Anda di halaman 1dari 29

1

MAKALAH

DISIPLIN KELAS

Disusun oleh:

Marsela Safitri

NPM : 18250074

Rika Catur Mulyani

NPM : 18250093

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

2021
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan berkaitan langsung dengan hasil belajar
siswa. Aspek yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan mutu hasil belajar
siswa adalah mutu proses belajar mengajar yang secara optimal berlangsung
di dalam kelas. Untuk mencapai proses belajar mengajar yang efektif ada dua
pokok yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan guru pada saat pengajaran
berlangsung. Kegiatan tersebut adalah pengelolaan pengajaran dan
pengelolaan kelas. Salah satu hal yang perlu diperhatikan guru dalam
pengelolaan kelas adalah masalah kedisiplinan siswa pada saat proses belajar
mengajar. Guru mempunyai peranan penting dalam membina disiplin siswa.
Pembinaan disiplin ini dimaksudkan untuk mengefektifkan proses
pembelajaran, sehingga siswa bisa belajar dengan baik dan mampu mencapai
tujuan yang diharapkan.
Pembinaan disiplin kelas tidak lepas dari peran guru sebagai
pemimpin pendidikan di kelas, sebagai salah satu faktor yang sangat
menentukan, guru harus penuh inisiatif dan kreatif dalam mengelola kelas,
karena guru yang mengetahui secara pasti situasi dan kondisi siswa dengan
latar belakangnya dan guru merupakan suatu profesi yang berguna untuk
hidup meskipun sesekali atau bahkan sering frekuensinya membuat stres
ringan hingga stres berat. Seperti yang dikemukakan oleh Rosemarie Otto
dalam bukunya Teachers Under Stress (1986) bahwa sepertiga guru yang
mengajar pada sekolah negeri di negara bagian Victoria mengalami stres
berat, sedangkan separuh jumlah yang ada mengatakan sedang mengalami
stres sedang. Kesetresan para pendidik disebabkan karena kemampuan
manajemen kelas, disiplin, dan hubungan antara guru-siswa. Seperti yang
ditulis oleh Otto (1986) dan Venman (1987), tanpa memperdulikan label yang
diberikan pada penyebabnya, hal tersebut merupakan perwujudan rasa
ketidakmampuan guru-guru, baik yang masih pemula maupun yang sudah

1
3

berpengalaman, dalam mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan


siswa yang diidentifikasikan sebagai penyebab utama stres.
Berlangsungnya proses belajar mengajar di dalam kelas dengan
suasana yang harmonis dimana guru dapat menyampaikan bahan pelajaran
dengan baik dan murid dapat belajar atau mendengarkan materi yang
disampaikan oleh guru dengan baik pula tergantung sekali kepada disiplin
kelas. Kelas yang tidak berdisiplin sudah tentu kegiatan belajar mengajarnya
pun akan menjadi kacau dan tidak menentu pula.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Apakah yang dimaksud dengan disiplin kelas?
b. Bagaimana tahapan pemeliharan disiplin disiplin kelas?
c. Bagaimana cara untuk mendisiplinkan siswa
d. Bagaimana tahapan penanggulangan pelanggaran disiplin kelas.

C. Tujuan Penulisan Makalah


Dari perumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini
sebagai berikut:

a. Mengetahui pengertian disiplin kelas.

b. Mengetahui tahapan pemeliharan disiplin kelas.

c. Mengethaui cara untuk mendisiplinkan siswa


d. Mengetahui tujuan dari tahapan penanggulangan pelanggaran disiplin kelas.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Disiplin Kelas


Untuk memahami tentang konsep disiplin kelas, terdapat pendapat dari
beberapa ahli tentang disiplin tersebut.Menurut The Liang Gie yang dimaksud
dengan disiplin adalah suatu keadaan tertib dengan orang-orang yang
tergantung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah
ada dengan rasa senang hati dan Hadari Nawawi mengatakan disiplin adalah
usaha untuk membina secara terus menerus kesadaran dalam bekerja atau
belajar dengan baik dalam arti setiap orang menjalankan fungsinya secara
efektif. Menurut Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen (1996 : 10) bahwa
diiplin kelas adalah keadaan tertib dalam suatu kelas yang di dalamnya
tergabung guru dan siswa taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pendapat diatas maka disiplin kelas dapat diartikan
sebagai suatu keadaan tertib di mana guru dan murid mematuhi peraturan kelas
sehingga mereka dapat menjalankan fungsi masing-masing secara efektif
dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar didalam kelas.Dengan
demikian suatu kelas dikatakan berdisiplin apabila suasana belajar berlangsung
dalam keadaan tertib dan teratur, baik pada waktu sebelum mengajar dimulai,
sedang berlangsung, maupun setelah pelajaran selesai.

B. Tahapan Pemeliharaan Disiplin Kelas


.     Tahapan untuk Membantu Mengembangkan Disiplin yang Baik dalam
Kelas, ada beberapa langkah untuk membentu mengembangkan disiplin
yang baik di kelas, yaitu sebagai berikut.

 Perencanaan
Ini meliputi membuat aturan dan prosedur, dan menentukan konsekuen
untuk aturan yang dilanggar.

 Mengajar Siswa Bagaiman Mengikuti Aturan


Pekerjaan ini harus dimulai pada hari pertama masuk kelas. hasil dari
penelitian yang kita bahas dalam bab ini menunjukkan bahwa beberapa
5

minggu pertama dalam kelas adalah masa kritis dalam mengembangakan


pola-pola disiplin yang efektif dan komunikasi yang baik antara guru dan
siswa. Dalam rangkaian sistem pengolhan kelasyang sukses, guru harus
mempertahankan disiplin dan komunikasi yang baik. Salah satu cara yang
terbaik adalah mencegah masalah dari semua kejadian.

 Merespon secara tepat


Contoh, ketika menangkap seorang siswa yang mencontek, ketika siswa
tidak memasukkan pakaian kedalam celana (untuk kerapian), ketika siswa
terlambat ke sekolah atau terlambat masuk ke kelas, dan lain-lain
sebagainya.

