upaya dalam pencapaian standar nasional
pendidikan terutama pada komponen standar yang masih perlu mendapat perhatian secara
bertahap maupun serentak disesuaikan dengan kondisi yang paling memungkinkan. DPR
RI melalui fungsi pengawasan, anggaran, serta legislasi dapat mengoptimalisasi
pencapaian SNP agar dapat dirasakan oleh masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.