Anda di halaman 1dari 19

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Pengembangan Kurikulum PAI”

Oleh:
MOHAMAD SAMSUL HADI (F52319320)
NUR KHOIRONI (F52319322)

Dosen Pengampu:
Dr. Hanun Asrohah, M.Ag

PRODI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2019

Model Pengembangan Kurikulum | 0


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan jantung dalam proses pendidikan. Ia termasuk
salah satu komponen penting yang paling berpengaruh secara langsung
terhadap hasil pendidikan. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa setiap
proses pembelajaran memiliki tujuan. Maka dengan adanya kurikulum, tujuan
pendidikan akan mudah tercapai. Peran kurikulum sangat besar dalam
kemajuan peserta didik untuk memperoleh hasil pembelajaran yang mereka
inginkan. Tidak hanya itu, kurikulum juga sangat erat kaitannya dengan
kesuksesan orang tua maupun guru dalam mendidik anak-anak mereka.
Disamping environment support, tentu keberhasilan seorang siswa dalam
mencapai cita-citanya sebagian besar tergantung pada penjabaran kurikulum
yang bagus.
Kurikulum mengalami dinamika dalam penerapannya dari masa ke
masa. Perkembangan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya
adalah perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta perubahan
masyarakat, baik secara politik, sosial, ekonomi maupun budaya. Dengan
adanya perkembangan tersebut, seorang pendidik harus mampu
merelevansikan kurikulum dengan suasana pembelajaran yang tentu semakin
maju dari sebelumnya. Maka berangkat dari perkembangan faktor tersebut,
nantinya akan menghasilkan model-model pengembangan kurikulum.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut menuntut
para pengamat, praktisi maupun pengajar untuk menaruh perhatian khusus
terhadap pengembangan kurikulum. Mereka harus memikirkan bagaimana
caranya mengombinasikan kurikulum dengan IPTEK yang diharapkan para
peserta didik. Agar dikemudian hari beragam model pembelajaran yang
disampaikan tidak terkesan tertinggal dan tereduksi, terutama di era
globalisasi seperti sekarang ini.

Model Pengembangan Kurikulum | 1


Perkembangan kurikulum sendiri dapat ditelusuri melalui catatan
maupun rekaman sejarah suatu bangsa. Misalnya, saat pemerintah Hindia
Belanda dan Jepang menguasai Indonesia. Kala itu kurikulum harus
disesuaikan dengan kepentingan politik dua negara tersebut. Pembelajaran
yang ada didalamnya sarat akan cita-cita semangat kemiliteran dan
kebangunan Asia Timur Raya. Baru ketika Indonesia merdeka pada 1945,
kurikulum disesuaikan dengan kepentingan politik Indonesia yang
berlandaskan nilai-nilai luhur bangsa. Pembelajaran yang ada lebih fokus
mendukung semangat juang para pahlawan yang turut serta mengangkat
martabat bangsa Indonesia dari cengkraman para penjajah. Maka dari situ,
pendidikan dan kurikulum di Indonesia harus searah dengan visi, misi dan
tujuan pendidikan nasional yang tertulis dalam UU.RI.No.20 Tahun 2003,
dari Taman Kanak-Kanak hingga perguruan tinggi, baik formal,, nonformal
maupun informal.
Mengingat pentingnya peran kurikulum dalam pengembangan peserta
didik, maka sudah seharusnya para pengembang, pengamat dan praktisi
memiliki wawasan yang luas. Karena menurut penulis, hal itu merupakan
tuntutan seiring berkembangnya ilmu teknologi dan pengetahuan. Sampai
kapanpun seiring bergulirnya waktu, kurikulum harus tetap dimonitoring serta
kemudian dievaluasi demi penyempurnaan. Disinilah letak pentingnya
perhatian para pengembang terhadap dinamika kurikulum agar tidak tergerus
oleh zaman.
Model pengembangan kurikulum memiliki karakteristik yang berbeda
disetiap negara. Di Indonesia sendiri, pergantian model kurikulum yang
digunakan di lingkungan pendidikan adalah bukan tanpa alasan. Hal itu
disebabkan dengan berkembangnya teknologi serta pergantian masa jabatan
dalam lingkup pemerintahan. Menurut penulis, dua hal tersebut memiliki
peranan besar terhadap pengembangan kurikulum di Indonesia.
Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai model
pengembangan kurikulum serta macam-macamnya sebagai buah dari
pemikiran para ahli.

