Anda di halaman 1dari 6

Pendekatan rekonstruksi sosial

Pendekatan rekonstruksi sosial dalam menyusun kurikulum atau progam pendidikan keahlian
bertolak dari problem yang di hadapi dalam masyarakat,untuk selanjutnya dengan memerankan
ilmu-ilmu dan teknologi,serta bekerja secara komperatif dan kaloboratif,akan dicarikan upaya
pemecahanya menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik

Sebagaimana uraian terdahulu,bahwa kurikulum rekontruksi sosial di samping menekankan isi


pembelajaran atau pendidikan juga sekaligus menekankan proses pendidikan dan pengalaman
belajar. Pendekatan rekontruksi sosial berasumsi bahwa manusia adalah sebagai mahluk sosial yang
dalam kehidupanya selalu membutuhkan manusia lain,selalu hidup bersama,berintraksi dan bekerja
sama.melalui kehidupan itulah manusia dapat hidup,berkembang dan mampu memenuhi kebutuhan
hidup dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi.

Isi pendidikan terdiri atas problem-problem aktual yang di hadapi dalam kehidupan nyata di
masarakat.proses pendidikan atau pengalaman belajar peserta didik, berbentuk kegiatan-kegiatan
belajar kelompok yang mengutamakan kerja sama,baik antara peserta didik dengan guru/dosen
dengan sumber-sumber belajar yang lain.karena itu,dalam menyusun kurikulum atau progam
pendidikan PAI bertolak dari problem yang di hadapi dalam masyarakat sebagai isi PAI, sedangkan
proses atau pengalaman belajar peserta didik adalah dengan cara memerankan ilmu-ilmu dan
teknologi,serta berkerja secara kooperatif dan kolaboratif,berupaya mencari pemecahan terhadap
problem tersebut menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.adapun kegiatan penilaian di
lakukan untuk hasil maupun proses belajar.

1. Tahap Analisis
a. GPAI dan peserta didik mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan (need
assessment).hasil yang diharapkan adalah teridentifikasinya:
1) Konteks atau karakteristik masarakat yang mengalami problem;
2) Kategoriasi permasalahan atau problem yang ada di masarakat;
3) Tema-tema pembelajaran PAI
4) Sekala prioritas tema pembelajaran PAI.

b. Analisis tugas (jobs analysis). Hasil yang di harapkan adalah teridentifikasinya:


1) Berbagai kebutuhan pembelajaran PAI yang mampu menyelesaikan problem
yang ada di masyarakat atau kualifikasi yang di harapkan dengan hasil
kinerja bedasarkan persyaratan yang tertuang dalam uraian tugas yang
meliputi: pengetahuan,keterampilan,sikap dalam menjalankan tugas yang
diharapkan;
2) Berbagai posisi yang memerlukan dukungan pembelajaran guna
memecahkan masalah yang dihadapi, tokoh-tokoh masyarakat (tokoh
agama,pejabat kelurahan/desa,tokoh remaja dan lain-lan)

c. Menentukan peserta atau siapa yang menjadi subjek dan apa sasaran progam. Hasil
yang di harapkan;
1) Tersusunya klasifikasi peserta
2) Keteria peserta bedasarkan hasil penjajagan kebutuhan dan uraian tugas
yang ada,yang dapat mempengaruhi tingkat kedalaman tujuan,penyusunan
materi,dan pemilihan metode.
2. Tahap desain

 Merumuskan tujuan dan target pembelajaran PAI.


 Merancang progam pembelajaran PAI (tema pokok,pendekatan dan
metode,media dan sumber belajar, serta evaluasinya)
 Menetapakan waktu dan tempat pelaksanaan.pada tahap desain (a,b,dan
c),hasil yang di harapkan adalah tersusunnya rencana dasar
penyelenggaraan pembelajaran PAI.yang mencangkup;

1) Tujuan pembelajaran PAI


2) Pokok-pokok dan subpokok bahasan
3) Metode dan media pembelajaran
4) Keteria dan jumblah peserta yang menjadi subjek dan sasaran
pembelajaran PAI
5) Keteria atau kualifikasi fasiliator dan jumlah fasiliator yang di butuhkan
6) Waktu penyelenggaraan dan perincian waktu
7) Teridentifikasinya tempat penyelenggaraan
8) Jumlah anggaran biaya yang di butuhkan
9) Komponen pendukung lainnya

 Mengembangkan dalam proposal atau TOR (term of reference) yang berisi


1) Latar belakang/ pendahuluan yang menjelaskan berbagai permasalahan atau
sense of crisis dan alasan pelaksanaan progam:
2) Pernyataan tujuan yang menyangkut tujuan umum dan khusus;
3) Pkoko-pokok pembahasaan materi pembelajaran PAI,sehingga
permasalahan dapat terpecahkan;
4) Pendekatan dan metode,yakni uraian singkat tentang pendekatan dan cara
atau bagaimana pokok bahasan akan di proses untuk mencapai tujuan
5) Fasilitator dan peserta proga,yakni kualifikasi atau pesyaratan dan atau
keteria fasilitator yang di butuhkan serta jumlah yang di kehendaki,serta
menguraikan kualifikasi atau persyaratan dan jumlah peserta yang akan di
kenai sasaran pembelajaran PAI;
6) Komponen-komponen lain yang bersifat logistik,seperti tempat,waktu,dan
lain-lainnya

