Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pengembangan kurikulum merupakan sebuah kebutuhan dan
kewajiban. Pernyataan tersebut didasarkan pada perubahan iklim masyarakat
yang pasti terjadi dan terus menerus mengalami dinamisasi, sehingga
kebutuhan masyarakat juga berubah. Oleh karena itu kurikulum juga harus
dikembangkan untuk menjawab tantangan zaman yang semakin berkembang.
Jika tidak diadakan pengembangan maka bisa dipastikan kurikulum tersebut
tidak lagi relevan, mandek, ketinggalan jaman, sehingga menyebabkan
lembaga ditinggalkan oleh masyarakat. Jika kurikulum diibaratkan organisme
(manusia) maka jika organisme tersebut tidak menyesuaikan diri terhadap
lingkungan atau keadaan habitat yang ada maka secara hukum alam
organisme tersebut akan mati atau bisa tersengkir dari komunitasnya.1
Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme yang
memiliki susunan organ-organ tertentu seperti otak, jantung, paru-paru yang
merupakan organ vital adanya kehidupan. Kemudian kaki serta tangan yang
merupakan organ gerak dan organ panca indera. Organ-organ tersebut
memiliki fungsi satu sama lain yang saling bergantung. Jika organ-organ
seluruh tubuh berjalan dengan normal maka bisa dipastikan fungsinya akan
berjalan lancar sehingga bisa membentuk organisme (manusia) secara utuh
yang sehat dan berdaya guna. Setelah organ-organ tersebut berjalan dengan
lancar, apakah langkah selanjutnya yang dilakukan? ingin ke mana manusia
tersebut beraktivitas, dan seberapa efektif dan efisienkah manusia tersebut
bisa memanfaatkan organ-organ tersebut. Oleh karena itu perlu adanya
pengembangan diri pada diri organisme tersebut agar bisa menyesuaikan diri
pada lingkungan luar.

1
Noorzanah, “Konsep Kurikulum Dalam Pendidikan Islam,” Ittihad Jurnal Kopertais
Wilayah XI Kalimantan 15, no. 28 (2017): 68–74, https://doi.org/10.18592/ittihad.v15i28.1934.

1
Dari penjelasan di atas sesungguhnya kurikulum bisa diibaratkan
dengan organisme, salah satu alasannya adalah karena keduanya sama-sama
merupakan sistem yang memiliki tujuan. Sistem tersebut bisa saja terbangun
dari organ-orang yang bekerja baik secara sadar maupun tidak sadar. Maka
komponen kurikulum bisa diartikan bagian dari ke seluruh yang ada, atau
bisa berarti unsur dari sesuatu yang utuh. Seperti organism, maka kurikulum
juga perlu mengadakan pengembangan diri untuk menjaga eksistensinya agar
bisa tetap berguna dan bisa mendapat legitimasi dari lingkungan.
Dalam mengembangkan kurikulum perlu memperhatikan komponen-
komponen dan model pengembangan kurikulum. Hal ini dilakukan untuk
mengidentifikasi dan mendiagnosis dari sudut mana dan arah
pengembangannya ke mana pengembangan tersebut dilakukan.2
Selain menekankan pada komponen dalam mengembangkan
kurikulum juga perlu mengkaji tentang model atau pola pengembangan
kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan cara untuk
mendeskirpsikan, menganalisis, dan membuat skema dari organisme
kurikulum. Seperti halnya manusia untuk menemukan penyakit yang ada di
dalam tubuhnya perlu adanya pemeriksaan atau penelitian secara mendalam. 3
Ataupun karena adanya tekanan psikologi maka perlu cara-cara khusus.
Karena setiap manusia mempunya latar belakang yang berbeda bisa jadi
penyakitnya juga berbeda, oleh karena itu penanganannya juga harus
menggunakan model pengembangan yang berbeda.
Dengan demikian maka penggunaan model-model pengembangan
kurikulum di setiap tingkat satuan pendidikan juga harus berbeda karena
setiap sekolah tersebut memiliki ciri khas, kurikulum, gejala penyakit, dan
sumber daya yang berbeda.
Mengacu dari uraian di atas, untuk lebih fokusnya pembahasan penulis
akan memaparkan komponen-komponen kurikulum yang meliputi: tujuan,
2
Mohamad Mustafid Hamdi, “Evaluasi Kurikulum Pendidikan,” Intizan: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam 4, no. 1 (2020),
http://ejournal.staida-krempyang.ac.id/index.php/intizam/article/view/248.
3
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah,
Dan Perguruan Tinggi, 5th ed. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012).

2
isi,/bahan ajar, metode/strategi mengajar dan evaluasi. Sedangkan model
pengembangan kurikulum, penulis akan menjelaskan beberapa model
diantaranya : model top down, grass roots, Ralp Tyler, Hilda Taba, DK.
Wheeler, dan Beauchamp.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Apa saja komponen-komponen dalam kurikulum?
3. Apa saja bentuk-bentuk kurikulum?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam makalah ini
yaitu:
1. Mengetahui yang dinamakan dengan kurikulum.
2. Mengetahui komponen-komponen dalam kurikulum.
3. Mengentuk bentuk-bentuk kurikulum.

3
BAB II
ISI

A. Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir
yang artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah
kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani,
yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai
finish. Dapat dipahami jarak yang harus ditempuh di sini bermakna
kurikulum dengan muatan isi dan materi pelajaran yang dijadikan jangka
waktu yang harus ditempuh oleh siswa untuk memperoleh ijazah. Dalam
bahasa Arab, kata kurikulum yang biasa digunakan adalah manhaj, yang
berarti jalan terang yang dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan.
Sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj al-dirāsah) dalam kamus Tarbiyah
adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh
lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.4
Menurut S. Nasution, kurikulum merupakan suatu rencana yang
disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan
tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajaran.
Selanjutnya Nasution menjelaskan sejumlah ahli teori kurikulum berpendapat
bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan
melainkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah.
Jadi selain kegiatan kurikulum yang formal yang sering disebut kegiatan ko-
kurikuler atau ekstra kurikuler (co-curriculum atau ekstra curriculum).5
Menurut Crow and Crow, sebagaimana yang dikutip oleh Oemar
Hamalik, kurikulum adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata
pelajaran yang disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program
untuk memperoleh ijazah. Dalam bukunya yang lain, Hamalik menjelaskan

4
Noorzanah, “Konsep Kurikulum Dalam Pendidikan Islam.”
5
Hasan Baharun, Pengembangan Kurikulum: Teori Dan Praktik (Yogyakarta: CV. Cantrik
Pustaka, 2017).

4
lebih luas bahwa kurikulum di sini memuat isi dan materi pelajaran. Jadi
kurikulum ialah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari
oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan, mata ajaran (subject
matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai
masa lampau yang telah disusun sistematis dan logis.6
Bahkan Alice Miel memahami bahwa kurikulum meliputi keadaan
gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan, kecakapan, dan
sikap-sikap orang yang melayani dan dilayani di sekolah (termasuk di
dalamnya seluruh pegawai sekolah) dalam memberikan bantuan kepada siswa
termasuk ke dalam kurikulum.7

B. Komponen Kurikulum
Komponen-komponen kurikulum merupakan hal terpenting yang
perlu dipelajari, dikaji, diteliti oleh setiap insan yang notabene mengelola
sebuah lembaga pendidikan, begitu pula memahami model-model
pengembangan kurikulum sebab praktisi pendidikan akan salah arah
manakala dia buta terhadap keduanya.8
Komponen kurikulum secara umum dalam dunia pendidikan yang
luas menurut Syaodih Sukmadinata teridentifikasi dalam unsur atau anatomi
tubuh kurikulum yang utama adalah terdiri dari bagian-bagian sebagai
berikut yaitu tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan
media, dan evaluasi, yang mana keempatnya berkaitan erat satu dengan
lainnya.9
Sedangkan Bisri menguraikan kurikulum secara struktural terbagi
menjadi beberapa komponen diantaranya adalah
1. Komponen Tujuan

6
Baharun.
7
Zainal Arifin, Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012).
8
Andi Achruh, “Komponen Dan Model Pengembangan Kurikulum,” Jurnal Inspiratif
Pendidikan 8, no. 1 (2019), https://doi.org/10.24252/ip.v8i1.9933.
9
Mohamad Bisri, “Komponen-Komponen Dan Model Pengembangan Kurikulum,” in
Prosiding Nasional: Peluang Dan Tantangan Studi Islam Interdisipliner Dalam Bingkai
Moderasi, 2020, http://prosiding.iainkediri.ac.id/index.php/pascasarjana/article/view/42.

5
Komponen tujuan berhubungan erat dengan arah atau hasil
yang diharapan secara mikro maupun makro. Tujuan pendidikan
memiliki klasifikasi dari mulai tujuan yang sangat umum sampai tujuan
khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur, yang kemudian
dinamakan dengan kompetensi. Pembahasan lebih lanjut tujuan
pendidikan nasional diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
Tujuan Pendidikan Nasional (TPN); merupakan tujuan dan arah
pendidikan secara umum yang harus dijadikan patokan atau pedoman
bagi setiap lembaga pendidikan di seluruh Indonesia. Maka untuk
setiap madrasah di seluruh Indonesia tidak boleh membuat rumusan
tujuan sendiri yang keluar dari koridor Tujuan pendidikan Nasional.
Aturan main atau pedoman tujuan pendidikan nasional tertuang dalam
Undang-undang RI terbaru yang telah disahkan oleh anggota DPR RI.
Sebagaimana dalam UU RI no. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang
SISDIKNAS bahwa tujuan pendidikan nasional adalah: “Pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 10
a. Tujuan Institusional (TI) atau lembaga; tujuan kelembagaan
dirumuskan oleh masing-masing lembaga sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan lembaga dalam mencapai tujuan pendidikan
nasional. Ini berarti bahwa tujuan Institusional tidak boleh keluar
dari bingkai tujuan pendidikan Nasional yang telah ditetapkan oleh
Undang-Undang. Tujuan Isntitusional biasanya juga melihat dari
jenjang masing-masing lembaga atau sesuai dengan tingkat usia
siswa, sehingga setiap jenjang harus memiliki keterkaitan satu
sama lain yang mana jenjang yang paling dasar mendukung tujuan
institusional secara umum jenjang yang lebih tinggi.

10
Bisri.

6
b. Tujuan Kurikuler (TK); tujuan yang harus dicapai oleh setiap
bidang studi atau mata pelajaran merupakan bagian dari salah satu
cakupan tujuan lembaga. Tujuan kurikuler merupakan salah satu
usaha untuk mewujudkan tujuan institusional. Dengan demikian,
setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan
untuk mencapai tujuan institusional.
c. Tujuan Intruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP); tujuan
intruksional merupakan bagian dari tujuan kurikuler. Tujuan
pembelajaran adalah tujuan yang harus dicapai oleh guru dan siswa
dalam satu kali tatap muka atau satu kali pertemuan. Dalam setiap
sesi pertemuan merupakan salah satu upaya untuk mencapai tujuan
kurikuler. Dapat disimpulkan bahwa dalam setiap pertemuan harus
memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Berdasarkan
pemaparan di atas tertuama berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam
lembaga memiliki kewenangan dan hak untuk mengembangkan,
mengelaborasi, dan menyusun atau memprogram komponen-
komponen kurikulum yang berlandaskan nilai-nilai yang menjadi
ciri khas bagi masing-masing sekolah.11
2. Komponen Isi
Komponen isi adalah komponen yang didesain untuk mencapai
komponen tujuan. Yang dimaksud komponen materi adalah bahan-
bahan kajian yang terdiri dari ilmu pengetahuan, nilai, pengalaman,
dan keterampilan yang dikembangkan ke dalam proses pembelajaran
guna mencapai komponen tujuan. Komponen materi harus
dikembangkan untuk mencapai komponen tujuan, oleh karena itu
komponen tujuan dengan komponen materi atau dengan komponen-
komponen yang lainnya haruslah dilihat dari sudut hubungan yang
fungsional. Pada hakekatnya materi kurikulum adalah isi kurikulum.12
11
Bisri.
12
Rosnaeni et al., “Model-Model Pengembangan Kurikulum Di Sekolah,” Edukatif: Jurnal
Ilmu Pendidikan 4, no. 1 (2022), https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i1.1776.

7
Dalam Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional
telah ditetapkan bahwa “Isi kurikulum merupakan bahan kajian dan
pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan
yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan
nasional” (Bab IX, Ps. 39).
Sesuai dengan rumusan tersebut isi kurikulum dikembangkan
dan disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a) Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri dari bahan
kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam
proses belajar dan pembelajaran.
b) Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing
satuan pendidikan. Perbedaan dalam ruang lingkup dan urutan bahan
pelajaran disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut.
c) Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Dalam hal ini, tujuan pendidikan nasional merupakan target
tertinggi yang hendak dicapai melalui pencapaian materi kurikulum.13
Materi kurikulum mengandung aspek-aspek tertentu sesuai
dengan tujuan kurikulum, yang meliputi :
a) Teori, ialah seperangkat konstruk atau konsep, definisi dan preposisi
yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik
tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan-hubungan antara
variable-evariabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan
gejala tersebut.
b) Konsep, ialah suatu abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dan
kekhususan-kekhususan. Konsep adalah definisi singkat dari
sekelompok fakta atau gejala.
c) Generalisasi, adalah kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang
khusus, bersumber dari analisis, pendapat, atau pembuktian dalam
penelitian.

13
Bisri, “Komponen-Komponen Dan Model Pengembangan Kurikulum.”

8
d) Prinsip, adalah ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
e) Prosedur, adalah suatu seri langkah-langkah yang berurutan dalam
materi pelajaran yang harus dilakukan oleh siswa.
f) Fakta, adalah sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap
penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat, dan kejadian.
g) Istilah, adalah kata-kata perbendaharaan yang baru yang khusus yang
diperkenalkan dalam materi.
h) Contoh atau ilustrasi, ialah suatu hal atau tindakan atau proses yang
bertujuan untuk memperjelas suatu uraian.
i) Definisi, adalah penjelasan tentang makna atau pengertian tentang
suatu hal/suatu kata dalam garis besarnya. Preposisi adalah suatu
pernyataan atau theorem, atau pendapat yang tidak diberi
argumentasi.14
3. Komponen Strategi
Komponen strategi dan metode merupakan komponen yang
memiliki peran yang sangat penting, dikarenakan berhubungan dengan
implementasi kurikulum. Strategi pembelajaran merupakan pola dan
urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan kata lain
strategi memiliki dua hal yang penting yaitu rencana yang diwujudkan
dalam bentuk kegiatan dan strategi disusun untuk mencapai tujuan
tertentu. Sedangkan metode adalah upaya untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan belajar nyata agar tujuan yang
telah disusun tercapai secara optimal.
Strategi menuju pada pendekatan, metode serta peralatan mengajar
yang digunakan dalam pengajaran. Pada hakekatnya strategi pengajaran
tidak hanya terbatas pada hal itu saja, tetapi menyangkut berbagai macam
yang diusahakan oleh guru dalam membelajarakan siswa tersebut. Dengan
kata lain mengatur seluruh komponen, baik pokok maupun penunjang

14
Baharun, Pengembangan Kurikulum: Teori Dan Praktik.

9
dalam sistem pengajaran. Subandijah, memasukkan komponen evaluasi ke
dalam komponen strategi. Hal ini berbeda pula dengan pendapat para ahli
lainnya yang mengatakan bahwa komponen evaluasi adalah komponen
yang berdiri sendiri.15
4. Komponen Evaluasi
Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang
telah ditentukan serta menilai proses pelaksaan mengajar secara
keseluruhan. Setiap kegiatan akan memberikan umpan balik demikian
juga dalam pencapaian tujuan-tujuan belajar dan proses pelaksanaan
mengajar. Umpan balik tersebut digunakan untuk mengadakan berbagai
usaha penyempurnaan baik bagi penentuan dan perumusan tujuan
mengajar, penentuan sekuens bahan ajar, strategi, dan media mengajar.16
a. Evaluasi hasil belajar mengajar
Untuk menilai keberhasilan penguasaan siswa atau tujuan-
tujuan khusus yang telah ditentukan, diadakan suatu evaluasi.
Evaluasi ini disebut juga evaluasi hasil belajar mengajar. Dalam
evaluasi ini disusun butir-butir soal untuk mengukur pencapaian tiap
tujuan khusus yang telah ditentukan. Untuk tiap tujuan khusus
minimal disusun satu butir soal. Menurut lingkup luas bahan dan
jangka waktu belajar dibedakan antara evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif.
Evaluasi formatif ditujukan untuk menilai penugasan siswa
terhadap tujuan-tujan belajar dalam jangka waktu yang cukup pendek.
Tujuan utama dari evaluasi formatif sebenarnya lebih besar ditujukan
untuk menilai proses pengajaran. Dalam kurikulum pendidikan dasar
dan menengah evaluasi formatif digunakan untuk menilai penugasan
siswa setelah selesai mempelajari satu pokok bahasan. Hasil evaluasi
formatif ini terutama digunakan untuk memperbaiki proses belajar-
mengajar dan membantu mengatssi kesulitan-kesulitan belajar siswa.

15
Rosnaeni et al., “Model-Model Pengembangan Kurikulum Di Sekolah.”
16
Baharun, Pengembangan Kurikulum: Teori Dan Praktik.

10
Dengan demikian evaluasi formatif, selain sebagai fungsi menilai
proses, juga merupakan evaluasi atau tes diagnostic
Evaluasi sumatif ditujukan untuk menilai penguasaan siswa
terhadap tujuan-tujuan yang lebih luas, sebagai hasil usaha belajar
dalam jangka waktu yang cukup lama, satu semester, satu tahun atau
selama jenjang pendidikan. Evaluasi sumatif mempunyai fungsi yang
lebih luas dari pada evaluasi formatif. Dalam kurikulum pendidikan
dasar dan menengah, evaluasi sumatif dimaksudkan untuk menilai
kemajuan belajar siswa (kenaikan kelas, kelulusan ujian) serta menilai
efektifitas program secara menyeluruh.17
b. Evaluasi pelaksanaan mengajar
Komponen yang dievaluasi dalam pengajaran bukan hanya hasil
belajar mengajar tetapi keseluruhan pelaksanaan pengajaran, yang
meliputi evaluasi komponen tujuan mengajar, bahan pengajaran (yang
menyangkut sekuens bahan ajar), strategi dan media pengajaran, serta
komponen evaluasi mengajar sendiri.18
Dalam program mengajar komponen-komponen yang
dievaluasi meliputi: komponen tingkah laku yang meliputi aspek-
aspek (sub komponen): kognitif, afektif, dan psikomotor; komponen
mengajar meliputi isi, metode, organisasi, fasilitas, dan biaya; dan
komponen populasi mencakup: siswa, guru, administrator, spesialis
pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Untuk mengevaluasi
komponen-komponen dan proses pelaksanaan mengajar bukan hanya
digunakan tes tetapi juga digunakan bentuk-bentuk nontes, seperti
observasi, studi dokumenter, analisis hasil pekerjaan, angket dan
checklist.
Evaluasi dapat digunakan oleh guru atau pihak-pihak lain yang
berwenang atau diberi tugas, seperti kepala sekolah dan pengawas,
tim evaluasi kanwil atau pusat. Sesuai dengan prinsip sistem, evaluasi
17
R. Masykur, Teori Dan Telaah Pengembangan Kurikulum (Lampung: CV. Anugrah
Utama Raharja, 2019).
18
Hamdi, “Evaluasi Kurikulum Pendidikan.”

11
dan umpan balik diadakan secara terus menerus, walaupun tidak
semua komponen mendapat evaluasi yang sama kedalaman dan
keluasannya. Karena sifatnya menyeluruh dan terus menerus tersebut
maka evaluasi pelaksaan sistem mengajar dapat dipandang sebagai
monitoring.19

C. Model Kurikulum
Model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa
kompleks atau sistem, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya.
Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang
dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya
berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan
sesuatu sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai petunjuk
yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk
perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.20
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan
kurikulum, pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja
didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikanya serta kemungkinan
tercapainya hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem
pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model
konsep pendidikan mana yang digunakan.
Kata model secara etimologi memiliki arti pola (acuan dan contoh
dari sesuatu yang dibuat). Sedangkan menurut analisis penulis sesungguhnya
model pengembangan kurikulum bisa juga diartikan sebagai sebuah
pendekatan atau pola ‘apa’ yang digunakan untuk mengembangkan
kurikulum. Sehingga dalam proses pengembangan kurikulum bisa terlaksana
secara tepat guna, tepat sasaran, dan tepat pembiayaanya.21

19
Sawaluddin, “Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam,” Jurnal
Kependidikan Agama Islam Al-Thariqah 3, no. 1 (2018),
https://doi.org/10.25299/althariqah.2018.vol3(1).1775.
20
Ibrahim Nasbi, “Manajemen Kurikulum: Sebuah Kajian Teoritis,” Idaarah: Jurnal
Manajemen Pendidikan 1, no. 2 (2017), https://doi.org/10.24252/idaarah.v1i2.4274.
21
Bisri, “Komponen-Komponen Dan Model Pengembangan Kurikulum.”

12
Pemilihan salah satu dari model pengembangan kurikulum bukan
hanya di dasarkan pada kelebihan, kebaikan, dan bisa ke tingkat pencapaian
optimal. Tetapi juga harus disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem
pengelolalan pendidikan serta model konsep pendidikan yang digunakan.
Model-model pengembangan kurikulum diantaranya adalah:
1. Top Down
Model ini disebut juga model administratif atau garis-komando
(lineStaff) merupakan pola pengembangan kurikulum yang paling awal
dan mungkin yang paling dikenal. Model pengembangan kurikulum ini
berdasarkan pada cara kerja atasan-bawahan (top-down) yang dipandang
efektif dalam pelaksanaan perubahan kurikulum.
Model administrasi/garis komando memiliki langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Administrator Pendidikan / Top Administrative Officers (pemimpin)
membentuk komisi pengarah.
b. Komisi Pengarah (Steering Comittee) bertugas merumuskan rencana
umum, mengembangkan prinsip-prinsip sebagai pedoman, dan
menyiapkan suatu pernyataan filosofi dan tujuan-tujuan untuk
seluruh wilayah sekolah.
c. Membentuk komisi kerja pengembangan kurikulum yang bertugas
mengembangkan kurikulum secara operasional mencakup
keseluruhan komponen kurikulum dengan mempertimbangkan
landasan dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
d. Komisi pengarah memeriksa hasil kerja dari komisi kerja dan
menyempurnakan bagian-bagian tertentu bila dianggap tidak perlu.
Karena pengembangan kurikulum model administratif ini
berdasarkan konsep, inisiatif, dan arahan dari atas ke bawah, maka
akan membutuhkan waktu bertahun-tahun agar dapat berjalan
dengan baik. Hal ini disebabkan adanya tuntutan untuk
mempersiapkan para pelaksana kurikulum tersebut.

13
Dari uraian mengenai model pengembangan kurikulum
administratif kita dapat menandai adanya dua kegiatan didalamnya:
a) Menyiapkan seperangkat dokumen kurikulum baru, dan
b) Menyiapkan instalasi dan implementasi dokumen.
Dengan kata lain, model administratif/ garis-komando
membutuhkan kegiatan penyiapan para pelaksana kurikulum melalui
berbagai bentuk pelatihan agar dapat melaksanakan kurikulum dengan
baik.22
2. Grass Roots
Pendekatan Grass roots merupakan kebalikan dari pendekatan
Adminidtratif, Pendekatan grass roots yang disebut juga dengan istilah
pendekatan bottom-up, yaitu suatu proses pengembangan kurikulum
yang diawali dari keinginan yang muncul dari tingkat bawah (sekolah
atau guru).
Keinginan ini biasanya didorong oleh hasil pengalaman yang
dirasakan pihak sekolah atau guru, di mana kurikulum yang sedang
berjalan dirasakan terdapat beberapa masalah atau ketidaksesuaian
dengan kebutuhan dan potensi yang tersedia di lapangan.
Untuk terlaksananya pengembangan kurikulum model grass roots
ini diperlukan kepedulian dan profesionalisme yang tinggi dari pihak
sekolah antara lain yaitu.
a. Sekolah atau guru bersifat kritis untuk menyikapi terhadap
kurikulum yang sedang berjalan
b. Sekolah atau guru memiliki ide-ide inovatif dan bertanggung jawab
untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
dan potensi yang dimiliki
c. Sekolah atau guru secara terus menerus terlibat dalam proses
pengembangan kurikulum
d. Sekolah atau guru bersikap terbuka dan akomodatif untuk menerima
masukan-masukan dalam rangka pengembangan kurikulum.

22
Bisri.

14
Pengembangan kurikulum model grass roots ini secara teknis
operasional bisa dilakukan dalam pengembangan kurikulum secara
menyeluruh (kurikulum utuh), maupun pengembangan hanya terhadap
aspek-aspek tertentu saja. Misalnya pengembangan untuk satu mata
pelajaran atau kelompok mata pelajaran tertentu, pengembangan
terhadap metode dan strategi pembelajaran, pengembangan visi dan misi
serta tujuan, dan lain sebagainya.
Dengan demikian yang dimaksud pengembangan kurikulum baik
dengan pendekatan top down approach maupun grass roots approach
secara teknis bisa pengembangan terhadap kurikulum secara menyeluruh
(kurikulum utuh), atau pengembangan hanya berkenaan dengan bagian
atau aspek-aspek tertentu saja sesuai dengan kebutuhan.23
3. Ralp Tyler
Ralph Tayler menciptakan suatu mata pelajaran baru dengan
judul prinsip-prinsip kurikulum pengajaran. Kemudian beliau
mengidentifikasi 4 pertanyaan fundamental yang memerlukan jawaban
dan pengembangan untuk setiap kurikulum dan perencanaan pengajaran.
Pemikiran Ralph Tayler tersebut telah banyak mendasari dalam
pengembangan kurikulum masa sekarang. Dalam kaitannya dengan
pelaksanaan kurikulum Tayler mengembangkan pertanyaan-pertanyaan.
Pandangan ini yang menyarankan suatu pendekatan linier dalam
pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Wheler 1967. Dia
menyatakan bahwa proses pengembangan kurikulum terdiri atas lima
komponen yaitu; tujuan dan sarana, penentuan pengalaman belajar,
penentuan isi atau materi pelajaran, organisasi dan integrasi pengalaman
proses belajar mengajar di kelas, evaluasi terhadap efektifitas semua
aspek dari komponen di atas dalam mencapai tujuan.24
4. Hilda Taba
23
Anda Juanda, “Penetrasi Agama Dan Ilmu Sains Berbasis Model Kurikulum Grass Roots
Di Perguruan Tinggi,” Scientiae Educatia: Jurnal Pendidikan Sains 5, no. 1 (2016),
https://doi.org/10.24235/sc.educatia.v5i1.977.
24
Wildan Nafi’i and Arif Shaifudin, “Pengembangan Komponen Kurikulum,” El Wahdah
2, no. 2 (2021), http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/elwahdah/article/view/4630.

15
Model pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh Hilda
Taba atas dasar data induktif yang disebut model terbalik, karena
biasanya pengembangan kurikulum didahului oleh konsep-konsep yang
secara deduktif.
Taba berpendapat model deduktif ini kurang cocok, sebab tidak
merangsang timbulnya inovasi-inovasi, menurutnya pengembangan
kurikulum yang lebih mendorong inovasi dan kreativitas guru adalah
yang bersifat induktif, yang merupakan investasi atau arahan terbalik
dari model tradisional.
Pengembangan model ini diawali dengan melakukan pencarian
data serta percobaan dan penyusunan teori serta diikuti dengan tahapan
implementasi, hal ini dilakukan guna mempertemukan teori dan praktek,
adapun langkah –langkah adalah
a. Mendiagnosis kebutuhan merumuskan tujuan menentukan materi,
penilaian, memperhatikan antara luas dan dalamnya bahan,
kemudian disusunkah suatu unit kurikulum.
b. Mengadakan try out
c. Mengadakan revisi
d. Menyusun kerangka kerja teori
e. Mengumumkan adanya kurikulum baru yang akan diterapkan.25
5. Beauchamp
Pengembangan kurikulum dengan menggunakan metode
beauchamp dikembangkan oleh Beauchamp ahli dibidang kurikulum hal
ini memiliki 5 bagian pembuat keputusan. Lima tahap tersebut adalah:
a. Memutuskan arena atau lingkup wilayah pengembangan kurikulum,
suatu keputusan yang menjabarkan ruang lingkup upaya
pengembangan. (suatu gagasan pengembangan kurikulum yang
telah dilaksanakan di kelas diperluas di sekolah-sekolah di daerah
tertentu baik berskala regional atau nasional yang disebut arena)

25
Arifin, Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum.

16
b. Menetapkan personalia atau tim para ahli kurikulum, yaitu siapa-
siapa saja yang ikut terlibat dalam pengembangan kurikulum.
c. Tim menyusun tujuan pengajaran kurikulum dan pelaksanaan proses
belajar mengajar, untuk tugas tersebut perlu dibentuk dewan
kurikulum sebagai koordinator yang bertugas juga sebagai penilai
pelaksanaan kurikulum, memilih materi pelajaran baru, menentukan
berbagai kriteria untuk memilih kurikulum mana yang akan dipakai
dan menulis secara menyeluruh mengenai kurikulum yang akan
dikembangkan.
d. Implementasi kurikulum, yakni kegiatan untuk menerapkan
kurikulum seperti yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup
pengembangan kurikulum.
e. Evaluasi Kurikulum.26

26
Rosnaeni et al., “Model-Model Pengembangan Kurikulum Di Sekolah.”

17
BAB III
PENUTUP

Komponen-komponen kurikulum meliputi: tujuan kurikulum, komponen


isi/bahan, komponen strategi pelaksanaan, dan komponen evaluasi. Tujuan
kurikulum meliputi : tujuan nasional, institusional, kurikuler dan instruksional.
Komponen isi meliputi ilmu pengetahuan, nilai, pengalaman, dan keterampilan
yang dikembangkan ke dalam proses pembelajaran guna mencapai komponen
tujuan. Komponen strategi pembelajaran merupakan pola dan urutan umum
perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi ditujukan untuk menilai
pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksaan
mengajar secara keseluruhan. Evaluasi terbagi 2, yaitu: evaluasi hasil belajar
mengajar & evaluasi pelaksanaan mengajar Model-model pengembangan
kurikulum banyak ragamnya, diantaranya: model Top Down, Grass Roots, Ralp
Tyler, Hilda Taba, DK. Wheeler dan Beauchamp.

18
DAFTAR PUSTAKA

Achruh, Andi. “Komponen Dan Model Pengembangan Kurikulum.” Jurnal


Inspiratif Pendidikan 8, no. 1 (2019). https://doi.org/10.24252/ip.v8i1.9933.
Arifin, Zainal. Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012.
Baharun, Hasan. Pengembangan Kurikulum: Teori Dan Praktik. Yogyakarta: CV.
Cantrik Pustaka, 2017.
Bisri, Mohamad. “Komponen-Komponen Dan Model Pengembangan
Kurikulum.” In Prosiding Nasional: Peluang Dan Tantangan Studi Islam
Interdisipliner Dalam Bingkai Moderasi, 2020.
http://prosiding.iainkediri.ac.id/index.php/pascasarjana/article/view/42.
Hamdi, Mohamad Mustafid. “Evaluasi Kurikulum Pendidikan.” Intizan: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam 4, no. 1 (2020). http://ejournal.staida-
krempyang.ac.id/index.php/intizam/article/view/248.
Juanda, Anda. “Penetrasi Agama Dan Ilmu Sains Berbasis Model Kurikulum
Grass Roots Di Perguruan Tinggi.” Scientiae Educatia: Jurnal Pendidikan
Sains 5, no. 1 (2016). https://doi.org/10.24235/sc.educatia.v5i1.977.
Masykur, R. Teori Dan Telaah Pengembangan Kurikulum. Lampung: CV.
Anugrah Utama Raharja, 2019.
Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah,
Madrasah, Dan Perguruan Tinggi. 5th ed. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2012.
Nafi’i, Wildan, and Arif Shaifudin. “Pengembangan Komponen Kurikulum.” El
Wahdah 2, no. 2 (2021).
http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/elwahdah/article/view/
4630.
Nasbi, Ibrahim. “Manajemen Kurikulum: Sebuah Kajian Teoritis.” Idaarah:
Jurnal Manajemen Pendidikan 1, no. 2 (2017).
https://doi.org/10.24252/idaarah.v1i2.4274.
Noorzanah. “Konsep Kurikulum Dalam Pendidikan Islam.” Ittihad Jurnal
Kopertais Wilayah XI Kalimantan 15, no. 28 (2017): 68–74.
https://doi.org/10.18592/ittihad.v15i28.1934.
Rosnaeni, Sukiman, Apriliyanti Muzayanati, and Yani Pratiwi. “Model-Model
Pengembangan Kurikulum Di Sekolah.” Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan 4,
no. 1 (2022). https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i1.1776.
Sawaluddin. “Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam.” Jurnal
Kependidikan Agama Islam Al-Thariqah 3, no. 1 (2018).
https://doi.org/10.25299/althariqah.2018.vol3(1).1775.

19
KOMPONEN KURIKULUM DAN MODEL
PENGEMBANGAN KURIKULUM

MAKALAH

Dosen Pengampu:
Dr. H. Siswadi, M.Ag.

Disusun oleh:
Bangkit Tri Handoko
224120500013

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
PROFESOR KIAI HAJI SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO
2022

20
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan tugas Model dan

Komponen Kurikulum ini dengan baik. Tugas ini merupakan tugas mata kuliah

Desain Pengembangan Kurikulum. Model dan Komponen Kurikulum ini berisi

tentang beberapa model tentang pengembangan kurikulum yang adan di

Indonesia, dan menurut pendapat para ahli tentang kurikulum dan

pengembangannya. Dalam makalah ini kami menspesifikasikan tentang modela

dan komponen kurikulum yang berlaku di Indonesia yang sudah dan sedang

berjalan. Kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bayak insan,

demikian tugas ini saya selesaikan sebagai kewajiban dalam menyelesaikan tugas

mata kuliah Desain Pengembangan Kurikulum, terimakasih.

Purwokerto, Desember 2022

Penulis

21
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................................ 3
BAB II ISI ........................................................................................................ 4
A. Kurikulum .................................................................................................. 4
B. Komponen Kurikulum ............................................................................... 4
C. Model Kurikulum ...................................................................................... 12
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

22

Anda mungkin juga menyukai