Model Pengembangan Kurikulum | 2


B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka penulis dapat menarik beberapa
rumusan masalah yang terkait sebagaimana berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum?
2. Apa saja macam model pengembangan kurikulum?
3. Apa saja model pengembangan kurikulum PAI?
4. Bagaimana model pengembangan kurikulum di Indonesia?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah yang telah disebutkan diatas, penulis dapat
memaparkan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi model pengembangan kurikulum
2. Untuk mengetahui macam-macam model pengembangan kurikulum
3. Untuk mengetahui model pengembangan kurikulum PAI
4. Untuk mengetahui model pengembangan kurikulum di Indonesia

Model Pengembangan Kurikulum | 3


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Model Pengembangan Kurikulum


Dalam lingkup pendidikan, guru sebagai pengembang kurikulum tentu
memiliki fungsi dan kegiatan masing-masing. Hal itu termuat dalam dimensi
rencana, dimensi kegiatan maupun dimensi hasil. Maka sesuai dengan UU.
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pengertian
kurikulum dalam perspektif yuridis-formal adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Bab 1 Pasal 1 ayat 19)1.
Menurut Good (1972) dan Travers (1973), model adalah abstraksi
dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk
naratif, matematis, grafis serta lambang-lambang lainnya2. Melihat
pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa model merupakan bentuk
representasi realitas yang berkembang melalui berbagai keadaan. Dalam
pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan teoritis tentang
suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan
tentang salah satu bagian kurikulum.
Dalam penerapannya, model tersebut tidak hanya mempersoalkan
keseluruhan proses kurikulum. Akan tetapi, ada pula yang menitikberatkan
pada persoalan mekanisme penyusunan kurikulumnya. Sedangkan
pengembangan kurikulum memiliki definisi tersendiri. Menurut M. Ahmad,
pengembangan kurikulum adalah proses yang mengaitkan satu komponen
kurikulum lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang baik dari kegiatan
pengembangan kurikulum tersebut3. Sedangkan menurut Oemar Hamalik,

1
Lihat Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2012), 6.
2
Syafrudin Nurdin & Adriantoni, Kurikulum dan Pembelajaran (Depok : Rajawali
Pers, 2016), 145.
3
H. M. Ahmad dkk., Pengembangan Kurikulum (Bandung : CV. Pustaka Setia,
1998), 62.

Model Pengembangan Kurikulum | 4


pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar
menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik 4. Berangkat dari
definisi-definisi tersebut, maka para pengembang dituntut untuk
merekonstruksi kurikulum menjadi suatu kegiatan pembelajaran yang luas,
bagus dan tentunya lebih spesifik.

B. Model Pengembangan Kurikulum


Ada banyak model pengembangan kurikulum yang telah digagas dan
dikemukakan para tokoh. Diantaranya adalah Robert S. Zais (1976).
Zais mengemukakan delapan macam model pengembangan
kurikulum5. Sebagian model telah diterapkan dan ditempuh dalam kegiatan
pengembangan kurikulum sekolah, sedangkan sebagian lagi merupakan
ulasan yang dikemukakan oleh beberapa tokoh tertentu. Diantaranya model
pengembangan kurikulum yang dikembangkan Zais, Beauchamp dan Hilda
Taba. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut:

1. Model Administratif
Pada dasarnya, model administratif tersebut cenderung mudah dilaksanakan
pada negara yang menganut sistem sentralisasi. Model ini sering pula disebut
dengan model topdown (atas ke bawah) atau model garis staf (line-staff).
Suatu negara tentu memiliki atasan pejabat pendidikan yang berwenang.
Kemudian kegiatan pengembangan kurikulum dilaksanakan mulai dari atasan
tersebut dengan membentuk panitia pengarah. Biasanya terdiri dari pengawas
pendidikan, kepala sekolah dan staf pengajar inti. Tugas panitia pengarah
tersebut diantaranya adalah merencanakan, memberikan arahan tentang garis
besar kebijaksanaan serta menyiapkan rumusan falsafah dan tujuan umum
pendidikan.
Selanjutnya panitia membentuk kelompok kerja untuk menyusun rencana
pembelajaran, garis besar bahan ajar serta rumusan tujuan pembelajaran.

