Anda di halaman 1dari 18

PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

(Konsep, Prinsip-Prinsip, Kerangka Dasar Dan Model-Model Pengembangan Kurikulum PAI)

Dosen Pengampu :

Muhammad muzakky, M.Pd.

Disusun oleh :

Sukawati Putri Awaliah ( 148623021066 )

Wasitah (148623021048)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SORONG

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala
rahmat dan limpahannya sehingga makalah yang berjudul ‘’Pengembangan Kurikulum PAI
(konsep, prinsip-prinsip, kerangka dasar dan model-model pengembangan kurikulum PAI) ‘’
dapat tersusun.

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah “Pengembangan Kurikulum
PAI” yang diampu oleh Ustadz Muhammad Muzakki, M.Pd. Penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam membantu penulis untuk
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini, untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis juga berharap makalah ini dapat memberikan banyak pengetahuan bagi pembaca.

Sorong, 20 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pengembangan kurikulum sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk


meningkatkan kualitas pendidikan. Ia sebagai instrumen yang membantu praktisi
pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan kebutuhan masyarakat. Caswell
menyatakan bahwa pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru
melakukan tugasnya mengajar dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengembangan
kurikulum tidak pernah berhenti, ia merupakan proses yang berkelanjutan dan proses siklus
yang terus menerus sejalan dengan perkembangan dan tuntutan perubahan masyarakat.1
Setiap pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, karena merupakan
suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks pendidikan, dalam
kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan membantu siswa dalam
mengembangkan potensinya berupa fisik, intelektual, emosional, dan sosial keagamaan dan
lain sebagainya. Kurikulum dapat dipandang sebagai buku atau dokumen yang digunakan
guru sebagai pegangan dalam proses belajar mengajar (Islam, 2017).2
Dengan memahami perkembangan kurikulum, para pendidik dapat memilih dan
menentukan tujuan pembelajaran, methode, tekhnik, media pengajaran, dan alat evaluasi
pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu, dalam melakukan kajian terhadap
keberhasilan sistem pendidikan ditentukan oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang
baik, intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh karena
itu, sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam
memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya.
Adapun kurikulum pendidikan agama islam tidak jauh berbeda dengan definisi atau
poin dalam kajian kurikulum secara umum. Perbedaannya hanya terletak pada sumber ajar
yaitu pelajaran pendidikan agama islam. Kurikulum pendidikan agama islam merupakan
upaya untuk merumuskan kegiatan, materi, metode, dan evaluasi yang bersumber pada
ajaran pendidikan agama islam (Didiyanto, 2017). Untuk itu sangat penting bagi pendidik
untuk mengetahui konsep, prinsip-prinsip, kerangka dasar dan model-model
pengembangan kurikulum pendidikan Agama Islam agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran seperti yang diharapkan

1
Universitas Islam and Negeri Alauddin, “Kerangka Dasar Dalam Pengembangan Kurikulum 2013,” 2013, 286–92.
2
Abdul Wafi, “Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan Agama Islam” 1, no. 2 (2017): 133–39.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat menghasilkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan konsep pengembangan kurikulum Pendidikan Agama
Islam?
2. Apa saja prinsip-prinsip pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam?
3. Apa saja kerangka dasar pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam?
4. Apa saja model-model pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum Pendidikan Agama
Islam
3. Untuk mengetahui kerangka dasar pengembangan kurikulum Pendidikan Agama
Islam
4. Untuk mengetahui model-model pengembangan kurikulum Pendidikan Agama
Islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Secara historis, pengembangan kurikulum PAI telah terjadi perubahan