C. Strategi / Cara untuk Mendisiplinkan Siswa


Telah diuraikan di atas bahwa disiplin kelas ini sangat penting sekali
artinya dalam usaha untuk menciptakan tata tertib kelas agar proses belajar
dapat berlangsung secara efektif. Kelas yang tidak berdisiplin sudah barang
tentu aktivitas belajarnya tidak akan berlangsung secara efektif dan ketentuan
yang telah digariskan tidak akan terlaksana. Kedisiplinan kelas tidaklah terjadi
secara sendirinya, tetapi memerlukan usaha-usaha dari guru/wali kelas untuk
menegakkannya.Adabeberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru/wali kelas
untuk menegakkan disiplin kelas kepada murid.
1. Mendisiplinkan diri sendiri
Disiplin kelas dapat ditegakkan oleh guru/wali kelas dengan jalan
memberikan contoh kepada muridnya dengan mendisiplinkan diri terlebih
dahulu. Jadi sebelum guru/wali kelas menuntut kepada murid-muridnya
untuk berdisiplin, maka terlebih dahulu guru/wali kelas mendisiplinkan
dirinya terlebih dahulu sehingga dengan demikian murid-murid akan
terdorong untuk berbuat yang sama. Apabila guru/wali kelasnya sendiri
tidak disiplin, maka sangatlah mustahil untuk menyuruh anak-anak
berdisiplin pula, sebab guru/wali kelasnya sendiri tidak disiplin.
Disiplin tersebut dapat dicontohkan oleh guru/wali kelas dengan
mematuhi semua ketentuan kelas/sekolah. Misalnya menepati waktu
belajar (memulai pelajaran tepat pada waktunya, istirahat tepat pada
waktunya, selesai pelajaran pada waktunya dan sebagainya).
6

Apabila guru sendiri tidak mampu menegakkan disiplin sendiri


maka ia tidak akan dihormati, disegani dan disenangi oleh murid-
muridnya. Sehingga dengan demikian dia akan menjadi guru yang
berwibawa.
2.Menumbuhkan kesadaran dalam diri murid
Cara lain yang dapat dilakukan oleh guru/wali kelas untuk
menegakkan disiplin kepada murid-murid adalah dengan jalan
menumbuhkan kesadaran murid-murid akan pentingnya disiplin itu sendiri
buat mereka. Cara ini dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan
berupa nasehat, petunjuk-petunjuk sehingga mereka benar-benar
menyadari mengapa peraturan atau ketentuan tersebut harus dipatuhi demi
untuk kepentingan mereka.Bimbingan tersebut dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu bimbingan secara individual dan bimbingan secara
kelompok.
Bimbingan secara individual adalah bimbingan berupa nasehat-
nasehat, petunjuk-petunjuk yang diberikan guru/wali kelas secara
perorangan kepada murid yang melanggar ketentuan atau peraturan yang
telah ditentukan.Sedangkan bimbingan secara kelompok adalah bimbingan
yang diberikan oleh guru/wali kelas berupa nasehat-nasehat, petunjuk-
petunjuk terhadap sekelompok murid yang tidak mematuhi peraturan atau
ketentuan kelas atau sekolah. Bimbingan kelompok ini hanya diberikan
apabila terdapat sejumlah murid yang melanggar peraturan atau ketentuan
yang sama. Misalnya saja terdapat sejumlah murid yang pulang sebelum
pelajaran usai. Bagi anak-anak ini bimbingan yang tepat diberikan dalam
usaha untuk menyadarkan mereka adalah bimbingan kelompok.
3. Mewujudkan kerjasama yang baik dalam suatu kelas
Disiplin kelas dapat pula diwujudkan dengan jalan saling menjalin
kerjasama yang baik antara guru/wali kelas dengan murid-murid dalam
kelas. Guru/wali kelas harus berusaha untuk membina saling pengertian
dengan murid-muridnya akan tugas dan fungsi masing-masing, sehingga
7

masing-masing pihak akan menjalankan perannya sesuai dengan posisi


masing-masing dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama.
Masing-masing pihak harus menyadari pentingnya peranan yang
satu terhadap yang lain. Suksesnya pihak yang satu tergantung pada peran
serta pihak yang lain.Apabila kerjasama ini dapat dibina dengan sebaik-
baiknya, maka dengan sendirinya disiplin kerja akan dapat ditegakkan.
4. Dalam mewujudkan disiplin kelas, setiap murid diperlakukan secara adil.
Dalam usaha untuk menciptakan disiplin kelas sudah barang tentu
kadang-kadang terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh murid-murid. Si
murid yang melanggar kadang-kadang diberikan sanksi berupa hukuman
atas pelanggaran tersebut. Apabila sanksi hendak diberikan, maka sanksi
tersebut harus konsekuen artinya tidak membeda-bedakan antara anak
yang satu dengan anak yang lain.
5. Membuat kesepakatan
Usaha untuk menciptakan disiplin kelas, kadang terjadi
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Dan siswa yang melanggar
tentunya diberikan hukuman. Sebelumnya telah dibuat terlebih dahulu
kesepakatan yang harus dilakukan jika siswa melanggar aturan yang telah
dibuat berdasar kesepakatan bersama. Tentunya hal itu lebih mengacu
pada konsekuaensi yang di dapat oleh siswa karena melanggar
kesepakatan yang dibuat dan disetujui bersama oleh kelas dengan
sepengetahuan dari wali kelas. Dari kesepakatan yang dibuat tentunya
tidak memberatkan siswa dan bersifat mendidik, paling tidak membuat
siswa jera melanggar kesepakatan yang telah dibuat.
Kesepakatan tidak saja dalam hal menentukan hukuman atau
sebuah konsekuensi dari hal yang telah dilakukan, bisa juga dalam
kegiatan pelajaran, misalnya sebelum dimulai pelajaran telah disepakati
untuk membaca al qur’an dan suratan pendek, sebelum memulai pelajaran,
siswa berlomba-lomba untuk berangkat pagi dan mengerjakan soal di
“Bank Soal” yang telah dibuat oleh guru sebelumnya. Sebelumnya
8

tentunya sudah terjadi kesepakatan siapa yang paling banyak bisa


mengerjakan soal akan mendapat nilai yang lebih.
6. Menentukan aturan
Mendisiplinkan siswa untuk menaati tatatertib yang telah ada bisa
juga dilakukan dengan membuat aturan tersendiri, tentunya disesuaikan
dengan keinginan siswa dan berdasar aturan yang ada dan digunakan di
sekolah tersebut. Pembauatan aturan jika berdasar kekuasaan yang dimiliki
oleh guru, belum tentu siswanya mau menjalankan dengan ikhlas aturan
yang ada. Belum tentu siswa nyaman dengan aturan yang dibuat oleh guru.
Berawal dari rasa nyamanlah disiplin itu tumbuh dalam hati siswa, dan
selanjutnya siswa akan melaksanakan tata tertib yang ada dengan rasa
senang dan sepenuh hati.