4
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2016), 183.
5
H.M. Ahmad dkk., Pengembangan Kurikulum….. 54.

Model Pengembangan Kurikulum | 5


Hasilnya akan direvisi dan dievaluasi (dikaji ulang) oleh panitia atau melalui
try out yang bertujuan mengetahui efektifitas dan kelayakan pelaksanaan
kurikulum. Jika layak dan lolos dari try out, panitia akan menelaah kembali
untuk kesekian kalinya baru kemudian kurikulum tersebut dapat
diimplementasikan.
Menurut Ahmad, model pengembangan kurikulum ini lebih menekankan
kegiatannya pada orang-orang yang terlibat sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing6.
Akan tetapi model administratif tersebut tetap memiliki kelemahan. Model ini
dinilai kurang relevan terhadap perubahan masyarakat. Hal tersebut dapat
dilihat dari karakteristik model kurikulum tersebut yang cenderung
sentralistik dan seragam (uniform). Maka, terkadang model tersebut
mengabaikan kebutuhan yang lebih spesifik di setiap daerah.

2. Model Grass Roots


Model ini merupakan kebalikan dari model administratif. Inisiatif
pengembangan kurikulum model tersebut bukan berasal dari atas (puncak),
melainkan dari bawah yakni bersumber dari guru-guru atau dosen-dosen7.
Pola pemikiran yang mendasari munculnya model pengembangan downtop
ini adalah asumsi bahwa penerapan suatu kurikulum akan tampak lebih
efektif jika para pelaksananya di sekolah turut berpartisipasi dan menjadi
bagian organisasi sejak awal kegiatan pengembangan kurikulum itu
dilaksanakan.
Pada penerapannya, kerjasama para pelaksana tersebut dapat direfleksikan
melalui rapat gabungan antar wali murid dengan pihak sekolah yang meliputi
kepala sekolah dan staf pengajar. Sedangkan para administrator cukup
memberikan dorongan dan bimbingan saja, sehingga para guru dapat
mengembangkan kurikulumnya secara demokratis. Setelah itu diadakan
lokakarya guna membahas hasil yang telah dicapai. Lokakarya tersebut

6
Ibid., 54.
Lihat Muhammad Tisna Nugraha, “Pengembangan Model Kurikulum PAI Menuju
7

Masyarakat Ekonomi ASEAN”, At-Turats-Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 10, No. I (2016), 18.

Model Pengembangan Kurikulum | 6


tentunya melibatkan staf pengajar, kepala sekolah serta wali murid dan
anggota masyarakat, sebagai konsekuensi kerjasama para pelaksana itu
sendiri.
Secara langsung maupun tidak langsung, model grass roots memposisikan
guru sebagai peran utama dalam keberhasilan suatu kurikulum. Mereka
dinilai paling banyak berkontribusi melalui pemecahan, pendefinisian suatu
masalah yang akan dihadapi. Mereka juga dianggap berkompeten jika terlibat
dalam pengembangan, evaluasi maupun revisi kurikulum.
Burhan Nurgiyantoro berpendapat bahwa pandangan yang mendasari
pengembangan kurikulum model ini adalah pengembangan kurikulum secara
demokratis, yaitu yang berasal dari bawah8. Sebagaimana disebutkan, bahwa
model ini berorientasi kepada peran dan fungsi pihak sekolah serta
masyarakat, bukan pada pejabat pendidikan yang berwenang seperti pada
model sebelumnya. Namun kelemahan model ini adalah cenderung
mengabaikan sisi profesionalitas dalam perkurikuluman.

3. Model Demonstrasi
Menurut Zainal Arifin, model ini dikembangkan untuk memperkenalkan
suatu inovasi kurikulum dalam skala kecil9. Dalam penerapannya, guru
dituntut untuk mengorganisasikan dirinya dalam memperbarui kurikulum.
Model Demonstrasi ini melibatkan peran organisasi para guru dalam intra
sekolah, baik secara formal maupun non-formal. Secara formal, sekelompok
guru berada dalam organisasi suatu sekolah secara terpisah. Mereka bertugas
dalam pengembangan proyek percobaan kurikulum, guna memproduksi
segmen baru dalam suatu kurikulum, dengan harapan dapat diadopsi
kurikulum sekolah.
Selanjutnya jika terdapat kemungkinan para guru merasa kurang puas dengan
hasil pengembangan yang dilakukan secara terpisah dalam organisasi intra
sekolah, maka mereka mencoba membuat eksperimen pada area tertentu

8
Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah
(Yogyakarta : BPFE (Bhakti Profesindo), 1998), 169.
9
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum …139.