paradigma, hal ini bisa dilihat pada kasus yang sampai sekarang masih ada dilapangan
seperti: pertama, perubahan penekanan penghafalan dan perenungan ajaran agama
islam, disiplinan mental dan spiritual yang dipengaruhi dari ajaran timur tengah untuk
memahami makna ajaran islam. Kedua, adanya perubahan cara berfikir yang tekstual,
normatif ddan absolut kearah pemikiran historis, empiris dan kontekstual dalam
memahami ajaran agama islam. Ketiga, perubahan dari tekanan produk pemikiran islam
daripada pendahulunya kearah metodologi. Keempat, perubahan pengembangan
kurikulum PAI menuju penglibatan para ahli secara luas, pendidik, tujuan PAI dan cara
untuk mencapainya.
Adanya pengembangan kurikulum PAI untuk mengahasilkan kurikulum PAI
yang lebih kontekstual, efektif, dan mampu diterima dengan baik oleh anak didik
maupun masyarakat. Hal ini juga dilakukan sebagai penyempurnaan kurikulum
sebelumnya. Proses pengembangan kurikulum berhubungan dengan seleksi dan
pengorganisasi dari kumpulan komponen situasi pembelajaran yang diantaranya
penjadwalan, tujuan, bahan ajar, kegiatan yang terorganisir, dan alat pengukur dalam
mengembangkan kurikulum. Perlu diketahui bahwa kurikulum merupakan bagian dari
dimensi ide, dokumen, dan dimensi proses. Ketiga dimensi tersebut, harus saling
berkaitan sebab pelaksanaan kurikulum pasti berkaitan juga pada kebijakannya.
Kebijakan kurikulum merupakan operasionalisasi ide dan dokumen. Adapun proses dan
langkah yang harus dilakukan dalam mengembangkan kurikulum sebagai berik
Konsep kegiatan dalam mengembangan kurikulum diawali dari perencanaan
hingga pada kegiatan evaluasi. Penyusunan perencanaan perlu diawali pada
pembentukan program berupa: pertama, visi lembaga pendidikan. Kedua, kebutuhan
anak didik, masyarakat, dan alumni serta kebutuhan studi lanjutan. Ketiga, hasil dari
evaluasi kurikulum terdahulu, tuntutan tekonologi dan ilmu pengetahuan. Keempat,
konsep dari para ahli bidang kurikulum atau bersangkutan dengan pendidikan. Kelima,
era global yang memaksa manusia memiliki etos belajar, mahir sosial, politik, budaya
dan teknologi.
Kelima cara diatas setelah dibentuk seperti format silabus, selanjutnya
dikembangkan dan dalam pengembangan kurikulum dalam bentuk perencanaan
pembelajaran seperti format RPP dan SAP. Dalam rancangan tersebut harus memenuhi
langkah pembelajaran untuk anak didik lalu dievaluasi untuk mendapatkan tingkat
efektivitas dari pengembangan kurikulum (Muhaimin, 2007). Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan umpan balik sebagai wacana penyempurnaan kurikulum. Pengembangan
kurikulum harus melakukan evaluasi secara konsisten atau berkelanjutan, evaluasi perlu
dilihat dari rancangan (planning), implementasi (implementating) hingga pada
penerapan evalusi secara komprehensif. Jika keseluruhan telah dilakukan, maka
selanjutnya para stakeholder melakukan perbaikan, revisi, pembaharuan dan
sejenisnya.
Perlu diketahui bahwa proses pengembangan kurikulum dapat dilihat dari
beberapa tingkatan diantaranya: pertama, tingkat makro. Hal ini membahasa dalam
ruang lingkup nasional yang berbasis tri pusat yaitu pendidikan formal, informal, dan
non formal. Pengembangan kurikulum dilakukan sesuai dengan tingkat pendidikan
mulai dari TK sampai SMA/MA maupun perguruan tinggi. Kedua, tingkat Institusi.
Hal ini terdiri dari tiga kegiatan yaitu perumusan tujuan lembaga sesuai dengan standar
kompetensi lulusan tiap sekolah, perumusan isi dan struktur program, strategi
pelaksanaan kurikulum secara menyeluruh adapun SKL ialah rumusan pengetahuan,
sikap, ketrampilan yang diinginkan anak didik. hal ini harus merujuk pada tiap lembaga
pendidikan masing-masing. Ketiga, tingkat mata pelajaran. Hal ini dilakukan dengan
menyusun silabus bidang studi mata pelajaran untuk setiap semester. Khusus pada mata
pelajaran PAI harus menyangkup dalam mengasah ilmu pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan. Kegiatan belajar mengajar berupa sistem penilaian, indikator, penetapan
waktu, dan sumber yang diajarkan serta media pembelajaran. Keempat, tingkat
pembelajaran dikelas. Hal ini perlu dilihat dari pendidik dalam menyusun program
pembelajaran berupa modul, paket belajar, dan RPP.
Selain daripada diatas, perlu diketahui bahwa kontribusi pendidik dalam
menyukseskan pendidikan sangat penting sebab pendidik lebih mengerti permasalahan
yang terjadi baik pada proses pembelajaran maupun pada kebutuhan anak didik.
Pendidik sangat bertanggung jawab dalam pengembangan kurikulum baik pada proses
perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Hal ini peran pendidik sangat menentukan
keberhasilan pendidikan. perlu diingat bahwa keberhasilan pendidikan terletak pada
saran dan keresahan pendidik. Pendidik merupakan pelaksana kurikulum, oleh sebab
itu pendidik harus berupaya agar penyampaian bahan ajar khususnya pendidik bidang
studi PAI agar dapat berhasil dalam menyampaikan ajaran yang semaksimal mungkin.
Kurikulum merupakan bagian dari upaya pembaharuan pendidikan. proses
pengembangan kurikulum tentu melibatkan banyak pihak. Selaku komponen
pendidikan, pendidik terlibat langsung dalam pembaharuan yang sedang terjadi. Maka
pendidik khususnya dalam pelajaran PAI harus aktif dalam mengembangkan kurikulum
untuk memberikan berbagai input yang berupa masukan atau saran dan pengalamannya
masing-masing. Pendidik saat ini harus mengerti perubahan yang telah terjadi, maka
pendidik PAI perlu mengkontekstualkan pelajaran PAI yang sesuai dengan fakta yang
terjadi, sebab mayoritas isi pelajaran PAI sangat membosankan dengan apa yang
dirasakan anak didik. maka pendidik PAI perlu kreatif dan inovatif dalam
menyampaikan pelajaran. Pendidik perlu memberikan contoh langsung yang berkaitan
dengan ajaran agama islam agar kemudian anak didik mampu memahami secara
langsung dengan apa yang mereka rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran PAI
tidak lagi bersifat penghafalan, penyampaian yang bersifat absurd.3

3
Al manaf khusnul khotimatul maulidiyah, “Konsep Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di MTS
VIP Queen Alkhadijah Cilacap,” Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Kurikulum Nasional 2, no. 2 (2020): 1–13.
B. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam dibagi
menjadi dua yaitu prinsip perspektif umum dan perspektif Islam. Menurut Hernawan di
Sudrajat menyarankan lima prinsip umum4 yaitu :
1. Prinsip relevansi
Secara internal, kurikulum memiliki relevansi antara komponen
kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi, dan evaluasi). Sedangkan
secara eksternal komponen itu memiliki relevansi dengan tuntutan sains dan
teknologi (relevansi epistemologis), tuntutan dan potensi siswa (relevansi
psikologis), serta tuntutan dan kebutuhan pengembangan masyarakat
(relevansi sosiologis), Maka dalam membuat kurikulum harus
memperhatikan kebutuhan lingkungan masyarakat dan siswa di sekitarnya,
sehingga nantinya akan bermanfaat bagi siswa untuk berkompetisi di dunia
kerja yang akan datang. Dalam realitanya prinsip diatas memang harus betul
betul diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Dan
yang tidak kalah penting harus sesuai dengan perkembangan teknologi
sehingga mereka selaras dalam upaya membangun negara (Asmariani 2014,
p. 60).
2. Prinsip kontinuitas
Yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal,
maupun secara horizontal. Pengalaman belajar yang disediakan kurikulum
harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas,
antarjenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dan jenis
pekerjaan.
Makna kontinuitas disini adalah berhubungan, yaitu adanya nilai
keterkaitan antara kurikulum dari berbagai tingkat pendidikan. Sehingga
tidak terjadi pengulangan atau disharmonisasi bahan pembelajaran yang
berakibat jenuh atau membosankan baik yang mengajarkan (guru) maupun
yang belajar (peserta didik). Selain berhubungan dengan tingkat pendidikan,
kurikulum juga diharuskan berhubungan dengan berbagai studi, agar antara
satu studi dapat melengkapi studi lainnya.
3. Prinsip efisensi