D. Tips Manajemen dan Disiplin Kelas


Disiplin dan manajemen kelas saat proses belajar mengajar adalah suatu
komponen penting untuk mengefektifkan pembelajaran.Disiplin dan
manajemen kelas bukan hanya harus dipelajari oleh setiap guru tetapi juga
harus dipraktekkan setiap hari. Berikut ini adalah beberapa tips yangdapat
membantu guru untuk mendisiplinkan dan memanajemen kelas, sehingga
interupsi dan gangguan pada proses belajar mengajar menjadi lebih berkurang.
Tips-tips tersebut antara lain :
1. Tonggak pada hari pertama masuk kelas.
Pada hakikatnya para guru pada awal-awal pembelajaran di tahun
ajaran baru atau awal semestersering melewatkan suatu hal yang amat
penting.Para guru sering lupa bahwa sebenarnya awal tahun ajaran baru dan
awal semester baru dihari pertama masuk kelas adalah tonggak awal
penerapan disiplin dengan membuat sebuah kesepakatan awal tentang tata
tertib di kelas atau mata pelajaran kita. Jadi buatlah tata tertib dan disiplin
yang disepakati bersama antara guru dan siswa.
2. Pentingnya Keadilan
9

Siswa sangat mampu merasakan adanya suatu keadilan atau


ketidakadilan. Oleh karena itu, guru harus selalu bersikap adil kepada
seluruh siswa tanpa kecuali. Bila guru tidak memperlakukan siswa secara
adil satu sama lain, maka guru akan diberi cap sebagai guru pilih
kasih.Akibatnya siswa tak akan mengikuti aturan-aturan yang guru buat.
Yakinkan bahwa siswa terbaikpun bila melakukan kesalahan akan
mendapatkan konsekuensi yang sama seperti siswa-siswa lain.
3. Tangani Gangguan Sesegera Mungkin
Saat guru mengalami gangguan dalam kelas saat proses
pembelajaran sedang berlangsung, adalah sangat baik jika guru segera
menanganinya selagi masih dalam taraf yang ringan. Teknik-teknik tertentu
dapat digunakan agar pembelajaran dapat terus berjalan.
Misalnya, guru tetap mempresentasikan suatu materi sambil
berjalan ke arah sumber gangguan (siswa) lalu menggunakan isyarat-isyarat
tertentu agar gangguan yang mereka timbulkan itu dihentikan. Guru juga
dapat memberikan pertanyaan kepada siswa yang perilakunya tidak sesuai
dengan kegiatan belajar agar ia kembali berfokus pada pembelajaran yang
sedang berlangsung.
4. Hindari Konfrontasi/ Pertentangan Di Hadapan Siswa
Suatu saat bisa saja terjadi konfrontasi antara guru dengan salah
satu siswa di dalam kelas karena siswa tersebut telah melakukan sesuatu
yang bersifat melanggar disiplin atau norma kesopanan dan membuatguru
menjadi marah. Jika hal ini terjadi, jangan sampai guru berkonfrontasi di
depan siswa-siswa lainnya. Meskipun siswa-siswa lain tersebut mungkin
akan dapat memahami guru, tapi siswa yang berkonfrontasi dengan guru
tersebut akan kehilangan muka dan menjadi pecundang di hadapan teman-
temannya.
Dengan demikian, guru bisa saja akan kehilangan kesempatan
untuk mengajari siswa itu baik tentang disiplin, norma kesopanan, bahkan
materi pelajaran. Cara terbaik adalah meminta waktu di luar jam belajar
untuk berbicara dari hati ke hati dengan siswa tersebut.
10

5. Hentikan Gangguan dengan Sedikit Humor


Kadangkala ada perlunya setiap orang di dalam kelas dapat tertawa
bebas. Untuk ini, guru dapat menggunakan humor-homor yang masih
relevan dengan pembelajaran. Sayang sekali, pada penggunaan humor di
dalam pembelajaran, guru sering tak dapat membedakan mana yang benar-
benar humor dan mana kata-kata yang bersifat sarkasme (sindiran yang bisa
menyinggung perasaan). Sayang sekali, kenyataannya banyak guru yang
sering membuat lelucon dengan menggunakan siswa sebagai bahan lelucon. 
Hati-hati, sesuatu yang guru dan siswa lain anggap lucu bisa saja bermakna
pelecehan bagi siswa yang dijadikan bahan lelucon.
6. Beri Kepercayaan Pada Siswa
Berharaplah bahwa siswa akan berdisiplin dan memahami tata
tertib di dalam pembelajaran guru. Dan yakinlah akan hal itu. Kepercayaan
bahwa mereka mampu belajar dengan baik akan terpancar dari komunikasi
nonverbal guru dengan sendirinya, bahwa siswa tetap “on the track”, tetap
berada dalam kondisi belajar. Selain itu, tunjukkan juga kepercayaan itu
dengan menggunakan komunikasi verbal (kata-kata) semisal: “Saya yakin,
hari ini kita dapat belajar dengan baik.
Karena itu bila ada hal-hal yang ingin didiskusikan, ungkapkan saja
dengan terlebih dahulu mengangkat tangan. Atau dengan “Saya berharap
semua bekerja di dalam kelompoknya masing-masing, kalian dipersilakan
untuk berdiskusi di dalam kelompok masing-masing, dengan suara yang
tidak mengganggu kelompok lain yang juga sedang berdiskusi atau
bekerja.”
7. Rencanakan Pembelajaran dengan Matang
Tinjau ulangrencana pembelajaran yang akan diajarkan. Hal ini
butuh pemikiran mendalam sehingga pembelajaran tidak akan terhambat.
Terhambatnya suatu pembelajaran karena adanya celah-celah pada setiap
segmen pembelajaran dapat menyebabkan siswa hilang fokus dari kegiatan
pembelajaran. Pertimbangkan matang-matang bagaimana peralihan dari
suatu segmen kegiatan belajar dengan segmen kegiatan belajar lainnya.
11

8. Selalu Konsisten
Jika kita memutuskan suatu hal atau menjanjikan suatu hal kepada
siswa, konsistenlah untuk melaksanakannya. Misalnya saja, jika guru telah
berjanji minggu depan akan mengadakan ulangan, maka sesibuk apapun
guru, ulangan harus tetap diadakan. Jika guru berjanji akan mengadakan
praktikum, maka guru harus konsisten untuk melaksanakannya. Guru yang
dengan mudah membatalkan janji atau melanggar kesepakatan yang telah
dibuatnya di kelas bersama-sama siswanya akan tidak dihargai dengan baik
oleh para siswa. Tak ada respek untuk guru macam ini.
Adapun cara atau tips lain untuk mendisiplinkan siswa tanpa harus
menghukum. Karena sebenarnya ada jalan tengah diantara disiplin dan
menghukum. Jalan tengah itu disebut konsekuensi. Sebuah konsekuensi
berarti menempatkan siswa sebagai subyek. Seorang siswa yang dijadikan
subyek berarti diberikan tanggung jawab seluas-luas nya dengan
konsekuensi sebagai batasan.
Misalnya siswa terlambat masuk sekolah, maka solusinya dia
terkena konsekensi pulang lebih telat dari yang lainnya, atau waktu istirahat
dan bermain dipotong . Jangan sampai disitu saja, bicarakan hal ini dengan
orang tua siswa, karena mungkin masalah timbul bukan karena si anak tapi
karena masalah orang tua.Dalam mengatasi masalah terlambat masuk
sekolah ini saya punya contoh menarik. Tidak jauh dari tempat tinggal saya
ada sebuah sekolah menengah atas yang memilih mengunci pintu
gerbangnya setiap jam 7 pagi tepat. Anda bisa bayangkan mereka yang
terlambat akan kesulitan untuk masuk karena pintu gerbang sudah terkunci. 
Setiap hari akan ada sekitar 10 orang siswa  yang tertahan diluar menjadi
tontonan warga sekitar yang lewat di depan sekolah tersebut.  Padahal
mereka yang terlambat belum tentu malas, bisa saja karena alasan cuaca
atau hal-hal lain yang tidk bisa dihindari.
9. Menghilangkan kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk yang biasnya dibuat oleh siswa, banyak ditimbulkan
karena perbuatan yang biasanya dilakukan oleh orang yang ditiru juga
12