Model Pengembangan Kurikulum | 7


dalam bentuk organisasi tak terstruktur, tanpa ada arahan dari atasan dan
bekerja sendiri-sendiri. Tujuan eksperimen ini adalah untuk menghasilkan
alternatif praktik kurikulum. Jika eksperimen sukses, maka ia berhak untuk
diadopsi dan didemonstrasikan di seluruh sekolah.
Pada model ini, jelas guru menjadi pengambil inisiatif dan narasumber utama.
Sehingga para administrator hanya membimbing minat bakat guru untuk
mengembangkan beberapa program baru. Namun, implikasinya terkadang
membentuk antagonisme. Guru-guru yang tidak terlibat di dalam proses
pengembangan cenderung bersikap apatis, curiga, tidak percaya dan
cemburu10. Maka dapat dikatakan bahwa model ini cenderung kurang relevan
dengan motivasi para guru itu sendiri.

4. Model Beauchamp
G. A. Beauchamp (1975) mengemukakan model yang ia formulasikan dengan
lima langkah kritis dalam menanggapi pengembangan kurikulum, yaitu:
a. Menentukan arena pengembangan kurikulum. Arena tersebut dapat terdiri
dari kelas, sekolah, sistem persekolahan regional maupun sistem
pendidikan nasional. Menurutnya, penentuan area tersebut sangat
mempengaruhi langkah berikutnya;
b. Mengikutsertakan para pengembang kurikulum yang terdiri dari beberapa
lapisan seperti spesialis kurikulum, tenaga profesional, guru-guru kelas
terpilih, pihak-pihak yang kontributif terhadap sistem sekolah, serta
kelompok masyarakat yang representatif. Nantinya semua elemen tersebut
disesuaikan dengan arena pengembangan kurikulumnya;
c. Menentukan prosedur perencanaan kurikulum yang meliputi penetapan
tujuan kurikulum, menentukan materi pelajaran, pengembangan desain dan
kegiatan pembelajaran. Maka diperlukan pembentukan dewan kurikulum
sebagai penilai pelaksanaan kurikulum, menentukan mata pelajaran baru,
menentukan kriteria keputusan tentang segala sesuatu yang akan
dimasukkan ke dalam kurikulum serta menyusun kurikulum baru;

10
Ibid., 140.

Model Pengembangan Kurikulum | 8


d. Melaksanakan dan menerapkan kurikulum di sekolah secara sistematis,
dan;
e. Mengevaluasi kurikulum yang berjalan. Namun model Beauchamp ini
dinilai kurang peka terhadap dinamika masyarakat serta kurang
memperhatikan kekhususan daerah tertentu.

5. Model Terbalik Hilda Taba


Jika biasanya konsep pengembangan kurikulum itu datangnya dari atas, lain
halnya dengan model pengembangan kurikulum yang diprakarsai Hilda Taba.
Dikatakan terbalik karena model ini merupakan cara yang lazim ditempuh
secara deduktif sehingga model ini sifatnya lebih induktif 11. Langkah awal
model tersebut dimulai dengan eksperimen. Kemudian hasilnya diteorikan
dan selanjutnya diimplementasikan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan
antara teori dan praktik 12. Selain itu, kegiatan eksperimen dan formulasi teori
tersebut juga berfungsi untuk menghilangkan sifat keumuman dan
keabstrakan kurikulum, sebagaimana yang kerap terjadi tanpa adanya
kegiatan eksperimental.
Pengembangan model kurikulum ini dilakukan atas lima tahap yang disusun
sebagai berikut:
- Tahap pertama adalah menyusun unit-unit kurikulum yang akan
diujicobakan yang dilakukan oleh staf pengajar. Penyusunan unit- unit
tersebut dilakukan dengan cara mendiagnosis kebutuhan, merumuskan
tujuan khusus, memilih dan mengorganisasi isi pelajaran, memilih
pengalaman belajar, melakukan penilaian dan mempertimbangkan
keseimbangan antara kedalaman dan keluasan bhan pelajaran. Setelah
unit-unit itu tersusun,
- Langkah kedua adalah mengujicobakannya untuk mengetahui kesahihan
dan kelayakan kegiatan belajar mengajarnya.

11
Ibid., 141.
12
Yu’timalahuyatazaka, “Model Pengembangan Kurikulum Hilda Taba dan
Identifikasinya Dalam Kurikulum Pendidikan Islam” TADBIR : Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, Vol. 04, No. 02 (Agustus, 2016), 140.

Model Pengembangan Kurikulum | 9


- Langkah ketiga adalah menganalisis dan merevisi hasil uji coba, serta
kemudian mengkonsolidasikannya.
- Langkah keempat adalah menyusun kerangka kerja teoretis. Pertimbangan
yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan ini adalah mendasarkan diri
pada pertanyaan-pertanyaan: apakah isi unit-unit yang disusun secara
berurutan itu telah berimbang kedalaman dan keluasannya,dan apakah
pengalaman belajar telah memungkinkan berkembangnya kemampuan
intelektual dan emosional?
- Langkah kelima adalah menyusun kurikulum yang dikembangkan itu
secara menyeluruh dan mengumumkannya (mendiseminasikan) 13.
Model terbalik Taba ini beusaha mewujudkan pelaksanaan kurikulum dengan
pendekatan realitas. Karena sebagaimana disebutkan, dalam prosesnya
terlebih dahulu dilakukan pengujian oleh staf pengajar yang profesional.
Maka dapat dikatakan bahwa model terbalik Taba ini memadukan teori dan
praktik. Namun kelemahannya, model ini eksklusif dan sulit diorganisasikan
karena menuntut kemampuan teoretis dan profesional yang tinggi dari staf
pengajar dan administrator pelaksana 14.

6. Model Hubungan Interpersonal Carl Rogers


Menurut Rogers, kurikulum yang dikembangkan diharapkan dapat
mengembangkan individu yang lebih fleksibel, terbuka dan adaptif terhadap
segala bentuk situasi perubahan. Hal itu dapat direalisasikan dengan melatih
diri berkomunikasi secara interpersonal. Oleh karena itu, dibutuhkan
pengalaman kelompok atau regu belajar yang bertujuan membentuk sikap
lebih terbuka kepada peserta didik. Kemudian setiap kelompok boleh saling
tukar pengalaman, dibawah pimpinan staf pengajar.
Pengalaman kelompok tersebut sebaiknya dilaksanakan di tempat yang
kondusif selama kurang lebih seminggu. Lebih baik lagi jika diadakan tatap
muka dengan masyarakat yang lebih luas dalam satu sekolah, sehingga

13
Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan …… 170.
14
Ibid., 171.

Model Pengembangan Kurikulum | 10


hubungan interpersonal semakin meningkat. Selanjutnya hubungan antarguru,
guru dengan siswa, antarsiswa akan semakin akrab. Tidak cukup sampai
disitu, hubungan interpersonal dapat ditambah lagi dengan mengikutsertakan
pegawai administrasi dan wali murid. Dengan demikian, berbagai problem di
sekolah dapat lebih mudah diatasi.
Dengan adanya model hubungan interpersonal Rogers ini, diharapkan
keputusan dan penyusunan kurikulum akan lebih realistis, karena proses
pengembangan berjalan tanpa tekanan dan beban. Namun untuk
mengaplikasikan model kepribadian Rogers tersebut, diperlukan biaya dan
fasilitas yang tidak sedikit, mengingat banyaknya unsure yang terlibat
didalamnya.

7. Model Systematic Action-Research


Menurut Zainal Arifin, ada tiga faktor utama yang dijadikan bahan
pertimbangan dalam model ini, yaitu hubungan antarmanusia, organisasi
sekolah dan masyarakat, serta otoritas ilmu 15. Langkah-langkah yang
diterapkan antara lain:
a. Merasakan adanya suatu problem dalam proses belajar mengajar disekolah
yang perlu diteliti secara analitis,
b. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi munculnya problem tersebut,
c. Merencanakan problem solving kemudian melaksanakan keputusan yang
telah diambil,
d. Mencari fakta secara meluas berikut menilai kekuatan dan kelemahannya.

8. Emerging Technical Model


Berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan serta efisiensi juga
mempengaruhi perkembangan model kurikulum. Berangkat dari landasan
tersebut, model ini memiliki tiga variasi model, yaitu model analisis tingkah
laku (The Behavioral Analysis Model), model analisis sistem (The System

15
Lihat Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum ………. 142.

Model Pengembangan Kurikulum | 11


Analysis Model) dan model berdasarkan computer (The computer-based
model).
Model analisis tingkah laku memulai kegiatannya dengan jalan melatih
kemampuan anak mulai dari yang sederhana sampai pada yang kompleks
secara bertahap. Model analisis sistem memulai kegiatannya dengan jalan
menjabarkan tujuan-tujuan khusus (output), kemudian menyusun alat-alat
ukur untuk menilai keberhasilannya, selanjutnya mengidentifikasi sejumlah
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses penyelenggaraannya. Model
berdasarkan computer memulai kegiatannya dengan jalan mengidentifikasi
sejumlah unit-unit kurikulum lengkap dengan tujuan-tujuan pembelajaran
khususnya. Setelah itu, guru dan peserta didik diwawancarai tentang
pencapaian tujuan-tujuan tersebut dan data itu disimpan dalam komputer.
Data komputer tersebut dimanfaatkan dalam menyusun materi pelajaran
untuk peserta didik 16. Namun penerapan model teknologis ini tidak dapat
disamaratakan di semua daerah. Karena proses tahapan-tahapan dalam
mengetahui ilmu pengetahuan dan teknologi tentu saling berbeda disetiap
daerah. Bahkan tidak menutup kemungkinan terdapat beberapa daerah
tertinggal yang belum bisa menerima adanya konsep teknologis tersebut.

C. Kurikulum 2013 Sebagai Model Pengembangan Kurikulum di Indonesia


1. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 yaitu kurikulum yang dapat mengintegrasikan skill,
themes, concepts, and topics baik dalam bentuk within singel disciplines,
across several disciplines and within and across learners.17
Dengan kata lain bahwa kurikulum terpadu sebagai sebuah konsep
dapat dikatakan sebagai sebuah sistem dan pendekatan pembelajaran yang
melibatkan beberapa disiplin ilmu atau mata pelajaran/bidang studi untuk
memberikan pengalaman yang bermakna dan luas kepada peserta didik.
Dikatakan bermakna karena dalam konsep kurikulum terpadu, peserta didik

16
Ibid., 143.
17
Loeloek Endah Poerwati & Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013,
(Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2013), 28.

Model Pengembangan Kurikulum | 12


akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu secara utuh dan
realistis. Dikatakan luas karena yang mereka perolah tidak hanya dalamsatu
ruang lingkup saja melainkan semua lintas disiplin yang dipandang berkaitan
antar satu sama lain. 18
Inti dari Kurikulum 2013 ada pada upaya penyederhanaan dan
sifatnya yang tematik-instegratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak
generasi yang siap dalam menghadapi tantangan masa depan. Karena itu
kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.
Titik berat Kurikulum 2013 adalah bertujuan agar peserta didik atau
siswa memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melakukan:
a. Observasi
b. Bertanya (wawancara)
c. Bernalar, dan
d. Mengkomunikasikan (mempresentasikan) apa yang mereka peroleh atau
mereka ketahui setelah menerima materi pelajaran.
Adapun obyek pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah:
fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu diharapkan
siswa kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh
lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga
nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan
tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis karakter dan kompetensi.
Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh
karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi
yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil
kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum
diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen
kurikulum oleh seluruh peserta didik.

18
Ibid., 29.

Model Pengembangan Kurikulum | 13


2. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan Kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis, yuridis,
dan konseptual sebagai berikut:
a. Landasan Filosofis
1) Filosofi Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam
pembangunan pendidikan.
2) Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai
akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.
b. Landasan Yuridis
1) RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan
Metodologi Pembelajaran dan Penataan Kurikulum.
2) PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
3) INPRES Nomor 1 Tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan
metode pembelajaran aktif berdasrkan nilai-nilai budaya bangsa untuk
membentuk daya saing dan karakter bangsa.
c. Landasan Konseptual
1) Relevansi Pendidikan (link and match)
2) Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter
3) Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)
4) Pembelajaran aktif (student active learning)
5) Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh. 19

3. Tujuan Pengembangan Kurikulum 2013


Seperti yang dikemukakan di berbagai media massa, bahwa melalui
pengembangan Kurikulum 2013 kita akan menghasilkan insan Indonesia
yang: produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam hal ini,
pengembangan kurikulum difokuskan pada pembetukan kompetensi dan

19
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2013), 65.

Model Pengembangan Kurikulum | 14


karakter peserta didik, berupa paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang dapat didemostrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman
terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual. Kurikulum 2013
memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses
pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman
terhadap apa yang dipelajari. Oleh karena itu, peserta didik perlu mengetahui
kriteria penguasaan kompetensi dan karakter yang akan dijadikan sebagai
standar penilaian hasil belajar, sehingga para peserta didik dapat
mempersiapkan dirinya melalui penguasaan terhadap sejumlah kompetensi
dan karakter tertentu, sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke tingkat
penguasaan kompetensi dan karakter berikutnya.
Mengacu pada penjelasan UU No. 20 Tahun 2003, bagian umum
dikatakan, bahwa: “Strategi pembangunan pendidikan nasional dalam
undang-undang ini meliputi: ....., 2. pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi, ....” dan pada penjelasan Pasal 35, bahwa
“Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar
nasional yang telah disepakati.” Maka diadakan perubahan kurikulum
dengan tujuan untuk “Melanjutkan Pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.” 20

4. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013


Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai
perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, dalam
pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi perlu
memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional

20
Ibid.

Model Pengembangan Kurikulum | 15


b. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah dan peserta didik
c. Mata pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan ketercapaian
kompetensi
d. Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional
dan kebutuhan masyarakat, negara, serta perkembangan global
e. Standar Isi dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan
f. Standar Proses dijabarkan dari Standar Isi
g. Standar Penilaian dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar
Isi dan Standar Proses
h. Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan ke dalam Kompetensi Inti
i. Kompetensi Inti dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar yang
dikontekstualisasikan dalam suatu mata pelajaran
j. Kurikulum satuan pendidikan dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional,
daerah dan satuan pendidikan:
1) tingkat nasional dikembangkan oleh Pemerintah
2) tingkat daerah dikembangkan oleh pemerintah daerah
3) tingkat satuan pendidikan dikembangkan oleh satuan pendidikan
k. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
l. Penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk m.Proses belajar
dengan pendekatan ilmiah (scientific approach).21

21
Ibid., 82.

Model Pengembangan Kurikulum | 16


BAB III
KESIMPULAN

Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur


dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan
mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model
pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem
perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar
keberhasilan pendidikan.
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan dengan berlandaskan pada teori
yang tepat agar kurikulum yang berhasil bisa efektif. Seperti dalam pernyataan di
atas, bahwasanya model pengembangan kurikulum merupakan alternatif dalam
mendesain, menerapkan dan mengevaluasi serta tindak lanjut dalam
pembelajaran. Banyak model pengembangan kurikulum yang telah ada, dan
masing-masing dari model pengembangan kurikulum memiliki karakteristik yang
sama, yang mengacu berbasis pada tujuan yang akan dicapai dalam kurikulum
tersebut, seperti alternatif yang menekankan pada kebutuhan mata pelajaran,
peserta didik, penguasaan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat atau
permasalahan sosial. Ada beberapa model pengembangan kurikulum seperti
model Tyler, Administratif, Grassroot, Demonstrasi, Seller dan Miller, Taba dan
model Beauchamp.

Model Pengembangan Kurikulum | 17


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.
Hamalik, Oemar. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2016.
H. M. Ahmad dkk.. Pengembangan Kurikulum. Bandung: CV.
Pustaka Setia, 1998.
Mulyasa. E.. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013.
Nugraha, Muhammad Tisna, “Pengembangan Model Kurikulum PAI
Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN”, At-Turats-Jurnal Pemikiran Islam,
Vol. 10, No. I (2016).
Nurdin, Syafrudin & Adriantoni. Kurikulum dan Pembelajaran.
Depok: Rajawali Pers, 2016.
Nurgiyantoro, Burhan. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum
Sekolah. Yogyakarta: BPFE (Bhakti Profesindo), 1998.
Poerwati, Loeloek Endah & Sofan Amri. Panduan Memahami
Kurikulum 2013. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2013.
Yu’timalahuyatazaka, “Model Pengembangan Kurikulum Hilda Taba
dan Identifikasinya Dalam Kurikulum Pendidikan Islam” TADBIR: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 04, No. 02 (Agustus, 2016).

Model Pengembangan Kurikulum | 18

Anda mungkin juga menyukai