PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang
berpikir, sebagaimana untuk menjalani kehidupan di dunia ini dalam rangka
mempertahankan hidup dan penghidupan manusia yang mengemban tugas dari Sang
Pencipta untuk beribadah. Salah satu aspek yang sangat penting dalam pendidikan adalah
proses pengelolaannya.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang kualitas pendidikannya
masih rendah. Hal ini terlihat dari input dan output pendidikan yang kurang profesional.
Indonesia harus meningkatkan mutu pendidikan, salah satu caranya ialah dengan
mengembangkan proses manajemen pendidikan ke arah yang lebih maju.
Proses pendidikan sekolah yang baik bergantung dengan manajemen atau
pengelolaan dari kepala sekolahnya. Selain itu, proses pendidikan pun sangat bergantung
pada pengelolaan pendidikan dari semua konten dalam pendidikan. Suatu sekolah
dikatakan bermutu jika pengelolaannya dimulai dengan efisiensi sekolah, sekolah efisien,
efektivitas sekolah, sekolah efektif, profesionalisme sekolah, dan sekolah profesional
(sekolah bermutu).
Sekolah yang bermutu pun tidak terlepas dari peran serta masyarakat dan orang tua
yang ikut menyumbang pikiran dalam rangka proses pengelolaan suatu lembaga
pendidikan.
Makin majunya perkembangan masyarakat diisyaratkan dengan makin besarnya tuntutan
masyarakat terhadap perkembangan lembaga pendidikan, sehingga tidak menutup
kemungkinan bagi lembaga yang tidak dapat mengakomodasi tuntutan masyarakat
tersebut maka tidak mustahil akan berdampak pada pengucilan lembaga atau dengan kata
lain lembaga tersebut akan mati bersamaan dengan memudarnya kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga tersebut.
Bagian penting sekolah atau kelas adalah proses belajar mengajar (PBM). Kualitas
belajar siswa serta para lulusan banyak ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan PBM
tersebut atau dengan kata lain banyak ditentukan oleh fungsi dan peran guru.
Pada dewasa ini masih banyak permasalahan yang berkaitan dengan PBM. Seringkali
muncul berbagai keluhan atau kritikan parasiswa, orang tua siswa ataupun guru berkaitan
dengan pelaksanaan PBM tersebut. Keluhan-keluhan itu sebenarnya tidak perlu terjadi
atau setidak-tidaknya dapat diminimalisasi-kan apabila semua pihak dapat menjalankan
peran sebagainama mestinya, terutama guru sebagai pengelola kelas.
Sementara ini pemahaman mengenai pengelolaan kelas nampaknya masih keliru.
Seringkali pengelolaan kelas dipahami sebagai pengaturan ruangan kelas yang bersifat
fisik seperti tempat duduk, lemari buku, dan alat-alat mengajar. Padahal pengaturan sarana
belajar mengajar di kelas hanyalah sebagian kecil saja, yang terutama adalah
pengkondisian kelas, artinya bagaimana guru merencanakan, mengatur, melakukan
berbagai kegiatan di kelas, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dan berhasil
dengan baik.
Sebagai bentuk pengkajian, Kami melakukan observasi di salah satu Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) untuk mengetahui benar tidaknya pernyataan bahwa sejauh ini
jarang sekali ada sekolah di Indonesia yang melaksanakan pengelolaan kelas dengan tepat,
meskipun Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sudah memberikan dan
mensosialisasikan pengelolaan kelas yang seharusnya dilakukan. Depdiknas pernah
melakukan pelatihan bagi guru dan kepala sekolah mengenai pengelolaan kelas, Namun
hasilnya belum terlihat secara nyata dalam pengelolaan kelas.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Kami merumuskan beberapa masalah yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimana Faktor dan Prinsip Pengelolaan Kelas di kelas itu?
2. Bagaimana Komponen Pengelolaan Kelas di kelas itu?
3. Bagaimana Indikator Keberhasilan Pengelolaan Kelas di kelas itu?
4. Bagaimana Pengelolaan Kelas yang Dinamis di kelas itu?
5. Bagaimana Prosedur Pengelolaan Kelas di kelas itu?
1.3 Tujuan Observasi
Mengacu pada rumusan masalah, maka ada beberapa tujuan penulisan makalah ini,
yaitu untuk mengetahui:
1. Faktor dan Prinsip Pengelolaan Kelas di kelas itu
2. Komponen Pengelolaan Kelas di kelas itu
3. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Kelas di kelas itu
4. Pengelolaan Kelas yang Dinamis di kelas itu
5. Prosedur Pengelolaan Kelas di kelas itu
1.4 Lokasi Observasi
Lokasi observasi Kami lakukan di sebuah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di
Madrasah Aliyah Al Muddatsiriyah. Guru yang bertugas mengajar adalah Bapak dengan
jumlah siswa yaitu 35
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB III
HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Untuk mengetahui inovasi guru dalam menata ruang kelas, peneliti melakukan observasi
dan wawancara. Sementara dokumentasi berupa catatan hasil penelitian dan fhoto
kegiatan penelitian merupakan hal penunjang atau bukti fisik bagi terlaksananya penelitian
ini. Langkah awal yang peneliti lakukan adalah dengan melakukan observasi pada guru
yang sedang mengajar di kelas, kemudian dilanjutkan dengan wawancara dengan guru
tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan secara umum bahwa pengelolaan
penataan tempat duduk siswa yang semain bervariasi, ruang kelas semakin bersih
dan indah, penataan alat-alat pembelajaran lebih teratur dan rapi, hubungan
interpersonal di dalam kelas semakin harmonis, siswa dan guru semakin displin,
Pertama, inovasi guru dalam menata ruang kelas meliputi tiga hal yaitu
menata tempat duduk siswa, menata alat-alat pembelajaran, dan menata keindahan
dan kebersihan kelas. Dahulu, penataan tempat duduk siswa tidak bervariasi,
keindahan kelas hanya menjadi tanggung jawab siswa yang piket. Sementara
Muddatsiriyah secara bervariasi sesuai dengan kondisi kelas, kondisi siswa, materi
dan keindahan kelas dilakukan oleh wali kelas, dan penataan kebersihan kelas
tidak melakukan pendekatan dengan siswa sehingga ada siswa yang takut dengan
guru, dan guru bersifat pilih kasih. Sementara sekarang, guru melakukan
efektif, penuh kasih sayang, dan penuh kekeluargaan serta memberlakukan semua
Dahulu, cara guru menegakkan disiplin adalah memberikan hukuman yang kurang
disiplin siswa dengan memberikan contoh sikap atau perilaku disiplin kepada
siswa atau dengan kata lain mendisiplinkan diri terlebih dahulu, melakukan
pendekatan secara individu dan kelompok pada siswa atau berbaur dengan siswa,
hukuman yang mendidik dan sesuai dengan kesalahan yang diperbuat serta
melakukan kerja sama dengan guru piket, wali kelas, kepala sekolah, dan guru BK
jika kesalahan yang diperbuat siswa sudah berlebihan dan memberlakukan semua
siswa sebagai berikut. Dahulu, perpsepsi guru terhadap pemberian hadiah adalah
hanya diberikan pada siswa yang berprestasi dan hadiah yang diberikan hanya
berupa barang/benda, hukuman yang diberikan pada siswa yang bersalah tidak
tertib, memberikan hukuman yang sesuai dengan kesalahan yang diperbuat dan
bersifat mendidik pada siswa yang melanggar tata tertib, hadiah dan hukuman
diberikan memberikan motivasi pada seluruh siswa untuk selalu menaati tata
dan bersifat kronis adalah sebagai berikut. Dahulu, penanganan pada perilaku
siswa yang menyimpang dan bersifat kronis langsung diserahkan kepada kepala
siswa tersebut atau memanggil orang tuanya terlebih dahulu. Sementara sekarang,
menjadi teman curhat siswa jika siswa sedang mengalami masalah, membantu
disiplin siswa, memberikan hukuman yang bersifat mendidik pada siswa yang
melanggar, memberlakukan siswa secara adil, dan melakukan kerja sama dengan
B. Saran
lingkungan keluarga. Jika siswa berasal dari keluarga yang baik dan selalu
bersangkutan akan baik, sebaliknya jika siswa tersebut berasal dari keluarga yang
kurang baik atau kurang mendapat perhatian dari orang tuanya kemungkinan
besar perilaku siswa tersebut akan kurang baik pula. Untuk itu, peneliti
menyarankan kepada seluruh orang tua supaya selalu mendidik anaknya dengan
Dalam hal ini dibutuhkan tenaga yang benar-benar memahami perannya sebagai
pendidik dan pemimpin kelas. Untuk itu, peneliti menyarankan kepada semua
dengan baik.
Terkadang ada sosok guru yang mau menjalankan tugasnya dengan baik
jika diperhatikan oleh kepala sekolah. Untuk itu, peneliti menyarankan kepada
seluruh Kepala Sekolah baik itu Kepala SD, SMP, SMA/SMK sederajat untuk
pendidik, sarana prasarana, dan kinerja kepala sekolah dalam memimpin. Jika semua itu
berada dalam kategori baik, kemungkinan besar mutu pendidikan akan baik pula.
Namun, semua itu tidak terlepas dari peran pemerintah dalam meningkatkan mutu
tenaga pendidik, sarana prasarana, dan kinerja kepala sekolah. Untuk itu, peneliti
dalam melaksanakan tugas. Kepada pemerintah yang terkait untuk melengkapi sarana