PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum anak usia dini merupakan seluruh usaha atau kegiatan lembaga PAUD
untuk merangsang anak supaya belajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Kurikulum
PAUD berisi seperangkat kegiatan belajar melalui bermain yang dapat memberikan
pengalaman langsung bagi anak dalam rangka mengembangkan seluruh potensi
perkembangan yang dimiliki oleh setiap anak, baik fisik, intelektual, sosial maupun
emosional.
Dalam dunia pendidikan, kurikulum mempunyai peranan penting karena
merupakan operasionalisasi tujuan yang hendak dicapai, bahkan tujuan tidak akan
tercapai tanpa melibatkan kurikulum pendidikan. Mengingat pentingnya peranan
kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka
dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari
kurikulum.
Dewasa ini, ilmu dan teknologi berkembang sangat pesat. Hal ini juga akan
berpengaruh terhadap kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran. Kurikulum
haruslah bisa mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang setiap saat selalu
berkembang. Pelaksanaan proses interaksi itu terutama di sekolah dilakukan secara
berencana yaitu dengan dibuatnya kurikulum. Kurikulum adalah hal yang sangat penting
dan harus diketahui oleh pendidik maupun calon pendidik. Dengan pendidik mengetahui
kurikulum, maka pelaksanaan pembelajaran disekolah akan berlangsung dengan baik.
Dalam hal ini mengetahui tentang kurikulum saja tidaklah cukup. Pendidik maupun
peserta didik harus memahami tentang konsep dasar kurikulum, cara mengorganisasikan
kurikulum, dan melaksanakan kurikulum, dan mengembangkan kurikulum.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu:
1. Bagaimanakah konsep dasar kurikulum?
2. Bagaimanakah pengorganisasian kurikulum?
3. Bagaimanakah ketatalaksanaan kurikulum?
4. Bagaimanakah pengembangan kurikulum?
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Dasar Kurikulum
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik
pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya.
Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang
2
harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Anggapan ini telah ada sejak zaman
Yunani Kuno, dalam lingkungan atau hubungan tertentu pandangan ini masih dipakai
sampai sekarang, yaitu kurikulum sebagai ... a racecourse of subject matter to be
mastered (Robert S. Zais, 197:7 dalam Sukmadinata, 1997:4). Banyak orang tua bahkan
guru-guru yang saat ditanya tentang kurikulum akan menjawab sekitar bidang studi atau
mata-mata pelajaran.
Pendapat-pendapat yang muncul selanjutnya telah beralih dari menekankan pada
isi menjadi lebih memberikan tekanan pada pengalaman belajar. Menurut Caswell dan
Campbell dalam buku mereka Curriculum Development (1935), The curriculum is
composed of all the experiences children have under the guidance of teachers.
Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974:22 dalam Sukmadinata, 1997:4)
yang mengatakan bahwa : the curriculum has changed from the content of courses
study and list of subject and courses to all experiences which are offered to learners
under the auspices or direction of school.
Selain itu, Beauchamp (1968:6 dalam Sukmadinata, 1997:5) mengemukakan
bahwa : A curriculum is a written document which may contain many ingredients, but
basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in given school.
Beauchamp lebih memberikan tekanan bahwa kurikulum adalah suatu rencana
pendidikan atau pengajaran. Pelaksanaan itu sudah masuk pengajaran. Selanjutnya,
dokumen tertulisnya saja, melainkan harus dinilai dalam proses pelaksanaan fungsinya di
dalam kelas. Kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi pengajaran,
melainkan suatu yang fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang memberi pedoman
dan mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas.
Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988)
mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
1. Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,
khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai
suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan
waktu.
3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.
4. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai
suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya
perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
Sementara itu, Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam
bagian : (1) kurikulum sebagai ide; (2) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan
sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum; (3) kurikulum menurut
persepsi pengajar; (4) kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioperasionalkan
oleh pengajar di kelas; (5) kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh
peserta didik; dan (6) kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Suyadi (2011) menyebutkan dalam bukunya, setidaknya ada tiga bentuk
kurikulum dalam PAUD, yakni kurikulum nasional, kurikulum mandiri atau berciri khas
khusus, dan kurikulum plus. Kurikulum nasional merupakan panduan atau acuan seluruh
lembaga pendidikan yang ada. Kurikulum ini disusun dan dikembangkan pemerintah
melalui Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum ini juga
disepakati bersama antara kalangan praktisi, akademisi dan birokrasi. Sedangkan
kurikulum mandiri atau kurikulum berciri khas adalah kurikulum nasional yang oleh
lembaga pendidikan swasta lembaga pendidikan yang didirikan organisasi keagamaan
maupun masyarakat dan yayasan telah dikombinasikan sedemikian rupa, sehingga
terdapat ciri khasnya secara khusus. Tetapi semua bentuk kurikulum berciri khas tersebut
tetap menginduk pada kurikulum nasional. Adapun mengenai kurikulum plus adalah
kurikulum yang diadopsi atau lebih tepatnya dibeli (franchise) dari dalam maupun luar
negeri. Tetapi, dalam praktiknya kirikulum ini tetap menyesuaikan dengan kondisi lokal
keindonesiaan, yakni menginduk pada kurikulum nasional.