buruk, sehingga mereka melakukan hal yang buruk dan akhirnya menjadi
kebiasaan yang mereka lakukan. Kebiasaan buruk juga di dukung oleh
lingkungan dimana mereka berada, suasana mendukung untuk mereka
berbuat buruk. Pengaruh teman juga mempunyai andil yang cukup besar
untuk siswa melakukan kebiasaan buruk. Hal buruk yang dilakukan juga
bisa dilakukan karena mereka hanya ikut-ikutan teman yang melakuakn hal
tersebut. Menghilangkan kebiasaan buruk bisa juga dilakukan dengan
membuat peraturan yang menyebabkan anak tidak melakukan hal buruk
lagi. Tentunya dalam aturan tersebut terdapat konsekuensi yang harus
mereka jalani jika melanggar aturan yang ada karena melakukan kebiasaan
buruk terus menerus.
Alasan pihak sekolah mungkin bisa diterima, tindakan mengunci
gerbang diambil atas nama penegakkan disiplin dan membuat siswa menjadi
sadar akan pentingnya datang tepat waktu ke sekolah. Tapi sadarkah pihak
sekolah bahwa mengunci siswa di luar bisa mempermalukan harga diri
siswa. Bagaimana bila tetangga atau orang-orang yang mengenali mereka
lewat saat mereka terkunci di luar.Padahal saat sekolah mau menerapkan
konsekuensi atas siswa yang terlambat, banyak tindakan yang bisa
dilakukan, dari memotong jam istirahat sampai meminta mereka masuk
sekolah di hari Sabtu atau Minggu saat teman -temannya libur. Dengan
demikian harga diri siswa terjaga dan siswa menjadi makin bertanggung
jawab atas segala tindakan yang dilakukannya. Siswa juga menjadi sadar
bahwa konsekuensi bertujuan untuk penyadaran dengan mengambil atau
mengurangi hak istimewa mereka.
Berikut ini merupakan perbedaan antara hukuman dan konsekuensi.
Hukuman
 Menjadikan siswa sebagai pihak yang tidak punya hak tawar
menawar dan tidak berdaya. Guru menjadi pihak yang sangat
berkuasa. Ingat “Power tends to corrupt”
 Jenisnya tergantung guru, apabila hati guru sedang senang maka
siswa terlambat pun tidak akan dikunci diluar.
13

 Bisa dijatuhkan berlipat-lipat derajatnya  terutama bagi siswa yang


sering melanggar peraturan.
 Guru cenderung memberi cap buruk bagi anak yang sering
melanggar
 Sifatnya selalu berupa ancaman
 Tidak boleh ada pihak yang tidak setuju, semua pihak harus setuju.
Jadi sifatnya memaksa.
Konsekuensi
 Dijatuhkan saat ada perbuatan yang terjadi dan berdasarkan pada
aturan yang telah disepakati
 Sesuai dengan perilaku pelanggaran yang siswa lakukan.
 Menghindari memberi cap pada anak, dengan memberi cap jelek
akan melahirkan stigma pada diri anak bahwa ia adalah pribadi
yang berperilaku buruk untuk selama-lamanya.
 Membuat siswa bertanggung jawab pada pilihannya. Anda bisa
mengatakan “Kevin kamu memilih untuk ribut pada saat bu guru
sedang menerangkan maka silahkan duduk di luar selama 5 menit”.
Dengan demikian anda menempatkan harga diri anak pada
peringkat pertama. Bandingkan dengan perkataan ini “Kevin, dasar
kamu anak tidak tahu peraturan,…. tukang ribut! Sana keluar….!

E. Pendekatan Dalam Menciptakan Kedisiplinan


Salah satu upaya yang esensial maknanya adalah mengundang anak-
anak untuk mengaktifkan diri dengan nilai-nilai moral untuk memiliki dan
mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Dan demikian menunjukkan perlu
adanya posisi dan tanggung jawab dari orang tua. Karena orang tua
berkewajiban meletakkan dasar-dasar disiplin diri kepada anak, sekolah dan
masyarakat dikembangkan disiplin diri itu. Disiplin diri merupakan substansi
esensial di era global untuk dimiliki dan dikembangkan oleh anak karena
dengannya ia dapat memiliki kontrol internal untuk berperilaku yang
14

senantiasa taat moral. Dengan demikian anak tidak hanyut oleh arus
globalisasi tetapi sebaliknya ia mampu mewarnai dan mengakomodasi.
Ada beberapa teori yang diterapkan dalam mendisiplinkan siswa. Teori
yang dipergunakan dan pendekatan yang merekomendasikan bahwa siswa
harus sepenuhnya bertanggung jawab dan memperbaiki sikap mereka. Dari
teori yang diaplikasikan haruslah beragam dan mungkin berhubungan dengan
beberapa faktor.Faktor kepercayaan guru kepada sisiwa berpengaruh kuat
terhadap model pendekatan paling nyaman. Kepercayaan guru tentang
bagaimana seharusnya siswa bersikap, akan mempengaruhi tindakannya.

Ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi tindakannya dalam


kelas, yaitu :
a. Usia dan kepribadian siswa.
b. Waktu dan energy yang guru miliki saat sikap tidak layak muncul.
c. Bentuk sikap tidak layak dari siswa.
d. Tujuan utama disiplin kelas.
Dari faktor yang telah disebutkan dapat berubah menurut waktu dan
tempat. Satu pendekatan tidaklah cukup untuk menunjang pengajaran dari satu
hari ke hari. Penting bagi guru untuk menjadi terbiasa dengan tingkatan
pendekatan yang diperlukan dalam manajemen kelas. Guru juga perlu
mengetahui anggapan tentang siswa yang dihubungkan dengan setiap
pendekatan. Penting juga untuk mengetahui alasan pendekatan tertentu dipilih,
dengan memperdebatkan seperangkat teknik yang spesifik lainnya.
Pendekatan yang digunakan antara lain :
1. Pendekatan dari otoriter ke demokratis
Adakalanya guru harus bertindak tegas terhadap siswa. Misalnya
dalam peraturan di sekolah yang ada sekarang tidak begitu otoriter,
sehingga siswa tidak terlalu mengindahkan peraturan yang ada. Guru
jugaharus bisa membedakan antara hak dan kewajiban siswa. Guru juga
harus menyadari kalau mereka sudah tidak bisa mendominasi siswa.
15

Hubungan secaraprofesional guru dengan konsultan menunjukkan bahwa


secara umum, guru tekah dipaksa untuk mengikuti gaya yang tidak terlalu
otoriter dan lebih demokratis.
Guru juga hrus mengetahui teknik menyelesaikan masalah dalam
diri siswa, apakah mereka lebih nyaman dengan teknik yang tegas, atau
lebih lunak. Pendekatan demokratis ini guru mengizinkan siswanya untuk
bersuar lebih banyak mengungkapkan apa yang mereka inginkan,
penyelesaian masalah yang seperti apa yang membuatmereka nayaman
dan mau untuk menceritakan semua masalah yang ada.
Guru juga mengizinkan siswa untuk bersuara lebih banyak dalam
mengambil kebijakan dalam aturan kelas. Siswa cenderung mengadopsi
proses demokratis namun untuk kepentingan otoriterisme. Tindakan guru
untuk otoriter dilarang, namun ketegasan mutlak perlu, meskipaun banyak
siswa yang tidak bisa membedakannya dan cenderung menggap sama apa
yang dilakukan oleh guru meskipaun dengan tujuan yang sama yaitu untuk
mencapai tujuan disiplin dalam kelas sehingga proses belajar mengajar
berlangsung dengan baik, efektif, dan efisien.
2. Pendekatan disiplin yang demokratis
Dilema kedisiplinan muncul berdasarkan pemikiran guru bahwa
mereka memerlukan sebuah pemahaman, tujuan, dan teknik dari beragam
pendekatan terhadap disiplin kelas. Mereka dapat memilih suatu
pendekatan tertentu atau beberapa pendekatan, pemilihan pendekatan
didasarkan pada kepribadian guru, murid, waktu dan tempat, hal ini juga
berhubungan dengan adanya kesadaran mengenai ragam disiplin yang
mengajarkan nilai-nilai siswa mengenai siapa yang harus bertanggung
jawab untuk menentukan sikap yang diterima dalam kelas.
Pendekatan disiplin yang demokratis kurang maksimal
dilaksanakan karena mereka kurang member kesempatan kepada siswa
untuk mengambil keputusan dalam proses belajar, timbulnya sebuah
scenario dimana orang tua menentang atau menyetujui/ menyarankan
16

model disiplin tertentu karena menyadari pentingnya interaksi dalam kelas


dan pengaruhnya terhadap nilai-nilai siswa.
3. Pendekatan dengan cara bertindak keras
Tindakan keras yang biasanya dilakukan oleh guru ada yang
berujung dengan kesuksesan ada juga yang berujung dengan kegagalan.
Hal itu terjadi karena pengalaman antara guru yang satu dengan yang lain
di masa lalu atau masa anak-anak dalam menangani masalah berbeda. Ada
tipe guru lainnya yang juga terlibat dalam merespons lebih keras dari yang
diharapkan. Secara paradoks guru tersebut pada awalnya menggunakan
pendekatan yang halusdari yang diharapkan terhadap sikap siswa, sering
menjadi frustasi. Akhirnya rasa frustasi berubah menjadi kemarahan dan
kebencian yang tidak dapat diekspresikan, menumpuk sampai meledak.
Kemudian mereka mengekspresikan kejengkelannya melalui teknik yang
sangat efektif.
4. Pendekatan dengan memecahkan siklus
Salah satu kontribusi yang terpenting dalam membedakan
pendekatan terhadap disiplin adalah bahwa setiap bagiannya memberikan
cara pada guru untuk mematahkan siklus dengan menawarkan cara
menghindari respons terhadap sikap tidak layak dari siswa, yang lebih
halus atau lebih keras dari yang diharapkan. Cara yang berguna dalam
membandingkan seluruh sikap yang ditunjukkan guru saat merespons
sikap yang tidak layak dari siswa adalah dengan menempatkannya dalam
sebuah rangkaian. Ada sikap yang ditunjukkan oleh siswa yaitu dengan
menyerang. Hal ini direspons oleh guru dengan memanggil nama siswa,
membandingkan mereka secara tidak adil dengan siswa dengan yang
lainnya, menghukum siswa yang tidak adil dengan siswa yang lainnya,
menghukum siswa yang tidak bersalah, berteriak dengan keras sekali, dan
dengan sengaja mempermalukan di depan siswa lainnya. Dan sikap guru
yanglainnya yaitu sikap guru yang lemah atau tidak bertulang, seperti
memilih sikap untuk keluar dari kelas, memrintah berulang-ulang tanpa
hasil, menangis, dan memohon.
17

Pendekatan lain yang digunakan merupakan pendekatan model


pengaruh. Pendekatan ini dinamakan pendekatan berpusatpada siswa dan
terdiri atas teknik yang di desain untuk memberikan fasilitas pelatihan
pengendalian diri pada siswa. Dengan pendekatan model pengaruh ini,
guru berusaha untuk mempengaruhi sikap siswa melalui perundingan dan
nasihat. Pendekatan yang mendekati hal tersebut adalah pendekatan
dengan model manajemen.
Tujuan guru dalam pendekatan ini adalah mengatur kelompok
dengan cara tertentu sehingga kelompok itu mampu mengatur diri sendiri.
Pendekatan berorientasi kelompok ini merupakan pendekatan yang seluruh
anggota kelas secara bersama-sama menetapkan peraturan dan hukuman
bagi sikap tidak layak dari siswa itu sendiri. Peraturan dan hukuman ini
kemudian mengikat seluruh anggota kelas. Pendekatan yang terakhir
merupakan pendekatan model pengawasan.
Pendekatan ini melibatkan campur tangan guru yang berkuasa dan
mengarapkan kepatuhan siswa. Sangat penting menghindari salah
pengertian. Menggunakan pendekatan berorientasi pada siswa berarti
menjadi lemah atau terdesak oleh siswa. Pendekatan berorientasi pada
guru bukan juga termasuk melawan atau mencoba melukai siswa secara
fisik atau mental. Semua pendekatan yang telah dibahas bertujuan untuk
membantu siswa untuka bersikap layak yang sesuai dengan kebutuhan
siswa. Cara membedakan pendekatan yang digunakan dalam disiplin kelas
adalah memutuskan bagaimana seharusnya siswa bersikap dan siapa yang
menetapkan sebuah sikap layak atau tidak. Guru bersama siswa atau siswa
secara individual.
5. Respons atas sikap
Dalam menggambarkan apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
perlu pemahaman yanag dapat membedakan antara keengganan atau
ketidak mampuan siswa menyesuaikan diri dengan sekolah. Hal ini
biasanya dikenal dengan model deficit, yang menyoroti bantuan bagi
problematika psikologis siswa atau faktor-faktor social yang menimbulkan
18

