Anda di halaman 1dari 28

Pengertian, Karakteristik, Dan Syarat Profesi Guru

By Muhammad Reza - October 11, 2020

Profesi pada hakekatnya merupakan suatu janji terbuka seseorang bahwa dirinya
akan mengabdikan jabatan atau tugas dan pekerjaan terhadap orang yang
membutuhkan pelayanananya atas dasar panggilan yang muncul dari jiwa atau
hati seseorang tanpa merasa terpaksa. Hal ini senada dengan pendapat Oemar
Hamalik yang mengatakan bahwa dalam suatu profesi terkantung tiga makna
sebagai berikut: Hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka,
profesi mengandung unsur pengabdian, profesi adalah suatu jabatan atau
pekerjaan.
a. Hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji yang terbuka
      Seseorang yang profesional akan mempertanggung jawabkan suatu janji yang
telah diucapkan secara terbuka. Dan pernyataan yang diucapkannya dalam bentuk
janji diyakininya akan membawa manfaat terutama bagi orang banyak dan
khususnya bagi dirinya sendiri. Janji yang diucapkan terkumpul dalam suatu
naskah yang disebut dengan kode etik profesi. Dan untuk guru berarti kode etik
guru. 
b. Profesi mengandung unsur pengabdian
         Pengabdian yang dimaksudkan adalah bahwa suatu profesi harus membawa
kebaikan, keuntungan, kesempurnaan serta kesejahteraan bagi masyarakat. Bukan
sebaliknya membawa keburukan, kerugian, merusak bahkan menimbulkan
malapetaka bagi orang banyak. Pengabdian terhadap profesi berarti harus
mendahulukan kepentingan masyarakat atau pengguna jasa (klien) yang
dilayaninya. Misalkan profesi dokter adalah untuk kepentingan pasien agar cepat
sembuh, profesi pendidikan adalah untuk kepentingan para murid atau siswa dan
sebagainya. Dengan memilih suatu profesi maka seseorang harus siap
mengabdikan dirinya kepada masyarakat.
c. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan 

1
        Suatu profesi erat kaitannya dengan suatu jabatan atau pekerjaan tertentu.
Suatu jabatan atau pekerjaan harus dipenuhi dengan standar kompetensi standar
kompetensi yang menyertai suatu jabatan atau pekerjaan. Kompetensi sangat
diperlukan untuk melaksanakan fungsi-fungsi profesi. Kompetensi yang harus
dimiliki dalam suatu jabatan atau pekerjaan antara lain: kemampuan membuat
keputusan serta mampu mengambil kebijakan pada waktu dan orang yang tepat.
        Suatu profesi harus dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan
dan sebagainya) tertentu. Nurdin dan Usman yang mengemukakan delapan
kriteria suatu pekerjaan dapat dikatakan sebagai profesi
yaitu:
1) Panggilan hidup yang sepenuh hati
 Profesi adalah pekerjaan yang menjadi panggilan  hidup seseorang yang
dilakukan sepenuhnya serta berlangsung untuk jangka waktu yang lama, bahkan
seumur hidup.
2) Pengetahuan dan Kecakapan/keahlian
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan atas dasar pengetahuan dan
kecakapan/keahlian yang khusus  dipelajari;
3) Kebakuan yang universal
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan menurut teori, prinsip, prosedur dan
anggapan dasar yang sudah baku secara umum (universal) sehingga dapat
dijadikan pegangan atau pedoman dalam pemberian pelayanan terhadap mereka
yang   membutuhkan;
4) Pengabdian
       Profesi adalah pekerjaan yang menuntut pengabdian kepada masyarakat
bukan untuk keuntungan  secara material/finansial bagi sendiri;  
 5) Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif 
      Profesi adalah pekerjaan yang mengandung unsur  unsur kecakapan diagnostik
dan kompetensi aplikatif terhadap orang atau lembaga yang dilayani;
6) Otonomi 
       Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan secara otonomi atas dasar prinsip-
prinsip atau norma-norma yang ketetapannya hanya dapat diuji atau  dinilai Oleh
rekan-rekannya seprofesi;
7) Kode etik 

2
       Profesi adalah pekerjaan yang mempunyai kode etik yaitu norma-norma
tertentu sebagai pegangan atau pedoman yang diakui serta dihargai Oleh
masyarakat dan;
8) Klien
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan untuk melayani mereka yang
membutuhkan pelayanan (klien) yang pasti dan jelas subyeknya.
       Sedangkan Qomari Anwar mengacu kepada pendapat Ornsten dan Levine
menyimpulkan pengertian profesi sebagai berikut.
1) Tugas tersebut dilakukan sebagai karier yang akan dilakukan sepanjang hayat;
2) Sebelum melakukan pekerjaan tersebut diperlukan ilmu dan keterampilan
tertentu, sehingga memerlukan pelatihan khususnya dalam jangka waktu tertentu,
dan tidak setiap orang dengan leluasa dapat melakukannya tanpa mengikuti
persiapan yang memadai;
3) Memiliki otonomi dalam mengambil keputusan yang terkait dengan tugas
tersebut; tidak diatur Oleh pihak Iain walaupun dari atasannya.
4) Mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang diakibatkan Oleh keputusan
profesional yang diambilnya;
5) Memiliki komitmen terhadap jabatan dan klien, dan dilakukan dengan
menggunakan administrasi yang jelas dan mudah;
6) Biasanya memilik organisasi profesi dan asosiasi yang sepenuhnya diatur
sendiri oleh anggota profesi tersebut;  
7) Memiliki kode etik tersendiri untuk membantu memberikan penjelasan riil
yang meyakinkan kepada klien atau khalayak ramai;
8) Mempunyai status sosial dan gaji yang tinggi bila   dibandingkan dengan
jabatan lainnya.  

A. KARAKTERISTIK DAN SYARAT-SYARAT PROFESI GURU


      Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah  orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang
yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat  tertentu, tidak mesti di lembaga
pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, di surau/musala, di rumah, dan
sebagainya.  
         Menurut N.A. Atembaun dalam Djamarah: guru adalah semua orang yang

3
bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa siswa baik secara individual
ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dengan demikian
seorang guru harus menguasai berbagai kompetensi baik pedagogis, kepribadian,
kemasyarakatan maupun Profesional.  
        Guru merupakan jabatan profesional, artinya bahwa guru merupakan suatu
profesi yang dijalani oleh seseorang yang harus memenuhinya syarat-syarat suatu
profesi jabatan. Jabatan profesional adalah jabatan yang memerlukan keahlian
khusus. Seorang guru yang profesional harus memahami betul seluk beluk
pendidikan dan pekerjaan serta ilmu-ilmu pendukung lainnya agar dapat
mendukung segala aktivitasnya baik mendidik maupun mengajar di sekolah. Dan
untuk menjadikan seorang guru profesional diawali dengan keharusan seseorang
melalui Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan yang khsusus mempersiapakan
seseorang menjadi guru.
         Guru di dalam sebuah lembaga pendidikan merupakan jabatan fungsional.
Jabatan fungsional adalah jabatan yang tinjau dari segi fungsi yang tidak tampak
dalam struktur organisasi. Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan
suatu keahlian khusus, pekerjaannya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang
tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Orang yang pandai berbicara sekalipun
belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi seorang guru diperlukan syarat
syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional harus menguasai benar
seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan
lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.

B. KARAKTERISTIK PROFESI GURU

          Lieberman (1956), mengemukakan bahwa karakteristik profesi kalau


dicermati secara seksama ternyata terdapat titik-titik persamaannya. Di antara
pokok-pokok persamaannya itu ialah sebagai berikut. 

4
1. A unique, definite, and essential service
          Profesi itu merupakan suatu jenis pelayanan atau pekerjaan yang unik
(khas), dalam arti berbeda dari jenis pekerjaan atau pelayanan apapun yang
lainnya. Di samping itu, profesi juga bersifat definitif dalam arti jelas batas-batas
kawasan cakupan bidang garapannya (meskipun mungkin sampai batas dan
derajat tertentu ada kontigensinya dengan bidang lainnya). Selanjutnya profesi
juga merupakan suatu pekerjaan atau pelayanan yang amat penting, dalam arti hal
itu amat dibutuhkan oleh pihak penerima jasanya sementara pihaknya sendiri
tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan untuk melakukannya
sendiri. 

2. An emphasis upon intellectual technique in performing its service 


       Pelayanan itu amat menuntut kemampuan kinerja yang berlainan dengan
keterampilan atau pekerjaan manual semata-mata. Benar, pelayanan profesi juga
terkadang peralatan manual dalam praktek pelayanannya, seperti seorang dokter
bedah misalnya menggunakan pisau operasi, namun proses penggunaannya
dibimbing oleh suatu teori dan wawasan intelektual.

3. A long period of specialized training 


       Perolehan penguasaan dan kemampuan intelektual (wawasan atau visi dan
kemampuan atau kompetensi serta kemahiran atau skills) serta sikap profesional
tersebut, seseorang akan memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk mencapai
kualifikasi keprofesian sempurna lazimnya tidak kurang dari lima tahun lamanya;
ditambah dengan pengalaman praktek terbimbing hingga tercapai nya suatu
tingkat kemandirian secara penuh dalam menjalankan profesinya. Pendidikan
keprofesian termaksud lazimnya diselenggarakan pada jenjang pendidikan tinggi,
dengan proses pemagangannya sampai batas waktu tertentu dalam bimbingan para
seniornya. 

4. A broad range of autonomy for both the individual practitioners and the
occupational group as a whole 
       Kinerja pelayanan itu demikian cermat secara teknis sehingga kelompok
(asosiasi) profesi yang bersangkutan sudah memberikan jaminan bahwa

5
anggotanya dipandang mampu untuk melakukannya sendiri tugas pelayanan
tersebut, apa yang seyogianya dilakukan dan bagaimana menjalankannya, siapa
yang seyogianya memberikan izin dan lisensi untuk melaksanakan kinerja itu.
       Individu-individu dalam kerangka kelompok asosiasinya pada dasarnya relatif
bebas dari pengawasan, dan secara langsung mereka menangani prakteknya.
Dalam hal menjumpai sesuatu kasus yang berada di luar kemampuannya, mereka
membuat rujukan (referral) kepada orang lain dipandang lebih berwenang, atau
membawanya ke dalam suatu panel atau konferensi kasus (case conference). 

5. An acceptance by the practitioners of broad personal responsibility for


judgments made and acts performed within the scope of professional autonomy
          Konsekuensi dari otonomi yang dilimpahkan kepada seorang tenaga praktisi
profesional itu, maka berarti pula ia memikul tanggung jawab pribadinya harus
secara penuh. Apapun yang terjadi, seperti dokter keliru melakukan diagnosis atau
memberikan perlakuan terhadap pasiennya atau seorang guru yang keliru
menangani permasalah siswanya, maka kesemuanya itu harus dipertanggung
jawabkannya, serta tidak selayaknya menudingkan atau melemparkan
kekeliruannya kepada pihak lain. 

6. An emphasis upon the service to be rendered, rather than the economic gain to
the practitioners, as the basis for the organization and performance of the social
service delegated to the occupational group
         Mengingat pelayanan profesional itu merupakan hal yang amat esensial
(dipandang dari pihak masyarakat yang memerlukannya) maka hendaknya kinerja
pelayanan tersebut lebih mengutamakan kepentingan pelayanan pemenuhan
kebutuhan tersebut, ketimbang untuk kepentingan perolehan imbalan ekonomis
yang akan diterimanya. Hal itu bukan berarti pelayanan profesional tidak boleh
memperoleh imbalan yang selayaknya Bahkan seandainya kondisi dan situasi
menuntut atau memanggil nya seorang profesional itu hendaknya bersedia
memberikan pelayanan tanpa imbalan sekalipun.       

  7. A comprehensive self-governing organization of practitioners 


        Mengingat pelayanan itu sangat teknis sifatnya, maka masyarakat menyadari

6
bahwa pelayanan semacam itu hanya mungkin dilakukan penanganannya oleh
mereka yang kompeten saja. Karena masyarakat awam di luar yang kompeten
yang bersangkutan, maka kelompok (asosiasi) para praktisi itu sendiri satu-
satunya institusi yang seyogianya menjalankan peranan yang ekstra, dalam arti
menjadi polisi atau dirinya sendiri, ialah mengadakan pengendalian atas
anggotanya mulai saat penerimaannya dan memberikan sanksinya bilamana
diperlukan terhadap mereka yang melakukan pelanggaran terhadap kode etikanya.

8. A code of ethics which has been clarified and interpreted at ambiguous and
doubtful points by concrete cases 
      Otonomi yang dinikmati dan dimiliki oleh organisasi profesi dengan para
anggotanya seyogianya disertai kesadaran dan i'tikad yang tulus baik pada
organisasi maupun pada individual anggotanya untuk memonitor prilakunya
sendiri. Mengingat organisasi dan sekaligus juga anggotanya harus menjadi polisi
atas dirinya sendiri maka hendaknya mereka bertindak sesuai dengan kewajiban
dan tuntunan moralnya baik terhadap klien maupun masyarakatnya. Atas dasar
itu, adanya suatu perangkat kode etika yang telah disepakati bersama oleh yang
bersangkutan seyogianya membimbing hati nuraninya dan mempedomani segala
tingkah lakunya. 

        Dari keterangan tersebut, maka pada intinya bahwa sesuatu pekerjaan itu
dapat dipandang sebagai suatu profesi apabila minimal telah memadai hal-hal
sebagai berikut. (Udin Syaifuddin; 2010)
1. Memiliki cakupan ranah kawasan pekerjaan atau pelayanan khas, definitif dan
sangat penting dan dibutuhkan masyarakat. 
2. Para pengemban tugas pekerjaan atau pelayanan tersebut telah memiliki
wawasan pemahaman dan penguasaan pengetahuan serta kerangka teoritis yang
relevan secara luas dan mendalam; menguasai perangkat kemahiran teknis kinerja
pelayanan memadai persyaratan standarnya; memiliki sikap profesi dan semangat
pengabdian yang positif dan tinggi; serta kepribadian yang mantap dan mandiri
dalam menunaikan tugas yang diembannya dengan selalu mempedomani dan
mengindahkan kode etika yang digariskan institusi (organisasi) profesinya. 
3. Memiliki sistem pendidikan yang mantap dan mapan berdasarkan ketentuan

7
persyaratan standarnya bagi penyiapan (preservice) maupun pengembangan
(Inservice, continuing development) tenaga pengemban tugas pekerjaan
profesional yang bersangkutan; yang lazimnya diselenggarakan pada jenjang
pendidikan tinggi berikut lembaga lain dan organisasi profesinya yang
bersangkutan. 
4. Memiliki perangkat kode etik profesional yang telah disepakati dan selalu
dipatuhi serta dipedomani para anggota pengemban tugas pekerjaan atau
pelayanan profesional yang bersangkutan. Kode etik profesional dikembangkan,
ditetapkan dan diberdayakan keefektivannya oleh organisasi profesi yang
bersangkutan.
5. Memiliki organisasi profesi yang menghimpun, membina, dan mengembangkan
kemampuan profesional, melindungi kepentingan profesional serta memajukan
kesejahteraan anggotanya dengan senantiasa mengindahkan kode etiknya dan
ketentuan organisasinya. 
6. Memiliki jurnal dan sarana publikasi profesional lainnya yang menyajikan
berbagai karya penelitian dan kegiatan ilmiah sebagai media pembinaan dan
pengembangan para anggotanya serta pengabdian kepada masyarakat dan
khazanah ilmu pengetahuan yang menopang profesinya. 
7. Memperoleh pengakuan dan penghargaan yang selayaknya baik secara sosial
(dari masyarakat) dan secara legal (dari pemerintah yang bersangkutan atas
keberadaan dan kemanfaatan profesi termaksud)

        mengacu kepada kriteria profesi guru yang dikemukan oleh National


Educational Association yang dikutip oleh Rafles Kosasih dan Soetjipto sebagai
berikut: 
(1) Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual, 
(2) Jabatan yang menggeluti suatu batang ilmu khusus,
 (3) Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (dibanding kan
dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka),
 (4) Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan, 
(5) Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanent,
Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri, 
(8) Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi

8
 (9)  Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat. 

         Disamping kriteria yang telah disebutkan di atas Departemen Pendidikan


Amerika memberikan batasan bahwa guru yang baik adalah dengan ciri-ciri
sebagai berikut: 
1. Guru yang baik adalah guru yang waspada secara profesional. Ia terus berusaha
untuk menjadikan masyarakat sekolah menjadi tempat yang paling baik bagi
anak-anak muda. 
2. Mereka yakin akan nilai atau manfaat pekerjaannya. Mereka terus berusaha
memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan.
3. Mereka tidak lekas tersinggung oleh larangan larangan dalam hubungannya
dengan kebebasan pribadi yang dikemukakan oleh beberapa orang untuk
menggambarkan profesi keguruan. Mereka secara psikologis lebih matang
sehingga rangsangan rangsangan terhadap dirinya dapat ditaksir. 
4. Mereka memiliki seni dalam hubungan-hubungan manusiawi yang
diperolehnya dari pengamatannya tenagn bekerjanya psikologi, biologi, dan
antropologi cultural dalam kelas. 
5. Mereka berkeinginan untuk terus tumbuh. Mereka  sadar bahwa di bawah
pengaruhnya, sumber sumber manusia dapat berubah nasibnya.

C. SYARAT SYARAT PROFESI GURU

Robert W. Richey (Arikunto, 1990:235) mengemukakan ciri ciri dan syarat-syarat


profesi sebagai berikut. 
1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan
kepentingan pribadi. 
2. Seorang pekerja profesional, secara aktif memerlukan waktu yang panjang
untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip prinsip pengetahuan khusus yang
mendukung keahliannya. 
3. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu
mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.
 4. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara
kerja. 

9
5. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi. 
6. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri
dalam profesi, serta kesejahteraan anggotanya. 
7. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan kemandirian. 
8. Memandang profesi suatu karier hidup (alive career) dan menjadi seorang
anggota yang permanen. 
Ciri-ciri dan Syarat-syarat Profesi Guru 
        Ciri-ciri dan syarat-syarat di atas dapat digunakan sebagai kriteria atau tolok
ukur keprofesionalan guru. Selanjutnya kriteria ini akan berfungsi ganda, yaitu
untuk: (Udin Syaefuddin)
1. Mengukur sejauh mana guru-guru di Indonesia telah memenuhi kriteria
profesionalisasi. 
2. Dijadikan titik tujuan yang akan mengarahkan segala upaya menuju
profesionalisasi guru. 
         Berdasarkan syarat-syarat profesi dan syarat profesi guru, hal terpenting dari
profesi guru adalah aspek pelayanan kepada para stakeholder pendidikan yaitu
siswa, orang tua siswa, masyarakat pemerintah maupun dunia kerja. Dan dalam
menjalankan profesi keguruan menurut Soetjipto dan Kosasih harus diperhatikan
hal hal sebagai berikut 
1) Subjek pendidikan adalah manuusia yang memiliki pengetahuan, emosi, dan
perasaan, dan dapat dikembangkan segala potensinya; sementara itu pendidikan
dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai martabat manusia.
2)   Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan bertujuan,
maka pendidikan menjadi normative yang diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai
yang baik secara universal, nasional, maupun lokal, yang merupakan acuan para
pendidik, peserta didik, dan pengelola pendidikmanusi
3) Teori-teori pendidikan merupakan kerangka hipotesis dalam menjawab
permasalahan pendidikan. 
4) Pendidikan bertolak dari asumsi tentang manusia, yakni manusia mempunyai
potensi yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan adalah usaha
untuk mengembangkan potensi unggul tersebut.
5) Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni  situasi dimana terjadi dialog
antara peserta didik dengan pendidik, yang memungkinkan peserta didik tumbuh

10
kearah yang dikehendakai oleh pendidik dan selaras dengan nilai-nilai yang
dijunjung tinggi masyarakat. 
6) Sering terjadinya dilema antara tujuan pendidikan, yakni menjadikan manusia
sebagai manusia yang baik (dimensi instrinsik), dengan misi instrumental yakni
yang merupakan alat untuk perubahan atau mencapai sesuatu.

____________________________
Sumber
Udin Syaefudin Saud, 2010, pengembangan profesi guru, Bandung, Alfa Beta
Supardi dkk, 2009, profesi keguruan, Jakarta; diadit media.

11
STANDAR MINIMAL MENJADI GURU PROFESIONAL
Senin, 14 Januari 2019 Syaiful Imran Leave a comment

Guru merupakan sebuah pekerjaan yang sangat mulia. Sebuah pekerjaan yang
mewajibkan seseorang mengabdikan diri pada bidang pendidikan dengan tujuan
mencerdaskan anak didik. Ini menjadikan profesi guru memiliki tanggung jawab
yang sangat besar dan memberikan pengaruh langsung terhadap pencapaian tujuan
pendidikan.

Menjadi guru yang profesional tidak mudah. Seorang guru harus memiliki dan
memberikan dedikasi kepada pekerjaan ini. Jika tidak, maka tujuan pendidikan
dimana sangat berkaitan dengan pembentukan kualitas sumber daya manusia tidak
akan tercapai. Profesi guru dituntut agar dapat bekerja secara optimal dalam
mendidik siswanya agar pendidikan tidak gagal.

Sama seperti profesi formal pada umumnya, guru juga memiliki kode etik. Setiap
guru harus melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan ketentuan kode etik yang
ada. Pelanggaran terhadap kode etik dapat menjadikan seorang guru kehilangan
profesinya.

Mengingat sangat penting profesi guru dalam dunia pendidikan, maka tidak
sembarang orang yang bisa menjadi guru. Ada standar khusus dimana seseorang
dapat menjadi seorang guru profesional.

12
Dalam bukunya Suyanto dan Asep Jihad (2013: 5) menyebutkan bahwa menjadi
guru yang mempunyai kemampuan dalam bidang mendidik perlu proses
pendidikan, pelatihan serta pengalaman hingga akhirnya benar-benar menjadi
sebuah profesi yang dapat ditekuni. Menjadi guru profesional setidaknya memiliki
standar minimal, yaitu:

 Memiliki kemampuan intelektual yang baik


 Memiliki kemampuan memahami visi dan misi pendidikan nasional
 Memiliki keahlian mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa secara
efektif
 Memahami konsep perkembangan psikologi anak
 Memahami kemampuan mengorganisasi proses belajar
 Memiliki kreativitas dan seni mendidik

Melihat dari standar minimal yang harus dimiliki seorang guru profesional di atas
menunjukkan bahwa menjadi guru bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah.
Standar diatas sangat diperlukan dalam pelaksanaan pendidikan yang berguna
untuk menjamin agar pendidikan benar-benar dapat dilaksanakan dengan baik
oleh guru. Standar ini bukan hanya harus dipenuhi namun juga diwujudkan
penerapannya dalam bidang pendidikan khususnya pada proses pembelajaran.

Standar minimal untuk menjadi guru profesional ini tidak bisa dicapai dengan


cepat dan instan. Perlu menjalani pendidikan, dan pelatihan agar seseorang
mampu memiliki standar ini. Oleh karena itu saat ini diperlukan pendidikan
minimal setingkat sarjana Strata 1 (S1) agar guru mengetahui dan memiliki
standar minimal ini.

Tidak hanya cukup dengan gelar sarjana pendidikan saja lantas langsung dapat
menjadi guru yang profesional, namun juga masih perlu diuji dengan beberapa tes
kelayakan kompetensi menjadi guru. Guru perlu melalui beberapa tes agar dapat
diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil sebagai profesi di mana dalam tes ini
standar minimal menjadi guru profesional harus dipenuhi dan dapat diterapkan
untuk selanjutnya.

13
Standar Yang Dipersyaratkan Untuk Menjadi Guru Profesional
 Saturday, December 2, 2017  Etika Profesi Keguruan

BAB 1
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
    Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan Pendidikan
yang terlaksana di sekolah, maka dari itu meningkatkan mutu Pendidikan berarti
meningkatkan mutu guru. Demikian pun dalam upaya membelajarkan siswa guru
dituntut memiliki multi peran sehingga mampu menciptakan kondisi belajar
mengajar yang efektif. Agar dapat mengajar dengan efektif. Guru harus
meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu
(kualitas) mengajarnya. UUD No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat (1) menyatakan
guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi pesertadidik
pada Pendidikan anak usia dini jalur Pendidikan formal, Pendidikan dasar dan
Pendidikan menengah. Dalam kaitannya dengan meningkatkan kualitas guru agar
ia menjadi profesional dan bagaimana ia mendapat pengakuan dari negara. Ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Berdasarkan pada hal
tersebut maka kami akan menjelaskan pada makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Guru Profesional


Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, guru adalah orang yang pekerjaannya
mendidik dan mengajar. Sedangkan Profesional adalah orang yang mempunyai
profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan
mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Guru profesional adalah seseorang
yang hidup dengan mempraktikkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat
dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain

14
melakukan hal yang sama sebagai sekadar hobi, untuk senang-senang, atau
mengisi waktu luang.[1]
B.     Syarat-syarat menjadi guru professional
Menurut Dr. H. Syaiful Sagal, M. Pd dalam bukunya Kemampuan
Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Beliau menuliskan bahwa standar
yang dipersyaratkan menjadi guru yang profesional itu adalah sebagai berikut:
1.      Tugas dan Tanggung Jawab Guru
1)      Mewariskan kebudayaan dalam bentuk kecakapan, kepandaian dan pengalaman
empirik kepada para muridnya1.
2)       Membentuk kepribadian anak didik sesuai dengan nilai dasar Negara.
3)      Berjiwa Pancasila.
4)      Mengantarkan anak didik menjadi warga Negara yang baik.
5)      Mengarahkan dan membimbing anak sehingga memiliki kedewasaan dalam
berbicara, bertindak dan bersikap.
6)      Memfungsikan diri sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat
lingkungan, baik sekolah Negeri atau swasta.
7)      Harus mampu mengawali dan menegakkan disiplin baik untuk dirinya, maupun
murid dan orang lain.
8)      Memungsikan diri sebagai administrator dan sekaligus manajer yang disenangi.
9)       Melakukan tugasnya dengan sempurna sebagai amanat profesi.
10)  Guru diberi tanggung jawab paling besar dalam hal perencanaan dan pelaksanaan
kurikulum serta evaluasi keberhasilannya.
11)  Membimbing anak untuk belajar memahami dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi muridnya.
12)  Guru harus dapat merangsang anak didik untuk memiliki semangat yang tinggi
dan gairah yang kuat dalam membentuk kelompok belajar, mengembangkan
kegiatan ekstra kurikuler dalam  rangka menggali pengalaman.[2]

2.      Guru profesional senantiasa meningkatkan kualitasnya


Guru yang baik akan meningkatkan kualitasnya dengan meningkatkan
Prestasi belajar peserta didik dan membantu peserta didik untuk mendapatkan

15
nilai tinggi. Oleh karena itu, perlu diperhatikan secara detail bagaimana
memberikan prioritas yang tinggi kepada guru. Sehingga mereka dapat
memperoleh kesempatan untuk selalu meningkatkan kemampuannya
melaksanakan tugas sebagai guru. Guru harus diberikan kepercayaan untuk
melaksanakan tugasnya melakukan proses belajar mengajar yang baik. Kepada
guru perlu diberikan dorongan dan suasana yang kondusif untuk menemukan
berbagai alternatif  metode dan cara mengembangkan proses pembelajaran sesuai
perkembangan zaman. Agar dapat meningkatkan keterlibatannya dalam
melaksanakan tugas sebagai guru, dia harus memahami, menguasai, dan terampil
menggunakan sumber-sumber belajar baru di dirinya.

C.      Empat kopetensi guru professional


1.      Kopetensi Pedagogik adalah membimbing anak,  mengarah pada keseluruhan
konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan
kegiatan pendidikan yang semuanya dibimbing oleh guru. Artilain  disiplin yang
berhubungan dengan teori dan praktek pendidikan, sehingga menyangkut studi
dan praktek bagaimana cara terbaik guru  untuk mengajar. 
2.      Kopetensi kepribadian yaitu guru harus mampu menilai diri sendiri secara
realisitik, mampu menilai situasi secara realistik, mampu menilai prestasi,
menerima dan melaksanakan tanggung jawab, memiliki sifat kemandirian, dapat
mengontrol emosi, penerimaan sosial (mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan
sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain), serta
memiliki filsafat hidup (mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang
berakar dari keyakinan agama yang dianutnya).
3.      Kopetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan 
4.      Kopetensi Sosial adalah kemasyarakatan.  Dengan demikian guru dalam hal
sikap, orientasi, atau perilakunya haruslah mampu menjadi contoh ideal seorang
guru, ia harus memiliki sikap yang ramah dalam berhubungan dengan orang lain,
mampu berkontribusi terhadap kegiatan sosial, serta mampu berkomunikasi
dengan cara yang baik terhadap masyarakat pada umumnya.[3]
                                                                           BAB III                          
PENUTUP
Simpulan

16
Guru profesional adalah adalah seseorang yang hidup dengan
mempraktikkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan
tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama
sebagai sekadar hobi, untuk senang-senang, atau mengisi waktu luang.
Syarat-syarat menjadi guru profesional:
1.        Memiliki bakat sebagai guru.
2.         Memiliki kirteria keahlian sebagai guru.
3.        Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.
4.        Memiliki mental yang sehat.
5.         Berbadan sehat.
6.        Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
7.       Guru adalah manusia berjiwa pancasila.
8.       Guru adalah seorang warga negara yang baik.
Empat kopetensi guru profisional:
1.         Kopetensi Pedagogik
2.         Kopetensi kepribadian
3.         Kopetensi professional
4.         Kopetensi Sosial
 
BAFTAR PUSTAKA

http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/4-kompetensi-guru-
profesional.html
Sagala, Syaiful, Professional Guru dan Tenaga Kependidikan Bandung: Ikapi
Bandung, 2009
Uzer Usman, Muhammad, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Ikapi Bandung,
2011
 

17
[1]  Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Ikapi
Bandung, 2011) 94
[2]  Syaiful sagala, Professional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung: Ikapi
Bandung, 2009) 11-14

[3] http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/4-kompetensi-guru-
profesional.html

18
Kompetensi Guru : 4 Standar Berdasarkan Undang-Undang
Pada kesempatan ini, Seputar Pengetahuan akan memaparkan apa saja yang
menjadi standar kompetensi guru dalam dunia pendidikan. Berikut akan
dijelaskan terlebih dahulu pengertian kompetensi dan guru secara singkat.

Pengertian Kompetensi Guru


Kompetensi menurut Undang-Undang ialah kemampuan kerja setiap individu
yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.

Jadi, kompetensi merupakan sebuah penguasaan terhadap aspek pengetahuan,


keterampilan dan sikap kerja dalam suatu pekerjaan. Sehingga kompetensi yang
dimiliki oleh setiap pendidik atau guru akan menunjukkan kualitasnya sebagai
guru yang profesional.

Sedangkan guru merupakan seorang pendidik profesional yang bertugas


mengajar, mendidik, membimbing dan mengarahkan peserta didiknya melalui
jalur formal pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah ke atas. Untuk lebih jelasnya silakan buka pengertian guru pada artikel
sebelumnya.

Adapun tujuan standar kompetensi guru ialah untuk mendapatkan jaminan


kualitas guru demi meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Dengan adanya
standar kompetensi guru, maka tujuan pembelajaran dapat mudah diterapkan dan
sesuai dengan apa yang diharapkan.

Standar Kompetensi Guru


Dalam UU No. 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1 tentang guru dan dosen
menyatakan bahwa:  Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Adapun
keempat standar kompetensi tersebut wajib dimiliki oleh seorang guru. Berikut
penjelasan keempat kompetensi tersebut:

1. Kompetensi Pedagogik
Merupakan kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Adapun kompetensi pedagogik meliputi: Mengenal anak didiknya, menguasai


teori-teori tentang pendidikan, bahan pelajaran, macam-macam teknik dan metode
pembelajaran, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) serta
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.

19
2. Kompetensi Kepribadian
Ialah kemampuan individu atau personal yang mencerminkan kepribadian yang
stabil, bijaksana, dewasa, berwibawa, dan dapat menjadi teladan bagi peserta
didiknya serta memiliki akhlak yang mulia. Kompetensi kepribadian ini
berkemampuan dalam mengaktualisasikan diri sebagai pendidik yang disiplin,
jujur, berwawasan luas, bertanggung jawab dan dapat menjadi sumber inspirasi
posirif bagi para peserta didiknya.

3. Kompetensi Sosial
Ialah kemampuan guru dalam melakukan komunikasi baik lisan, tulisan maupun
perbuatan kepada peserta didik, tenaga-tenaga kependidikan, wali murid, maupun
masyarakat sekitar dengan cara yang efektif, ramah atau santun dan sesuai dengan
adat dan norma yang berlaku. Selain itu, dalam kompetensi sosial ini, guru
mampu bekerjasama dan beradaptasi dengan keanekaragaman suku dan budaya di
tempat melaksanakannya tugas.

4. Kompetensi Profesional
Merupakan kemampuan dalam penguasaan materi pembalajaran secara mendalam
dan luas. Tidak hanya penguasaan materi pelajaran saja, namun juga penguasaan
terhadap materi-materi kurikulum yang berlaku, konsep dan struktur
keilmuan, masalah-masalah pendidikan dan wawasan yang memadai terhadap
materi-materi yang bersangkutan.

20
Perkembangan Profesi Guru
Posted by: ufiluthfiyah on: 18 Desember 2010
 Di: Tugas Kuliah
 
 5 Comments
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari sudut pandang manajemen SDM guru, guru masih berada dalam pengelolaan
yang lebih bersifat birokratis-administratif yang kurang berlandaskan paradigma
pendidikan antara lain manajemen pemerintahan, kekuasaan, politik, dan
sebagainya. Dari aspek unsur dan prosesnya, masih dirasakan terdapat kekurang
terpaduan antara sistem pendidikan, rekrutmen, pengangkatan, penempatan,
supervisi, dan pembinaan guru.
Guru adalah jabatan profesi, untuk itu seorang guru harus mampu melaksanakan
tugasnya secara profesi. Seseorang dianggap profesi apabila mampu mengerjakan
tugasnya dengan selalu berpegang teguh pada etika kerja, independent (bebas dari
tekanan pihak luar), cepat (produktif), tepat (efektif), efisien dan inovatif serta
didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan prima yang didasarkan pada unsur-
unsur ilmu atau teori yang sistematis, kewenangan profesi, pengakuan masyarakat
dan kode etik yang regulatif. Pengembangan wawasan dapat dilakukan melalui
forum pertemuan profesi, pelatihan ataupun upaya pengembangan dan belajar
secara mandiri.
Sejalan dengan hal di atas, seorang guru harus terus meningkatkan profesinya
melalui berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuannya dalam
mengelola pembelajaran maupun kemampuan lain dalam upaya menjadikan
peserta didik memiliki keterampilan belajar, mencakup keterampilan dalam
memperoleh pengetahuan (learning to know), keterampilan dalam pengembangan
jati diri (learning to be), keterampilan dalam pelaksanaan tugas-tugas
tertentu (learning to do), dan keterampilan untuk dapat hidup berdampingan
dengan sesama secara harmonis (learning to live together).
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Memahami makna dari profesi.
2. Memahami Konsep Pengembangan Pengembangan Profesi Guru
3. Memahami tujuan Pengembangan Pengembangan Profesi Guru
4. Memahami tanggung Jawab Pengembangan Profesi Guru
5. Memahami upaya membangun pendidikan guru yang profesi.
 
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Profesi
Menurut Sudarwan Danim (2002: 21) menyatakan bahwa secara terminologi,
profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan
tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental bukan pekerjaan

21
manual. Kemampuan mental yang dimaksudkan disini adalah adanya persyaratan
pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis.
Profesi menunjukkan pada dua hal. Pertama adalah penampilan seseorang yang
sesuai dengan tuntutan yang seharusnya. Kedua menunjukkan pada orangnya.
Profesiisasi menunjukkan pada derajat penampilan seseorang sebagai profesi atau
penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu profesi. Ada yang profesinya tinggi,
sedang dan rendah. Profesi juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota
profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya.
Ada tiga pilar pokok yang ditunjukkan untuk suatu profesi, yaitu pengetahuan,
keahlian, dan persiapan akademik. Pengetahuan adalah segala fenomena yang
diketahui yang disistematisasikan sehingga memiliki daya prediksi, daya kontrol,
dan daya aplikasi tertentu. Pada tingkat yang lebih tinggi, pengetahuan bermakna
kapasitas kognitif yang dimiliki oleh seseorang melalui proses belajar. Keahlian
bermakna penguasaan substansi keilmuwan yang dapat dijadikan acuan dalam
bertindak. Keahlian juga bermakna kepakaran dalam cabang ilmu tertentu untuk
dibedakan dengan kepakaran lainnya. Persiapan akademik mengandung makna
bahwa untuk mencapai derajat profesi atau memasuki jenis profesi tertentu
diperlukan persyaratan pendidikan khusus, berupa pendidikan prajabatan yang
dilaksanakan pada lembaga pendidikan formal, khususnya jenjang perguruan
tinggi.[1]
Menurut Suparlan (2005: 20) menyatakan bahwa guru merupakan tenaga profesi
dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Ada beberapa persyaratan suatu
pekerjaan disebut sebagai profesi. Pertama, adanya pengakuan dari masyarakat
dan pemerintah mengenai bidang layanan tertentu yang hanya dapat dilakukan
karena keahlian tertentu dengan kualifikasi tertentu yang berbeda dengan profesi
lain. Kedua, bidang ilmu yang menjadi landasan teknik dan prosedur kerja yang
unik. Ketiga, memerlukan persiapan yang sengaja dan sistematis sebelum orang
mengerjakan pekerjaan profesi tersebut. Keempat, memiliki mekanisme yang
diperlukan untuk melakukan seleksi secara efektif sehingga hanya yang dianggap
kompetitiflah yang diperbolehkan melaksanakan bidang pekerjaan
tersebut. Kelima, memiliki organisasi profesi, disamping untuk melindungi
kepentingan anggotanya, juga berfungsi untuk meyakinkan agar para anggotanya
menyelenggarakan layanan keahlian terbaik yang dapat diberikan.
Pengertian di atas menunjukkan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesi
memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan
kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Atas dasar pengertian ini,
ternyata pekerjaan profesi berbeda dengan pekerjaan lainnya, karena suatu profesi
memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya.
B. Konsep Pengembangan Profesi Guru
Konsep pengembangan profesi tidaklah dengan jelas dibatasi. Suatu profesi
digambarkan sebagai dasar pengetahuan sistematis dan pengetahuan ilmiah.
Pengembangan ketrampilan profesi telah dirancang luas melalui program-program
pendidikan lebih tinggi dengan berbagai bentuk pengembangan.
Guru adalah tenaga profesi yang melaksanakan proses pembelajaran. Jika guru
dapat menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama, baik kepala sekolah,
guru, siswa, dan staf, berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan

22
keseluruhan maka akan tercipta lingkungan kerja yang nyaman. Sebagai jabatan
profesi, guru harus meningkatkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan secara
terus-menerus. Di samping guru harus menjawab tantangan perkembangan
masyarakat, jabatan guru harus selalu dikembangkan.
Usaha meningkatkan kualitas guru ditingkat yang paling nyata berada di sekolah.
Setiap sekolah seharusnya mengadakan in service training. In service
training tidak hanya pada wilayah prinsip-prinsip pendidikan (pengajaran),
melainkan juga pada wilayah teknis pragmatis dan aktivitas pengajaran sehari-
hari. Itu artinya, dalam hal ini adalah guru dituntut untuk selalu membaca, dan
belajar, serta memburu ilmu-ilmu pendidikan yang setiap saat berkembang untuk
kemudian diterapkan dalam pelaksanaan pengajaran sehari-hari.
Pengembangan profesi adalah dasar dari praktek profesi guru untuk memastikan
bahwa para siswa bermanfaat secara dinamis dan berorientasi pada pengalaman
profesi masa depan. Dukungan pengembangan profesi guru yang berkelanjutan
adalah terpusat pada kualitas sekolah dan mempromosikan profesi serta
pemberian penghargaan dalam lingkungan mengajar. Kedua bentuk
pengembangan profesi berperan penting dalam meningkatkan kapasitas organisasi
sekolah dalam meningkatkan kualitas guru. Studi penemuan pada pengembangan
profesi dan peningkatan guru secara individu menyatakan bahwa sebuah sistem
memusat dalam meningkatkan kualitas guru secara individu melalui
pengembangan profesi akan meningkatkan mutu organisasi sekolah untuk
meningkatkan kualitas lulusan siswa.
Pengembangan profesi adalah usaha profesi yaitu setiap kegiatan yang
dimaksudkan untuk meningkatkan profesi mengajar dan mendidik. Usaha
mengembangkan profesi ini bisa timbul dari dua segi, yaitu dari segi eksternal,
yaitu pimpinan yang mendorong guru untuk mengikuti penataran atau kegiatan
akademik yang memberikan kesempatan guru untuk belajar lagi, sedangkan dari
segi internal, guru dapat berusaha belajar sendiri untuk dapat berkembang dalam
jabatannya. Dalam kaitan dengan usaha profesiisasi jabatan guru ini perlu
dikembangkan usaha pemeliharaan dan perawatan profesi guru. Dengan demikian
guru akan lebih efektif dan efisien dalam melakukan tugas profesi.
Pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam rangka pengamalan ilmu dan
pengetahuan, teknologi dan ketrampilan untuk meningkatkan mutu, baik bagi
proses belajar mengajar dan profesi tenaga kependidikan lainnya. Macam kegiatan
guru yang termasuk kegiatan pengembangan profesi adalah:
(1) mengadakan penelitian dibidang pendidikan,
(2) Menemukan teknologi tepat guna dibidang pendidikan,
(3) membuat alat pelajaran/peraga atau bimbingan,
(4) menciptakan karya tulis,
(5) mengikuti pengembangan kurikulum.[2]
Pembinaan guru jika dipandang dari MSDM, secara terminologis sering diartikan
sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud
layanan profesi yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah, dan
pengawas, serta pembina lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.
Jika yang dimaksudkan pembinaan guru sesungguhnya adalah supervisi, para

23
pakar yang memberikan pengertian berbeda dengan inti yang sama. Batasan
pembinaan guru merupakan perencanaan program perbaikan pengajaran.[3]
Penjelasan di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa pengembangan profesi
guru terdiri dari atas dua bentuk, yaitu pembinaan dan pengembangan. Pembinaan
yang dimaksud adalah berbagai kegiatan yang tidak sebatas pelatihan, tetapi
berbagai kegiatan sebagai upaya yang ditujukan untuk para guru dalam
hubungannya dengan peningkatan kemampuan profesi saat ini, segera dan
berjangka pendek. Tujuan utama kegiatan adalah meningkatkan efektivitas dan
efisiensi kerja setiap guru. Pengembangan adalah usaha yang terus-menerus dalam
rangka menyesuaikan kemampuan guru terhadap pengembangan ilmu dan
teknologi serta mengembangkan ilmu dan teknologi itu sendiri khususnya dalam
kegiatan pendidikan.
Kajian ini tidak memandang secara kategorial pembagian program-program
pengembangan sumber daya manusia dalam bentuk pembinaan dan
pengembangan. Apakah termasuk pembinaan ataukah pengembangan?
Berdasarkan survei di lapangan, satu program pengembangan sumber daya
manusia yang ditujukan kepada guru dapat berupa bentuk pembinaan dan
pengembangan. Untuk mengatasi hal tersebut maka segala kegiatan di sekolah
yang dapat dimasukkan ke dalam pengembangan sumber daya manusia dalam
rangka meningkatkan profesi guru. Untuk itu, ketercapaian pengembangan profesi
guru membutuhkan upaya-upaya manajerial yang terencana secara baik. Artinya,
dibutuhkan manajemen pengembangan sumber daya manusia dimulai dari
perencanaan sampai kegiatan evaluasi pelaksanaan pengembangan profesi guru
tersebut dengan baik.
C. Tujuan Pengembangan Profesi Guru
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan orang untuk
belajar terus, terlebih seorang yang mempunyai tugas mendidik dan mengajar.
Sedikit saja lengah dalam belajar maka akan tertinggal dengan perkembangan
termasuk siswa yang diajar. Oleh karenanya, kemampuan mengajar guru harus
selalu ditingkatkan melalui pengembangan guru. Tujuan pengembangan guru
melalui pembinaan guru adalah untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang
di dalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian tindakan, bimbingan
dan arahan. Perbaikan proses belajar mengajar yang pencapainnya melalui
peningkatan profesi guru tersebut diharapkan memberikan kontribusi bagi
peningkatan mutu pendidikan.
Menurut Sudarwan Danim (2002: 51) menjelaskan bahwa pengembangan profesi
guru dimaksudkan untuk memenuhi tiga kebutuhan. Pertama, kebutuhan sosial
untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang efisien dan manusiawi
serta melakukan adaptasi untuk penyusunan kebutuhan-kebutuhan
sosial. Kedua,  kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk membantu staff
pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya secara
luas. Ketiga, kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong kehidupan
pribadinya, seperti halnya membantu siswanya dalam mengembangkan keinginan
dan keyakinan untuk memenuhi tuntutan pribadi yang sesuai dengan potensi
dasarnya.

24
Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut dapat diidentifikasikan fungsi-fungsi
pembinaan guru. Fungsi-fungsi tersebut meliputi memelihara program pengajaran
sebaik-baiknya, menilai, dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi hal
belajar dan memperbaiki situasi belajar siswa. Oleh karenanya, fungsi pembinaan
guru adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui
serangkaian upaya pembinaan terhadap guru dalam wujud layanan profesi.
1. D. Tanggung Jawab Pengembangan Profesi Guru
Titik berat pembangunan pendidikan dewasa ini ditekankan pada peningkatan
mutu. Konsekuensinya, perlu ditingkatkan keseluruhan komponen sistem
pendidikan, baik yang bersifat human resources maupun yang bersifat material
resources. Peningkatan keseluruhan komponen sistem pendidikan yang
bersifat human resources dan material resources tersebut dapat diartikan dari segi
kuantitasnya maupun kualitasnya.
Peningkatan kualitas komponen-komponen sistem pendidikan yang terbukti lebih
berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan adalah komponen yang
bersifat human resources. Dengan demikian, komponen yang bersifat material
resources tidak akan bermanfaat tanpa adanya komponen yang bersifat human
resources.
Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tanggung jawab upaya
pengembangan profesi guru ini merupakan kewajiban pemerintah dan pemerintah
daerah. Artinya pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan
mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Hanya saja,
mengingat yang hampir setiap hari bertemu dengan guru di sekolah adalah kepala
sekolah dan bukan pembina yang lain-lainnya sehingga kepala sekolah yang
paling banyak bertanggungjawab dalam pembinaan dan pengembangan guru.
Oleh karena itu, selain tugas kepala sekolah sebagai administrator di sekolah yang
tidak boleh dilupakan karena sangat penting, haruslah diikutsertakan pada
pembinaan guru di sekolah yang dipimpinnya.
Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kepala sekolah dalam
mengkoordinasikan, menggerakkan, menyelaraskan sumber daya pendidikan.
Kepemimpinannya sebagai faktor pendukung untuk mewujudkan visi, misi,
tujuan, termasuk sasaran. Oleh karena itu kepala sekolah harus mampu
memobilisasi sumber daya sekolah, perencanaan, evaluasi program, kurikulum,
pembelajaran, pengelolaan personalia, sarana dan sumber belajar, keuangan,
pelayanan siswa, hubungan dengan masyarakat, dan penciptaan iklim kondusif.
Dari penjelasan di atas dapat diambil satu pengertian bahwa penanggung jawab
pengembangan guru di sekolah adalah di tangan kepala sekolah, tetapi dalam
pelaksanaannya kepala sekolah dapat mendayagunakan personalia yang lain, yang
meliputi penilik sekolah, guru yang lebih senior, ketua yayasan dan pejabat
struktural yang berada di atas kepala sekolah.
// //
// Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, guru dipandang hanya menjadi bagian yang kecil dari istilah
”pendidik”, dinyatakan dalam pasal 39 (2) pengertian tentang pendidik sebagai
berikut:

25
Pendidik merupakan tenaga profesi yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran,menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Dalam hal ini, ketentuan umum pasal 1 butir 5 menyatakan pengertian pendidik
sebagai berikut:
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Berdasarkan ketentuan umum tersebut, pengertian guru ternyata telah menjadi
sempit karena hanya menjadi bagian dari pendidik. Dalam pandangan yang
berbeda, guru seharusnya memiliki peran tidak saja hanya sebagai pendidik, tetapi
juga sebagai pengajar, dan sekaligus sebagai pelatih. Dalam pandangan yang
berbeda itu, maka dosen, widyaiswara, pamong belajar, dan lain-lainnya
sesungguhnya juga dapat disebut sebagai guru.
Sebagai orang yang bertugas mengajar dan mendidik, guru akan melaksanakan
berbagai macam kegiatan demi tercapainya tujuan pendidikan. Untuk mencapai
tujuan tersebut menurut Ali Imron (1995: 4) guru harus memainkan fungsi
sebagai pembimbing, pembaharu model, penyelidik, konselor, pencipta, yang
mengetahui sesuatu, pembangkit pandangan, pembawa cerita, dan seorang aktor.
Oleh karena itu strategisnya peranan guru ini dalam usaha meningkatkan mutu
pendidikan menuntut adanya peran guru sebagai berikut:
a)      agen pembaharuan,
b)      berperan sebagai fasilator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang
baik bagi subyek didik untuk belajar,
c)      bertanggungjawab atas terciptanya hasil belajar subyek didik,
d)      dituntut menjadi contoh subyek didik,
e)      bertanggungjawab secara profesi untuk meningkatkan kemampuannya,
f)        menjunjung tinggi kode etik profesinya
Menurut Moh. Uzer Usman (2002: 5) menyatakan bahwa guru merupakan jabatan
atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak
dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan
kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-
bidang tertentu belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan
syarat-syarat khusus, apabila sebagai guru yang profesi yang harus menguasai
betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan
lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu
atau pendidikan prajabatan.
E. Upaya Membangun Pendidikan Guru yang Profesional
Menghadapi berbagai tantangan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan
nasional, diperlukan guru berkualitas yang mampu mewujudkan kinerja profesi,
modern, dalam nuansa pendidikan dengan dukungan kesejahteraan yang memadai
dan berada dalam lindungan kepastian hukum. “Guru” adalah suatu sebutan bagi
jabatan, posisi dan profesi bagi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam
bidang pendidikan memalui interaksi edukatif secara terpola, formal, dan

26
sistematis. Saat ini telah lahir Undang-Undang Nomor 14 tahun 2006 tentang
Guru dan Dosen sebagai satu landasan konstitusional yang sekaligus sebagai
payung hukum yang memberikan jaminan bagi para guru dan dosen secara
profesi, sejahtera, dan terlindungi. Undang-undang guru sangat diperlukan dengan
tujuan:
1)      mengangkat harkat citra dan martabat guru,
2)      meningkatkan yanggung jawab profesi guru sebagai pengajar, pendidik,
pelatih, pembimbing, dan manajer pembelajaran,
3)      memberdayakan dan mendayagunakan profesi guru secara optimal,
4)      memberikan jaminan kesejahteraan dan perlindungan terhadap profesi guru,
5)      meningkatkan mutu pelayanan dan hasil pendidikan, mendorong peranserta
masyarakat dan kepedulian terhadap guru.
Dalam UU Guru dan Dosen (pasal 1 ayat 1) dinyatakan bahwa: ”Guru adalah
pendidik profesi dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah”. Guru profesi akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan
pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun
metode, rasa tanggung jawab, pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual, dan
kesejawatan, yaitu rasa kebersamaan di antara sesama guru. pribadi. Sementara
itu, perwujudan unjuk kerja profesi guru ditunjang dengan jiwa profesi yaitu sikap
mental yang senantiasa mendorong untuk mewujudkan diri sebagai guru profesi.
Kualitas profesi ditunjukkan oleh lima unjuk kerja sebagai berikut:
1. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar
ideal.
2. Meningkatkan dan memelihara citra profesi.
3. Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesi
yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan
ketrampilannya.
4. Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi.
5. Memiliki kebanggaan terhadap profesinya.
Dalam UU Guru dan Dosen (pasal 7 ayat 1) prinsip profesi guru mencakup
karakteristik sebagai berikut: (a) memiliki bakat, minat, panggilan dan idealisme,
(b) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas, (c) memiliki kompetrensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas, (d) memiliki ikatan kesejawatan dan kode etik profesi, (e) bertanggung
jawab atas pelaksanaan tugas keprofesian, (f) memperoleh penghasilan yang
ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, (g) memiliki kesempatan untuk
mengembangkan profesi secara berkelanjutan, (h) memiliki jaminan perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas keprofesian, dan (i) memiliki organisasi profesi
yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
keprofesian.
 
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

27
Pengembangan adalah usaha yang terus-menerus dalam rangka menyesuaikan
kemampuan guru terhadap pengembangan ilmu dan teknologi serta
mengembangkan ilmu dan teknologi itu sendiri khususnya dalam kegiatan
pendidikan.
Pengembangan profesi adalah dasar dari praktek profesi guru untuk memastikan
bahwa para siswa bermanfaat secara dinamis dan berorientasi pada pengalaman
profesi masa depan.
Pengembangan profesi guru terdiri dari atas dua bentuk, yaitu pembinaan dan
pengembangan. fungsi pembinaan guru adalah menumbuhkan iklim bagi
perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya pembinaan terhadap
guru dalam wujud layanan profesi.
B. Saran
Diharapkan para pembaca makalah ini, khususnya guru dapat meningkatkan dan
mengembangkan profesinya sehingga lebih berkualitas dalam upaya menambah
wawasan dan memperkaya khasanah pengetahuan peserta didik.
 
DAFTAR PUSTAKA
Uno, Hamzah. 2008. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Wen, Sayling. 2003. Future of Education (Masa Depan Pendidikan), alih bahasa
Arvin Saputra. Batam: Lucky Publisher.
http://dunia55pendidikan.blogspot.com/2010/02/guru-yang-profesi-itu-gimana-
seh.html diakses tanggal 8 Maret 2010.
[1] (Sudarwan Danim, 2002: 22).
[2] (Zainal A & Elham R, 2007: 155).
[3] (Ali Imron, 1995: 9).

28

Anda mungkin juga menyukai