Berkaitan dengan istilah kurikulum bagi anak usia dini terdapat beberapa
peristilahan sejenis yang mengandung makna yang cenderung hampir sama. Peristilahan
yang dimaksud diantaranya adalah program kegiatan belajar bagi anak TK, menu
4
pembelajaran anak usia dini, menu generik anak usia dini, dan stimulasi perkembangan
bagi anak usia dini (Balitbang, Depdiknas, 2002:28; Dodge & Colker, 2000:5; GBPP,
1994:2; Sujiono & Sujiono, 2004:3; Direktorat PAUD Depdiknas, 2002:2; DepKes,
1997:92 dalam Sujiono, 2009:198).
Kesemua peristilahan tersebut pada dasarnya mengandung makna yang sama,
yaitu berisi seperangkat kegiatan belajar melalui bermain yang dapat memberikan
pengalaman langsung bagi anak dalam rangka mengembangkan seluruh potensi
perkembangan yang dimiliki oleh setiap anak.
B. Pengorganisasian Kurikulum
Pengorganisasian kurikulum dapat dilihat dari dua pendekatan, yakni dalam
konteks manajemen dan dalam konteks akademik. Pengertian dari kata organisasi itu
sendiri adalah suatu kelompok sosial yang bersifat tertutup atau terbuka dari/terhadap
pihak luar, yang diatur berdasarkan aturan tertntu, yang dipimpin/diperintah oleh
seseorang pimpinan atau seorang pimpinan atau seorang staf administratif, yang dapat
melaksanakan bimbingan secara teratur dan bertujuan. Dalam sebuah organisasi sangat
diperlukan melaksanakan proses manajemen, yakni:
1. Organisasi perencanaan kurikulum, yang dilaksanakan oleh suatu lembaga atau tim
pengembang kurikulum
2. Organisasi dalam rangka implementasi kurikulum, baik pada tingkat daerah maupun
pada tingkat sekolah atau satuan lembaga pendidikan yang melaksanakan kurikulum.
3. Organisasi dalam tahap evaluasi kurikulum, yang melibatkan pihak-pihak yang terkait
dalam proses evaluasi sebuah kurikulum.
Dalam setiap jenis organisasi kurikulum diatas, terdapat susunan kepengurusan
yang telah ditentukan sesuai dengan struktur organisasi berikut dengan tugas-tugas
pekerjaannya sekaligus. Sedangkan bentuk-bentuk kurikulum, akan disusun menurut pola
organisasi kurikulum yang dilengkapi struktur, urutan kegiatan pembelajaran dan ruang
lingkup materi tertentu. Dan secara akademik, organisasi kurikulum dikembangkan dalam
bentuk-bentuk organisasi yang dituliskan oleh Sutanto (2014:online) sebagai berikut:
a. Kurikulum Mata Ajaran.
Merupakan kurikulum yang terdiri dari sejumlah mata ajaran secara terpisah.
Adalah kurikulum yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain.
diri siswa.
Tidak mempertimbangkan kebutuhan, masalah, dan tuntutan masyarakat.
Pendekatan metodologi sistem penuangan.
Pelaksanaan dengan sistem guru mata pelajaran.
Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum
Kurikulum yang berkorelasi dengan mata pelajaran.
Mata pelajaran-mata pelajaran itu disusun dalam pola korelasi agar lebih mudah
dipenuhi oleh siswa. Bentuk korelasi terdiri atas dua jenis, yaitu:
a) Korelasi informal, dimana seorang guru mata pelajaran meminta agar guru mata
pelajaran lainnya mengkorelasikan pelajaran yang akan digunakannya dengan
bahan yang akan diberikannya dengan bahan yang telah diberikan oleh guru yang
sebelumnya.
b) Korelasi formal, bahwasanya beberapa orang guru merencanakan bersama-sama
untuk mengkorelasikan mata pelajaran yang akan menjadi tanggung jawab
masing-masing guru.
Ciri-ciri kurikulum ini adalah sebagai berukut:
1) Mata pelajaran dikorelasikan satu sama lain.
2) Mulai adanya usaha untuk merelevankan pelajaran dengan masalah kehidupan
sehari-hari meskipun tujuannya masih tetap untuk penguasaan pengetahuan.
3) Kurikulum ini telah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat
dan kemampuan para siswa walaupun pelayanan terhadap perbedaan individual
masih sangat terbatas.
4) Metode pencapaiannya adalah dengan menggunakan metode korelasi meskipun
masih banyak kendala dan hambatan yang dihadapi.
5) Meskipun guru masih memegang peran aktif, aktivitas siswa juga mulai
dikembangkan.
b. Kurikulum bidang studi
Ciri-ciri umum yang terdapat dalam kurikulum bidang studi antara lain:
1. Kurikulum terdiri atas suatu bidang pengajaran yang di dalamnya terdapat
perpaduan sejumlah mata pelajaran yang sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama.
2. Pelajaran bertitik tolak dari core subject, dari sana kemudian dijabarkan menjadi
sejumlah pokok bahasan.
Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang
mengakibatkan isi dan cara penyampaian pelajaran berbeda pula (Prof. Dr. Nasution, hal.
80).
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata
pelajaran, yang ter pisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada batas pemisah antara mata
pelajaran yang satu dengan yang lain dan antara suatu kelas dengan kelas yang lain.
Separated Subject Curiculum mengandung beberapa hal yang positif di dalam
praktek pendidikan disekolah yakni :
1) Bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis
2) Organisasi kurikulum ini sederhana
3) Penilaian lebih mudah
4) Kurikulum ini memudahkan guru dalam melaksanakan pengajaran
5) Persiapan untuk masuk perguruan tinggi
b.
Correlated Curriculum
Pada dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata pelajaran itu satu
sama lain ada hubungan , bersangkut paut (correlated) walaupun batas-batas masih
dipertahankan. Beberapa kebaikan correlated Curriculum :
1) Dengan korelasi pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas
(terpadu).
2) Dengan melihat hubungan erat mata pelajaran satu dengan yang lain, minat
murid bertambah.
3) Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam karena
memandang dari berbagai sudut.
4) Diutamakan pengertian dan prinsip bukan pengetahuan akan fakta.
c.
Integrated Curriculumn
Misalnya, Pekan Olah Raga dan Kesenian (PORSENI), Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS), Gerakan Pendidikan Pramuka, dsb. Agar kegiatan tersebut berjalan dengan
lancar maka perlu diadakan pembagian tugas diantara para guru disekolah itu.
c.
d. Penjadwalan
ekstra
kulikuler
menjamin
kelancaran
dan
evektivitas
Satuan pelajaran (satpel) merupakan unit terkecil pengajaran yang disiapkan oleh
guru sebelum proses belajar mengajar berlangsung.
Akhir-akhir ini dalam usaha pengembangan lebih lanjut dari para pemikir
pendidikan, maka proses belajar mengajar di kelas disarankan (harus) lebih mengaktifkan
siswa, bukan lagi fihak guru yang aktif menyampaikan materi pelajaran. Pola belajar
demikian kemudian disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) mengakibatkan persiapan
guru dalam program belajar mengalami sedikit perubahan. Dengan demikian,
penyusunan satuan pelajaran dapat dikatakan seperti penyusunan rencana kegiatan
pembelajaran (RPP). Sebagai contoh dalam satuan pelajaran dengan pola PPSI (Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional) terdapat langkah-langkah pokok seperti perumusan
tujuan, mengembangkan alat evaluasi, menetapkan kegiatan belajar mengajar,
merencanakan program kegiatan,dll.
5.
11
pengajaran telah tercapai, sehingga guru dengan demikian mengetahui apakah guru harus
lebih memperbaiki lagi langkah yang ia tempuh dalam kegiatan mengajar.[9]
Bagi siswa hasil evaluasi akan menunjukkan kepada mereka betapa keberhasilan
mereka dalam kegiatan belajar yang pernah mereka lakukan. Macam-macam evaluasi
hasil belajar di sekolah :
a.
Test formatif
Yaitu evaluasi atau usaha penilaian hasil belajar yang berupa test yang diberikan
kepada siswa setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari.
b.
