Saya pada saat ini, berproses untuk menjadi seorang guru yang profesional. Saya ingin menjadi guru yang disiplin dan mengerti apa yang diinginkan siswa. Di samping mengajarkan materi pelajaran, saya ingin mengajarkan kepada siswa tentang pentingnya moral, Kejujuran dan tanggung jawab, nilai agama dan yang lainnya. Misalnya dalam mengerjakan soal ujian, nilai ujian itu penting, tetapi kejujuran jauh lebih penting. Saya ingin mengubah pola pikir mereka, jika memang pola pikirnya salah. Misalnya tujuan seseorang dalam bersekolah, contoh seorang siswa tujuan ia bersekolah karena nilai atau ijazah. nah itu tujuan yang kurang tepat, karena jika kita sudah mendapat apa yang kita inginkan maka ilmu yang didapat akan memudar dan selanjutnya hilang. Sehingga jika nanti saya menjadi seorang guru, siswa akan saya berikan pengertian tujuan kita sekolah/belajar. Bagi saya seorang guru tidak hanya mengabdikan diri kepada masyarakat, tetapi menjadi seorang guru juga harus dapat memberikan pengaruh yang positif pada kehidupan seorang. Membuat seseorang tumbuh dan berkembang menjadi maju adalah suatu kegembiraan yang paling besar bagi seorang seorang guru. Seorang guru yang inspiratif harus mampu berpikir kritis dan bekerja di luar zona nyaman, serta menambah lagi segala wawasan supaya tercapai potensi yang diinginkan terutama dalam meningkatkan potensi di bidang Pendidikan. Mengajar bukanlah sekadar suatu tugas yang harus dilaksankan begitu saja. Ini adalah sebuah karier, bahkan lebih dari itu. Menjadi seorang guru dapat memberikan warisan yang abadi di dunia dengan memberikan pelajaran dengan suasana yang penuh cinta dan juga menyenangkan kepada anak-anak. Di mana warisan tersebut sebagai pedoman anak nanti untuk menjalani kehidupan yang bahagia dan berguna untuk dirinya dan juga orang lain. Pembelajaran yang berpihak pada peserta didik bagi saya sebagai seorang guru, salah satunya dengan memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat. Kemudian memberi kebebasan membangun sendiri pengetahuannya, tidak selalu mengikuti keinginan gurunya. Siswa diberi kebebasan untuk memahami pelajaran sesuai dengan caranya. Mengajar merupakan aktivitas yang dilakukan oleh guru. Guru bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Agar siswa mudah memahami materi pembelajaran maka guru semestinya melaksanakan pembelajaranyang berpihak pada siswa. Berkaca pada perjalanan pendidikan naasional Indonesia pada zaman sebelum masa kemerdekaan, ada belenggu yang menjadikan manusia belum merdeka khususnya dalam hal belajar. Pada masa kolonial sekitar tahun 1854 M, tidak semua rakyat bisa mengenyam pendidikan, apalagi untuk kaum wanita. Pendidikan pada masa kolonial ini di didasarkan pada golongan penduduk menurut keturunan atau lapisan kelas sosial dan golongan kebangsaan yang berlaku waktu itu. Pada waktu pengajaran untuk pribumi sebelumnya sudah diajukan kepada gubernur jenderal, tetapi maksud pemerintah Belanda mendirikan sekolah atau pengajaran kepada pribumi tidak untuk memenuhi kebutuhan rakyat tetapi untuk melatih beberapa orang calon pegawai bagi dinas pemerintahan Belanda. Jadi, kesimpulannya bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran pada waktu itu hanya diarahkan kepada calon pegawai saja untuk keuntungan perusahaan Belanda itu sendiri, bukan membentuk sistem pendidikan nasional. Pendidikan pada masa itu hanya sebatas membaca, menulis, dan menghitung seadanya, tidak ada unsur pemeliharaan benih-benih kebudayaan. Pada masa itu pun masyarakat belajar dengan tidak merasa tenang karena pada saat itu pendidikan hanya sebagai formalitas untuk menjadi pegawai saja dan hanya untuk mendapatkan ijazah. Lalu pada tahun 1920, mulai adanya kesadaran kurtural pada masyarakat. Dan pada tahun 1922 terciptanya sekolah taman siswa oleh Ki Hajar Dewantara. Tujuan pendidikan yang digagaskan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu salah satunya upaya untuk memasyarakatkan tumbuh kembang budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Menjadikan manusia merdeka masih digemborkan-gemborkan di masyarakat pada saat ini, khususnya pada bidang pendidikan. Kurikulum pendidikan yang masih sering berganti-ganti, dan mau tidak mau harus tetap dilakoni oleh guru dan peserta didik, sehingga seringkali harus melakukan adaptasi lagi. Hal ini sesuai dengan kondisi pendidikan saat ini dan tentunya menjadi belenggu pendidikan di Indonesia pada saat ini, dimana peserta didik masih di sama ratakan, maksudnya adalah ketika ada peserta didik yang berbeda maka dianggap aneh, karena guru belum sepenuhnya memahami karakter peserta didik sehingga kebutuhan peserta didik belum terpenuhi dengan baik. Lalu objek pembelajaran hanya terpusat pada guru, materi hanya terpaku pada buku saja dan yang diutamakan adalah materi harus diselesaikan oleh peserta didik tanpa tahu apakah peserta didik itu paham dengan baik atau tidak mengenai materi itu, serta peserta didik dipaksa untuk bisa mengerjakan tugas atau pembelajaran yang guru lakukan. Selain itu pula, orientasi peserta didik hanya pada nilai akhir atau raport yang diatas rata-rata, tanpa mempertimbangkan bagaimana pengembangan karakter dan proses belajar dari peserta didik selama itu. Pembelajaran yang terpusat pada guru membuat siswa hanya mengikuti alur pembelajaran yang diberikan guru, padahal sesuai kurikulum saat ini diterapkan di Indonesia, guru dituntut menggunakan metode pembelajaran yang menekankan keterlibatan aktif siswa siswa dalam proses belajar mengajar. Hal itu sejalan dengan pendapat (Hosnan, 2016) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi belajar mengajar di kelas antara guru, siswa, sumber belajar, metode dan evaluasi untuk menciptakan kondisi kelas yang kondusif serta mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini juga sesuai dengan pendapat (Darmadi, 2017) yang mengemukakan bahwa pembelajaran adalah interaksi antara siswa dengan pendidik dan sumber belajar dalam lingkungan sekolah. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat saya simpulkan peranan kita sebagai guru harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman terutama di bidang pendidikan. Hal ini bertujuan agar, ketika kita melaksanakan pembelajaran di sekolah nanti dapat menyesuaikan pembelajaran seperti apa yang cocok kita terapkan. Ketika dikelas, peran kita sebagai guru yaitu fasilitator yang mana sebagai penyedia atau sumber belajar, sehingga peran siswa di dalam kelas harusnya yang mendominasi pembelajaran atau pembelajaran terpusat pada siswa. Saat melaksanakan kegiatan belajar guru juga diharapkan mampu membuat kegiatan pembelajaran semenarik mungkin baik dengan menggunakan berbagi metode dan juga model pembelajaran. Hal ini bertujuan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar tetap semangat dan juga senang terhadap kegiatan pembelajaran yang kita laksanakan, karena ini sangat mempengaruhi tentang hasil belajar peserta didik. Semua hal itu tidak lepas dari peranan guru, sehingga kita sebagai guru harus mampu mengikuti perkembangan zaman dalam bidang pendidikan. Referensi Hosnan. (2016). Pendekatan Saintifik dan Konstektual Dalam Pembelajaran Abad ke-21 (ke-3). Bogor: Alfabeta. Darmadi. (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa . Yogyakarta: Group Penerbitan CV. Budi Utama.