kurangnya kepatuhan siswa. Untuk dapat memecahkan masalah ini, guru-


guru harus menggunakan pendekatan yang bervariasi, yaitu dimulai dari
latihan control terhadap sikap siswa sampai pendekatan konseling.
Kurangnya kepatuhan anak merupakan ungkapan perasaan yang sejati dan
dapat dibenarkan tentang ketidakpuasan siswa terhadap institusi
pendidikan yang gagal dalam memenuhi kebutuhan siswa yang menjadi
hak mereka. Cara yang baik mengklarifikasikan perbedaan antara
pendekatan tersebut dengan penggunaan analogi sederhana.
Disiplinyang efektif ada tiga syarat yaitu menghasilkan /
menimbulkan suatu keinginan perubahan / pertumbuhan pada anak, tetap
terpelihara harga diri anak, tetap terpelihara suatu hubungan yang rapat
antara orang tua dengan anak.
Tipe yang paling efektif untuk mendisiplinkan anak, termasuk
penggunaan pendekatan yaitu :
a. Pendekatan Positif
Pendekatan positif adalah pendekatan yang arahnya kepada hal
yang baik dan merupakan suatu pendekatan yang diterapkan pendidik pada
anak agar memiliki kesadaran untuk mendisiplinkan diri sendiri.
Implementasi disiplin positif antara lain dalam bentuk tanggung jawab
melaksanakan tugas, mampu bekerja sama dengan teman-teman sekelas
serta memiliki kemampuan menyelesaikan masalah tanpa harus dihukum
terlebih dahulu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan
disiplin positif yang diterapkan dapat berkontribusi secara signifikan untuk
mengubah atau memperbaiki perilaku kasus yang bermasalah.
Kerjasama yang positif antara guru dengan orang tua akan
memberikan sumbangkasih yang lebih besar terhadap penerapan disiplin
positif sehingga perubahan kasus dapat lebih nyata terlihat.Contoh :
Teladan, Bujukan/ pujian dan Hadiah (reward).
b. Pendekatan Negatif
Pendekatan negatif adalah pendekatan yang arahnya kepada hal
yang buruk.
19

Contoh : Hukuman
Sedangkan disiplin yang tidak efektif adalah salah satu masalah
terbesar dalam keluarga yang memiliki anak sulit. Terletak pada
kekaburan perilaku yang berdasarkan watak dan perilaku yang tidak
berdasarkan watak dan ketidak mampuan memperlakukan kedua jenis
perilaku ini dengan cara yang berbeda. Akhirnya dalam melaksanakan
pendisiplinan yang efektif dengan anak yang sulit, usahakan untuk tidak
bertindak pada saat suasana masih panas.
Ada beberapa pendekatan yang dijadikan sebagai alternatif
pertimbangan dalam usaha menciptakan disiplin kelas yang efektif seperti
yang tercantum dalam buku Ilmu Pendidikan, yang disebutkan oleh Drs.
Sudirman N,dkk antara lain :
1. Pendekatan Manajerial
Pendektan ini dilihat dari sudut pandangan manajemen yang
berintikan konsepsi tentang kepemimpinan. Dalam pendekatan ini dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu: kontrol otoriter (dalam menegakkan disiplin
kelas guru harus bersikap tegas dan keras), kebebasan liberal (menurut
konsep ini siswa harus diberi kebebasan sepenuhnya untuk melakukan
kegiatan apa saja sesuai dengan tingkat perkembangannya),dan kebebasan
terbimbing (konsep ini merupakan perpaduan diantara kontrol otoriter dan
kebebasan liberal dan dari sini siswa diberi kebebasan untuk melakukan
aktivitas, namun terbimbing atau terkontrol karena disiplin kelas yang baik
menurut konsep ini lebih ditekankan kepada kesadaran dan pengendalian
diri sendiri).
2. Pendekatan Psikologis
Pendekatan yang didasarkan atas studi psikologis yang dapat
dimanfaatkan oleh guru dalam membina disiplin kelas kepada siswanya.
Pendekatan yang dimaksud antara lain :
1) Pendekatan Modifikasi Tingkah laku (Behavior modification
approach).
20

Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavioral yang mengemukakan


asumsi bahwa:
a. Semua tingkah laku yang baik dan kurang baik merupakan hasil
proses belajar.
b. Ada sejumlah kecil proses psikologi yang fundamental yang dapat
digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang
dimaksud, yaitu di antaranya penguatan positif (positif
reinforcement) seperti hadiah, ganjaran, pujian, pemberian
kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa,
dan penguatan negatif (negatif reinforcement) seperti hukuman,
penghapusan hak dan ancaman. Untuk membina tingkah laku yang
dikehendaki guru harus memberikan penguatan positif (pemberian
ganjaran atau penghapusan hukuman). Sedangkan untuk mengurangi
atau menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki, guru harus
menggunakan penguatan negatif (pemberian hukuman atau
penghapusan hak). Penguatan ini sendiri ada dua macam, yaitu
penguatan primer (penguatan yang tanpa dipelajari) misalnya
makanan, air, kehangatan badaniah dan penguatan sekunder
(penguatan sebagai hasil proses belajar, misalnya perhatian, pujian,
sanjungan serta kegiatan lain yang disenangi oleh peserta didik.
2) Pendekatan iklim sosio-emosional (Sosio-Emotional-Climate
Approach).
Pendekatan ini berlandaskan psikologi klinis dan konseling yang
mempradukan: pertama, proses belajar-mengajar yang efektif
mempersyaratkan keadaan sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat
hubungan antara pribadi guru dengan siswa dan antara siswa dengan
siswa. Kedua, guru merupakan unsur terpenting bagi terbentuknya iklim
sosio-emosional yang baik. Guru diperlukan bersikap tulus di hadapan
siswa, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, dan mengerti
siswa dari sudut pandangan siswa sendiri.
21

