MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu :
Oleh Kelompok 3:
Verawati Nahumarury
AMBON
2023
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
mengembangkan seluruh potensi manusia secara terpadu untuk mencapai kompetensinya sebagai
subjek pembangunan sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam hal ini disamping SDM dituntut
untuk memiliki dan menguasai Iptek serta keterampilan professional agar memasuki jenis kerja.
Juga diharapkan memiliki sikap mandiri, tegas, wawasan yang luas, berorientasi pada nilai-nilai
moral serta bisa berpikir kreatif dan inovatif dalam menghadapi masa depan (Azyumardi Azra,
1999, p.13).
Semua program pendidikan di berbagai jenjang dan jenis pendidikan dirancang untuk
mencapai tujuan pendidikan. Rancangan program pendidikan di setiap jenang dan jenis
pendidikan disebut dengan istilah kurikulum. Kurikulum adalah niat dan harapan yang
dituangkan dalam bentuk rencana atau program pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru di
sekolah. Kurikulum merupakan salah satu alat untuk membina dan mengembangkan siswa
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta pembentukan akhlak yang mulia.
Keimanan dan ketaqwaan serta kemuliaan akhlak sebagaimana yang tertuang dalam tujuan akan
dapat dicapai Pendidikan Agama Islam dengan terlebih dahulu jika siswa memiliki pengetahuan
dan pemahaman yang utuh dan benar terhadap ajaran agama Islam, sehingga terinternalisasi
dalam penghayatan dan keasadaran untuk melaksanakannya dengan benar. Dengan demikian
kurikulum dan pembelajaran PAI yang dirancang seharusnya dapat menghantarkan siswa kepada
pengetahuan dan pemahaman yang utuh dan seimbang antara penguasaan ilmu pengetahuan
tentang agama Islam dengan kemampuan pelaksanaan ajaran serta pengembangan nilai-nilai
akhlakul karimah. Desain pengembangan kurikulum PAI harus betul-betul diperhatikan, lebih
lebih dalam aplikasinya ketika proses belajar mengajar berlangsung. Selama ini paham dari
mampu membina keilmuan baik dari segi IPTEK maupun IMTAK peserta didik. Anggapan
seperti ini harulah benar-benar diperhatikan karena kalau tidak akan berakibat fatal. Kita tahu
pada saat sekarang ini peran PAI bukan hanya sekedar mengutamakan pendidikan agama saja
tetapi lebih diharapkan ada perpaduan antara pendidikan umum dengan pendidikan agama.
Guru PAI merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran
pendidikan agama islam. Faktor lain yang mempengaruhi pembelajaran PAI adalah siswa.
Dengan demikian, komponen dan desain kurikulum sangat mempengaruhi dalam proses belajar
mengajar. Namun, betapapun bagusnya kurikulum yang telah dibuat, hasilnya tergantung pada
Desain dapat dirumuskan sebagai proses yang disengaja tentang suatu pemikiran,
perencanaan dan penyeleksian bagian-bagian. teknik, dan prosedur yang mengatur suatu tujuan.
Desain kurikulum dapat didefinisikan sebagai rencana atau susunan dari unsur-unsur kurikulum
yang terdiri atas tujuan, isi, pengalaman belajar dan evaluasi (Oemar Hamalik, 2007, p.194).
Salah satu karakteristik penting dari kurikulum adalah konseptualisasi dan organisasi berbagi
Fred Percifal dan Henry Ellington (1984) mengemukakan bahwa desain kurikulum
Saylor mengajukan delapan prinsip sebagai acuan dalam mendesain kurikulum sebagai berikut.
a. Desain kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta pengembangan semua
jenis yang esensial bagi pencapaian prestasi belajar, sesuai dengan hasil yang diharapkan;
c. Desain harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru untuk menggunakan
yang diperoleh di luar sekolah dan mengaitkannya dengan kegiatan belajar di sekolah;
f. Desain harus menyediakan pengalaman belajar yang berkesinambungan, agar kegiatan
belajar siswa berkembang sejalan dengan pengalaman terdahulu dan terus berlanjut pada
pengalaman berikutnya.
h. Desain kurikulum harus realistis, layak, dan dapat diterima (Oemar Hamalik, 2007,
p.194- 195).
Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik yang berorientasi pada
masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir
masa lalu. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar adalah
Model konsep kurikulum ini adalah model yang tertua, sejak sekolah yang pertama
berdiri, kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Guru sebagai penyalur informasi materi
pelajaran sangat berperan penting. Oleh sebab itu guru harus menguasai bidang studi
yang diajarkannya. Selain itu guru juga menjadi model bagi para siswanya. Apa yang
disampaikan dan cara penyampaiannya harus menjadi bagian dari pribadi guru.
Kurikulum subjek akademis tidak hanya menekankan pada materi pelajaran saja.
tapi juga memperhatikan proses belajar. Ada tiga pendekatan dalam perkembangan
2) Studi yang bersifat integratif, yaitu belajar mengangkat dari satuan – satuan
curriculum).
dan lain sebagainya dipelajari tanpa menghubungkan dengan masalah yang ada
b. Kurikulum Humanistik
ini lebiih memberikan tempat utama kepada siswa. Ia adalah subjek yang menjadi
yang baik antara guru dengan murid. Ia harus mampu memberikan materi yang
pembinaan manusia yang intelektual, tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi, sikap,
nilai dan sebagainya). Kurikulum ini terus berkembang dan lebih menekankan segi
intelektual dalam hal ini yang sangat berperan penting dipegang oleh guru. Dalam hal
ini guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang hangat dan menyenangkan
selain itu juga menjadi sumber belajar agar memperlancar proses belajar dikelas.
kesatuan perilaku bukan hanya yang bersifat intelektual, tetapi juga emosional dan
tindakan. Dalam evaluasi kurikulum ini lebih megutamakan proses daripada hasil.
bersama, interaksi, kerja sama. Kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi antara
siswa dengan guru, tetapi juga siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang
Kurikulum ini memandang bahwa belajar tidak hanya secara individu, tapi juga
kegiatan belajar yang dilakukan secara bersama, kerja sama dan interaksi dengan
yang perlu dikaitkan dengan bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosiologi, psikologi,
merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar
yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
2) Berorientsi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. Ini artinya,
4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
hanya diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai isi atau materi pelajaran,
Desain kurikulum dapat didefinisikan sebagai rencana atau susunan dari unsur-unsur
pokok kurikulum yang terdiri atas tujuan, isi, pengalaman belajar, dan evaluasi, yang sesuai
dengan inti setiap model desain. Begitu juga dalam mendesain kurikulum pendidikan agama
Pendidikan agama Islam yang sedang dilaksanakan dalam banyak lembaga pendidikan
formal belum sesuai dengan tujuan pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam
UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) No. 20 Tahun Azizy .2003
menambahkan bahwa kegagalan ini berimbas pada masalah degradasi moral (Qodri Azizy,
2003, p.93).
Husni Rahim melihat faktor kegagalan pendidikan agama Islam di negara kita dari segi
kurikulum. mari segi ini materi pendidikan agama slam di sekolahterlalu akademis , terlalu
banyak topik, banyak pengulangan yang tidak perlu, tidak memperhatikan aspek afektif karena
hanya mementingkan aspek kognitif dan metode pengajaran kurang tepat (Husni Rahim, 2001,
105). Faktor lain yang mempengaruhi kegagalan pendidikan agama Islam dan pendidikan secara
umunya adalah dari faktor menejemen, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dualisme
penyelenggaraan pendidikan di negara kita dan lain sebaginya yang menuntut segera dicarikan
solusi dan mengubah dari segala tantangan di atas menjadi peluang, agar pendidikan di negara
kita menjadi berkualitas yang akan berimbas pada kemajuan bangsa dan negara, sebagiamana
dinyatakan dazlurrahman bahwa, setiap reformasi dan pembaharuan dalam slam harus dimulai
dengan pendidikan.
sekolah umum hendaknya diadakan pemikiran ulang dan rekayasa ulang. Salah satunya adalah
dengan analisa kebutuhan dalam analisa kebutuhan disini. Pendidikan agama islam adalah cara
yang efektif untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul dalam sebuah organisasi,
Tujuan pembelajaran agama Islam yang harus dirumuskan dengan bentuk behavioral atau bisa
diukur. berbentuk tingkah laku dan juga measurable ini membutuhkan strategi pembalajaran
yang khusus. Strategi disini adalah suatu kondisi yang diciptakan oleh guru dengan sengaja
yang meliputi metode, materi, sarana prasarana, media dan lain sebagainya agar siswa
dipermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan (Azra, Azyumardi, p.73).
Pendidikan agama Islam sebenarnya tidak hanya cukup dilakukan dengan pendekatan teknologi
karena aspek yang dicapai tidak cukup kognitif tetapi justru lebih dominan yang afektif dan
psikomotorik, maka perlu pendekatan yang bersifat nonteknologi. Pembelajaran tentang akidah
dan akhlak lebih menonjolkan aspek nilai, baik ketuhanan maupun kemanusiaan yang hendak
ditanamkan dan dikembangkan pada diri siswa sehingga dapat melekat menjadi sebuah
kepribadian yang mulia. Sehingga menurut Noeng Muhajir dalam bukunya Abudin Nata ada
beberapa strategi yang bisa digunakan dalam pembelajaran nilai yaitu : tradisional maksudnya
dengan memberikan nasehat dan indoktrinasi, bebas maksudnya siswa diberi kebebasan nilai
transiternal maksudnya sama terlibat, guru dan siswa sama dalam proses komunikasi aktif tidak
hanya verbal dan fisik tetapi juga melibatkan komunikasi batin (Abudin Nata, 2003, p.109).
Disamping perlu adanya reformulasi materi-materi PAI yang selama ini menjebak pada
psikomotorik dan ranah kognitif dengan mengabaikan ranakafektif, materi PAI dipandang
masih jauh dari pendekatan pendidikan multi kultural, akibatnya masih banyak kerusuhan yang
dipicu dari masalah SARA (suku, agama dan ras). Untuk itu materi pendidikan agama
hendaknya merupakan sarana yang efektif untuk menginternalisasi nilai-nilai atau aqidah
inklusif pada peserta didik. Selain itu, pada masalah-masalah syari’ah pendidikan agama Islam
selama ini mencetak umat slam yang selalu bertengkar antar pengikut madzhab (Sudarsono
Maka dalam hal ini pendidikan slam perlu memberikan pelajaran “fiqih muqarran” untuk
memberikan penjelasan adanya perbedaan pendapat dalam Islam dan semua pendapat itu sama
memiliki argumen, dan wajib bagi kita untuk -samamenghormati. Sekolah tidak menentukan
salah satu mazhab yang harus diikuti oleh peseta didik, pilihan mazhab terserah kepada mereka
masing-masing.
Pada saat ini ada kecenderungan untuk menunjuk guru sebagai salah satu faktor penyebab nya
kualitas lulusan siswa. rritikan mulai dari ketidak minimefektifnya guru dalam menjalankan
tugas, kurangnya motivasi dan etos kerja, sampai kepada ketidak mampuan guru dalam
mendidik dan mengajar kepada anak didiknya. Untuk meningkatkan motivasi dan etos kerja
guru maka faktor pemenuhan kebutuhan sangat berpengaruh. Untuk itu bagaimana
mengarahkan kekuatan yang ada dalam diri guru untuk mau melakukan tingkat upaya yang
tinggi ke arah tujuan yang telah ditetapkan. Berbicara tentang motivasi tidak lepas kaitannya
dengan beberapa pandangan tentang terbentuknya kepribadian manusia melalui proses pola
awal terbentuknya motivasi dan beberapa teori kebutuhan manusia. Suparmin mengutip
dalam peni tugasnya sebagai guru adalahd need for achievement/ kebutuhan untuk berprestasi,
need for power/ kebutuhan untuk berkuasa, need for affiliation/ kebutuhan untuk berafiliasi .
Bila ketiga kebutuhan terpenuhi maka kerja seorang guru akan tumbuh dan motivasi dan etos
Dengan motivasi dan etos kerja yang tinggi guru agama akhirnya menjadi penggerak penjiwaan
dan pengalaman agama yang mencerminkan pribadi yang taqwa, berakhlaq mulia, luhur dan
menempati perananan suci dalam mengelola kegiatan pembelajaran, maka dibutuhkan guru
yang dirumuskan Zakiyah Darajat dan Husni Rahim sebagai berikut : mencintai jabatannya,
bersikap adil, sabar tenang, menguasai metode dan kepemimpinan, berwibawa, gembira,
manusiawi dan dapat bekerja sama dengan masyarakat (Husni Rahim, p.123). Dan tentunya
juga dibantu guru bidang studi lain dengan menunjukkan keteladanan bagi gi iman siswa
sebagai seorang yang beragama yang baik. Apaladan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
merupakan prasyarat utama bagi setiap guru, yang secara praktis akan berimplikasi pada
keharusan setiap guru nilai akhlak -untuk mengimplementsikan nilai .yang mulia dalam setiap
pelajaran.
Menurut Muhaimin bila ada peserta didik yang terlibat narkoba misalnya, maka hal itu bukan
merupakan kegagalan guru PAI saja, tetapi juga merupakan kegagalan dari guru , IPA, IPS dan
Pkn. Bila ada siswa yang suka hidup boros itu juga kegagalan guru ekonomi dan bila siswa suka
merusak lingkungan itu termasuk kegagalan guru IPA dan seterusnya (Muhaimin, 2003, p.71).
Salah satu faktor yang dibutuhkan dalam peningkatan mutu pendidikan agama slam di saat ini
adalah: tempat ibadah (masjid atau musholla), ruang bimbingan dan penyuluhan agama,
laboratorium keagamaan dan computer berbasis internet Laboratorium tidak hanya dibutuhkan
untuk pembelajaran ilmu bahasa dan ilmu eksakta materi pelajaran lain juga membutuhkan
laboratorium termsuk pelajaran agama Islam. Di dalam laboratorium akan dilengkapi media-
media pembelajaran. media pembelajaran yang bersifat audio visual sangat penting untuk
tercapainya tujuan pembelajaran, karena media pembelajaran ini berfungsi untuk memberikan
pengalaman konkret kepada siswa. bila guru menyampaikan materi agama dengan bermain
Muhaimin mengusulkan lima cara yang dijadikan dasar pertimbangan dalam pemilihan sarana/
media pembelajaran PAI yaitu; (1) tingkat kecermatan representasi, (2) tingkat interaktif yang
ditimbulkan, (3) tingkat kemampuan khusus, (4) tingkat motivasi yang ditimbulkan, (5) tingkat
Mengingat pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang universal maka, dibutuhkan
instrument penunjang antara lain : school culture, extra kurikuler keagamaan, tim penggerak
proses pendidikan keagamaan (kepala sekolah, dewan, guru, karyawan, komite, masyarakat
Islam kepada perserta didik melalui upaya pengajaran pembiasaan, bimbingan, pengasuhan,
hidup di dunia dan akhirat (Sholikah, 2017). Desain kurikulum merupakan kerangka dalam
menyusun organisasi kurikulum dan merupakan penyiapan dari salah satu komponen kurikulum
yakni isi materi kurikulum. Penyusunan isi materi kurikulum dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu:
(1) segi horizontal yang dikenal dengan sitilah scope atau ruang lingkup isi kurikulum, dan (2)
segi vertikal yang menyangkut urutan penyajian bahan yang dimulai dari hierarki belajar.
Desain kurikulum yang dapat diterapkan dalam pengembangan kurikulum PAI, yaitu:
Desain ini merupakan pola kurikulum yang paling populer, paling tua dan paling banyak
digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pada jenis desain ini, kerangka kurikulum
berpusat pada isi materi yang akan diberikan pada peserta didik. Sehingga kurikulum
Pada dasarnya desain kurikulum ini mengacu pada konsep pendidikan klasik yang
menekankan pada pengetahuan , ketrampilan, dan nilai-nilai masa lalu dan berupaya
untuk mewariskan pada generasi berikutnya. Karena kurikulum ini mengutamakan isi
2013).
terhadap beberapa kelemahan kurikulum yang dihasilkan subject centered design. Desain
kurikulum ini sangat berbeda dengan SCD yang bertolak pada keinginan untuk
melestarikan pengetahuan dan budaya masa lalu (kurikulum konservatif). Desain ini
berpusat pada peserta didik. Menurut teori pendidikan modern menyatakan bahwa dalam
proses pendidikan dan pengajaran berupaya untuk mengeksploitasi potensi yang dimiliki
oleh peserta didik. Sementara guru atau pendidik hanya sebagai fasilitator yang berperan
menyiapkan berbagai kemudahan bagi siswa dan menciptakan situasi belajar mengajar
yang kondusif, mendorong, dan membimbing peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.
Karena itu pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan dan tujuan
belajar siswa.
Ada 2 ciri utama yang membedakan desain kurikulum ini dengan SCD. Yang pertama
LCD mengembangkan kurikulum berpusat pada siswa bukan pada isi materi. Kedua LCD
Desain kurikulum ini berfokus pada masalah atau problem manusia. Desain ini mengacu
pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia. Berbeda dengan learned centered
manusia dalam kesatuan kelompok atau masyarakat. Para pendidik berasumsi bahwa
manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama. Dalam kehidupan seharihari,
mereka menghadapi berbagai masalah dan ada pemecahan dari permasalahan tersebut
secara bersama-sama.
4. Social Function Design (SFD)
Desain kurikulum ini menekankan pada fungsi-fungsi atau peranan individu dalam
sebuah masyarakat (society). Desain ini juga merupakan penyempurnaan dari PCD yang
hanya menekankan pada problem, akan tetapi desain pada kurikulum ini lebih
KESIMPULAN
Setiap perkembangan kurikulum PAI mempunyai kebaikan atau kelebihan, tetapi tidak
lepas dari kekurangan ditinjau dari segi-segi tertentu. Selain itu bermacam-macam
konsep model kurikulum yakni (1) Kurikulum subjek akademis, (2) Kurikulum
kurikulum dapat dijalankan secara bersama di satu sekolah bahkan dapat membantu atau
melengkapi yang satu dengan yang lainnya. empat model desain terkait dengan
Centered Design (LCD), Problem Centered Design (PCD), dan Social Function Design
dan merupakan penyiapan dari salah satu komponen kurikulum yakni isi materi
kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA
Azizy, Qodri, 2003. Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Sosial. Semarang: CV
Aneka lmu
Azra, Azyumardi, 1999. Pendidikan Islam ; Tradisi dan Modernisasi Menuju Melenium Baru.
Jakarta: logos
Fathoni, M. Kholid, 2005. Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional Paradigma Baru. Jakarta:
Depag RI
Nata, Abudin, 2005. Pendidikan Islam di Era Global. Jakarta: UIN Jakarta Press
Rahim, Husni. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran; Teori dan Praktik Pengembangan
Sudirjo, Sudarsono dkk, 2004. Media Pembelajaran Sebagai Pilihan Dalam Strategi