Test sub-sumatif
Yaitu tes yang diberikan kepada siswa dengan bahan atau materi yang meliputi
beberapa pokok bahasan yang sejenis. Biasanya apabila guru merencanakan akan
mengadakan tesa sub-sumatif, maka test formatifnya tidak diselenggarakan.
c.
Test sumatif
Yaitu evaluasi atau usaha penilaian hasil belajar yang berupa test yang dilakukan
setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung dalam satuan waktu tertentu misalnya
setelah satu catur wulan (di SD atau satu semester di sekolah menengah)
d. Ujian Akhir Nasional (UAN)
Yaitu usaha penilaian yang terakir dilakukan untuk mengungkap hasil belajar
siswa sacara keseluruhan selama ia belajar disekolah tersebut.
7.
D. Pengembangan Kurikulum
Pendidikan tidak akan pernah lepas akan dampak lingkungan disekitar yang
semakin hari semakin berkembang. Jika pendidikan tidak dapat mengikuti perkembangan
dunia seperti perkembangan ilmu dan teknologi yang berkembang kian pesat, maka
pendidikan akan jauh tertinggal dan tidak memberi manfaatrelevan bagi peserta didik.
Oleh sebab itu pendidikan harus ikut dikembangkan sesuai dengan perkembangan dunia
saat ini. Cara mengembangkan pendidikan adalah dengan pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan
rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Pengembangan kurikulum merupakan proses
yang dinamik sehingga dapat merespon terhadap tuntutan perubahan structural
pemerintahan, perkembangan ilmu dan teknologi, maupun globalisasi. Kebijakan umum
dalam pengembangan kurikulum haruslah sejalan dengan visi, misi, dan strategi
pembangunan.
Pengembangan kurikulum adalah hal yang dapat terjadi kapan saja sesuai dengan
kebutuhan pendidikan pada setian jenjang pendidikan. Perubahan kurikulum sendiri
bertujuan untuk menyiapkan siswa atau peserta didik untuk menghadapi masa sekarang
maupun
masa
yang
akan
datang.
Pengembangan
Kurikulum
harus
mampu
mengantisispasi segala persoalan yang dihadapi masa sekarang dan masa yang akan
datang.
Kurikulum juga memiliki dasar pengembangan yang harus diperhatikan dalam
proses pengembangannya. Dasar-dasar pengembangan kurikulum tersebut adalah :
1.
2.
3.
Kurikulum harus sesuai dengan ciri khas satuan pendidikan pada masingmasing jenjang pendidikan.
4.
5.
Kurikulum
pada
semua
jenjang
pendidikan
dikembangkan
secara
13
6.
7.
Kurikulum
pada
semua
jenjang
pendidikan
dikembangkan
secara
2)
3)
4)
5)
Pendidikan Tinggi
Kurikulum minimal mendapatkan dua pengaruh dari pendidikan di perguruan
tinggi, yaitu pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi dan pendidikan guru
yang umumnya dilaksanakan diperguruan tinggi. Sehingga akan mempengaruhi
kompentensi guru yang dihasilkan.
14
2.
Masyarakat
Pendidikan adalah bagian dari masyarakat, pendidikan dilaksanakan untuk
Sistem nilai
Dalam pendidikan tidak akan lepas dengan sistem nilai dan norma yang ada
dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah harus bisa menjaga agar sistem tersebut tidak
semakin luntur dikalangan peserta didik maupun pendidik. Nilai dan norma yang ada
juga
mempengaruhi
perkembangan
kurikulum.
Karena
kurikulum
hendaknya
mencerminkan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang kemudian
dintegrasikan dalam sebuah kurikulum.
Rahmasari (2015:online) menuliskan pengembangan kurikulum bagi anak usia
dini merupakan langkah awal yang menjadi tolak ukur dari kegiatan belajar selanjutnya.
Menurut NAEYC Early Childhood Program Standar terdapat 2 hal penting tentang
kurikulum bagi anak usia dini, yaitu:
1. Program kegiatan bermain pada anak usia dini diterapkan berdasarkan kurikulum yang
berpusat pada anak serta dapat mendukung kegiatan pembelajaran dan perkembangan
pada setiap aspek baik estetika, kognitif, emosional, bahasa, fisik dan sosial.
2. Kurikulum berorientasi pada hasil dan mengaitkan berbagai konsep dan
perkembangan. Pada saat disampaikan oleh guru pada tiap individu anak, maka
kurikulum yang telah dirancang diharapkan dapat membantu guru, sehingga dapat
menyediakan pengalaman yang dapat mengembangkan perkembangan pada jenjang
yang lebih tinggi pada wilayah perkembangannya. Hal ini juga mengarah pada
intensionalitas dan ungkapan kreatif, dan memberikan kesempatan pada anak untuk
belajar secara individu dan berkelompok berdasarkan kebutuhan dan minat mereka.