4
Shofiyah, “Prinsip – Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran,”
Jurnal Pendidikan Agama Islam EDURELIGIA 2, no. 2 (2018): 122–30.
Peran kurikulum dalam ranah pendidikan adalah sangat penting dan
bahkan vital dalam proses pembelajaran, ia mencakup segala hal dalam
perencanaan pembelajaran agar lebih optimal dan efektif. Dewasa ini, dunia
revolusi industri menawarkan berbagai macam perkembangan kurikulum
yang dilahirkan oleh para ahli dari dunia barat. Salah satu pengembangan
kurikulum yang dipakai oleh pemerintah Indonesia untuk mecapai sebuah
cita-cita bangsa yaitu mengoptimalkan kecerdasan anak-anak generasi
penerus bangsa untuk memilki akhlaq mulia dan berbudi pekerti yang luhur.
Efisiensi adalah salah satu prinsip yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan kurikulum, sehingga apa yang telah direncanakan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika sebuah program pembelajaran dapat
diadakan satu bulan pada satu waktu dan memenuhi semua tujuan yang
ditetapkan, itu bukan halangan. Sehingga siswa dapat mengimplementasikan
program pembelajaran lain karena upaya itu diperlukan agar dalam
pengembangan kurikulum dapat memanfaatkan sumber daya pendidikan
yang ada secara optimal, cermat, dan tepat sehingga hasilnya memadai
4. Prinsip efektivitas
Mengembangkan kurikulum pendidikan perlu mempertimbangkan
prinsip efektivitas, yang dimaksud dengan efektivitas di sini adalah sejauh
mana rencana program pembelajaran dicapai atau diimplementasikan.
Dalam prinsip ini ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: efektivitas
mengajar guru dan efektivitas belajar siswa. Dalam aspek mengajar guru,
jika masih kurang efektif dalam mengajar bahan ajar atau program, maka itu
menjadi bahan dalam mengembangkan kurikulum di masa depan, yaitu
dengan mengadakan pelatihan, workshop dan lain-lain. Sedangkan pada
aspek efektivitas belajar siswa, perlu dikembangkan kurikulum yang terkait
dengan metodologi pembelajaran sehingga apa yang sudah direncanakan
dapat tercapai dengan metode yang relevan dengan materi atau materi
pembelajaran.
5. Prinsip praktis5
Sukmadinata menambahkan satu prinsip lagi yaitu prinsip praktis,
maksudnya adalah mudah dilaksanakan, baik dari alat maupun biaya

5
Nurul Zainab, “Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Perspektif Islam” 16, no. 2
(2017): 123–24.
pelaksanaan. Oleh karena itu dalam mengembangkan kurikulum hendaklah
memperhatikan kemudahan melaksanakan semua komponen kurikulum
sehingga memberikan kemudahan kepada para pelaksana menerapkannya di
dalam proses pembelajaran.
Prinsip pengembangan kurikulum pendidikan agama islam perspektif islam 6
yaitu :
1. Keimanan dan ketaqwaan, keagungan akhlak, budi pekerti luhur;
2. Identitas nasional yang kokoh;
3. Adanya ke-seimbangan antara etika, logika dan kinestika;
4. Keterampilan hidup;
5. Berpusat pada peserta didik, evaluasi yang kontinuitas dan komprehensif;
6. Kesamaan mendapatkan kesempatan;
7. Long life education;
8. Pendekatan holistik dan kemitraan
Prinsip-prinsip tersebut bukan hanya sekedar dicatat dalam sebuah perencanaan,
juga dapat dijadikan bahan refleksi sehingga kurikulum yang dikembangkan menjadi
relevan tatkala dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Berbeda dengan prinsip di
atas, pandangan al-Abrasyi tentang prinsip pengembangan kurikulum Pendidikan
Agama Islam adalah sebagai berikut. Pertama adanya pengaruh mata pelajaran
terhadap tata kehidupan yang mulia dan sempurna. Kedua keharusan menuntut ilmu
karena ilmu itu sendiri, yaitu keingintahuan sebagai sifat manusia. Ketiga mempelajari
ilmu pengetahuan sebagai sebuah kenikmatan bagi manusia. Keempat adanya prinsip
yang bertujuan untuk kepentingan kehidupan/ mencari pekerjaan. Kelima mempelajari
matapelajaran sebagai kunci pembuka matapelajaran lainnya.
Satu diantara beberapa ayat al-Qur’an yang menunjukkan prinsip ke-tiga di atas
adalah surat al-Mujaadilah ayat 11, sehingga kenikmatan yang dirasakan manusia
bukan hanya mendapat derajat tinggi di sisi manusia na-mun juga di sisi Allah.

ُ‫ش ُزوا َي ْرفَ ِع اللَّه‬


ُ ْ‫ش ُزوا فَان‬
ُ ْ‫يل ان‬ ِ ‫ِإ‬ َّ
َ ‫ْس ُحوا َي ْف َس ِح اللهُ لَ ُك ْم َو ذَا ق‬ ِ ِ‫س ُحوا فِي ال َْم َجال‬
َ ‫س فَاف‬ َّ ‫يل لَ ُك ْم َت َف‬ِ ‫ِإ‬
َ ‫آمنُوا ذَا ق‬
َ ‫ين‬
ِ َّ
َ ‫يَا َُّأي َها الذ‬
ٍ ‫الَّ ِذين آمنُوا ِم ْن ُكم والَّ ِذين ُأوتُوا ال ِْعلْم َدرج‬
‫ات َواللَّهُ بِ َما َت ْع َملُو َن َخبِ ٌير‬ ََ َ َ َْ َ َ

6
Apriliyanti Muzayanati and Yani Pratiwi, “Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Perspektif Islam” 4, no. 1 (2022): 467–73.
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
C. Kerangka Dasar Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Didalam al-Quran dan hadis ditemukan kerangka dasar yang dapat dijadikan sebagai
pedoman operasional dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum pendidikan
Islam.Kerangka dasar tersebut adalah tauhid dan perintah membaca.7
1. Tauhid
Tauhid sebagai dasar utama kurikulum harus dimantapkan semenjak masih
bayi. Dimulai dengan memperdengarkan kalimat-kalimat tauhid seperti azan atau
iqamah terhadap anak yang baru lahir. Tauhid sebagai falsafah dan pandangan
hidup umat Islam meliputi konsep ke Maha Esaan Allah, serta ke unikan Allah atas
semua makhluknya,dan Esa dalam perbuatan.
Tauhid merupakan prinsip utama dalam seluruh dimensi kehidupan
manusia baik hubungan vertikal dengan Allah maupun hubungan horizontal
dengan manusia dengan alam. Tauhid seperti inilah yang dapat menyusun
pergaulan yang harmonis sesamanya.
2. Perintah Membaca
Perintah membaca ayat-ayat Allah meliputi 3 macam
yaitu:
a. Ayat Allah yang berdasarkan wahyu
b. Ayat Allah yang ada pada diri manusia
c. Ayat Allah yang terdapat di alam semesta di luar diri manusia.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala surah Al-‘alaq ayat 1-5

َ ُّ‫) اق َْرْأ َو َرب‬2( ‫) َخلَ َق اِإْل نْ َسا َن ِم ْن َعلَ ٍق‬1( ‫ك الَّ ِذي َخلَ َق‬
‫) َعلَّ َم‬4( ‫) الَّ ِذي َعلَّ َم بِالْ َقلَ ِم‬3( ‫ك اَأْل ْك َر ُم‬ ْ ِ‫اق َْرْأ ب‬
َ ِّ‫اس ِم َرب‬

ْ ‫اِإْل نْ َسا َن َما ل‬


)5( ‫َم َي ْعلَ ْم‬

7
MA Nurmadiah, “Kurikulum Pendidikan Agama Islam,” n.d.
Artinya :
‘’Bacalah! Dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan
manusiadari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmulah yang paling
pemurah,yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam, dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya’’
Firman Allah subhnahu wa ta’ala itu merupakan bahan pokok
pendidikan yang mencakup seluruh ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh
manusia. Membaca selain melibatkan proses mental yang tinggi, pengenalan
(cognition), ingatan (memory), pengamatan (perception), pengucapan
(verbalization), pemikiran (reasoning), daya cipta (creativity) juga sekaligus
merupakan bahan pendidikan itu sendiri.

D. Model-Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam


Wiji Hidayati mengatakan bahwa banyak model pengembangan kurikulum yang telah
dikemukakan oleh para ahli yang berkecimpung dalam bidang pendidikan yaitu8 :
1) Model Tyler
Model ini merupakan langkah-langkah pengembangan kurikulum,yaitu:
a. Menentukan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan pendidikan
yang akan dilakukan.
b. Menentukan pilihan bentuk proses pembelajaran menuju pencapaian
tujuan yang akan dicapai.
c. Menentukan pengaturan atau organisasi materi kurikulum.
d. Menentukan cara untuk menilai hasil belajar.

2) Model Hilda Taba


Model ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Menentukan tujuan pendidikan dengan langkah-langkah:
1. Merumuskan tujuan umum
2. Mengklasifikasi tujuan-tujuan
3. Merinci tujuan-tujuan beberapa pengetahuan (fakta,ide,konsep),
berpikir,nilai-nilai dan sikap,emosi dan perasaan, dan ketrampilan.
4. Merumuskan tujuan yang spesifik.

8
http://abihilfira1975.blogspot.com/p/blog-page_95.html
b. Mengidentifikasi dan menseleksi pengalaman belajar, dengan langkah-
langkah:
1. mengidentifikasi minat dan kebutuhan siswa.
2. Mengidentifikasi dan menyesuaikan dengan kebutuhan social.
3. Menentukan keluasan dan kedalaman pembelajaran.
4. Mengoganisasikan keseimbangan antara ruang lingkup dan
kedalaman.
c. Mengorganisasikan bahan kurikulum dan kegiatan belajar.
1. Menentukan organisasi kurikulum.
2. Menentukan urutan atau sequence materi kurikulum.
3. Melakukan pengintegrasian kurikulum
4. Menentukan focus pelajaran
d. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kurikulum.
1. Menentukan kriteria penilaian.
2. Menyusun program evaluasi yang komprehensif.
3. Teknik mengumpulkan data.
4. Interprestasi dan evaluasi
5. Menerjemahkan evaluasi ke dalam kurikulum.
3) Model Halord B. Alberty
Langkah-langkahnya yaitu:
a. Menentukan falsafah dan tujuan.
b. Menentukan ruang lingkup materi pembelajaran.
c. Menentukan kegiatan pembelajaran.
d. Menentukan sumber belajar dan alat belajar.
e. Menentukan evaluasi.
f. Menyusun panduan atau petunjuk tentang cara menggunakan unit sumber.

4) Model David Warwick


Langkah-langkahnya yaitu:
a. Menyusun suatu kurikulum ideal secara umum tentang apa yang ingin
dicapai oleh lembaga/sekolah.
b. Mempertimbangkan segala sumber yang tersedia yang dapat mendukung
berhasilnya program itu pada tingkat nasional, local, maupum lembaga
pendidikan/sekolah seperti fasilitas sekolah, staf pengajar, kemampuan dan
latar belakang peserta didik, alat-alat pengajaran., dan sumber belajar yang
tersedia.
c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran, dengan memperhatikan adanya
macam-macam hambatan atau kendala seperti system ujian, keterbatasan
biaya dan fasilitas, kemampuan guru, dan sebagainya agar dapat
menghindari dan menghadapinyaumum kurikulum yang lebih rill, dengan
mengadakan modifikasi kurikulum yang ideal.
d. Membuat desain kurikulum dengan mememperhatikan berbagai aspeknya.
e. Mengadakan rincian yang lebih lanjut tentang bahan pelajaran yang sudah
dipilih dalam berbagai bidang pengetahuan dalam forum pleno sehingga
dapat diketahui adanya overlap (tumpang tindih) dan kekosomgan
diantaranya.
f. Menentukan strategi proses pembelajaran yang efektif untuk mencapai
tujuan pengajaran.
g. Menentukan alokasi waktu bagi masing-masing pokok bahasan atau sub
pokok bahasan yang terdapat dalam kurikulum.

5) Model Beauchamp
a. Menetapkan area atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurrikulum
tersebut.
b. Menetapkan personal.
c. Organisasi dari prosedur pengembangan kurikulum.
d. Implementasi kurikulum.
e. Evaluasi kurikulum.

6) Model Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Kompetensi


a. Mengidentifikasi kompetensi
b. Merumuskan tujuan pendidikan.
c. Menyusun pengalaman belajar.

7) The administrative model


Model ini diberi nama administratif atau line staff, karena inisiatif dan gagasan
pengembang datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan
prosedur administrasi. Model pengembangankurikulum ini digunakan dalam
sistem pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi. Dengan
wewenang administrasinya, administrator pendidikan membentuk suatu komisi
atau tim pengarah pengembang kurikulum.

8) The grass roots model


Model pengembangan ini adalah lawan dari model The administrative model,
inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum datang dari bawah, yaitu guru-
guru atau sekolah, model pengembangan grass roots akan berkembang dalam
sistem pendidikan yang bersifat disentralisasi, dalam model pengembangan
yang bersifat grass roots, seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru
di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Konsep kegiatan dalam mengembangan kurikulum diawali dari perencanaan
hingga pada kegiatan evaluasi. Penyusunan perencanaan perlu diawali pada
pembentukan program berupa: pertama, visi lembaga pendidikan. Kedua, kebutuhan
anak didik, masyarakat, dan alumni serta kebutuhan studi lanjutan. Ketiga, hasil dari
evaluasi kurikulum terdahulu, tuntutan tekonologi dan ilmu pengetahuan. Keempat,
konsep dari para ahli bidang kurikulum atau bersangkutan dengan pendidikan. Kelima,
era global yang memaksa manusia memiliki etos belajar, mahir sosial, politik, budaya
dan teknologi.
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam dibagi
menjadi dua yaitu prinsip perspektif umum dan perspektif Islam. Prinsip perspektif
umum yaitu relevansi,kontinuitas,efisiensi,efektivitas dan praktis. Sedangkan prinsip
perspektif islam adalah Pertama adanya pengaruh mata pelajaran terhadap tata
kehidupan yang mulia dan sempurna. Kedua keharusan menuntut ilmu karena ilmu itu
sendiri, yaitu keingintahuan sebagai sifat manusia. Ketiga mempelajari ilmu
pengetahuan sebagai sebuah kenikmatan bagi manusia. Keempat adanya prinsip yang
bertujuan untuk kepentingan kehidupan/ mencari pekerjaan. Kelima mempelajari
matapelajaran sebagai kunci pembuka matapelajaran lainnya.
Kerangka dasar pengembangan kurikulum pendidikan Agama Islam yaitu
Tauhid dan perintah membaca. Sedangkan model-model pembelajaran pendidikan
Agama Islam yaitu model Tyler,model Hilda Taba, Model Halord B. Alberty, Model
David Warwick, Model Beauchamp, Model Pengembangan Kurikulum Berdasarkan
Kompetensi, The administrative model, dan The grass roots model.
DAFTAR PUSTAKA

Islam, Universitas, and Negeri Alauddin. “Kerangka Dasar Dalam Pengembangan Kurikulum
2013,” 2013, 286–92.
khusnul khotimatul maulidiyah, Al manaf. “Konsep Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam Di MTS VIP Queen Alkhadijah Cilacap.” Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dalam Kurikulum Nasional 2, no. 2 (2020): 1–13.
Muzayanati, Apriliyanti, and Yani Pratiwi. “Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam Perspektif Islam” 4, no. 1 (2022): 467–73.
Nurmadiah, MA. “Kurikulum Pendidikan Agama Islam,” n.d.
Shofiyah. “Prinsip – Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran.” Jurnal Pendidikan Agama Islam EDURELIGIA 2, no. 2 (2018): 122–30.
Wafi, Abdul. “Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan Agama Islam” 1, no. 2 (2017): 133–39.
Zainab, Nurul. “Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Perspektif
Islam” 16, no. 2 (2017): 123–24.

Anda mungkin juga menyukai