Selanjutnya Carl A. Rogers menekankan pentingnya guru bersikap


tulus di hadapan peserta didik (roalness, genueness, and congruence);
menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia (Acceptance,
prizing, caring dan trust); dan mengerti peserta didik dari sudut pandangan
peserta didik sendiri (emphatio understanding) .
3) Pendekatan proses kelompok (Group-Processess Approach).
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi klinis dan dinamika
kelompok. Yang menjadi anggapan dasar dari pendekatan ini ialah
pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks sosial dan tugas
pokok guru yang terutama dalam pengelolaan kelas ialah membina
kelompok yang produktif dan efektif.
Adapun unsur-unsur pengelolaan kelas dalam rangka pendekatan proses
kelompok yang dapat diwujudkan kelompok produktif dan efisien, antara
lain:
a) Harapan timbal-balik tingkah laku antara guru dengan siswa dan
siswa dengan Siswa.
b) Sifat kepemimpinan, baik dari pihak guru maupun pihak siswa, yang
mengarahkan kegiatan kelompok ke arah pencapaian tujuan yang
telah ditentukan.
c) Pola persahabatan antar kelas, semakin baik ikatan persahabatan
antar siswa maka semakin besar peluang kelompok menjadi
produktif.
d) Norma-norma kelompok yang produktif dimiliki dan dipertahankan,
sedangkan yang kurang baik dihilangkan.
e) Terjadinya komunikasi yang efektif.
f) Kekohesifan (keakraban)), yaitu perasaan keterikatan masing-
masing anggota terhadap kelompok seraca keseluruhan.
Pendekatan disiplin hendaknya memiliki basis kemanusiaan dan
prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip kemanusiaan dan demokrasi berfungsi
sebagai petunjuk dan pengecek bagi para guru dalam mengambil kebijakan
22

yang berhubungan dengan disiplin. Oleh karena itu, pendekatan disiplin


yang dilakukan guru harus :
1. Menggambarkan prinsip-prinsip pedagogik dan hubungan
kemanusiaan
2. Mengembangkan dan membentuk profesionalisme personel dan sosial
3. Merefleksikan tumbuhnya kepercayaan dan kontrol dari peserta didik
4. Menumbuhkan kesungguhan berbuat dan berkreasi, baik dikalangan
guru dan peserta didik tanpa ada kecurigaan dan kecemasan
5. Menghindari perasaan beban berat dan rasa terpaksa dikalangan para
peserta didik.

F. Tipe-tipe Sikap Siswa


Mengenal kepribadian siswa sangat penting bagi seorang pendidik/
guru untuk meningkatkan prestasi. Sebagai seorang guru seringkali
mengalami hal-hal sebagai berikut :
1. Merasa kesal dengan siswa yang susah diatur.
2. Merasa kesal dengan siswa yang cerewetsedikit-sedikit bertanya,
sedikit-sedikit bertanya.
3. Merasa kesal dengan siswa yang bersikap dingin pada guru.
4. Merasa kesal dengan siswa yang bodoh atau sulit sekali memahami
pelajaran yang diberikan oleh guru dan lamban dalam mengerjakan
tugas
5. Merasa kesal dengan siswa yang keras hati, mudah emosi, dan
mudah tersinggung.
6. Merasa kesal dengan siswa yang bicaranya kasar.
7. Merasa kesal dengan siswa yang tidak bertanggung jawab.
8. Merasa kesal dengan siswa yang hanya diam saja dikelas, kalau
tidak ditanya tidak bicara.
Kekesalan-kekesalan guru pada dasarnya adalah disebabkan oleh
ketidak tahuan guru tersebut terhadap tipe kepribadian masing-masing
siswa, sehingga guru sering kesal dengan sikap-sikap siswa yang tidak
23

sesuai dengan keinginan guru, kemudian memarahi, tanpa memahami, dan


tanpa memberikan solusi yang sesuai dengan pribadi dan kebutuhan siswa.
Inilah yang dimaksudkan dengan pentingnya mengenal tipe kepribadian
siswa. Seringkali seorang guru tidak sadar, bahwa sikap memarahi yang
dilakukan kepada siswanya yang tidak pernah bertanya di kelas, bisa
menyebabkan siswa malah menjadi minder, malas belajar dan semakin
tidak memiliki keberanian di kelas. Hal ini disebabkan karena pada
dasarnya siswa yang bersangkutan diam bukan disebabkan karena dia
tidak tertarik dengan pelajaran, tetapi lebih disebabkan oleh tipe
kepribadian introvert yang ada pada dirinya sehingga dia cenderung
pendiam. Kesalahan seorang guru adalah sebenarnyaharus memotivasinya
dan bukan sebaliknya memarahinya.

G. Pengertian Kepribadian
Terdapat pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian
kepribadian. Atkinson (1996) dalam bukunya Pengantar Psikologi Jilid-2
mendefinisikan kepribadian sebagai pola perilaku dan cara berfikir yang
khas, yang menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan.
Istilah khas menyiratkan adanya konsistensi perilaku, bahwa orang
cenderung untuk bertindak atau berfikir dengan cara tertentu dalam
berbagai situasi. Sementara itu menurut Kelly (dalam Koeswara, 1991)
kepribadian diartikan sebagai cara yang unik dari individu dalam
mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Menurut Wheeler (dalam
Patty, 1982) kepribadian adalah pola khusus atau keseimbangan daripada
reaksi-reaksi yang teratur yang menampakkan sifat khusus individu
diantara individu-individu yang lain.
Menurut Sigmund Freud sang pendiri aliran Psikoanalisa (dalam
Koeswara, 1991) memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang
terdiri dari tiga sistem, yakni id (dorongan, atau nafsu), Ego (diri) dan
24

superego (nilai yang diintroyeksikan melalui pendidikan). Menurutnya


tingkah laku, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi
ketiga sistem kepribadian tersebut.Menurut Hall (1998) kepribadian
merupakan hakekat keadaan manusiawi, yaitu bahwa kepribadian
merupakan bagian dari individu yang paling mencerminkan atau mewakili
pribadi, bukan hanya dalam arti bahwa ia membedakan individu tersebut
dari orang lain, tetapi yang lebih penting, bahwa itulah ia yang sebenarnya.
Alport (1971) dalam Sarwono (2002) mendefinisikan kepribadian sebagai
berikut: “Personality is the dynamic organization within the individual of
those psychophysical system that determine his unique adjustments to his
environment”
Dari berbagai pendapat tentang pengertian kepribadian, maka dapat
disimpulkan bahwa kepribadian adalah suatu cirrikhas yang menetap pada
diri seseorang dalam berbagai situasi dan dalam berbagai kondisi, yang
mampu membedakan antara individu yang satu dengan individu yang lain.
Berdasar pada definisi Alport tersebut kepribadian memiliki unsur-
unsur sebagai beikut (Sarwono (2002):
1. Organisasi yang dinamis. Tidak statis, tetapi selalu berubah setiap
waktu.
2. Organisasi itu terdapat dalam diri individu, dan tidak meliputi hal-hal
diluar individu.
3. Organisasi itu terdiri atas sistem psikis, yaitu sifat, bakat, dan
sebagainya, dan sistem fisik yaitu anggota dan organ-organ tubuh yang
saling terkait.
4. Organisasi itu menentukan corak penyesuaian diri yang unik dari tiap
individu terhadap lingkungannya.

H. Tipe Kepribadian
Menurut Mahmud (1990) kepribadian terbagi menjadi dua belas
kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut:
1. Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
25

2. Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh,


tidak kreatif.
3. Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka
menghindar evasive, neurotik.
4. Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
5. Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar,
tertekan, menyendiri, sedih.
6. Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
7. Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
8. Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional,
tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.
9. Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
10. Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban,
malas, mudah lelah.
11. Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
12. Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.
Menurut Eysenck (1964) tipe kepribadian dibagi menjadi tiga,
yaitu:
a. Kepribadian Ekstrovert
Tipe kepribadian ini dicirikan dengan sifat sosiabilitas,
bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif,
menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas
sosial.
b. Kepribadian Introvert
Tipe kepribadian ini dicirikan dengan sifat pemalu, suka
menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.
c. Neurosis
Tipe kepribadian ini dicirikan dengan pencemas, pemurung,
tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti
keringat, pucat, dan gugup.
26

I. Pentingnya Mengenal Kepribadian Siswa


Mengenal kepribadian siswa sangat penting karena berkaitan
dengan peningkatan prestasi belajar. Dalam dunia pendidikan, sebagai
seorang pendidik atau dalam lingkup lebih kecil dalam rumah tangga
sebagai orang tua pasti akan dihadapkan pada berbagai karakteristik
kepribadian, ada siswa-siswa yang menyenangkan, periang, mau terbuka
terhadap permasalahan yang sedang dihadapinya, aktif dalam berbagai
organisasi yang ada di sekolah dan sebaliknya ada siswa-siswa yang
terkesan membosankan, pendiam, tidak terbuka, tidak hangat dan lain
sebagainya. Tentu saja sebagai seorang pendidik sangat dituntut untuk
memahami karakteristik kepribadian setiap siswa, sehingga selaku
pendidik harus dapat memberikan stimulasi atau perlakuan yang sesuai
dengan tipe kepribadian siswa yang dihadapi. Dengan begitu treatment-
treatment yang diberikan kepada siswa akan mengantarkan siswa kepada
suatu kondisi optimal, baik dalam bidang prestasi akademik maupun
prestasi non akademik. Tetapi akan menjadi kebalikannya jika treatment-
treatment yang diberikan tanpa mempertimbangkan aspek kepribadian
siswa, mungkin karena teguran guru yang terlalu kasar, karena cara guru
menyampaikan kurang sesuai dengan pribadi anak, justru akan
mengantarkan peserta didik kedalam kondisi destruktif, delinkuen, tidak
berprestasi.
Terdapat contoh namanya Fulan adalah siswa yang peringan,
banyak bertanya, tidak mudah puas dengan penjelasan guru di kelas
sehingga tidak jarang dia membuat guru bingung dengan pertanyaan-
pertanyaannya. Tetapi karena guru tidak memahami kepribadian Fulan
yang memang seperti itu, guru sering menegurnya dan memberi peringatan
dengan tuduhan terlalu berani dengan guru dan tidak sopan. Pada
akhirnya, karena selalu mendapat teguran dari guru yang dianggapnya
sebagai sesuatu yang menakutkan (karena disisi lain Fulan adalah pribadi
yang cenderung menarik diri) Fulan menjadi siswa yang pendiam takut
27

bertanya, dan malas belajar, dan pada akhirnya prestasinya jeblok. Ini
hanya sebuah contoh realitas yang sering terjadi di lingkungan sekitar.
Berbicara kehidupan manusia sebagai individu memang tidak akan
pernah keluar dari kerangka mengenai kepribadian. Kepribadian
merupakan konsep dasar psikologs yang berusaha menjelaskan keunikan
manusia. Kepribadian mempengaruhi dan menjadi kerangka acuan dari
pola pikir, perasaan, perilaku, serta bertindak sebagai aspek fundamental
dari setiap individu.
28

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Disiplin kelas adalah suatu keadaan tertib di mana guru dan murid
mematuhi peraturan kelas sehingga mereka dapat menjalankan fungsi masing-
masing secara efektif dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar
didalam kelas. Ada dua jenis disiplin kelas, yaitu disiplin yang timbul atas
kesadaran kelas sendiri (murid-murid dalam kelas) dan disiplin yang timbul
karena paksaan dari guru/wali kelas.
Faktor yang dapat mempengaruhi disiplin kelas yaitu sebagai berikut:
faktor kesehatan, faktor perorangan, faktor social, dan faktor lingkungan. Cara
yang dapat dilakukan oleh guru/wali kelas untuk menegakkan disiplin kelas
kepada murid, yaitu dengan cara :
a. Mendisiplinkan diri sendiri
b. Menumbuhkan kesadaran dalam diri murid
c. Mewujudkan kerjasama yang baik dalam suatu kelas
d. Dalam mewujudkan disiplin kelas, setiap murid diperlakukan
secara adil.
Jenis gangguan disiplin kelas, antara lain : percakapan, melempar catatan,
gangguan kebebasan yang berlebihan di antara siswa, gangguan permusuhan antar
peserta didik/ kelompok, gangguan mencontek, gangguan pengaduan, gangguan
tabiat marah, gangguan penolakan permohonan guru, dan gangguan perpindahan
situasi.
Tips manajemen dan disiplin kelas dapat dilakukan dengan cara :
 Tonggak pada hari pertama masuk kelas.
 Pentingnya Keadilan
 Tangani Gangguan Sesegera Mungkin
 Hindari Konfrontasi/ Pertentangan Di Hadapan Siswa
 Hentikan Gangguan dengan Sedikit Humor
 Beri Kepercayaan Pada Siswa

34
29

 Rencanakan Pembelajaran dengan Matang


 Selalu Konsisten
Pendekatan dalam menciptakan kedisiplinan antara lain :
1. Pendekatan dari otoriter ke demokratis
2. Pendekatan disiplin yang demokratis
3. Pendekatan dengan cara bertindak keras
4. Pendekatan dengan memecahkan siklus
5. Respons atas sikap
Ada beberapa pendekatan yang dijadikan sebagai alternatif pertimbangan
dalam usaha menciptakan disiplin kelas yang efektif seperti yang tercantum dalam
buku Ilmu Pendidikan, yang disebutkan oleh Drs. Sudirman N,dkk yaitu
pendekatan manajerial dan pendekatan psikologis.
Tipe-tipe siswa merupakan kepribadin yang sangat beragam dan unik. Menurut
Eysenck (1964) tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Kepribadian Ekstrovert
Tipe kepribadian ini dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat,
menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah,
sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
b. Kepribadian Introvert
Tipe kepribadian ini dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri,
mempunyai kontrol diri yang baik.
c. Neurosis
Tipe kepribadian ini dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang,
bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan
gugup.

B. Saran
Sebagai calon guru harus mengetahui bagaimana cara mendisiplinkan
kelas melalui pendekatan disiplin dan memahami tentang tipe-tipe sikap siswa.
Dengan seperti itu, maka kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan baik,
efektif, dan menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai