Anda di halaman 1dari 6

Fenomena Pergeseran Ruh Pendidikan dalam Pengajaran di Satuan

Lembaga Pendidikan (Sekolah, Madrasah, dan sebagainya)


Oleh : Ahmad Fikri Jauhari

A. Peranan Guru sebagai unsur penting keberhasilan Pendidikan


Terdapat beberapa unsur yang ada di dalam proses pendidikan,
antara lain: pendidik (Guru, Ustadz, Kyai, dsb), peserta didik (Murid,
Siswa, Santri, dsb), interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik,
materi pendidikan, metode pendidikan, tujuan pendidikan, serta
lingkungan pendidikan. Kesemuanya merupakan satu kesatuan yang
saling melengkapi dan menyempurnakan. Ketiadaaan salah satu unsur
akan menyebabkan proses pembelajaran menjadi terhambat.
KH. Dimyathi Syafi’i, seorang Ulama dan Komandan Laskar
Hizbullah dari Banyuwangi menyederhanakan unsur pembelajaran
menjadi tiga hal, yakni a) anak / peserta didik, b) guru / pendidik, serta c)
bapak / orang tua, lingkungan. Jika masing-masing dihitung satu, tingkat
keberhasilan pendidikan akan tinggi jika didukung oleh ketiga unsur
tersebut. Peserta didik rajin (belajar, berdoa, berupaya mempraktekkan
ilmu, dsb), Pendidik juga rajin (mengajar, membiasakan dan menanamkan
perilaku yang terpuji kepada peserta didik, mendoakan, dsb), serta Orang
tuanya juga rajin (rajin membiayai, rajin mendoakan, dsb). Proses
pendidikan akan sedikit terhambat apabila salah satu unsurnya tidak
konsisten, namun jika dihitung poin, masing dua berbanding satu. Asal
masih bisa bertahan, ada kemungkinan proses pendidikan dapat mencapai
sebuah tujuan.
Contoh: santri baru yang belum kerasan di pondok, jika orang tuanya
tetap bersikukuh dan memaksa anak tetap di pondok bagaimanapun
kondisi anak tersebut, maka kemungkinan anak bertahan dan mau
mondok menjadi lebih besar, daripada orang tua yang mendengarkan dan
menuruti keinginan yang anak yang belum kerasan di pondok. Sehingga
banyak anak yang belum kerasan tetap betah dan bertahan di pondok
sampai menjalani proses pendidikan selama bertahun-tahun karena
keteguhan niat dari orang tua dan gurunya. Dan juga ada santri yang
hanya bertahan di pondok selama beberapa bulan, atau bahkan beberapa
hari, karena keberadaan orang tua yang selalu menuruti keinginan anak.
Dari beberapa unsur proses pendidikan yang ada, adakalanya
beberapa diantaranya tidak bisa terlaksana dengan maksimal. Oleh karena
itu, Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A., Pengasuh Pondok Modern
Gontor merumuskan skala prioritas dari beberapa hal di atas sebagai
berikut:

‫املادّةّمهمّةّولكنّالطريقةّأهمّّمنّاملادة‬
"Materi Pembelajaran adalah sesuatu yang penting, tetapi metode
pembelajaran jauh lebih penting daripada materi pembelajaran"

‫لكنّاملدرسّأهمّّمنّالطريقة‬
ّ ‫الطريقةّمهمّةّو‬
"Metode pembelajaran adalah sesuatu yang penting, tetapi guru jauh
lebih penting daripada metode pembelajaran"

‫لكنّروحّاملدرسّأهمّمنّاملدرس‬
ّ ‫املدرسّمهمّّو‬
ّ
"Guru adalah sesuatu yang penting, tetapi jiwa guru jauh lebih penting
dari seorang guru".

Cara untuk membangun jiwa adalah dengan meningkatkan


kedekatan kita kepada Allah dengan melaksanakan perkara wajib, serta
menyempurnakannya dengan amalan-amalan sunnnah. Dengan adanya
ruh al mudarris dalam proses pendidikan, setidaknya seorang guru akan
senantiasa melaksanakan beberapa hal untuk tercapainya proses
pendidikan, antara lain: niat ikhlas dalam mengajar, disiplin dalam
mengajar, mendidik murid, ikhlas dalam menasehati, berakhlak baik
kepada murid, memberi teladan yang baik kepada murid, serta mendoakan
untuk keberhasilan murid.
Besarnya peran seorang guru, tidak lepas dari peran seorang guru
sebagai mu’allim (orang yang mengajarkan ilmu), murabbi (orang yang
mendidik), serta mu’addib (orang yang mengajarkan adab). Guru tidak
hanya menjalankan proses pendidikan dengan cara menyampaikan materi
ilmu dan pengetahuan saja, namun guru juga mendidik dan mengajarkan
kepada siswa bagaimana cara berperilaku yang baik, serta memberikan
teladan yang baik pula, sebagai upaya menanamkan karakter yang baik
terhadap para muridnya.
Nur Uhbiyati menjelaskan bahwa guru sebagai pendidik artinya
orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan
kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar
mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk Allah, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang
sanggup berdiri sendiri. (Nur Uhbiyati: 1998)
Di Jawa, Guru berarti “digugu dan ditiru”. Dikatakan digugu
(dipercaya) karena guru mempunyai seperangkat ilmu yang memadai,
yang karenanya ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam
melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru mempunyai
kepribadian yang utuh, yang karenanya segala tindak tanduknya patut
dijadikan panutan dan suri tauladan oleh anak didiknya (Hasan Basri :
2009).

B. Pergeseran Ruh Pendidikan dalam Pengajaran di Satuan Lembaga


Pendidikan
Konsep pendidikan sebagaimana di atas pada saat ini sudah
mengalami pergeseran. Seorang pendidik / guru lebih direpotkan dengan
hal-hal remeh sehingga menyebabkan hal besar yang lebih penting
menjadi kurang diperhatikan. Ibarat orang jawa sebagai “amburu uceng
kelangan deleg”. Guru terlalu disibukkan dengan hal-hal yang bersifat
administratif sehingga cenderung mengabaikan perkembangan tingkah
laku murid. Capaian keberhasilan pendidikan murid dalam laporan hasil
belajar yang disimbolkan dengan angka-angka serta deskripsi
perkembangan keilmuan bersifat manipulatif. Bahkan nilai ujian murid
yang tidak memenuhi standar minimal nilai akan “disesuaikan” supaya
memenuhi standar penilaian.
Pergeseran seperti ini bukan tanpa alasan. Seorang guru
sebenarnya bisa saja memberikan penilaian apa adanya sesuai dengan
daya serap murid. Guru juga bisa saja tidak menaikkan murid ke kelas
yang lebih tinggi apabila murid tersebut memang belum memenuhi
standar kelulusan. Guru juga bisa saja menghukum murid bahkan
mungkin memarahi atau memukul murid karena kesalahan yang telah
dilakukan oleh murid. Namun, banyak hal yang harus dipertimbangan
sehingga menyebabkan guru tidak melaksanakan beberapa hal di atas
dengan maksimal. Peranan lingkungan juga sangat mempengaruhi
keberhasilan proses pendidikan. Bagaimana seorang guru mau
menghukum murid yang salah jika ternyata kemudian orang tuanya
melaporkan ke polisi atas tindak kekerasan. Bagaimana guru mau
memberikan nilai apa adanya jika hal tersebut juga berimplikasi buruk
terhadap penilaian sekolah, dsb.
Dalam proses pendidikan sehari-hari di sekolah, tidak banyak guru
yang memperhatikan dan membiasakan kepada siswa untuk selalu hidup
bersih, memastikan kelas dan lingkungannya bersih, atau sekedar
mengingatkan siswa ketika mereka melakukan hal yang kurang baik.
Ketika siswa pulang ke rumah pun tidak banyak pihak yang membantu
proses keberhasilan pendidikan di sekolah. Orang tua yang tidak bisa
menjadi partner belajar, lingkungan yang kurang kondusif untuk
menerapkan ilmu yang diajarkan di sekolah, merupakan beberapa
permasalahan yang harus dihadapi oleh siswa. Beberapa hal ini lah yang
terjadi selama bertahun-tahun, kemudian disimpulkan sebagai pergeseran
ruh pendidikan dalam pengajaran di satuan lembaga pendidikan.

C. Alternatif solusi
Sebagaimana ditulis di atas, keberhasilan proses pendidikan yang
melibatkan beberapa unsur, maka untuk memperbaiki Fenomena
Pergeseran Ruh Pendidikan dalam Pengajaran di Satuan Lembaga
Pendidikan harus melibatkan semua unsur yang ada.
1. Unsur pendidik
Memahami dan menyadari bahwa dengan menjadi pendidik
bukan berarti berhenti menjadi pembelajar. Ucapan Sayyid
Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasany, seorang Ulama dari
Makkah yang sangat masyhur di kalangan santri adalah “maa ziltu
thaliban” selamanya aku adalah seorang pembelajar, bisa dijadikan
landasan hal tersebut. Terus menerus belajar mengasah jiwanya
menjadi pendidik yang hakiki, memahami tingkah laku dan karakter
siswa, belajar menambah ilmu-pengetahuan, belajar menyikapi
permasalahan siswa yang terus berkembang setiap tahun, dan
sebagainya.
2. Unsur peserta didik
Pada dasarnya, tugas inti dari seorang peserta didik adalah
belajar. Belajar menambah ilmu pengetahuan, belajar berperilaku
yang baik, belajar bersosialisasi dengan cara yang baik, belajar
menghormati guru dan orang tua, belajar menghargai perbedaan
pendapat, dan banyak hal lain yang harus dipelajari.
Kesemuanya akan terasa sulit apabila dilakukan sendiri. Oleh
karena itu perlu adanya dukungan dari orang tua, keluarga, teman dan
lingkungan sekitar. berteman dengan orang yang memiliki fokus dan
tujuan yang sama akan mempermudah proses pembelajaran sehingga
dapat meningkatkan keberhasilan. Selain itu adanya guru idola yang
menjadi mentor juga dapat meningkatkan keberhasilan proses
pembelajaran.
3. Unsur orang tua
Orang tua berperan sebagai guru di luar sekolah. Dalam sehari,
setidaknya lebih dari dua pertiga waktu peserta didik dihabiskan di
luar sekolah / di rumah. Orang tua yang mengawasi dan
mendampingi keseharian anaknya. Namun banyak orang tua yang
tersita waktunya untuk bekerja, sehingga kuantitas waktu yang
disediakan untuk anak tersita untuk bekerja dan beristirahat. Hal ini
yang kemudian “dimanfaatkan” anak untuk belajar sendiri tanpa
pendampingan orang tua.
Orang tua yang tidak bisa mendampingi dan mengawasi kegiatan
belajar anak biasanya menitipkan anak di sekolah non formal di sore
harinya. Selain itu juga bisa menempatkan anaknya di pondok pesantren.
Banyaknya pondok pesantren yang juga memiliki satuan pendidikan
formal di dalamnya menjadi solusi bagi orang tua yang sudah tersibukkan
untuk bekerja. Adanya bimbingan dari guru dan pembiasaan berperilaku
dari ustadz/ ustadzah, dapat memaksimalkan waktu anak untuk hal yang
bermanfaat. Hal ini selaras dengan tujuan dari proses pendidikan yaitu
membimbing murid supaya mampu melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk Allah, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang
sanggup berdiri sendiri.

Daftar Pustaka
Chotibul Umam, Inovasi Pendidikan Islam (Strategi dan Metode
Pembelajaran PAI di Sekolah Umum), Dotplus Publisher, 2020
Dr. Mardan Umar, S.PdI, M.Pd, Buku Ajar Pendidikan Agama Islam, CV.
Pena Persada, Banyumas, 2020
Muhajir, Pergeseran Kurikulum Madrasah dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional, Desertasi, UIN Syahid Jakarta, 2010
https://www.gontor.ac.id

Anda mungkin juga menyukai