Anda di halaman 1dari 11

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

MAKALAH
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengembangan Kurikulum

Oleh:
AHMAD FIKRI JAUHARI
213206030037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA UIN KH. AHMAD SIDDIQ JEMBER
2022
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu bentuk pembangunan nasional adalah adanya sumber
daya manusia yang berkualitas. dan upaya untuk mengembangkannya yakni
dengan adanya sebuah pendidikan. Karena sejatinya manusia dilahirkan
dengan potensi dasarnya masing-masing yang mana butuh untuk
dikembangkan, sehingga untuk itu dibutuhkanlah sebuah pendidikan. Seperti
halnya potensi manusia yang harus dikembangkan, pendidikan juga sama.
Seiring bertambahnya zaman pendidikan juga harus dikembangkan. Karena
semakin berkembangnya zaman akan ada banyak perubahan-perubahan yang
menuntut manusia untuk berfikir lebih maju.
Bagian integral dari pendidikan adalah kurikulum, karena kurikulum
merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan
pedoman untuk mengajar di semua jenis pendidikan.1 Maka dari itu, setiap
lembaga pendidikan akan memiliki kurikulum pendidikannya sesuai dengan
kebutuhan. Belum cukup sampai situ saja, ketika sebuah kurikulum yang
sudah diterapkan pada sebuah lembaga pendidikan dirasa kurang efektif maka
dibutuhkan sebuah pengembangan guna memperbaiki kurikulum yang ada.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar bekakang permasalahan sebagaimana di atas, dapat
kami rumuskan permasalahannya sebagaimana berikut:
1. Apakah desain pengembangan kurikulum PAI?
2. Bagaimana memilih desain model pengembangan kurikulum PAI?

C. TUJUAN
1. Mengetahui desain pengembangan kurikulum PAI
2. Mampu memilih desain model pengembangan kurikulum PAI

1
Razali M Thaib dan Irman Siswanto, “INOVASI KURIKULUM DALAM PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN (Suatu Analisis Implementatif)”, JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan
Konseling 1, no. 2 (2015), 216.
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM


Pengembangan memiliki arti memulai dari yang belum ada, dengan
cara menciptakan kurikulum yang baru. Kemudian seiring berjalannya waktu
maka akan dilakukan penyempurnaan melalui Evaluasi dan Revisi secara
berulang ulang sampai didapatka hasil sebagaimana yang diharapkan.
Aktivitas dari pengembangan kurikulum sebagaimana yang telah dijelaskan
oleh Winarno adalah penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan
penyempurnaan.2
Pengembangan kurikulum menurut Audrey Nicholls dan Howard
Nicholls ialah sebuah perencanaan belajar yang mana akan membawa
perubahan sesuai dengan yang diinginkan siswa, atau merencanakan
kesempatan belajar untuk menilai sejauh mana hal itu telah terjadi.3
Oemar Hamalik mengatakan bahwa pengembangan kurikulum adalah
proses perencanaan kurikulum untuk mengembangkan rencana kurikulum
yang luas dan konkrit. Proses ini mengacu pada pengaturan jadwal dan
penciptaan sumber daya unit untuk komposisi kurikulum pengajaran dan
pembelajaran termasuk tujuan yang diusulkan, tema, kegiatan, sumber dan
spesifikasi alat ukur untuk pengembangan kurikulum Hal ini terkait dengan
memilih dan mengkonfigurasi berbagai komponen. Perencanaan kredit dan
jalur pelajaran kurikulum ganda lainnya untuk memudahkan proses belajar
mengajar.4
Terdapat beberapa model yang bisa digunakan dalam
mengembangkan kurikulum. Pemilihan model tersebut harus
menyeimbangkan dengan sistem pendidikan dan manajemen pengelolaan
suatu lembaga. Para ahli menyebutkan macam macam dari model

2
Winarno Surahmad, Pembinaan Dan Pengembangan kurikulum (Jakarta: proyek pengadaan
buku sekolah pendidikan guru, 1977), 15.
3
Syamsul Bahri, “Pengembangan Kurikulum Dasar Dan Tujuannya”, Jurnal Ilmiah IslamFutura
11, no. 1 (2017), 15.
4
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009).
pengembangan kurikulum antara lain ; model Tyler, Hilda Taba, Harold B.
Alberty, David Warwick, Gras root dan Beauchamp.5
Keseluruhan model pengembangan kurikulum yang dicetuskan oleh
para ahli memiliki sasaran yang sama; (1) Mengarah kepada disiplin ilmu; (2)
Kepada kebutuhan maysrakat; (3) Kepada peserta didik.
Sedangkan tujuan dari pengembangan kurikulum adalah; (1) Untuk
menciptakan kurikulum yang tepat sesuai kebutuhan pendidikan; (2)
Rekonstruksi kurikulum sebelumnya; (3) Mengeksplorasi pengetahuan yang
belum terungkap berdasarkan rumusan tujuan suatu lembaga pendidikan.

B. PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM


Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum meliputi : 1. Relevansi; 2.
Fleksibilitas; 3. Kontinuitas; 4. Praktis; dan 5. Efektivitas.
1. Prinsip Relevansi
Meliputi relevansi internal dan relevansi eksternal. Relevansi
internal adalah semacam analisis horizontal. Dengan kata lain, kesesuaian
antar komponen kurikulum itu sendiri, seperti tujuan, isi pembelajaran,
penilaian, alokasi waktu, bahan pelajaran, serta minggu, bulan, dan
semester yang sama adalah pada subjek yang sama. Relevansi eksternal
tidak hanya berarti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi
juga kesesuaian dengan kebutuhan, tuntutan, dan perkembangan
masyarakat. Begitu juga dengan kecocokan antara satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya.
2. Prinsip Flesksibilitas
Mengandung arti bahwa kurikulum memungkinkan adanya
penyesuaian terhadap kemampuan dan karakteristik peserta didik,
karakteristik sekolah dan keadaan serta kemungkinan daerah.
3. Prinsip Kontinuitas.
Ini adalah semacam analisis vertikal. Artinya, kontinuitas isi antar

5
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: Remaja
Rosadakarya, 2000), 163 – 164.
semester, antar kelas, antar satuan pendidikan, dan antar jenjang
pendidikan. Diinginkan untuk mengembangkan kurikulum dari sekolah
dasar hingga universitas secara bersamaan. Ada kesinambungan antara
kompetensi dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi karena dianalisis
tidak hanya secara horizontal, tetapi juga secara vertikal.
4. Prinsip Praktis
Adalah sederhana dan mudah diterapkan dengan biaya rendah.
Kurikulum harus ideal namun praktis.
5. Prinsip Efektifitas
Berarti bahwa harga rendah juga mempertimbangkan keberhasilan.
Di sisi lain, prinsip-prinsip khusus pengembangan kurikulum memiliki
hubungan sebagai berikut. 1. Perumusan tujuan pendidikan; 2. Pemilihan
isi pembelajaran 3. Pemilihan proses pembelajaran 4. Pemilihan media
dan perangkat pembelajaran yang tepat; 5. Pilihan Kegiatan Penilaian.

C. LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM


Penyusunan kurikulum harus didasarkan pada landasan (prinsip) yang
kuat berdasarkan pemikiran yang mendalam dan hasil penelitian.
Pengembangan kurikulum memiliki beberapa landasan utama seperti
perkembangan filosofis, psikologis, sosial budaya, yuridis dan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
1. Landasan Filosofis
Berpikir filsafat berarti berpikir secara menyeluruh secara
sistematis, logis, dan mendasar. Filsafat digunakan sebagai dasar
pengembangan kurikulum, artinya penyusunan kurikulum mengacu pada
falsafah negara dimana kurikulum tersebut dianut. Prinsip-prinsip guru
besar filsafat nasional, seperti kapitalisme, sosialisme, dan fasisme,
menjadi dasar penyusunan kurikulum.
Sebagai contoh, di Indonesia yang falsafah nasionalnya adalah Pancasila,
kita mengacu pada falsafah pendidikan Pancasila ketika menyusun
kurikulum. Berdasarkan falsafah pendidikan, pengamalannya dilakukan
melalui pendidikan.
Setidaknya ada empat fungsi filosofis dalam pengembangan
kurikulum. Pertama-tama, filsafat dapat menentukan arah dan tujuan
pendidikan. Kedua, filosofi dapat menentukan isi/topik yang akan
diberikan. Ketiga, filosofi menentukan strategi atau cara untuk mencapai
tujuan. Keempat, Filsafat dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan
kurikulum.6
2. Landasan Psikologis
Pengembangan kurikulum membutuhkan setidaknya dua landasan
psikologis: psikologi belajar dan psikologi perkembangan. Psikologi
belajar adalah ilmu yang mempelajari bagaimana siswa akan terlibat
dalam kegiatan belajar. Psikologi perkembangan adalah cabang psikologi
yang mempelajari proses perkembangan seorang individu, baik sebelum
dan sesudah lahir maupun dalam pematangan tingkah laku. Kontribusi
psikologi untuk penelitian kurikulum datang dalam dua bentuk. Pertama,
model konseptual dan model informasi untuk membangun rencana
pendidikan. Kedua, mencakup berbagai metodologi yang dapat diterapkan
pada pendidikan dan penelitian.7
3. Landasan Sosial Budaya
Karena siswa adalah dan merupakan bagian dari masyarakat, maka
pendidikan diberikan untuk mempersiapkan mereka masuk ke dalam
masyarakat. Oleh karena itu, penyusunan kurikulum selalu berkembang,
sebagai salah satu ciri masyarakat harus berkelanjutan dan mencerminkan
kebutuhan masyarakat yang terus berubah. Karena keunikan budaya dan
peradaban masing-masing negara, maka kurikulum pada prinsipnya
mencerminkan kebutuhan masyarakat, anomali dan kebutuhan tertentu.
4. Landasan Iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat
pesat terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi. Dianggap

6
Wina Sanjaya, Kurikulum Dan Pembelajaran: Teori Dan Praktik Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013).
7
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum: Teori Dan Praktik (Yogyakarta: Ar-ruz Media, 2010).
“ketinggalan zaman” jika tidak mengikuti laju perkembangan dan
teknologi. Oleh karena itu, sangat penting kurikulum mengantisipasi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mempersiapkan peserta
didik untuk masa depan.
5. Landasan Yuridis
Praktik pendidikan nasional dilakukan dengan mengacu undang-
undang maupun peraturan pemerintah. Pendidik perlu memahami landasan
hukum sistem pendidikan nasional dan menggunakannya sehingga
terselenggara tertib penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang
merupakan tujuan pendidikan nasional.

D. MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM


Model pada dasarnya terkait dengan desain yang dapat digunakan
untuk mengubahnya menjadi kenyataan yang lebih praktis Ada beberapa
model yang dapat digunakan untuk lebih meningkatkan pengembangan
kurikulum, yaitu:
1. Model Tyler
a. Menentukan tujuan
Menetapkan tujuan merupakan langkah besar pertama dalam
pengorganisasian suatu kurikulum, tetapi tujuan adalah arah dan
tujuan pendidikan, kemana siswa akan pergi, dan apa yang akan
dimiliki siswa setelah menyelesaikan program pendidikan, karena
semua kemampuan yang harus dilakukan berbeda-beda. Ini mengarah
ke tujuan di dalamnya.
b. Menentukan pengalaman belajar
Pengalaman belajar adalah kegiatan semua siswa yang berinteraksi
dengan lingkungan. Pengalaman belajar bukanlah isi atau
topik, dan tidak ada aktivitas guru untuk memberikan pelajaran.
Pengalaman belajar mengacu pada kegiatan siswa dalam proses
belajar. Oleh karena itu, mudah bagi guru untuk merancang
lingkungan di mana siswa dapat memperoleh pengalaman belajar.
c. Mengorganisasikan pengalaman belajar
Langkah ketiga dalam merancang kurikulum adalah
mengorganisasikan pengalaman belajar dalam bentuk satuan mata
pelajaran atau program. Karena memiliki organisasi yang jelas
memberikan arah pelaksanaan proses pembelajaran sehingga benar-
benar menjadi experiential learning.
2. Model Oliva
Kurikulum itu harus sederhana, komprehensif, dan sistematis, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menetapkan tujuan, visi dan misi berdasarkan filosofi lembaga
dan analisis kebutuhan mahasiswa serta kebutuhan masyarakat.
b. Menganalisis kebutuhan masyarakat di mana sekolah itu berada,
kebutuhan siswa, dan urgensi disiplin yang harus diberikan sekolah.
c. Tetapkan tujuan umum. Dirumuskan untuk tujuan tertentu, yang
merupakan ortodoksi tujuan umum.
d. Mengatur implementasi desain kurikulum.
e. Menjelaskan kurikulum dalam bentuk tujuan pembelajaran secara
umum.
f. Mendeskripsikan penetapan tujuan umum dalam bentuk tujuan
pembelajaran khusus.
g. Pemilihan dan pengaturan strategi pembelajaran.
h. Pemilihan dan Penetapan Strategi/Teknik Penilaian yang Digunakan
i. Penerapan Strategi Pembelajaran.
j. Penilaian Pembelajaran.
k. Penilaian Kurikulum.
3. The Grass Roots Model
Di bawah prakarsa itu ada upaya-upaya yang datang, yaitu dari guru dan
sekolah. Model pengembangan kurikulumpertama digunakan dalam sistem
pendidikan/manajemen kurikulum terpusat, dan model grass-roots
dikembangkan sebagai sistem pendidikan terdesentralisasi.
Oleh karena itu, dalam sistem pendidikan yang terdesentralisasi, guru
perlu melakukan pengembangan kurikulum yang lebih cerdas dan kreatif.
Karena guru adalah orang yang tepat untuk merencanakan, melaksanakan,
dan mengajar kelas.
4. Model Beauchamp
Model ini disebut dengan Model Beauchamp karena nama penciptanya
memanglah Beauchamp. Menurut teori ini terdapat lima langkah dalam
proses pengembangan kurikulum, yakni:
a. Menentukan wilayah atau arena yang akan dilakukan sebuah
perubahan atau diadakannya sebuah pengembangan kurikulum.
b. Menentukan pihak-pihak yang akan ikut berperan dalam melaksanakan
proses pengembangan kurikulum.
c. Menentukan bagaimana prosedur atau jalan yang akan ditempuh untuk
melakukan prosespengembangan.
d. Mengimplementasikan kurikulum yang telah direncanakan. Dalam hal
ini, seluruh pihak yang berperan dalam proses pengembangan
kurikulum harus benar-benar memahami kurikulum yang akan
dikembangkan.
e. Melakukan evaluasi terhadap kurikulum yang telah dikembangkan.
Model-model tersebut pada dasarnya serupa, penulis menangkap
bahwa dalam model model tersebut mencakup langkah-langkah
pengembangan yaitu: a. Merumuskan tujuan, b. Merumuskan pengalaman
belajar, c. Mengelola pengalaman belajar, dan d. Melakukan evaluasi.
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengembangan kurikulum menurut Audrey Nicholls dan Howard
Nicholls ialah sebuah perencanaan belajar yang mana akan membawa
perubahan sesuai dengan yang diinginkan siswa, atau merencanakan
kesempatan belajar untuk menilai sejauh mana hal itu telah terjadi.
Pengembangan kurikulum memiliki beberapa landasan utama seperti
perkembangan filosofis, psikologis, sosial budaya, yuridis dan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Beberapa model yang bisa digunakan dalam mengembangkan
kurikulum antara lain ; model Tyler, Hilda Taba, Harold B. Alberty, David
Warwick, Gras root dan Beauchamp.
Model-model tersebut pada dasarnya serupa, penulis menangkap
bahwa dalam model model tersebut mencakup langkah-langkah
pengembangan yaitu: a. Merumuskan tujuan, b. Merumuskan pengalaman
belajar, c. Mengelola pengalaman belajar, dan d. Melakukan evaluasi.

B. SARAN
Diperlukan adanya tim pengembangan kurikulum pada suatu lembaga
pendidikan untuk menentukan, mengawal, dan mengevaluasi kurikulum yang
terdapat di dalam lembaga tersebut. Pengembangan kurikulum menyesuaikan
dengan kebutuhan lembaga supaya dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang terdapat di lembaga tersebut menggunakan model-model sebagaimana di
atas.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum: Teori Dan Praktik (Yogyakarta: Ar-ruz

Media, 2010).

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek

(Bandung: Remaja Rosadakarya, 2000).

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2009).

Razali M Thaib dan Irman Siswanto, “INOVASI KURIKULUM DALAM

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN (Suatu Analisis Implementatif)”,

JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling 1, no. 2 (2015).

Syamsul Bahri, “Pengembangan Kurikulum Dasar Dan Tujuannya”, Jurnal

Ilmiah Islam Futura 11, no. 1 (2017).

Wina Sanjaya, Kurikulum Dan Pembelajaran: Teori Dan Praktik

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2013).

Winarno Surahmad, Pembinaan Dan Pengembangan kurikulum (Jakarta:

proyek pengadaan buku sekolah pendidikan guru, 1977).

Anda mungkin juga menyukai