3. Tahap implementasi, yakini pelaksanaan progam atau implementasi terhadap apa yang
terulang dalam TOR. Dalam hal ini perlu di buat sekenario pembelajaran PAI, yang berisi;

1) Brapa jumlah hari yang di tentukan;


2) Perincian materi dari tema pokok pembelajaran PAI yang di pelajari,dialami
serta diinternalisasi oleh peserta dalam berapa sesi;
3) Perincian sekenario kegiatan pembelajaran,masing-masing sesi yang
merupakan penjabaran dari materi,apa kegiatan fasilitator dan
peserta,berapa waktu yang di butuhkan untuk masing-masing kegiatan.

4. Tahap evaluasi dan umpan balik,yakni evaluasi pelaksanaan progamnya sehingga di tentukan
titik-titik kelebihan dan kelemahanya,dan melalui evaluasi tersebut akan diperoleh umpan
balik untuk selanjutnya direvisi progamnya untuk perbaikan pelaksanaan pembelajaran PAI
berwawasan rekontruksi sosial di masa yang akan datang.

Untuk mengimplementasikan tipologi rekontruksi sosial bedasarkan tauhid dalam


pembelajaran pendidikan agama islam di perlukan kerja sama dengan orang tua dan
masyarakat yang hendak menjadi sasaran pilot proyek.prosedur kerjanya dapat dilakukan
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut;

1. GPAI bekerja sama dengan peserta didik melakukan studi kelayakan untuk
penentuan progam proyek di lokasi sampel,dengan kegiatan sebagai berikut;

 Pengurusan prosedur administratif (surat izin) untuk memasuki desa lokasi.


 Oreantasi wilayah untuk mengedintifikasi masalah-masalah yang terkait dengan
tema pembelajaran PAI.
 Penentuan tema proyek pembelajaran PAI sesuai dengan sekala prioritas di
wilayah/desa tesebut.

2. Pembentukan tim kerja

Untuk melaksanakan kerja proyek pembelajaran PAI tersebut,perlu di bentuk tim


kerja yang terdiri atas tim ahli (GPAI Itu sendiri) serta tim pelksana kerja proyek
(para perserta didik). Tim ahli adalah sebanyak GPAI yang ada di sekolah/madrasah
tersebut,sedangkan tim pelaksana kerja proyek adalah sebanyak peserta didik itu
sendiri yang di bagi ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing klompok terdiri
atas sekitar 5 peserta didik.masing-masing kelompok diharapkan dapat bekerja sama
dan berpatisipasi dalam melaksanakan tugas-tugas yang di tetapkan.

3. Tugas-tugas tim kerja

a) Tim ahli atau GPAI itu sendiri, bertugas untuk


 mengola adminitrasi kerja proyek di lapangan
 memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para peserta didik sebagai
tim pelaksanaan kerja proyek
 memperkenalkan ide pengembangan dakwah kepada tokoh masyarakat
dan pejabat setempat.
 Besama-sama dengan tim pelaksana kerja proyek menyusun progam
kerja sesuai dengan tema progam pembelajaran PAI.
 Memonitor dan /mengevaluasi proses dan hasil pelaksanaan kerja

b) Tim pelaksanaan kerja proyek atau peserta didik bertugas


 Memperkembangkan ide pengembangan dakwah kepada
masyarakat sesuai dengan tema pembelajaran PAI
 Bersama-sama dengan tim ahli (GPAI) dan masyarakat (tokoh-tokoh
agama,remaja masjid,pejabat) berusaha mengali masalah-masalah
yang terkain dengan tema pembelajaran PAI
 Menyusun progam bekerja sama dengan tim ahli ( GPAI) Dan tokoh
masyarakat setempat.
 Memonitor atau mengevaluasi proses dan hasil pelaksanaan progam
serta mempertangguangjawabkanya (dalam bentuk laporan tertulis)
kepada ahli (GPAI)

c) Pendidikan dan pelatihan tim pelaksana kerja (peserta didik)


d) Sebelum Tim Pelaksana Kerja Proyek diterjunkan kelapangan,maka perlu
diadakan dalam pelatihan lebih dahulu,di samping yang terkait langsung
dengan penguasa terhadap tema pembelajaran PAI tessebut.
e) Pendektan / metode pendidikan dan pelatihan dapat berbentuk
 Ceramah dan tanya jawab
 Diskusi
 Problem solving
 Pemberian tugas
f) waktu pelaksanaannya di usahakan di luar jam belajar di
sekolah/madrasah,sedangankan tempatnya dapat di kelas maupun luar kelas
,sesuai dengan karakteristik materinya.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Program Kerja adalah