15
Berdasarkan tinjauan aspek pedagogis, masa usia dini merupakan masa peletak
dasar atau fondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Secara teoritis
berdasarkan aspek perkembangannya, seorang anak dapat belajar dengan sebaik-baiknya
apabila kebutuhan fisiknya dipenuhi dan mereka merasa aman dan nyaman secara
psikologis. Berhubungan dengan hal itu maka Wolfgang dan Wolfgang mengatakan
bahwa pendidikan anak usia dini berkaitan dengan teori perkembangan, antara lain: (1)
tanggap dengan proses yang terjadi dari dalam diri anak dan berusaha mengikuti arus
perkembangan anak yang individual (2) mengkreasikan lingkungan dengan materi luas
yang beragam dan alat-alat yang memungkinkan anak belajar (3) memperhatikan laju dan
kecepatan belajar dari masing-masing anak dan (4) adanya bimbingan dari guru agara
anak tertantang untuk melakukan sendiri.
17
3. Pendekatan Konstruktivisme
Implikasi konstruktivisme dalam kegiatan bermain:
(1) Anak hendaknya memperoleh kesempatan luas dalam kegiatan pembelajaran
guna mengembangkan potensinya.
(2) Pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dikaitkan dengan tingkat
perkembangan potensial daripada perkembangan aktualnya.
(3) Program kegiatan bermain lebih diarahkan pada penggunaan strategi.
(4) Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan
deklaratif yang telah dipelajari dengan pengetahuan procedural untuk
melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah
(5) Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi lebih
merupakan ko-konstruksi.
Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau
waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik
diajarkan kepada anak karena pada umumnya mereka masih melihat segala
sesuatu sebagai satu keutuhan (holistic) perkembangan fisiknya tidak pernah
dapat dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional.
2. Pusat Kegiatan Belajar (Sentra)
Model pembelajaran sentra memiliki ciri khas sebagai berikut:
a. Learning by doing, pembelajaran dilakukan secara langsung oleh anak,
dimana kelima indera anak terlibat secara langsung, sehingga anak
memperoleh pengetahuan dari interaksi anak dengan lingkungan
secara langsung;
b. Learning by stimulating,
menitikberatkan
pada
stimulasi
3. Kontinuitas, kurikulum anak usia dini harus disusun secara berkelanjutan antara satu
tahapan perkembangan ke tahapan perkembangan berikutnya dalam rangka
mempersiapkan anak memasuki pendidikan selanjutnya.
4. Fleksibilitas, kurikulum anak usia dini harus dipahami, dipergunakan dan
dikembangankan secara fleksibel sesuai dengan keunikan dan kebutuhan anak serta
kondisi lembaga penyelenggara.
5. Kepraktisan dan Akseptabilitas, kurikulum anak usia dini harus memberikan
kemudahan bagi praktisi dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pendidikan
pada anak usia dini.
6. Kelayakan (feasibility), kurikulum anak usia dini harus menunjukkan kelayakan dan
keberpihakan pada anak usia dini.
7. Akuntabilitas, kurikulum anak usia dini harus dapat dipertanggungjawabkan pada
masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan anak usia dini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam manajemen kurikulum,
ada pemahaman tentang konsep dasar kurikulum, pengorganisasian kurikulum,
ketatalaksanaan kurikulum dan juga pengembangan kurikulum.
Dalam pengorganisasian kurikulum, ada dua pendekatan, yakni dalam konteks
manajemen dan dalam konteks akademik. Dalam sebuah organisasi sangat diperlukan
melaksanakan proses manajemen, yakni organisasi perencanaan kurikulum, organisasi
dalam rangka implementasi kurikulum, dan organisasi dalam tahap evaluasi kurikulum.
Dalam ketatalaksanaan kurikulum, ada beberapa aspek administrasi pendidikan di
sekolah, yaitu organisasi kurikulum, struktur program kurikulum dan implikasinya dalam
kegiatan administratif, menyusun kalender pendidikan, menyusun satuan pelajaran,
20
kurikulum,
yakni
relevansi,
adaptasi,
kontinuitas,
fleksibilitas,
DAFTAR PUSTAKA
Fadillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran
Praktik. Jogjakarta: Ar.Ruzz Media.
PAUD:
Tinjauan
Teoritik
&
22