Anda di halaman 1dari 10

LANGKAH-LANGKAH DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

1. Adakan penelitian umum tentang sekolah, dalam hal apa sekolah itu lebih baik atau
lebih rendah mutunya dari pada sekolah lain, adanya diskrepansi antara kenyataan
dengan apa yang diharapkan berbagai pihak, sumber-sumber yang tersedia atau
tidak tersedia, dan lain-lain.
2. Selidiki berbagai bentuk kebutuhan, antara lai kebutuhan siswa, kebutuhan guru,
dan kebutuhan akan perubahan dan perbaikan.
3. Mengidentifikasi masalah serta merumuskannya, yang timbul berdasarkan studi
tentang berbagai kebutuhan yang tersebut di atas lalu memilih salah satu yang
dianggap paling mendesak.
4. Mengajukan saran perbaikan, sebaiknya dalam bentuk ter- tulis, yang dapat
didiskusikan bersama, apakah sesuai de- ngan tuntutan kurikulum yang berlaku,
menilai maknanya bagi perbaikan sekolah dan menjelaskan makna serta im-
plikasinya.
5. Menyiapkan desain perencanaannya yang mencakup tujuan, cara mengevaluasi,
menentukan bahan pelajaran, metode penyampaiannya, percobaan, penilaian,
balikan, perbaikan, pelaksanaan, dan seterusnya.
6. Memilih anggota panitia, sedapat mungkin sesuai dengan kompetensi masing-
masing.
7. Mengawasi pekerjaan panitia, biasanya oleh kepala sekolah.
8. Melaksanakan hasil panitia oleh guru dalam kelas. Oleh sebab pekerjaan ini tidak
mudah, kepala sekolah hendaknya senantiasa menyatakan penghargaannya atas
pekerjaan semua yang terlibat dalam usaha perbaikan ini.
9. Menerapkan cara-cara evaluasi, apakah yang direncanakan itu dapat direalisasikan.
Apa yang indah di atas kertas, belum tentu dapat diwujudkan.
10. Memantapkan perbaikan, bila ternyata usaha itu berhasil baik dan dijadikan
pedoman selanjutnya.
PESERTA DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
1. Prtisipasi Guru
2. Partisipasi Murid
3. Prtisipasi Kepala Sekolah
STRATEGI KEPEMIMPINAN DALAM PERUBAHAN KU RIKULUM
1. Mengubah seluruh sistem pendidikan yang hanya dapat dilakukan oleh pusat yakni
Depdikbud karena mempunyai wewenang penuh untuk mengadakan perubahan
kurikulum secara total.
2. Mengubah Kurikulum Tingkat Lokal.
Kurikulum yang nyata, yang riil, hanya terdapat di mana guru dan murid
berada, yakni di sekolah dan dalam kelas. Di sinilah dihadapi masalah kurikulum
yang sesungguhnya. Dalam kelas kurikulum menjadi hidup, bukan hanya secarik
kertas. Dalam menghadapi anak, mau tak mau setiap guru akan menghadapi
masalah yang harus diatasinya. Dalam pelaksanaan kurikulum dalam kelas terhadap
murid yang berbeda-beda, tak dapat tiada guru harus mengadakan penyesuaian
3. Memberikan pendidikan in-service dan pengembangan staf.
Dianggap bahwa kurikulum sekolah akan mengalami perbaikan jika mutu
guru ditingkatkan. In-service training dianggap lebih formal, dengan rencana yang
lebih ketat dan diselenggarakan atas instruksi pihak atasan. Pengembangan staf
atau staff development lebih tak-formaal, lebih bebas disesuaikan dengan
kebutuhan guru. Guru misalnya dapat disuruh mengobservasi dan menilai dirinya
mengajar yang telah divideo-tape. Apa yang dipelajari dalam inservice dan
pengembangan staf hendaknya dipraktikkan.
4. Supervisi.
Dahulu penilik sekolah mengunjungi sekolah untuk mengadakan inspeksi
dan memberi penilaian terhadap guru dan sekolah. Kedatangannya dipandang
sebagai hari mendung penuh rasa takut yang dihadapi guru dengan segala macam
tipu muslihat. Kini pengertian supervisi sudah berubah. Tujuannya ialah membantu
guru mengadakan perbaikan dalam pengajaran. Supervisi adalah memberi
pelayanan kepada guru untuk memperoleh proses belajar-mengajar yang lebih
efektif. Bila dirasa perlu penilik sekolah dapat memberikan demonstrasi bagaimana
melaksanakan suatu metode baru. Seorang penilik sekolah harus senantiasa
mempelajari perkembangan kurikulum dan metode mengajar modern dan dapat
pula menerapkannya. Ialah sebenarnya menjadi hulubalang dalam modernisasi
pendidikan.
5. Reorganisasi sekolah.
Reorganisasi diadakan bila sekolah itu ingin merombak seluruh cara
mendidik di sekolah itu dengan menerima cara yang baru sama sekali. Hal ini antara
lain dapat terjadi bila sekolah itu akan menjalankan misalnya team teaching, non-
grading, metode unit, open school, dan lain-lain yang memerlukan perubahan dalam
semua aspek pengajaran, seperti bentuk ruangan, fasilitas, penjadwalan, tugas guru,
kegiatan siswa, administrasi, dan sebagainya. Hal serupa ini akan jarang terdapat di
negara kita dewasa ini, kecuali bila diadakan eksperimen dengan metode baru,
misalnya pengajaran modul.
6. Eksperimentasi dan penelitian.
Negara kita tidak tertutup bagi macam-macam pembaruan dalam
pendidikan. Kemajuan komunikasi dan transpor membuka pendidikan kita bagi
berbagai pengaruh di bagian lain dunia ini. Ciri kemajuan ialah perubahan dan
perbaikan, juga dalam bidang pendidikan di sekolah. Penelitian atau research
pendidikan belum cukup dilakukan di negara kita ini. Biasanya penelitian tidak
langsung dapat ditetapkan dan melalui fase yang lama sebelum diterima secara
umum.
KURIKULUM DAN MASYARAKAT.
FUNGSI SEKOLAH DAN KURIKULUM.
Kurikulum sekolah banyak ditentukan oleh tanggapan orang tentang apakah
sebenarnya fungsi sekolah bagi masyarakat. Tidak mudah memperoleh pendapat yang
sama mengenai tugas sekolah. Pada satu pihak kita lihat sekolah itu sebagai lembaga yang
harus mengawetkan kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang dengan
menyampaikan kepada generasi muda.
John Dewey memandang sekolah sebagai alat yang paling efektif untuk
merekonstruksi dan memperbaiki masyarakat melalui pendidikan individu. Sekolah
percobaan yang didirikannya merupakan masyarakat kecil tempat anak-anak belajar
dengan melakukan berbagai kegiatan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
G.S. Counts mempunyai pendirian yang lebih jauh lagi. Ia tidak hanya mengharapkan
bahwa pendidikan harus membawa perubahan dalam masyarakat akan tetapi mengubah
tata-sosial, dan mengatur perubahan sosial.
KONSERVATISME SEKOLAH
Pada hakekatnya sekolah itu tak dapat tiada harus bersifat konservatif, bila kita
berpendirian, bahwa tugas sekolah ialah menyampaikan kultur atau kebudayaan kepada
anak-anak. Kebudayaan ialah hasil pengalaman manusia pada masa yang lampau. Dari
warisan itu dipilih hal-hal yang dianggap perlu bagi pendidikan anak-anak yang di sajikan
dalam bentuk matapelajaran.
KURIK KURIKULUM DAN MASYARAKAT YANG DINAMIS
Masyarakat senantiasa berubah dan terus-menerus akan berubah. Masyarakat kita
sekarang jauh berlainan daripada masyarakat nenek moyang kita dan berlainan pula
dengan masyarakat yang akan dihadapi oleh anak cucu kita pada masa mendatang. Ilmu
pengetahuan dan teknologi ialah daya-daya yang sangat mempercepat perubahan dalam
masyarakat, sehingga merupakan suatu revolusi. Perubahan teknologi dalam beberapa
tahun akhir-akhir ini saja lebih hebat dan lebih banyak daripada yang pernah dialami
nenek kita sepanjang hidupnya.
SEKOLAH MASYARAKAT
Menurut Olsen perkembangan persekolahan di Amerika Serikat melalui tiga fase.
1. Sekolah akademis atau Sekolah Tradisional.
Sekolah ini bersifat "book-centered" atau berpusat pada buku pelajaran. Kurikulum
bersifat subject-sentered yang memberikan pengetahuan yang logis sistematis.
Anak-anak dalam kelas kebanyakan duduk di bangku sambil menghafal,
mendengarkan atau melamun. Pendidikan ini kurang memperhatikan perbedaan
individual, minat dan kebutuhan logo anak-anak. Pelajaran-pelajaran terlepas dari
kehidupan masyarakat. Hubungan dengan lingkungan sangat sedikit. Walaupun
disebut tradisional, sistem ini masih sangat umum terdapat di sekolah-sekolah kita.
2. Sekolah progresif.
Sekolah ini bersifat child-centered. Kurikulum didasarkan atas shuminat dan
kebutuhan anak-anak dan pemuda, sedangkan kebutuhan mereka sebagai orang
dewasa dalam masyarakat siau sering diabaikan. Di sekolah ini disiplin lebih lunak,
anak-anak diberi lebih banyak kebebasan; rundingan antara guru dengan murid
sangat diutamakan dalam merencanakan apa yang akan dipelajari di sekolah.
Walaupun sekolah yang semata-mata child-centered boleh dikatakan tidak ada lagi,
prinsip-prinsip aliran ini sangat berharga bagi perbaikan pengajaran.
3. Sekolah masyarakat atau community school.
lun Sekolah ini bersifat life-centered. Yang menjadi pokok pelajaran ialah kebutuhan
manusia, masalah-masalah dan proses-proses sosial dengan tujuan untuk
memperbaiki kehidupan dalam masyarakat. Masyarakat dipandang sebagai
laboratorium gn tempat anak belajar, menyelidiki dan turut serta dlam usaha-usaha
masyarakat yang mengandung unsur pendidikan. Sekolah ini menurut sertakan
orang banyak dalam proses pendidikan untuk mempelajari problema-problema
sosial. Sekolah ini merupakan pusat masyarakat untuk melakukan pertemuan-
pertemuan, upacara-upacara dan usaha-usaha lain. Dengan jalan demikian
terbukalah pintu antara sekolah dengan masyarakat, sehingga sekolah dapat
memasuki masyarakat dan masyarakat dapat memasuki sekolah.
CIRI-CIRI SEKOLAH MASYARAKAT
Menurut Olsen ciri-ciri Community School ialah sebagai berikut:
1. Sekolah itu memperbaiki mutu kehidupan setempat pada saat sekarang ini.
Berkat sekolah maka orang dalam masyarakat menjadi manusia yang lebih baik,
jasmaniah, emosional, sosial, material. Hubungan antar-suku bertambah erat,
kejahatan pemuda, penyakit menular berkurang dengan adanya usaha sekolah ke
arah itu. Sekolah ini mendidik anak-anak menjadi manusia yang lebih baik dalam
dunia yang lebih baik. didst indib
2. Sekolah itu menggunakan masyarakat sebagai laboratorium tempat belajar.
Belajar tidak hanya terbatas antara empat dinding kelas. Kalau kita ingin memupuk
pengertian, minat, dan ketrampilan yang penting guna perbaikan kehidupan
masyarakat, tak dapat tiada anak-anak harus diberi kesempatan sebanyak-
banyaknya untuk mempelajari masyarakat berkat pengalaman langsung. Buku-buku
dan bacaan-bacaan lain memang penting juga, akan tetapi tidak memadai. Sekolah
membuka pintu untuk mengadakan hubungan timbal balik dengan masyarakat.
Orang-orang diundang ke sekolah untuk memberi keterangan-keterangan mengenai
bidang keahliannya. Murid-murid pergi ke luar melakukan karyawisata untuk
menyelidiki usaha pertanian, perindustrian, perumahan, dan sebagainya. Di
samping buku-buku, sekolah masyarakat menggunakan lingkungan sebagai sumber
pelajaran yang sangat penting.
3. Gedung sekolah itu menjadi pusat kegiatan masyarakat.
Sekolah itu tidak hanya untuk kepentingan anak-anak melainkan juga untuk orang
dewasa. Gedung sekolah dapat digunakan untuk pertemuan dan rapat-rapat, untuk
perayaan-perayaan dalam lingkungan itu. Pemberantasan buta huruf, kursus-kursus
untuk wanita, pertandingan-pertandingan olahraga dan lain-lain dapat dilakukan di
sekolah, karena sekolah itu kepunyaan bersama seluruh masyarakat.
4. Sekolah itu mendasarkan kurikulum pada proses-proses dan problema-problema
kehidupan dalam masyarakat.
Inti kurikulum terdiri atas kebutuhan manusia dalam masyarakat sekarang dan
masa depan, seperti soal mencari nafkah, kewajiban warganegara, menjaga
kesehatan, memperbaiki kehidupan kekeluargaan, bergaul dengan orang-orang lain,
dan sebagainya. Dengan jalan demikian terdapat hubungan erat antara pelajaran di
sekolah dengan tuntutan-tuntutan kehidupan masyarakat yang mengandung arti
bagi murid dan karena itu lebih merangsang kegiatan anak-anak untuk belajar.
5. Sekolah itu menurut sertakan orang tua dalam urusan-urusan sekolah.
Sekolah bukan hanya urusan guru, akan tetapi juga termasuk tang-gung jawab
seluruh masyarakat. Orang tua, dalam bentuk POMG atau sejenis turut membantu
sekolah, bukan hanya dalam bidang material, tetapi juga dalam lapangan
pendidikan. Mengenai hal-hal tertentu sering diadakan perundingan antara guru
dengan orang tua dan pemimpin-pemimpin dalam masyarakat guna perbaikan
sekolah.
6. Sekolah itu turut mengkoordinasikan masyarakat.
Untuk memperbaiki taraf kehidupan dalam suatu masyarakat segala lembaga-
lembaga dan badan-badan dalam masyarakat itu harus bekerjasama, seperti dalam
hal pemeliharaan kebersihan dan kesehatan, penyelenggaraan rekreasi,
memberantas prasangka dan takhayul, dan lain-lain. Dalam hal ini sekolah dapat
menjalankan peranan yang penting dengan bekerjasama atau menggembleng semua
tenaga yang terdapat di lingkungan itu.
7. Sekolah itu dapat melaksanakan dan menyebarkan filsafat negara dalam segala
hubungan antar-manusia.
Sekolah itu suatu lembaga yang tidak hanya memberi penjelasan saja tentang
filsafat negara, melainkan juga mempraktekkannya di sekolah itu sendiri dan dalam
hubungannya dengan masyarakat.
MASYARAKAT SEBAGAI SUMBER PELAJARAN
1. Keadaan fisis lingkungan, yang mempengaruhi corak kehidupan dan kebudayaan
masyarakat itu, yaitu:
a. Iklim suatu daerah. Mata pencaharian ditentukan oleh suhu, hujan dan angin, tetapi
juga aspek-aspek daripada kehidupan atau masyarakat.
b. Luas daerah. Kehidupan kampung kecil berlainan dengan kota besar, demikian pula
suasana kekeluargaannya.
c. Topografi daerah. Apakah daerah itu letak di pegunungan atau dekat pantai, apakah
pulau terpencil atau jauh di pedalaman ataukah daerah itu banyak hubungannya
dengan dunia luar. Topografi turut menentukan matapencarian, adat istiadat dan
lain-lain.
d. Keadaan tanah. Tanah kering atau banyak air, tanah gersang atau subur
berpengaruh sekali terhadap kehidupan masyarakat.
e. Kekayaan alam. Kehidupan dan corak masyarakat turut ditentukan oleh kekayaan
alam berupa hutan, barang tambang, danau-danau, dan sebagainya.
2. Penduduk. Selain dari kekayaan geografis daerah, harus juga dipelajari hal-hal
tentang manusia yang menghuninya. Antara lain dapat dipelajari:
a. Jumlahnya. Kampung kecil berbeda masyarakatnya dengan kota besar. Kota menjadi
besar karena faktor-faktor tertentu.
b. Matapencarian. Apakah yang dilakukan orang untuk mencari nafkahnya.
Bagaimanakah tingkat kehidupan orang di lingkungan itu? Usaha apakah yang dapat
dijalankan untuk mempertinggi taraf kehidupan itu? Siapa-siapakah yang kaya dan
siapakah yang lemah ekonominya.
c. Susunan penduduk. Bagaimanakah perbandingan jumlah penduduk dari berbagai
golongan? Bagaimanakah kedudukan tiap golongan?
d. Pendidikan. Berapa banyakkah yang buta huruf, tamatan SD, SL dan Perguruan
Tinggi? Berapa banyakkah yang tidak melanjutkan pelajarannya? Banyakkah anak-
anak yang tidak bersekolah?
3. Organisasi-organisasi masyarakat. Manusia dalam masyarakat lactidak hidup
sendiri-sendiri, melainkan membentuk kelompok, badan-badan atau organisasi
yang mempunyai tujuan tertentu yang berhubungan dengan kebutuhan dan
problema-problema setiap-tiap kelompok.
SEPARATE-SUBJECT CURRICULUM
Kurikulum ini disebut demikian, oleh sebab segala bahan pelajaran disajikan dalam
subject atau matapelajaran yang terpisah-pisah, yang satu lepas dari yang lain. Organisasi
subject curriculum dianggap berasal dari zaman Yunani kuno. Orang Yunani telah
mengajarkan berbagai bidang studi seperti kesusasteraan, matematika, filsafat dan ilmu
pengetahuan ditambah dengan music dan atletik. Orang Romawi menerimanya dari orang
Yunani sambil mengadakan perobahan. Mereka mengadakan dua kategori utama yakni
trivium (gramatika, retorika, dan logika) dan quadrivium (arithmetika, geometri,
astronomi, dan musik), yang kemudian dikenal sebagai “the seven liberal arts” yang
memberikan pendidikan umum.
PROSEDUR PEMBARUAN KURIKULUM
Pada pokoknya ada dua prosedur utama untuk mengubah kurikulum yaitu apa yang
disebut "administrative approach" yaitu yang direncanakan oleh pihak atasan untuk
kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada guru-guru, jadi
"from the top down", dari atas ke bawah, atas inisiatif para admi-nistrator.
Yang kedua ialah "grass roots approach", yaitu yang dimulai dari "akar" "from the
bottom up" atau dari bawah, yakni dari pihak guru atau sekolah secara individual dengan
harapan agar meluas ke sekolah-sekolah lain
Bagan 1.

Bagan 2.
Bagan 3.
ARAH PERKEMBANGAN PEMBARUAN KURIKULUM
Dalam pembaruan kurikulum di masa mendatang diharapkan:
1. pembinaan kurikulum yang berdasarkan pandangan yang menyeluruh yang
meliputi asas-asas kurikulum yang berfokus pada anak, masyarakat, dan disiplin.
2. menyusun kurikulum yang diselidiki kebaikannya melalui eksperimen.
3. menyusun kurikulum yang memperhatikan semua anak, yang normal, maupun yang
berbakat tinggi dan rendah, jadi yang memungkinkan setiap anak maju menurut
kecepatan masing-masing.
4. memperbaharui kurikulum secara integral dari SD - SM sampai Perguruan Tinggi.
5. menyusun kurikulum yang lebih mengutamakan inguiry approach daripada hafalan
dan penguasaan sejumlah pengetahuan.
6. menyusun kurikulum yang menggairahkan anak untuk belajar.
7. menyusun kurikulum yang tidak membagi-bagi sekolah dalam kelas-kelas, akan
tetapi menghilangkan batas-batas antara kelas.
8. menyusun kurikulum yang tidak terikat pada jadwal pelajaran yang ketat, akan
tetapi lebih mendorong murid-murid untuk belajar sendiri berdasarkan tugas-tugas.
9. menyusun kurikulum yang mengubah peranan guru dari pengajar selama jam
sekolah menjadi pembimbing dalam proses belajar, peneliti, perencana, dan
pengembang kurikulum.

Anda mungkin juga menyukai