Anda di halaman 1dari 4

KHOLIDA NUR’AINI

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FILOSOFI PENDIDIKAN

Perjalanan Pendidikan Nasional


Saya pada saat ini, berproses untuk menjadi seorang guru yang profesional.
Saya ingin menjadi guru yang disiplin dan mengerti apa yang diinginkan siswa. Di
samping mengajarkan materi pelajaran, saya ingin mengajarkan kepada siswa tentang
pentingnya moral, Kejujuran dan tanggung jawab, nilai agama dan yang lainnya.
Misalnya dalam mengerjakan soal ujian, nilai ujian itu penting, tetapi kejujuran jauh
lebih penting. Saya ingin mengubah pola pikir mereka, jika memang pola pikirnya
salah. Misalnya tujuan seseorang dalam bersekolah, contoh seorang siswa tujuan ia
bersekolah karena nilai atau ijazah. nah itu tujuan yang kurang tepat, karena jika kita
sudah mendapat apa yang kita inginkan maka ilmu yang didapat akan memudar dan
selanjutnya hilang. Sehingga jika nanti saya menjadi seorang guru, siswa akan saya
berikan pengertian tujuan kita sekolah/belajar.
Bagi saya seorang guru tidak hanya mengabdikan diri kepada masyarakat,
tetapi menjadi seorang guru juga harus dapat memberikan pengaruh yang positif pada
kehidupan seorang. Membuat seseorang tumbuh dan berkembang menjadi maju
adalah suatu kegembiraan yang paling besar bagi seorang seorang guru. Seorang guru
yang inspiratif harus mampu berpikir kritis dan bekerja di luar zona nyaman, serta
menambah lagi segala wawasan supaya tercapai potensi yang diinginkan terutama
dalam meningkatkan potensi di bidang Pendidikan. Mengajar bukanlah sekadar suatu
tugas yang harus dilaksankan begitu saja. Ini adalah sebuah karier, bahkan lebih dari
itu. Menjadi seorang guru dapat memberikan warisan yang abadi di dunia dengan
memberikan pelajaran dengan suasana yang penuh cinta dan juga menyenangkan
kepada anak-anak. Di mana warisan tersebut sebagai pedoman anak nanti untuk
menjalani kehidupan yang bahagia dan berguna untuk dirinya dan juga orang lain.
Pembelajaran yang berpihak pada peserta didik bagi saya sebagai seorang
guru, salah satunya dengan memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan
pendapat. Kemudian memberi kebebasan membangun sendiri pengetahuannya, tidak
selalu mengikuti keinginan gurunya. Siswa diberi kebebasan untuk memahami
pelajaran sesuai dengan caranya. Mengajar merupakan aktivitas yang dilakukan oleh
guru. Guru bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Agar
siswa
mudah memahami materi pembelajaran maka guru semestinya melaksanakan
pembelajaranyang berpihak pada siswa.
Berkaca pada perjalanan pendidikan naasional Indonesia pada zaman sebelum
masa kemerdekaan, ada belenggu yang menjadikan manusia belum merdeka
khususnya dalam hal belajar. Pada masa kolonial sekitar tahun 1854 M, tidak semua
rakyat bisa mengenyam pendidikan, apalagi untuk kaum wanita. Pendidikan pada
masa kolonial ini di didasarkan pada golongan penduduk menurut keturunan atau
lapisan kelas sosial dan golongan kebangsaan yang berlaku waktu itu. Pada waktu
pengajaran untuk pribumi sebelumnya sudah diajukan kepada gubernur jenderal,
tetapi maksud pemerintah Belanda mendirikan sekolah atau pengajaran kepada
pribumi tidak untuk memenuhi kebutuhan rakyat tetapi untuk melatih beberapa orang
calon pegawai bagi dinas pemerintahan Belanda. Jadi, kesimpulannya bahwa tujuan
pendidikan dan pengajaran pada waktu itu hanya diarahkan kepada calon pegawai
saja untuk keuntungan perusahaan Belanda itu sendiri, bukan membentuk sistem
pendidikan nasional. Pendidikan pada masa itu hanya sebatas membaca, menulis, dan
menghitung seadanya, tidak ada unsur pemeliharaan benih-benih kebudayaan.
Pada masa itu pun masyarakat belajar dengan tidak merasa tenang karena pada
saat itu pendidikan hanya sebagai formalitas untuk menjadi pegawai saja dan hanya
untuk mendapatkan ijazah. Lalu pada tahun 1920, mulai adanya kesadaran kurtural
pada masyarakat. Dan pada tahun 1922 terciptanya sekolah taman siswa oleh Ki Hajar
Dewantara. Tujuan pendidikan yang digagaskan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu salah
satunya upaya untuk memasyarakatkan tumbuh kembang budi pekerti, pikiran, dan
tubuh anak.
Menjadikan manusia merdeka masih digemborkan-gemborkan di masyarakat
pada saat ini, khususnya pada bidang pendidikan. Kurikulum pendidikan yang masih
sering berganti-ganti, dan mau tidak mau harus tetap dilakoni oleh guru dan peserta
didik, sehingga seringkali harus melakukan adaptasi lagi. Hal ini sesuai dengan
kondisi pendidikan saat ini dan tentunya menjadi belenggu pendidikan di Indonesia
pada saat ini, dimana peserta didik masih di sama ratakan, maksudnya adalah ketika
ada peserta didik yang berbeda maka dianggap aneh, karena guru belum sepenuhnya
memahami karakter peserta didik sehingga kebutuhan peserta didik belum terpenuhi
dengan baik.
Lalu objek pembelajaran hanya terpusat pada guru, materi hanya terpaku pada
buku saja dan yang diutamakan adalah materi harus diselesaikan oleh peserta didik
tanpa tahu apakah peserta didik itu paham dengan baik atau tidak mengenai materi itu,
serta peserta didik dipaksa untuk bisa mengerjakan tugas atau pembelajaran yang guru
lakukan. Selain itu pula, orientasi peserta didik hanya pada nilai akhir atau raport
yang diatas rata-rata, tanpa mempertimbangkan bagaimana pengembangan karakter
dan proses belajar dari peserta didik selama itu.
Pembelajaran yang terpusat pada guru membuat siswa hanya mengikuti alur
pembelajaran yang diberikan guru, padahal sesuai kurikulum saat ini diterapkan di
Indonesia, guru dituntut menggunakan metode pembelajaran yang menekankan
keterlibatan aktif siswa siswa dalam proses belajar mengajar. Hal itu sejalan dengan
pendapat (Hosnan, 2016) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan proses
interaksi belajar mengajar di kelas antara guru, siswa, sumber belajar, metode dan
evaluasi untuk menciptakan kondisi kelas yang kondusif serta mencapai tujuan
pembelajaran. Hal ini juga sesuai dengan pendapat (Darmadi, 2017) yang
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah interaksi antara siswa dengan pendidik
dan sumber belajar dalam lingkungan sekolah.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat saya simpulkan peranan kita
sebagai guru harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman terutama di
bidang pendidikan. Hal ini bertujuan agar, ketika kita melaksanakan pembelajaran di
sekolah nanti dapat menyesuaikan pembelajaran seperti apa yang cocok kita terapkan.
Ketika dikelas, peran kita sebagai guru yaitu fasilitator yang mana sebagai penyedia
atau sumber belajar, sehingga peran siswa di dalam kelas harusnya yang mendominasi
pembelajaran atau pembelajaran terpusat pada siswa. Saat melaksanakan kegiatan
belajar guru juga diharapkan mampu membuat kegiatan pembelajaran semenarik
mungkin baik dengan menggunakan berbagi metode dan juga model pembelajaran.
Hal ini bertujuan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar tetap semangat dan
juga senang terhadap kegiatan pembelajaran yang kita laksanakan, karena ini sangat
mempengaruhi tentang hasil belajar peserta didik. Semua hal itu tidak lepas dari
peranan guru, sehingga kita sebagai guru harus mampu mengikuti perkembangan
zaman dalam bidang pendidikan.
Referensi
Hosnan. (2016). Pendekatan Saintifik dan Konstektual Dalam
Pembelajaran Abad ke-21 (ke-3). Bogor: Alfabeta.
Darmadi. (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Siswa . Yogyakarta: Group Penerbitan CV. Budi Utama.

Anda mungkin juga menyukai