Sebagai berikut.
a. Tim Pelaksana Kerja (Peserta didik) berusaha memper-
kenalkan tema pembelajaran PAI kepada masyarakat
(tokoh-tokoh agama, remaja masjid, pejabat setempat).
b. Tim Pelaksana Kerja (Peserta didik) bersama-sama
dengan tokoh-tokoh agama, remaja masjid, atau tokoh
masyarakat dan pejabat setempat, berusaha menggali
masalah-masalah yang terkait dengan tema pembela-
jaran PAI yang ditetapkan dengan cara musyawarah.
c. Tim Pelaksana Kerja Proyek bekerja sama dengan Tim
Ahli (GPAI) dan tokoh masyarakat tesebut menyusun
Program kerja dan menetapkan prioritas bidang-bidang
Program, yang mencakup: bidang program, tujuan
Sasaran dan target, serta metode kerjanya.
d. Tim. Pelaksana Kerja Proyek melaksanakan program kerja
bersama tokoh masyarakat:
(1). Memasyarakatkan program kegiatan kepada lembaga-
Lembaga dakwah setempat untuk melakukan koordinasi
Dan sinkronasi program;
(2) Memberdayakan potensi-potensi sumber daya umat
Setempat dalam pelaksanaan program dan
(3) Berusaha membentuk atau membina kader-kader
Pelaksana program yang di perlukan di masyarakat
Tersebut, sesuai dengan bidang-bidang yang diprioritaskan.
e. Tahap demi tahap Tim Pelaksana Kerja menyerahkan
pelaksanaan kerja kepada tokoh dan kader atau masyarakat
setempat.
f. Tim Pelaksana Kerj a memonitor dan/atau mengevaluasi
proses dan hasil pelaksanaan program kerja secara keooporatif.
g. Tim Pelaksana Kerja Proyek mempertanggungjawabkan
proses dan hasil program kerja (dalam bentuk laporan tertulis)
kepada Tim Ahli (GPAI)
h. Tim Ahli (GPAI) memonitor, mengevaluasi dan melaporkan
proses dan hasil program kerja kepada sekolah/madrasah
tokoh masyarakat atau pejabat setempat.

BAB V

Model pengembangan kurikulum di madrasah

A. Madrasah dan semangat desentralisasi pendidikan


Dilihat dari sejarahnya setidak- tidaknya ada dua faktor penting yang melatarbelakangi
kemunculan madrasah,yaitu adanya pandangan yang mengatakan bahwa sistem
pendidikan islam tradisonal dirasakan kurang bisa memenuhi kebutuhan paragmitis
masyarakat. Adanya ke kawatiran atas cepatnya perkembangan persekolahan belanda
yang akan menimbulkan pemikiran sekular di masyarakat.untuk menyeimbangkan
perkembangan sekularisme,maka masyarakat muslim terutama para reformist
berusaha melakukuan reformasi melalui upaya pengembangan pendidikan dan
pemberdayaan madrasah.

Kata madrasah adalah isim makan dari kata ; drasa-yadrusu – darsan wa


dirasatan,yang berarti:terhapus hilang bekasnya,menghapus,menjadikan
usang,melatih,mempelajari (al-munjid,1986).dilihat dari pengertian ini maka madrasa
berarti merupakan tempat untuk mencerdaskan para peserta didik,menghilangkan
ketidaktahuan atau memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan
mereka,sesuai dengan bakat,minat dan kemampuanya.

Dalam realitas sejarahnya,madrasah tumbuh dan berkembang dari,oleh dan untuk


masyarakat islam itu sendiri,sehingga sebenarnya sudah jauh lebih dahulu
menerapkan konsep pendidikan berbasis masyarakat (community based
education).masyarakat baik secara inividu maupun organisasi,membangun madrasah
untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka.

Faktor lain yang secara umum di hadapi oleh madrasah adalah masyarakat agaknya
kurang memiliki kebebasan untuk mengelola dengan caranya sendiri,karena hampir
semua hal yang berkaitan dengan pendidikan sudah di tentukan oleh pemenang
otoritas pendidikan.dengan kata lain,penyelenggaraan pendidikan nasonal di lakukan
secara birokratik-sentralistik,yang menempatkan madrasa sebagai penyelenggara
pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang
sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang di keluarkannya tidak sesuai
dengan kondisi madrasa setempat.dengan demikian madrasa kehilangan
kemandirian,motivasi dan inisiatif untuk mengmbangkan dan memajukan
lembaganya,termasuk meningkatkan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan
pendidikan nasonal.

Sebagai dampak selanjutnya adalah setidak-tidaknya ada empat masalah utama yang
sedang di hadapi oleh madrasa padaumumnya yaitu
 Masalah identitas diri madrasah,sehingga proses pengembangannya sering
kurang jelas dan terarah

Masalh jenis pendidikan yang di pilih sebagai alternatif dasar yang akan di kelola untuk
menciptakan suatu sistem pendidikan yang masih memiliki titik tekan keagamaan
(IMTAQ),tetapi IPTEKS (ilmu pengetahuan,teknologi dan seni)tetapi di beri porsi yang
seimbang sebagai basisis mengantipasi perkembangan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai